Anda di halaman 1dari 14

TEKNIK KEABSAHAN DATA

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah


Metodologi Penelitian Pendidikan
Yang dibimbing oleh : Dr. Hj. ST. Mislikhah, M. Pd.

Oleh :

SYAMSUL ARIFIN
NIM. 0849113084

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
(IAIN) JEMBER
JANUARI 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Dalam tubuh pengetahuan penelitian kualitatif itu sendiri sejak awal
pada dasarnya sudah ada usaha meningkatkan derajat kepercayaan data yang
disini dinamakan keabsahan data. Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada
dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan
kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan
sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian
kualitatif. Dengan kata lain, apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan
terhadap keabsahan data secara cermat sesuai dengan tekniknya, maka jelas
bahwa hasil upaya penelitiannya benar-benar dapat dipertanggunbgjawabkan
dari segala segi.
Dalam suatu penelitian, kegiatan mengumpulkan data dan kemudian
mengolahnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab apabila memperoleh
data yang salah atau yang tidak sesuai, maka hasil pengolahannya pun akan
salah atau tidak sesuai juga. Demikian pula halnya apabila memperoleh data
yang tidak memenuhi persyaratan keabsahan (trustworthiness), maka
akibatnya terjadi pengulangan pengumpulan data. Oleh karena itu keabsahan
data perlu diperiksa.
Untuk memenuhi harapan itu, peneliti diharuskan mempelajari teknik
pemeriksaan keabsahan data. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang
kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kriteria keabsahan data?
2. Bagaimana Teknik pemeriksaan Keabsahan data?

BAB II
PEMBAHASAN
1

A. Kriteria Keabsahan Data


Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan
harus memenuhi :
1. Mendemonstrasikan nilai yang benar
2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan
3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi
dari

prosedurnya

dan

kenetralan

dari

temuan

dan

keputusan-

keputusannya.1
Untuk menetapkan keabsahan

(trustworthiness) data diperlukan

teknik pemeriksaan. pelaksanaan teknik pemeriksaaan didasarkan atas


sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat
kepercayaaan (Credibelity), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability) dan kepastian (Confirmability).2
a. Derajat kepercayaan (credibility).
Kriterium ini berfungsi : pertama , melaksanakan inkuiri
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuanya dapat
tercapai.Kedua,

mempertunjukan

derajat

kepercayaan

hasil-hasil

penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda


yang sedang diteliti.
b. Keteralihan (Transferability),
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan
antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan
tersebut seorang peneliti mencari dan menggumpulkan kejadian empiris
tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab
untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat
keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus
melakukan penelitian kecil untuk memastiksn usaha verifikasi tersebut.
c. Kebergantungan (dependability)
1Lexy J. Moleong, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 320321
2 J. Moleong, Metode Penelitian kualitatif...., 324

Konsep kebergantungan lebih luas dari pada realibilitas . hal


tersebut disebabkan peninjauan yang dari segi bahwa konsep itu
diperthitungkan segala-galanya yaitu yang ada pada realibilitas itu
sendiri ditambah factor-faktor lainya yang tersangkut.
d. Kriteria Kepastian (confirmability),
Objektivitas-subjektivitasnya sesuatu hal bergantung pada orang
seorang, menurut Scriven. Selain itu masih ada unsure kualitas yang
melekat pada konsep objektivitas itu. Hal itu digali dari pengertian bahwa
jika sesuatu itu objek , berarti dapat dipercaya, factual, dan dapat
dipastikan.subjektif berarti tidak dapat dipercaya, atau menceng.
Pengertian terakhir inilah yang dijadikan tumpuan pengalihan pengertian
objektivitas-subjektivitas menjadi kepastian.3
B. Teknik pemeriksaan Keabsahan data
No

Kriteria

1 Kredibilitas

Teknik Pemeriksaan
Perpanjangan keikut sertaan
Ketekukan pengamatan
Trianggulasi
Pengecekan sejawat
Kecukupan referensi
Kajian kasus negative
Pengecekan Anggota

