Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. KONSEP DASAR
1. Anatomi Nasofaring
kualitas
suara
yang
dihasilkan
oleh
laring.
Nasofaring
Sosial ekonomi
Sebagian besar pasien ca Nasofaring adalah golongan sosial rendah dan
hal ini menyangkut pula dengan keadaan lingkungan dan kebiasaan
hidup.
j.
4. Klasifikasi
Pembagian Karsinoma Nasofaring
Menurut hispatologi
1) Well differentiated epidermoid carcinoma
- Keratinizing
- Non keratinizing
2) Undiferentiated epidermoid carcinom = anaplastik carcinoma
- Transitional
- Lymphoephitelioma
3) Adenocystic carcinoma
Menurut bentuk dan cara tumbuh
1) Ulceratif
2) Eksofilik : tumbuh keluar seperti polip
3) Endofilik : tumbuh dibawah di bawah mukosa agar sedikit lebih tinggi dari
jaringan sekitar (creeping tumor).
: Tumor primer
T0
T1
T2
T3
T4
Nx
N0
N1
N2
N3
: Metastasis jauh
Mx
M0
M1
Stadium 0
T1s
N0
M0
Stadium I
T1
N0
M0
Stadium II A
T2a
N0
M0
Stadium II B
T1
N1
M0
T2a
N1
M0
T2b
N0, N1
M0
T1
N2
M0
T2a, T2b
N2
M0
T3
N2
M0
Stadium IVa
T4
N0, N1, N2
M0
Stadium IVb
Semua T
N3
M0
Stadium IVc
Semua T
Semua N
M1
Stadium III
otak ke III, IV, VI dan dapat pula ke V, sehingga tidak jarang gejala
diplopialah yang membawa pasien lebih dahulu kedokter mata.
d. Metastasis atau gejala leher
Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher.
Gejala dapat dibedakan antara lain :
1) Gejala dini
Merupakan gejala yang dapat timbul waktu tumor masih tumbuh dalam
batas batas nasofaring, jadi berupa gejala setempat yang disebabkan
oleh tumor primer ( gejala gejala hidung dan telinga)
2) Gejala lanjut
3) Gejala lanjut merupakan gejala yangh dapat timbul oleh karena tumor
telah tumbuh melewati batas nasofaring, baik berupa metastasis
ataupun infiltrasi dari tumor.
Sebagai pedoman adanya tumor ganas nasofaring dapat dijumpai TRIAS
1) Tumor colli, gejala telinga, gejala hidung
2) Tumor colli gejala intra kranial (syaraf dan mata), gejala hidung dan
telinga
3) Gejala intra kranial, gejala hidung dan telinga.
6. Patofisiologi
Sudah hampir dipastikan Ca nasofaring disebabkan oleh virus eipstein barr.
Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai adanya protein-protein laten pada
penderita Ca nasofaring. Sel yang terinfeksi oleh EBV akanmenghasilkan
protein yang berfungsi untuk proses proliferasi dan mempertahankan
kelangsungan virus didalam sel host. Protein tersebut dapat digunakan
sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1 dan LMP-1, LMP-2A dan LMP2B.EBNA-1 adalah protein nuclear yang berperan dalam mempertahankan
genom virus. EBV tersebut mampu aktif dikarenakan konsumsi ikan asin yang
berlebih serta pemaparan zat-zat karsinogen yang menyebabkan stimulasi
pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol, sehingga terjadi differensiasi
dan proliferasi laten (EBNA-1). Hal inilah yang memicu pertumbuhan sel
kanker pada nasofaring, dalam hal ini terutama pada fossa Rossenmuller.
ini
hanya
digunakan
untuk
menentukan
prognosis
pengobatan.
d. Biopsy nasofaring
Ada 2 cara biopsy yaitu biopsy melalui hidung dan biopsy melalui mulut.
Biopsy melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya sedangkan
biopsy melalui mulut massa tumor akan terlihat lebih jelas.
e. Pemeriksaan THT
- Otoskopi : liang telinga, membran timpani.
