Anda di halaman 1dari 14

HIDROLISIS PATI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah:
1. Memahami prinsip dasar proses hidrolisis.
2. Menentukan kadar pati (karbohidrat) dalam suatu bahan makanan.
3. Analisis konsentrasi glukosa dengan metode Lane dan Eynon.
II. DASAR TEORI
Pati adalah karbohidrat yang berbentuk polisakarida dengan rumus umum (C 6H10O5)n
yang merupakan polimer satuan glukosa yang saling berikatan melalui ikatan 1,4glukosida. Di dalam pati terdapat amilase dengan rantai lurus dan amilopektin yang
rantainya bercabang (Wertheim, 1956).
Sifat-sifat pati antara lain:
1. Tidak dapat larut dalam air dingin karena memiliki gugus hidroksil yang terbuka,
tetapi dalam air panas, molekul pati akan menyerap air sehingga menggelembung dan
pecah membentuk larutan yang agak keruh seperti lem.
2. Tidak mereduksi fehling A dan fehling B.
3. Dapat menyerap iodium sehingga bila pati ditetesi larutan iodium akan timbul warna
biru.
4. Dapat dipisahkan menjadi 2 fraksi utama berdasarkan kelarutan dalam air panas, yaitu
amilase dan amilopektin.
5. Diperoleh di alam bersama-sama dengan unsur lain seperti protein, lemak, dan fosfat
organik.
(Wertheim, 1956)
Hidrolisis adalah reaksi yang menyebabkan keluarnya ion atau gugus dalam senyawa
oleh air dimana dalam satuan hasil ditambahkan hidrogen atau hidroksil, atau dapat
dikatakan sebagai reaksi dimana air akan menyebabkan peruraian (dekomposisi)
terhadap senyawa lain, baik organik maupun anorganik. Pada proses ini, air akan pecah
menjadi ion H+ dan OH-. Reaksi hidrolisis dapat dinyatakan sebagai berikut:
AB + H2O HA + BOH

(1)
(Groggins,)

Proses hidrolisis pati meliputi urutan sebagai berikut:


1. Pembuatan pasta pati
2. Gelatinasi adalah proses masuknya air ke dalam pati, lalu molekul pati mengambang
dan ikatannya menjadi rapuh sehingga molekulnya mudah diserang. Proses ini terjadi
dalam air atau larutan yang panas dan pada kisaran suhu 58,5o-70oC (Kirk and
Othmer, 1978).
3. Hidrolisis, reaksinya secara berturut-turut sebagai berikut:
(C6H10O5)n + H2O n(C6H12O6) dekstrin
n (C6H12O6) + H2O C12H22O11 maltosa
C12H22O11 + H2O 2 C6H12O6 glukosa

(2)
(3)
(4)

Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisis pati adalah:


