Anda di halaman 1dari 11

LAS BUSUR LISTRIK

A. PENGERTIAN LAS BUSUR MANUAL


Las busur listrik ialah suatu proses penyambungan dua buah logam atau lebih,
dengan cara mencairkannya, menggunakan busur yang di akibatkan dua buah kutub. Satu
kutub di hubungkan pada benda kerja, dan satu kutub dihubungkan pada elektroda.

Gambar 3.1 Las Busur Manual Dan Busur Las

Bila busur terbentuk, temperatur pada tempat terjadi kontak naik + 60000C. Panas
ini berada pada ujung elektroda. Logam mencair bersama-sama dengan ujung elektroda,
sehingga membentuk kawah yang kecil dan terjadilah rigi-rigi las.
Dalam waktu yang sama, salutan/lapisan (fluk) juga mencair, memberikan gas
pelindung di sekeliling busur, dan melindungi cairan dari udara luar. Kecepatan mencair
dari logam dan elektroda di tentukan oleh besar arus listrik (Ampere) yang dipakai.
B. PERALATAN LAS BUSUR MANUAL
Peralatan las busur manual terdiri dari alat-alat utama, alat-alat bantu dan alat-alat
keselamatan kerja.:
1. Alat-alat utama
a. Mesin las
Mesin las pada garis besarnya di bagi dalam 3 golongan, yaitu :
1) Mesin las arus searah (DC Welder)

Gambar 3.2 Mesin Las DC dengan Bensin/Diesel Dan Mesin Las DC Dengan Listrik

Pada umumnya, mesin las arus searah mendapatkan sumber listrik dari
generator arus searah yang di gerakkan oleh motor bensin, motor diesel dan
motor listrik. Mesin las arus searah paling cocok untuk pekerjaan lapangan
atau untuk bengkel-bengkel kecil yang tidak mempunyai jaringan listrik.
Pemasangan kabel-kabel las pada mesin las arus searah dapat diatur/dibolakbalik sesuai dengan keperluan pengelasan, ialah secara :
a) Pengkutuban langsung (DCSP)

Gambar 3.3 Pengkutuban DCSP

Dengan pengkutuban langsung, berarti kutub (+) mesin las dihubungkan


dengan benda kerja. Dan kutub (-) dengan kabel elektroda. Dengan
hubungan seperti ini, panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas
memanaskan elektroda, sedangkan 2/3 bagian memanaskan benda kerja.

Pada pengkutuban langsung ini, kabel elektroda dipasang pada terminal negative (-) dan
kabel massa pada terminal positif (+). Pengkutuban langsung sering disebutserkuit las listrik
dengan elektroda negative (DC-).

b) Pengkutuban terbalik (DCRP)

Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif


dan kabel massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik
sering disebut sirkuit las listrik elektroda positif (DC+).

Gambar 3.4 Pengkutuban DCRP

Pada pengkutuban terbalik, kutub (-) mesin las dihuibungkan dengan


benda kerja. Dan kutub (+) dihubungkan dengan elektroda. Pada
hubungan semacam ini, panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas
memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan elektroda.
Pemilihan kutub-kutub DCSP tergantung dari :
Bahan yang di las
Posisi pengelasan
Jenis elektroda yang digunakan
Penembusan yang dikehendaki
Perubahan hubungan dari pengkutuban langsung kepada pengkutuban
terbalik, atau sebaliknya, cukup dengan merubah kedudukan saklar (S dan R).
saklar ini biasanya terdapat pada mesin las DC. Jadi kita tidak usah merubah
kedudukan kabel elektroda dan kabel benda kerja.
Pada mesin las arus searah, pengatur arus biasanya di lengkapi dengan dua
macam pengatur, yaitu : High dan Low
Adapun keuntungan mesin las DC, antara lain :
a) Busur nyala stabil
b) Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut
c) Dapat mengelas plat tipis dalam hubungan DCRP
d) Dapat digunakan dilapangan apabila menggunakan generator yang
digerakkan dengan mesin diesel atau bensin