- Rhinoskopi anterior : pada tumor endofilik tidak jelas kelainan di rongga
hidung, mungkin hanya banyak sekret, pada tumkoe eksofilik tampak
tumor di bagian belakang rongga hidung, tertutup sekret muko purulen,
fenomena palatum mole negatif.
- Rhinskopi posterior : pada tumor endofilik tidak terlihat massa, mukosa
nasofaring tampak agak menojol, tdk rata vaskularisasi meningkat, pada
tumor eksofilik tampak tumor kemerahan.
-Faringoskopi dan Laringoskopi : kadang faring menyempit karena
penebalaan jaringan retrofaring, reflek muntah dapat menghilang.
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Stadium I
: Radioterapi
b. Pembedahan
Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan terhadap
benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau
timbul kembali setelah penyinaran selesai, tetapi dengan syarat tumor
induknya sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan
serologi. Operasi sisa tumor induk (residu) atau kambuh (residif)
diindikasikan, tetapi sering timbul komplikasi yang berat akibat operasi
(Utama,2008).
9. Komplikasi
Toksisitas dari radioterapi dapat mencakup xerostomia, hipotiroidisme,
fibrosis dari leher dengan hilangnya lengkap dari jangkauan gerak, trismus,
kelainan gigi, dan hipoplasia struktur otot dan tulang diiradiasi.Retardasi
pertumbuhan dapat terjadi sekunder akibat radioterapi terhadap kelenjar
hipofisis.Panhypopituitarism dapat terjadi dalam beberapa kasus.Kehilangan
pendengaran sensorineural mungkin terjadi dengan penggunaan cisplatin dan
radioterapi.Toksisitas ginjal dapat terjadi pada pasien yang menerima
cisplatin.Mereka yang menerima bleomycin beresiko untuk menderita fibrosis
paru.Osteonekrosis dari mandibula merupakan komplikasi langka radioterapi
dan sering dihindari dengan perawatan gigi yang tepat (Maqbook, 2000 dan
Nasir, 2009).
10. Pencegahan
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah
dengan risiko tinggi. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah serta
mengubah cara memasak makanan untuk mencegah kesan buruk yang
timbul dari bahan-bahan yang berbahaya. Penyuluhan mengenai lingkungan
hidup yang tidak sehat, meningkatkan keadaan sosial-ekonomi dan berbagai
hal yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab. Akhir
sekali, melakukan tes serologik IgA-anti VCA dan IgA anti EA bermanfaat
dalam menemukan karsinoma nasofaring lebih dini (Utama,2008).
memudahkan pembersihan
Kortikosteroid
Kriteria hasil
adalah
DAFTAR PUSTAKA
Adams,George L. 2012. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Jakarta:EGC
Arima, Aria C. 2006. Paralisis Saraf Kranial Multiple pada Karsinoma Nasofaring.
Available from: http://Library.usu.ac.id/download.pdf. akses tanggal 17
November 2014
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Fuda Cancer Hospital Guangzhou. 2002
Kimberly. 2011. Kapita Selekta Penyakit: dengan implikasi keperawatan edisi 2.
Jakarta: EGC
Maqbook,M. 2000. Tumours of Nasopharynk In:Textbook of Ear, Nose, and Throat
Disease edition 9. Srinagar:Jay Pee Brothers
Nasir,N. 2009. Karsinoma Nasofaring. Kedokteran Islam. Available from:
http://nasriyadinasir.co.cc/2009/12/karsinomanasofaring_20.html.
Accesed
17 November 2014
National Cancer Hospital.2009. Ca Nasofaring
nuzulul_fkp09.webunair.ac.id.availablefrom://nuzulul_fkp09.webunair.ac.id/downloa
d. Accesed tanggal 17 November 2014
Utama, Hendra. 2008. Penyakit THT Tenggorokan, Kepala, dan Leher edisi 6
cetakan ke 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI