Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PESAWAT RONTGEN KONDENSATOR DISCHARGE / X-RAY UNIT


CONDENSATOR DISCHARGE

PENDAHULUAN
Pesawat Rontgen Kondensator Discharge adalah suatu pesawat untuk
membangkitkan sinar rontgen yang hanya dapat digunakan untuk
pemeriksaan radiografi. Pada Pesawat Rontgen Kondensator Discharge
tabung yang digunakan adalah tabung trioda.
Rangkaian pembangkit sinar rontgen bekerja berdasarkan rangkaian
pengganda
tegangan
serta
rangkaian
pembuangan
muatan
kondensator. Sistem pengisian tegangan tinggi dilakukan oleh suatu
pengatur pengisi tegangan tinggi. Dalam pemeriksaan radiografi
dilakukan dengan teknik pemilihan saklar yang telah diatur sedemikian
rupa.
Dalam hal mencegah kelebihan beban Pesawat Rontgen Kondensator
Discharge dilengkapi dengan pengaman beban lebih. Tegangan
maksimum yang dihasilkan oleh Pesawat Rontgen Kondensator
Discharge adalah 100 KV DC. Hal tersebut setara dengan 100 KV, 50
mAS yaitu merupakan suatu nilai standar pada penyinaran densitas
tinggi untuk Pesawat Rontgen Konvensional, sedangkan waktu
pembebanan ditentukan oleh tabung sinar rontgen itu sendiri.
Syarat-syarat Pesawat Rontgen Kondensator Discharge :
1.
2.
3.
4.
5.

Menggunakan arus DC sebagai supplynya.


Menggunakan tabung trioda.
Terdapat shutter.
Terdapat rangakaian pengendali tengangan grid.
Prinsip kerjanya dengan pengisian dan pengosongan kapasitor
tengangan tinggi.

Gambar wiring diagram Rangkaian Pesawat Kondensator Discharge


Cara kerja wiring diagram Pesawat Rontgen Kondensator Discharge :
1. Saat S1 di tekan sehingga S1 dalam keadaan ON, RyD mendapat
supply dari PLN, sehingga RyD bekerja dan mengakibatkan
kontaktor RyD1NC terbuka dan Ryd2NC juga terbuka.
2. Selanjutnya arus dari PLN akan mengalir juga menuju ke primer
trafo, sehingga primer trafo mendapatkan AC (bolak-balik)
sehingga akan terjadi Garis-Garis Gaya Magnet (GGM) yang
berubah-ubah tergantung dari besarnya arus yang mengalir.
Akibat dari perubahan Garis-Garis Gaya Magnet (GGM) ini akan
menyebabkan timbulnya Gaya Gerak Listrik (GGL) pada kumparan
sekunder trafo, yang besarnya tergantung dari besarnya
perubahan fluks pada setiap perubahan waktu

(E=

d
)
dt

dari

proses ini di dapatkan tegangan tinggi AC yang akan di searahkan


oleh Rectifier Dioda Bridge, sehingga diperoleh tegangan DC.
Polaritas positif (+) dan polaritas negatif (-) dari tegangan DC
tersebut akan memberikan supply ke Kondensator Tegangan
Tinggi (C1 dan C2)
Selanjutnya kita menentukan KV untuk objek yang akan dilakukan
pemotretan dengan cara memutar selektor KV pada KV selector,
nilai KV tergantung dari tebal tipisnya objek, misalnya orang
gemuk KV = 70.
3. Selanjutnya S2 ditekan sehingga S2 dalam keadaan ON, lihat nilai
KV pada KV Indikator. Akibat S2 ditekan akan ada arus yang
mengalir melewati Kondensator Tegangan Tinggi (C1 dan C2)
sehingga terjadi pengisian tegangan DC pada Kondensator
Tegangan Tinggi (C1 dan C2). Sehingga plat atas C1 yang
berpolaritas positif (+) memberikan bias positif ke anode dan C2

yang berpolaritas negatif (-) akan memberikan bias negatif ke


katoda. Tetapi dalam keadaan tersebut tabung X-Ray belum bisa
expose karena masih dalam keadaan grid mendapatkan bias
negatif (E=-2,5KV).
4. Pada saat ingin melakukan expose, KV sudah diatur, mAS sudah
diatur, pasien atau objek sudah pada posisinya dan siap dilakukan
pemotretan.
5. Pada saat mAS ditekan berarti kita memutus bias negatif dari
(E=-2,5KV) yang ke grid, sehingga grid akan berpolaritas sama
dengan katoda.
6. Sehingga expose terjadi, elektron-elektron yang ditarik ke anoda
menabrak anoda dan ditahan. Jika tabrakan elektron tersebut
tepat di inti atom terjadi peristiwa Breamstralung dan apabila
menabraknya di elektron kulit K, terjadi K Karakteristik. Akibat
tabrakan ini terjadi hole-hole karena elektron-elektron yang di
tabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan di isi oleh electronelekron dari lintasan lain. Perpindahan elektron yang mengisi
hole-hole
tersebut
akan
menghasilkan
suatu
gelombang
elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbeda-beda.
Gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya antara
0,001 1 Amstrong inilah yang disebut sinar X atau sinar
rontgen.

Anda mungkin juga menyukai