e) Dapat digunakan di bengkel-bengkel yang tidak mempunyai jaringan


listrik
Adapun kelemahan mesin las DC, antara lain :
a) Peralatan mahal dan rumit
b) Pemeliharaannya lebih komplek
c) Untuk mesin las DC yang sumber tenaganya dari jarinagn listrik, tidak
bisa digunakan di lapangan
d) Suaranya bising dan terjadi polusi
2) Mesin las arus bolak-balik (AC Welder)
Mesin las arus bolak-balik sebenarnya adalah transformator penurun
tegangan. Tegangan yang diperlukan oleh mesin las bermacam-macam.
Biasanya 110 V, 220 V, 380 V atau 440 V. Pengaturan arus pengelasan dapat
di lakukan dengan cara memutar handle, menarik atau menekan. Tergantung
dari konstruksi yang digunakan, sehingga kedudukan inti medan magnet
bergeser naik turun pada transformator (travo)
Pada mesin las arus bolak balik, pertukaran masa tidak mempengaruhi
perubahan panas yang timbul pada busur nyala.
a) Tegangan terbuka
Didalam travo las, tegangan masuk di turunkan sekitar 45 80 V.
Tegangan ini dinamakan tegangan terbuka, sebelum terjadi busur.
b) Tegangan tertutup
Apabila elektroda bersentuhan dengan benda kerja, akan terjadi busur las
dan tegangan akan turun sekitar 20 35 V. tegangan ini dinamakan
tegangan tertutup.
Instalas mesin las :
a) Tempatkan mesin las sedekat mungkin ke sumber arus, untuk
mendapatkan kabel primer yang pendek. Hal ini karena kabel primer
sangat berbahaya mempunyai tegangan yang tinggi.
b) Periksa seluruh kabel dari kerusakan
c) Hubungkan kabel benda kerja dan kabel elektroda ke mesin las, kemudian
hubungkan kabel primer ke sumber arus. Menghubungkan mesin las ke
sumber arus harus melalui stop kontak (switch off) dan sekring)
d) Matikan arus listrik (switch off) sebelum perlengkapan lainnya lengkap
e) Bersihkan bagian-bagian kabel penghubung meja kerja maupun kabel
penghubung elektroda dan ketatkan sambungan dari bagian-bagian yang
longgar yang dapat menimbulkan panas yang tinggi
f) Pergunakanlah kabel yang seluruhnya mempunyai isolasi
g) Hindarkan penjepit elektroda dari meja kerja, gantungkan pada gantungan
yang berisolasi
Keuntungan mesin las AC dibandingkan mesin las DC, diantaranya :
a. Harga lebih murah
b. Efisiensi kerjanya lebih tinggi

c. Perawatannya lebih mudah


Kelemahannya :
a. Tidak bisa dipakai di lapangan
b. Busur tidak stabil
c. Distribusi panas tidak berubah
b. Kabel las
Pemakaian kabel las di pengaruhi oleh panjang kabel yang akan digunakan dan
kuat arusnya (Amper). Semakin panjang kabel dan ampernya besar, maka luas
penampang kabelnya semakin besar. Kabel las ada 2 macam :
1) Kabel primer : kabel yang menghubungkan mesin las ke sumber tenaga
2) Kabel sekunder : kabel yang digunakan pada elektroda dan panas
Tabel ukuran kabel las (mm)

Tabel Ukuran kabel tenaga untuk 3 kabel konduktor

c. Elektroda
Pada umumnya ada 2 jenis elektroda, yaitu :
3) Elektroda bersalut (ada bahan yang membungkus inti kawat las)
4) Elektroda tidak bersalut
Fungsi dari salutan elektroda :
1) Mempermudah pemeliharaan busur nyala
2) Mengikat kotoran menjadi terak
3) Melindungi cairan logam dari pengaruh oksidasi udara luar
4) Membantu menyempurnakan komposisi cairan logam
Pengaturan ampere (arus) tergantung dari :
1) Diameter elektroda
2) Jenis elektroda
3) Polaritas
4) Tebal bahan
5) Posisi pengelasan
Sebagai patokan dalam latihan dapat digunakan tabel berikut :
Diameter Elektroda
2,6
3,2
4,0

Ampere
45 90
60 130
90 - 160

Polaritas
AC / DC
AC / DA - , +
AC / DC

c. Tang (penjepit) elektroda


Adalah alat yang dipakai untuk menjepit elektroda pada saat proses pengelasan
d. Tang j(penepit) masa
Adalah penjepit yang dipakai untuk menjepit benda kerja, atau meja besi tempat
tumpuan benda kerja

2. Alat-alat bantu
a. Palu terak

b. Sikat kawat baja


c. Alat-alat penjepit benda kerja
d. Alat-alat ukur, gambar dan alat-alat potong
Alat-alat keselamatan kerja
1.helem (topeng) las
2.sarung tangan
3.baju las (apron)
4.sepatu las
5.kamar las

1. Helem Las (Topeng Las)


Gunanya untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (ultra violet dan infra
merah).
Sinar las yang terang itu tidak boleh dilihat dengan mata langsung sampai jarak 15
meter.Kaca dari helem las atau topeng las adalah khusus yang dapat mengurangi sinar las
tersebut. Dan melindungi kaca khusus tersebut dari percikan las, dipakailah kaca kaca
bening pada bagian luarnya.
2. Sarung tangan
Dibuat dari kulit atau asbes lunak. Untuk memudahkan memegang pemegang elektroda.
Pada waktu mengelas, sarung tangan ini selalu harus dipakai.
3. Baju Las (Apron)
Dibuat dari kulit atau asbes. Baju las yang lengkap dapat melindungi badan dan sebagaian
kaki. Untuk pengelasan posisi di atas kepala harus memakai baju las yang lengkap.
Sedangkan pengelasan lainya cukup menggunakan apron.
4. Sepatu Las
Berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api. Jika tidak ada sepatu las,
pakailah sepatu biasa yang rapat, jangan sampai mudah kemasukan percikan bunga api.
5. Kamar Las
Kamar las dibuat dari bahan tahan api. Kamar las penting, yaitu agar orang yang ada di
sekitar tidak terganggu oleh bahaya las.
Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dilengkapi dengan sistem ventilasi.
Kamaar las dilengkapi dengan meja las yang bebas dari bahaya kebakaran. Di sekitar