2 Keteralihan

Uraian Rinci

3 Kebergantungan

Audit Kebergantungan

4 Kepastian

10) Audit kepastian

1. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Keikutertaan tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.
3J. Moleong, Metode Penelitian kualitatif...., 324-326

Perpanjangan

keikutsertaan

peneliti

akan

memungkinkan

meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal


tersebut penting artinya karena penelitian kualitatif berorientasi pada
situasi,

sehingga

dengan

perpanjangan

keikutsertaaan

dapat

memastikan apakah kontek itu dipahami dan dihayati. Disamping itu


membangun kepercayaan antara subjek dan peneliti memerlukan
waktu yang cukup lama.
2. Ketekunan Pengamatan
Yang dimaksud dengan Ketekunan Pengamatan adalah teknik
Pemeriksaan Keabsahan Data berdasarkan Seberapa tinggi derajat
ketekunan peneliti di dalam melakukan kegiatan pengamatan.
Ketekunan adalah sikap mental yang disertai dengan
ketelitian dan keteguhan di dalam melakukan pengamatan untuk
memperoleh data penelitian. Adapun Pengamatan, merupakan
proses yang kompleks, yang tersusun dari proses biologis (mata,
telinga) dan psikologis (daya adaptasi yang didukung oleh sifat kritis
dan cermat).4
Ketekunan pengamatan dimaksudkan menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan keikutsertaan
menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan
kedalaman.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan
yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan
semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa
data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.5
4Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Mandar Maju, 1990), 159
5Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: CV. Alfabeta,2008), 125

3. Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainya.6 Denzim membedakan empat macam trianggulasi
sebagi teknik pemeriksaaan yang memanfaatkan sumber, metode,
penyidik dan teori.
a. Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yag diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. hal tersebut
dapat dicapai melalui:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakanya secara pribadi
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu
4) Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menegah atau tinggi , orang berada ,
orang pemerintahan
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.

6J. Moleong, Metode Penelitian kualitatif...., 330

b. Trianggulasi degan metode


Yang dimaksud dengan Triangulasi dengan Metode adalah
melakukan perbandingan, pengecekan kebenaran dan kesesuaian
data penelitian melalui Metode yang berbeda. Menurut Patton
terdapat dua strategi, yaitu : 7
1) Pengecekkan derajat kepercayaaan menemukan hasil penelitian
beberapa teknik penggumpulan data
2) Pengecekan derajat kepercayaan bebrapa sumber data dengan
metode yang sama.
c. Trianggulasi dengan penyidik
Adalah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat
lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan
data. Pemanfaatan pengamat lainya membantu menggurangi
kemencengan dalam pegumpulan data.
d. Trianggulasi dengan teori
Menurut Lincon dan Guba, berdasarkan anggapan bahwa
fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaanya dengan
satu atau lebih teori. Dipihak lain Patton juga berpendapat yaitu,
bahwa hal itu dapat dilakukan dan hal itu dinamakan penjelasan
banding (rival exsplanations).
4. Pemeriksaan Sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara
atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan
rekan-rekan sejawat, adapun maksud dari teknik ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka
dan kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kemelencengan
peneliti disingkap

dan pengertian mendalam ditelaah yang

nantinya menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran.


b. Diskusi dengan teman sejawat memberikan kesempatan awal yang
baik untuk menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari
pemikiran peneliti. Ada kemungkinan hipotesis yang muncul dalam
benak peneliti sudah dapt dikonfirmasikan, tetapi dalam diskusi
7Husaini, Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), 88

analitik ini mungkin sekali dapat terungkap segi-segi lainya justru


membongkar pemikiran peneliti. Sekiranya peneliti tidak dapat
mempertahankan posisinya, maka dia perlu mempertimbangkan
kembali arah hipotesisnya itu.
5. Analisis kasus negative
Teknik