1. Suhu reaksi. Semakin tinggi suhu, reaksi akan berjalan semakin cepat. Tetapi, jika
suhu terlalu tinggi, maka hasil hidrolisis akan rusak. Suhu optimumnya yaitu 60-80 oC
(Endang, 1978).
2. Waktu reaksi. Waktu yang semakin panjang akn memperbanyak pati yang
terhidrolisis. Namun pada batas tertentu, konversi akan mencapai batas optimum. Bila
waktu hidrolisis diperpanjang, maka diperoleh konversi yang kecil.
3. Katalisator. Katalisator dapat menurunkana energi aktivasi sehingga mempercepat
reaksi.
Pada proses hidrolisis, larutan diberi batu didih. Tujuannya untuk membantu
pendistribusian panas sehingga merata ke seluruh bagian larutan. Batu didih tidak boleh
terbuat dari bahan ang reaktif agar tidak bereaksi dengan larutan yang dididihkan,
misalnya keramik.
Sebelum dihidrolisis, pati dilarutkan dengan larutan HCl. Peranan larutan HCl disini
adalah sebagai media penghidrolisis karena HCl mengandung air yang jumlahnya
berlebih. Selain itu juga sebagai katalisator. Alasan pemilihan HCl sebagai katalisator
adalah akan terbentuk larutan NaCl jika bereaksi dengan NaOH dan larutan garam ini
bukan merupakan larutan yang berbahaya dan tidak mempengaruhi warna larutan.
Reaksi yang terjadi pada saat penambahan NaOH:
HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
Hidrolisis dilakukan selama 1 jam dengan tujuan untuk memperbesar konversi. Jika
kurang dari satu jam, maka hasilnya kurang maksimal karena proses hidrolisis belum
sempurna. Bila lebih dari satu jam, maka pati bisa rusak karena terjadi reaksi degradasi
sehingga terbentuk senyawa non karbohidrat dan mempengaruhi hasil yang diperoleh
(lebih sedikit). Selama proses hidrolisis berlangsung, pendingin bola harus tetap
dipasang. Fungsinya adalah untuk mengembunkan uap yang terbentuk selama proses
hidrolisis sehingga volum larutan yang dihidrolisis jumlahnya tetap.
Setelah proses hidrolisis, larutan didinginkan. Pendinginan ini perlu dilakukan karena
larutan tersebut akan dinetralkan dengan larutan NaOH sehingga akan terjadi reaksi
antara HCl dan NaOH yang bersifat eksotermis. Adanya kalor saat penetralan akan
membuat larutan terhidrolisis kembali jika tidak didinginkan dan memungkinan
terjadinya degradasi larutan akibat adanya asam pada suhu tinggi yang dapat membentuk
senyawa non karbohidrat.
Hasil hidrolisis yang sudah didinginkan selanjutnya disaring dengan kertas saring.
Penyaringan ini bertujuan untuk menyaring kotoran-kotoran yang ada pada larutan. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan analisis dan terjadinya penyimpangan.
Setelah itu dilakukan proses penetralan dengan NaOH. Tujuannya adalah untuk

menghilangkan sifat asam dari HCl agar tidak mengganggu kerja indikator metil biru
pada saat titrasi karena indikator ini sensitif terhadap perubahan pH, sehingga pH
optimum dalam hidrolisa ini yaitu antara 6,8-7. Selain itu, larutan fehling yang
mengandung CuO bisa bereaksi dengan HCl membentuk CuCl2 sehingga mengurangi
jumlah CuO yang seharusnya bereaksi dengan glukosa. Dengan adanya penetralan, maka
kemungkinan tersebut bisa dikurangi. Larutan yang sudah dinetralkan kemudian
diencerkan terlebih dahulu untuk mengurangi kesalahan pada saat titrasi. Jika larutan
terlalu pekat, maka kesalahan titrasi akan lebih besar karena sulit menentukan titik
ekivalen.
Pada saat penetralan, larutan hasil hidrolisis digunakan indikator kertas lakmus karena
kertas lakmus tidak merubah warna larutan, dapat diambil kembali setelah proses
penetralan selesai, tidak mengganggu reaksi dan tidak akan menambah fraksi volum.
Pada saat pengambilan fehling A dan fehling B harus digunakan pipet volum yang
berbeda agar tidak terbentuk endapan pada pipet volum. Reaksi antara larutan fehling A
dan fehling B adalah:
CuSO4 (aq) + 2 NaOH (aq) Cu(OH)2 (aq) + Na2SO4 (aq)

C-OK

C-O-K

H-C-O-H

+ Cu (OH)2 (aq)

H-C-OH

H-C-O
+ 2 H2O (l)

(6)

+ 2 Cu2O

(6)

H-C-O

C - O Na
O

(5)

Fehling A

C - O - Na
O

(aq)

K-Na Tartiat

CuO

Reaksi reduksi larutan fehling oleh glukosa:


O

C - OH

(aq)

C - OH

H - C - OH
+ 2 CuO

H - C - OH

H-C-H
H - C - OH

HO - C - H
Fehling

H - C OH

H - C - OH

H - C - OH

H - C OH

H - C - OH

H
Glukosa

H
Asam glukomat

Endapan
Merah Bata

Titrasi dilakukan saat mendidih karena yang dititrasi adalah zat yang membutuhkan
suhu tinggi untuk bereaksi, yaitu untuk mengaktifkan molekul-molekulnya. Indikator
metil biru tidak ditambahkan pada saat awal titrasi karena metil biru tidak tahan terhadap
suhu tinggi. Metil biru mempunyai titik didih yang lebih rendah daripada titik didih
fehling A, fehling B serta larutan hasil hidrolisis sehingga jika ditambahkan pada awal
titrasi, metil biru akan menguap dahulu.
Perubahan warna yang terjadi pada saat hidrolisisi adalah dari keruh menjadi bening
kekuningan. Warna bening kekuningan merupakan warna glukosa dari hasil hidrolisis
pati. Penyebab perubahan warna ini karena selama pemanasan, pati terhidrolisis menjadi
glukosa. Pada tahap titrasi, warna larutan sebelum titrasi adalah biru tua. Proses titrasi
diakhiri jika larutan berubah warna menjadi bening dan menghasilkan endapan merah
bata. Kenapa bisa ada endapan merah bata? Setelah proses titrasi warna larutan akan
kembali menjadi warna biru. Hal ini terjadi karena ion Cu 2+ yang terkandung di dalam
larutan (juga dalam endapan) akan teroksidasi kembali oleh udara.
Aplikasi hidrolisis pati dalam industri:
1. Industri pangan.
2. Industri farmasi dan obat-obatan.
3. Industri kertas dan lem.
4. Industri tekstil.
5. Industri kosmetik.

III.

PELAKSANAAN PERCOBAAN
A. Bahan
1. Pati kanji
2. Larutan Fehling A
3. Larutan Fehling B
4. NaOH pellets
5. Larutan HCl 1 N
6. Glukosa standar
7. Aquadest
8. Indikator metil biru
9. Kertas lakmus merah
10. Kertas saring
B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

1
2
5
6

Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Kompor listrik
4. Erlenmeyer 500 mL
5. Pendingin bola
6. Steker
7. Batu didih

Gambar 1. Susunan Alat Hidrolisis


4

C. Cara Percobaan
1. Pembuatan Larutan HCl31 N
Gelas beker 250 ml diisi dengan 50 ml aquadest. Larutan HCl pekat dari lemari
asam ditambhakan sebanyak 20,8 ml menggunakan pipet ukur 10 ml ke dalam
gelas beker berisi aquadest. Larutan HCl dipindahkan ke dalam labu ukur 250 ml
dengan corong gelas. Aquadest ditambahkan hingga tanda batas dan digojog
hingga homogen.
2. Pembuatan Larutan NaOH 1 N

Padatan NaOH ditimbang sebanyak 0,9975 gram dengan botol timbang


menggunakan neraca analitis digital. Padatan NaOH yang sudah ditimbang
dilarutkan ke dalam gelas beker 250 ml yang berisi 25 ml aquadest.
3. Hidrolisis Pati
Pati kanji ditimbang sebanyak 5,0755 gram pada gelas arloji dengan neraca
analitis digital. Pati, 250 ml larutan HCl 1 N, dan batu didih dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer 500 ml, lalu alat dirangkai dan air dialirkan pada pendingin bola.
Kompor listrik dihidupkan dan ditunggu larutan mulai mendidih, kemudian
hidrolisisi dilakukan selama 1 jam dihitung sejak larutan mulai mendidih. Kompor
listrik dimatikan setelah 1 jam mendidih, kompor listrik diganti dengan batako dan
larutan yang telah dihidrolisis didinginkan dengan tetap menggunakan pendingin
bola. Larutan hasil hidrolisis disaring ke dalam erlenmeyer 500 ml dengan kertas
saring kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan ditambahkan
aquadest hingga tanda batas. Filtrat cairan hasil hidrolisis diambil sebanyak 25 ml
dengan pipet volum 25 ml dan dimasukkan ke dalam gelas beker 250 ml. Kertas
lakmus merah dimasukkan ke filtrat dalam gelas beker 250 ml dan filtrat
dinetralkan dengan larutan NaOH 1 N dengan menggunakan pipet tetes hingga
kertas lakmus merah berubah menjadi kebiruan. Filtrat yang sudah dinetralkan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquadest hingga tanda
batas, lalu digojog hingga homogen.
4. Pembuatan Larutan Glukosa Standar
Glukosa monohidrat ditimbang sebanyak 1, 0128 gram dengan gelas arloji
menggunakan neraca analitis digital. Glukosa monohidrat dilarutkan dengan 50 ml
aquadest di dalam gelas beker 250 ml. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur
250 ml, aquadest ditambahkan sampai tanda batas dan digojog hingga homogen.
5. Titrasi Blangko (Fehling A + Fehling B)
Larutan glukosa standar dimasukkan ke dalam buret 50 ml. Larutan fehling A
diambil sebanyak 10 ml dan larutan fehling B sebanyak 10 ml, dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 125 ml dan digoyang hingga homogen. Campuran larutan
dididihkan di atas kompor listrik kemudian dititrasi dengan larutan glukosa standar
pada keadaan mendidih hingga warna birunya hampir hilang dan terbentuk
endapan merah bata. Tiga tetes metil biru ditambahkan ke dalam larutan tersebut
dan titrasi diteruskan hingga cairan berubah warna menjadi bening dan terbentuk

endapan merah bata, kemudian volum larutan glukosa standar yang diperlukan
untuk titrasi dicatat. Langkah percobaan diulangi untuk 2 sampel campuran fehling
A dan fehling B lainnya.
6. Titrasi Larutan Fehling + Fehling B Ditambahkan Larutan Hasil Hidrolisis dengan
Larutan Glukosa Standar
Larutan glukosa standar dimasukkan ke dalam buret 50 ml. Larutan fehling A,
fehling B dan larutan hasil hidrolisis maisng-masing diambil sebanyak 10 ml,
kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml dan digoyang hingga
homogen. Latutan dididihkan di atas kompor listrik kemudian dititrasi dengan
larutan glukosa standar pada keadaan mendidih hingga warna birunya hampir
hilang dn terbentuk endapan merah bata. Tiga tetes metil biru ditambahkan ke
dalam larutan tersebut dan titrasi diteruskan hingga cairan berubah warna menjadi
bening dan terbentuk endapan merah bata, kemudian volum larutan glukosa standar
yang diperlukan untuk titrasi dicatat. Langkah percobaan diulangi untuk 2 sampel
campuran larutan fehling A, fehling B, dan larutan hidrolisis lainnya.
D. Analisis Data
1. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan glukosa standar
W
BM glukosa
C s= monohidrat x
V larutan
BM monohidrat
dengan, Cs

(8)

= konsentrasi larutan glukosa standar, mg glukosa/mL

Wmonohidrat

= massa glukosa monohidrat standar, mg

Vlarutan

= volume larutan glukosa standar, mL

BMglukosa

= berat molekul glukosa, mg/mmol (180 mg/mmol)

BMmonohidrat

= berat molekul glukosa monohidrat, mg/mmol (198 mg/mmol)

2. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati


a. Menghitung selisih volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi
larutan blangko dengan larutan blangko + larutan hasil hidrolisis pati
V n=V b nV h n

(9)

dengan, Vn = selisih volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi
larutan Fehling A + Fehling B (V b n) dengan yang digunakan untuk
Vb

larutan Fehling A + Fehling B + hasil hidrolisis pati (Vh n), mL


= volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi
larutan blangko (fehling A + fehling B) sampel n, ml.

Vh

= volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi


larutan blangko(fehling A + fehling B) + larutan hasil hidrolisis

sampel n, ml
n = 1, 2, 3
b. Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati setelah diencerkan
V n x C s
Che n=
(10)
V
dengan, V

= volume larutan hidrolisis setelah diencerkan yang ditambahkan

Che n

ke larutan blangko, mL
= konsentrasi glukosa sampel n dalam larutan hidrolisis setelah

diencerkan, mg glukosa/mL
c. Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati sebelum diencerkan
C x V he
Chp n = hen
(11)
V hp
dengan, Chp n = konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati sebelum
Vhp
Vhe

diencerkan
= volume larutan hidrolisis pati yang diencerkan, mL
= volume larutan hidrolisis pati setelah diencerkan, mL

3. Penentuan ekivalen glukosa dalam larutan hidrolisis pati


mp n = Chp n x Vp
(12)
dengan, mp n = massa ekivalen glukosa dalam larutan hidrolisis pati sebelum
Vp

diencerkan, mg glukosa
= volume larutan hidrolisis pati total, mL

4. Penentuan jumlah glukosa yang terbentuk hasil hidrolisis


m
m b n= p n
W pati

(13)

dengan, mb n = massa ekivalen glukosa yang terbentuk hasil hidrolisis pati, mg


glukosa/ mg pati
Wpati = massa pati yang dianalisis, mg pati
5. Penentuan kadar pati
mk n=mb n x
dengan, mk n
BM pati

BM pati
x 100
BM glukosa

= kadar pati, %
= berat molekul pati, mg/mmol (162 mg/mmol)

(14)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil yang diperoleh dari percobaan ini antara lain konsentrasi glukosa dalam glukosa
standar adalah 3,6829 mg glukosa/ml, konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati
setelah diencerkan sampel 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 4,6036 mg glukosa/ml;
4,6405 mg glukosa/ml; dan 4,6405 mg glukosa/ml, konsentrasi glukosa dalam larutan
hidrolisis pati sebelum diencerkan sampel 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 18,4145 mg
glukosa/ml; 18,5619 mg glukosa/ml; 18,5619 mg glukosa/ml, massa ekivalen glukosa
dalam larutan hidrolisis pati sampel 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 4603,6364 mg
glukosa; 4640,4655 mg glukosa; dan 4640,4655 mg glukosa, massa ekivalen glukosa
yang terbentuk sampel 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 0,9070 mg glukosa/mg pati;
0,9143 mg glukosa; dan 0,9143 mg glukosa, serta kadar pati sampel 1, 2, dan 3 berturutturut adalah 81,6328%; 82, 2859%; dan 82,2859%. Kadar pati referensi menurut Endang,
dkk, 1978, kadar pati referensi adalah 86%.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Metode Lane dan Eynon dapat digunakan untuk analisis konsentrasi glukosa.
2. Kadar pati yang diperoleh adalah 81,6328% untuk sampel 1, 82, 2859% untuk sampel
2, dan 82,2859% untuk sampel 3.
VI.

DAFTAR PUSTAKA
Endang, S, airisman, dan Sutadi, 1978, Pengolahan Tapioka Menjadi Glukosa, hal 16,
Pusdiklat Pegawai Departemen Perindustrian, Bogor.
Groggins, P.h., 1958, Unit Processes in Organic Synthesis, 5ed., pp. 750-771, McGraw
Hill Book Company, Inc., New York.
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1978, Encyclopedia of Chemical Techology, 3ed., pp.
232-233, McGraw Hill Book Company Inc., New York.
Wertheim, E., 1956, Introductory of Organic Chemistry, 3ed., pp. 193-194, 219, 232233, McGraw Hill Book Company Inc., New York.

VII.

LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia

Hazard yang mungkin terjadi pada proses percobaan ini adalah luka bakar di kulit,
terutama pada saat proses hidrolisis pati dan proses titrasi untuk analisis kadar glukosa
karena menggunakan suhu tinggi. Kedua proses ini menggunakan kompor listik
sehingga alat-alat yang digunakan menjadi panas. Luka bakar dapat terjadi saat
memegang erlenmeyer yang berisi larutan yang dipanaskan, statif dan klem yang juga
panas atau ujung buret yang dekat dengan kompor. Sehingga harus digunakan sarung
tangan tahan panas dan penjepit besi.
Bahan-bahan kimia yang harus diidentifikasi hazard-nya adalah:
1. Aquadest
Bahan kimia ini tidak berbahaya bagi manusia dan tidak perlu penanganan khusus
untuk penyimpanan dan pertolongan jika terpapar.
2. Glukosa Standar
Glukosa yang dipakai sebagai glukosa standar adalah glukosa monohidrat. Bahan
ini bersifat irritant, terutama jika berkontak dengan mata. Jika sudah terkena,
basuh dengan air selama kurang lebih 15 menit.
3. Larutan Fehling A (CuSO4)
Bahan ini bersifat irritant, terutama jika berkontak dengan mata. Berbahaya juga
ketika dihirup dan ditelan. Penanganannya jika sidah terkena mata sama dengan
penanganan pada glukosa standar.
4. Larutan Fehling B (K-Na-Tartrat)
Larutan ini bersifat corrosive dan irritant. Jika berkontak dengan mata, maka cara
penanganannya seperti yang sudah disebutkan. Jangan lupa untuk melepas contact
lenses dan jangan menggunakan obat mata. Jika terkena pakaian, maka pakaian
dilepas dan dicuci sebelum akan digunakan kembali. Jika sudah terkena kulit, maka
cuci dengan air yang mengalir. Bila sudah semakin parah, maka gunakan krim anti
bakteri dan cuci dengan sabun desinfektan. Jika terhirup, maka cari udara segar.
Bila semakin parah, maka lepaskan ikat pinggang, gelang, dan renggangkan celana.
Gunakan oksigen bila penderita sudah bernafas. Jika dibutuhkan, bantu dengan
pernafasan mulut. Bahan ini perlu disimpan pada tempat yang tidak korosif dan
aman.
5. Larutan HCl 1 N
Larutan ini bersifat beracun, korosif, iritan, dan bersifat karsinogenik. Penanganan
terhadap bahan ini hampir sama dengan penanganan larutan fehling B. Dalam
penyimpanannya, larutan ini harus benar-benar tertutup dan diletakkan pada
ruangan yang memiliki ventilasi yang baik.
6. Indikator metil biru
Indikator ini bersifat irritant, terutama jika berkontak dengan mata, combustible
pada suhu yang sangat tinggi. Penanganannya sama seperti yang sudah disebutkan.

7. NaOH pellets
Bahan ini bersifat korosif dan iritan. Penanganan bahan sama seperti penanganan
larutan fehling B. Dalam penyimpanannya, jangan disimpan diatas suhu 23 oC.
Tempat penyimpanan juga harus dijaga kering karena bahan ini bersifat
higroskopis.
8. Pati kanji
Bahan ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan penanganan khusus, tetapi
bersifat iritan bila terkena mata.
B. Alat Perlindungan Diri
Alat perlindungan diri yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Jas laboratorium lengan panjang untuk melindungi tubuh dari percikan bahanbahan kimia yang berbahaya.
2. Masker untuk melindungi saluran pencernaan dan pernafasan dari bahan volatil
dan beracun.
3. Sarung tangan untuk melindungi tangan dari zat yang iritan dan korosif.
4. Sepatu tertutup untuk melindungi kaki dari percikan bahan kimia yang korosif.
5. Goggle untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia yang korosif, iritan, dan
beracun.
C. Manajemen Limbah
Limbah yang dihasilkan dari percobaan ini adalah limbah sisa hidrolisis pati,
limbah hasil titrasi, dan limbah sisa larutan glukosa standar. Limbah sisa hidrolisis
pati berupa glukosa yang terlarut HCl, sehingga dibuang pada limbah halogenik
karena mengandung zat klor yang termasuk dalam golongan halogen. Limbah hasil
titrasi dibuang pada limbah logam berat karena mengandung ion Cu2+. Sedangkan
limbah sisa larutan glukosa standar dibuang pada limbah non halogenik karena tidak
mengandung zat yang bersifat asam, basa, maupun logam berat.
D. Data Percobaan
Massa glukosa monohidrat
Massa NaOH
Volum larutan glukosa monohidrat
Volum larutan HCl
Massa pati
Lama hidrolisis
Warna larutan sebelum hidrolisis
Warna larutan setelah hidrolisis
Volum larutan yang dinetralkan
Volum larutan setelah pengenceran

: 1,0128 gram
: 0,9975 gram
: 250,00 ml
: 250,00 ml
: 5,0755 gram
: 1 jam
: keruh
: bening kekuningan
: 25,00 ml
: 100,00 ml

1. Titrasi Larutan Fehling A + Fehling B dengan Larutan Glukosa Standar

Daftar I. Data Titrasi Larutan Fehling A + Fehling B dengan Glukosa Standar


No
.
1.
2.
3.