kamar las ditempatkan alat pemadam kebakaran dan pasir.

C. Memilih Besar Arus Listrik


Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan macammacam elektroda las.
Tabel Besar arus dalam ampere dan diameter (mm)

Keterangan :
a. E menyatakan elektroda
b. Dua angka setelah E (misalnya 60 atau 70) menyatakan kekuatan tarik defosit las dalam
ribuan dengan 1b/inchi
c. Angka ketiga setelah E menyatakan posisi pengelasan, yaitu :
- Angka (1) untuk pengelasan segala posisi,
- Angka (2) untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan.
d. Angka ke empat setelah E menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai
untuk pengelasan.

D. PROSES PENGELASAN
1. Cara penyalaan elektroda
a. Cara sentuhan / sentakan
Adalah cara menyalakan elektroda dengan cara di sentuhkan lurus pada benda
kerja, kemudian diangkat jarak + 1 x diameter elektroda. Selanjutnya di turunkan
lagi pada jarak 0,8 x diameter elektroda. Biasanya dipakai pada las DC

Gambar 3.5 Cara Sentuhan Dan Cara Gores

b. Cara goresan
Adalah cara menyalakan elektroda dengan cara menggoreskan elektroda pada
benda kerja (logam lain). Begitu busurnya menyala, langsung di pertahankan 0,8
x diameter elektroda
2. Cara membuat rigi-rigi las
a. Setelah elektroda menyala, kita pertahankan dengan jarak 0,8 x diameter
elektroda dari bahan kerja.
b. Elektroda tersebut di biarkan diam (jangan di geser-geser dulu) hingga
membentuk kawah (genangan) cairan logam + 8 10 mm.
c. Setelah timbul kawah, maka mulailah melakukan gerakan membuat rigi-rigi las
(zig zak, melingkar atau yang lain) secara berlahan-lahan.
Cairan logam dari elektroda jangan sampai terputus, agar rigi-rigi yang terbentuk
dapat teratur. Perlu diperhatikan bahwa :
a. Elektroda tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah
b. Penaikan elektroda / penggeserannya tidak boleh terlalu cepat. Jarak pergeseran
elektoda di usahakan + 1 2 mm
c. Elektroda jangan di tarik ke belakang, tetapi tempuhlah cara seperti gambar
berikut (ayunan elektroda)

Gambar 3.6 Pergerakan Elektroda

3. Pengaruh pembuatan rigi-rigi yang tidak tepat


a. Elektroda terlalu tinggi
1) Rigi-rigi las kasar
2) Tembusan lasnya dangkal
3) Percikannya kasar dan keluar jalur las
b. Elektroda terlalu rendah
1) Rigi-rigi tidak rata
2) Tembusan lasnya tidak baik
3) Percikan lasnya kasar berbentuk bola,
c. Elektroda terlalu cepat menaik / menggesernya
1) Tembusan lasnya dangkal
2) Pengelasan tidak kuats
d. Elektroda terlalu lambat
1) Jika bendanya tipis, akan jebol atau rusak
2) Jalur rigi-riginya lebar dan kuat
4. Pengaruh pengaturan ampere yang tidak tepat

a. Ampere terlalu kecil


1) Penyalaan sukar
2) Busur listriknya tidak stabil
3) Panasnya tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan benda kerja
4) Tembusan lasnya dangkal
b. Amper terlalu besar
1) Elektroda mencair terlalu cepat
2) Rigi-rigi lasnya lebar
3) Tembusan lasnya terkadang terlalu dalam
5. Perubahan bentuk (deformasi)
a. Perubahan bentul terjadi karena
1) Rencana konstruksi
2) Bentuk kampuh
3) Panas pengelasan
4) Larutan pengisian
5) Jenis bahan
6) Prosedur perakitan
7) Cara penyetelan
b. Cara mencegah terjadinya deformasi
1) Pengelasan sedikit mungkin tetapi tatap kuat
2) Pengelasan dilakukan secara menyilang
3) Membuat rigi-rigi yang menimbulkan gaya yang saling meniadakan
4) Membuat las pengikat (las catt) lebih dahulu

Anda mungkin juga menyukai