analisi kasus negative dilakukan dengan jalan

menggumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan
kecendrungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan
sebagi bahan pembanding. Kasus negative digunakan sebagi kasus
negative untuk memjelaskan hipotesis alternative sebagai upaya
meningkatkan argumentasi penemuan.
6. Kecukupan referensial
Kecukupan referensial mula-mula diusulkan oleh Eisner
sebagi alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis
untuk keperluan evaluasi, Film atau video-tape, dapat digunakan
sebagi alat perekam pada saat senggang dapat dimanfaatkan untuk
membandingkan hasil yang diperoleh dengan krirtik yang terkumpul.
Jadi bahan-bahan yang tercatan dan terekam dapat digunakan sebagi
patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.
7. Pengecekan Anggota.
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses
penggumpulan data sangat penting dalam memeriksa derajat
kepercayaaan, yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data,
kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan .tujuanya tentu untuk
pemeriksaan derajat kepercayaan.
Pengecekan anggota dapat ddilakukan dengan secara formal
maupun tidak formal. Banyak kesempatan tersedia untuk mengadakan
pengecekan

anggota.

Pengecekan

anggota

berarti

peneliti

mengumpulkan para peserta yang telah ikut menjadi sumber data dan
mengecek kebenaran data dan interpretasinya.
8. Uraian Rinci
7

Uraian rinci merupakan usaha membangun keteralihan dalam


penelitian kualitatif dilakukan dengan cara uraian rinci (Thick
description) keteralihan tergantung pada pengetahuan seseorang
peneliti tentang konteks pengertian dan konteks penerimaan. Dengan
demikian peneliti bertanggungjawab terhadap penyediaan dasar
secukupnya yang memungkinkan seseorang merenungkan suatu
aplikasi

pada

penerima

sehingga

memungkinkan

adanya

pembandingan.
9. Auditing (Audit kebergantungan dan Audit kepastian)
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya di bidang fiskal
yang dimanfaatkan untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian
data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil
atau keluaran. Penelusuran audit (audit trail) tidak dapat dilaksanakan
apabila

tidak

dilengkapi

dengan

catatan-catatan

pelaksanaan

keseluruhan proses dan hasil studi. Pencatatan pelaksanaan itu perlu


diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing itu dilakukan
sebagaimana yang dilakukan auditing fiskal.
Klasifikasi itu dapat dilakukan seperti yang diselanggarakan
oleh Halpern sebagai berikut :
a. Data mentah, termasuk bahan yang direkam secara elektronik,
catatan lapangan tertulis, dokumen, foto, dan semacamnya serta
hasil survei
b. Data yang direduksi dan hasil analisis data, termasuk didalamnya
penulisan secara lengkap catatan lapangan, ikhtisar catatan
c. Rekonstruksi data dan hasil sintesis, termasuk didalmnya struktur
kategori: tema, definisi dan hubungan-hubungannya, temuan dan
kesimpulan, dan laporan akhir
d. Catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk didalmnya
catatan metodologi: prosedur, desain, strategi, rasional; catatan
keabsahan

data

berkaitan

dengan

derajat

kebergantungan, kepastian dan penelusuran audit

kepercayaan,

e. Bahan yang berkaitan dengan maksud dan tujuan, termasuk usulan


penelitian, catatan pribadi
f. Informasi tentang pengembangan instrument, termasuk berbagai
formulir yang digunakan untuk penjajakan, jadwal survei, jadwal
pendahuluan, format pengamat dan survei.
Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang
disarankan oleh Halpern, yaitu: pra-entri, penetapan hal-hal yang
dapat di audit, kesepakatan formal dan terakhir penentuan keabsahan
data.
1) Pra entri
Pada tahap pra entri, sejumlah pertemuan diadakan oleh
auditor dengan auditi (dalam hal ini peneliti) dan berakhir pada
usaha meneruskan, mengubah seperlunya, atau menghentikan
pelaksanaan usulan auditing. Sesudah itu auditi memilih auditor
yang potensial untuk melaksanakan auditing itu.
2) Tahap penetapan dapat tidaknya diaudit
Tugas auditi ialah menyediakan segala macam pencatatan
yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia seperti
yang sudah dikemukakan klasifikasinya. Selain itu ia hendaknya
menyediakan waktu secukupnya untuk keperluan mengadakan
konsultasi jika hal itu diperlukan.
Di pihak lain, auditor ialah memperlajari seluruh bahan yang
tersedia. Sesudah itu ia meminta penjelasan-penjelasan seperlunya
tentang apa yang belum dipahaminya secara mantap. Pada tahap ini
auditor harus pula membuat ketetapan tentang studi yang sedang
atau telah selesai dilaksanakan. Jika studi sedang berjalan, saran
keputusannya hendaknya menegaskan agar dapat diteruskan,
dihentikan sementara, atau dihentikan sama sekali.
3) Tahap kesepakatan resmi (formal)
Pada tahap ini auditor dan auditi mengadakan persetujuan
tertulis tentang apa yang telah dicapai oleh auditor. Persetujuan
yang dilakukan hendaknya mencakup batas waktu pelaksanaannya,
tujuan pelaksanaan audit berkaitan dengan kebergantungan atau
9