Fehling A, ml

Fehling B, ml

Volum Larutan Glukosa Standar, ml

10,00
10,00
10,00

10,00
10,00
10,00

25,70
25,90
26,10

2. Titrasi Larutan Fehling A + Fehling B + larutan hasil hidrolisis dengan larutan


glukosa standar
Daftar II. Data Titrasi Larutan Fehling A + Fehling B + Larutan Hasil
Hidrolisis dengan Larutan Glukosa Standar
No.

Fehling A, ml

Fehling B, ml

1.
2.
3.

10,00
10,00
10,00

10,00
10,00
10,00

Larutan Hasil

Volum Larutan

Hidrolisis, ml
10,00
10,00
10,00

Glukosa Standar, ml
13,20
13,30
13,50

E. Perhitungan
1. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan glukosa standar
1012,8 mg 180mg /mmol
mg glukosa
C s=
x
=3,6829
250,00 ml 198mg /mmol
ml

2. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati


a. Menghitung selisih volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk
titrasi larutan blangko dengan larutan blangko + larutan hasil hidrolisis pati
V 1=( 25,7013,20 ) ml=12,5000 ml
V 2=( 25,9013,30 ) ml=12,6000 ml
V 3= (26,1013,50 ) ml=12,6000 ml
b. Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati setelah
diencerkan
Che 1=

12,5000ml x 3,6829 mg glukosa/ ml


mg glukosa
=4,6036
10,00 ml
ml

Che 2=

12,6000ml x 3,6829 mg glukosa/ml


mg glukosa
=4,6405
10,00 ml
ml

Che 3=

12,6000 ml x 3,6829 mg glukosa/ml


mg glukosa
=4,6405
10,00 ml
ml

c. Menghitung konsentrasi glukosa dalam larutan hidrolisis pati sebelum


diencerkan
Chp 1=

4,6036 mg glukosa/ ml x 100,00 ml


mg glukosa
=18,4145
25,00 ml
ml

Chp 2=

4,6405mg glukosa/ml x 100,00 ml


mg glukosa
=18,5619
25,00 ml
ml

Chp 3=

4,6405mg glukosa/ml x 100,00 ml


mg glukosa
=18,5619
25,00 ml
ml

d. Penentuan ekivalen glukosa dalam larutan hidrolisis pati


mp 1 = 18,4145 mg glukosa/ml x 250,00 ml = 4603,6364 mg glukosa
mp 2 = 18,5619 mg glukosa/ml x 250,00 ml = 4640,4655 mg glukosa
mp 3 = 18,5619 mg glukosa/ml x 250,00 ml = 4640,4655 mg glukosa
e. Penentuan jumlah glukosa yang terbentuk hasil hidrolisis
4603,6364 mg glukosa
mg glukosa
m b 1=
=0,9070
mg pati
(5,0755 x 1000 ) mg pati
m b 2=

4640,4655 mg glukosa
mg glukosa
=0,9143
mg pati
( 5,0755 x 1000 ) mg pati

m b 3=

4640,4655 mg glukosa
mg glukosa
=0,9143
mg pati
( 5,0755 x 1000 ) mg pati

f. Penentuan kadar pati


mg glukosa 162 mg/mmol
mk 1=0,9070
x
x 100 =81,6328
mg pati
180 mg/mmol
mk 2=0,9143

mg glukosa 162 mg/mmol


x
x 100 =82,2859
mg pati
180 mg/mmol

mk 3=0,9143

mg glukosa 162 mg/mmol


x
x 100 =82,2859
mg pati
180 mg/mmol

Anda mungkin juga menyukai