kepastian, penjabaran peranan yang akan dimainkan, baik oleh


auditor maupun auditi, penyusunan logistik yang diperlukan seperti
waktu, tempat, bantuan material yang diperlukan, dan sebagainya,
penetapan format yang dibutuhkan sebagai kerangka dan isi
laporan auditor dan kriteia perundingan kembali jika diperlukan
apabila auditor itu melenceng, keliru atau salah.
4) Tahap penentuan keabsahan
Tahap ini merupakan tahap terpenting. penelusuran audit
meliputi pemeriksaan terhadap kepastian maupun terhadap
kebergantungan. Jika auditor telah selesai dalam mengerjakan
tahap-tahap pemeriksaan kepastian maka dia sudah siap mengambil
keputusan tentang keseluruhan kepastian studi, yang berkaitan
dengan sejauhmana data dan penfsirannya didasarkan atas data
daripada hanya sebagai usaha konstruksi sendiri. Sama halnya
ketika selesai dalam tahap-tahap kebergantungan, maka dia kini
sudah siap mengakhiri pemeriksaan tentang ketergantungan.
Tahap terakhir rentetan auditing ini ialah mengakhiri
auditing itu sendiri. Pada tahap ini ada dua hal yang perlu
dikerjakan oleh auditor, yaitu memberikan umpan balik dan
berunding dengan auditi, yaitu si peneliti itu sendiri dan
menuliskan laporan hasil pemeriksaannya. Sebelum seluruh
penyusunan lapoan diakhiri, sesuai dengan haknya, auditi berhak
mempelajari isi laporan tersebut terlebih dahulu. Hasil penelaahan
auditi dibicarakan dan dibahas bersama. Maksudnya ialah agar
auditi dapat mengetahui bahwa langkah-langkah yang ada dalam
perjanjian telah dilakukan seluruhnya. Jika dari sisi auditi terlihat
adanya kekeliruan, hal itu dapat dibicarakan untuk kemudian
diperbaiki. Dalam hal keduanya tidak terdapat kesesuaian pendapat
auditor tetap berhak untuk meenyajikan laporannya, sedangkan
auditi dapat memberikan catatan khusus mengenai hal itu. Jika
proses ini telah dilaksanakan, maka perundingan tentang temuan

10

auditing dibicarakan, apasaja kekurangannya dan bagaimana cara


mengatasinya.8

8J. Moleong, Metode Penelitian kualitatif...., 338-343

11

BAB III
PENUTUP
Dalam penelitian kualitatif, data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada
obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran relitas data menurut
penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak, tergantung pada konstruk
manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu
dengan berbagai latar belakang yang berbeda.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data penelitian
kualitatif, yaitu: nilai subyektivitas, metode pengumpulan dan sumber data
penelitiam. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena
beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam
penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan
observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan
apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan
mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa
teknik keabsahan data penelitian kualitatif.
Penelitian data kualitatif memang perlu adanya pemeriksaan keabsahan
data. Hal ini penting karena pertangggung jwaban kepercayaan data terletak pada
kriteria dan teknik pemeriksaan data.
Demikian makalah yang dapat saya buat. Saya menyadari dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik
dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dan berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

12

DAFTAR PUSTAKA
J. Moleong, Lexy. 2009. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung:
Mandar Maju.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: CV. Alfabeta.
Usman, Husaini. 2003. Metodologi Penelitian Sosia.Jakarta : Bumi Aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai