Anda di halaman 1dari 222

Empat Dasawarsa

PT Antam Tbk

MEMAKNAI ALAM,
MELINTAS MASA

1968 2008
i

Sanksi Pelanggaran Pasal 22:


Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta

ii

1.

Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan


perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal
49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masingmasing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah).

2.

Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,


atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Daftar Isi
Apa kata Direktur Utama Antam tentang buku ini?
Simak SAMBUTAN DARI DIREKTUR UTAMA
Ingin tahu kronologi singkat perjalanan Antam? Silakan lihat
KRONOLOGI SEKILAS ANTAM DALAM LINTAS SEJARAH
Kilasan sejarah tujuh perusahaan yang bergabung menjadi
PN Aneka Tambang ada pada bab MENAPAK SEJARAH ANTAM

iv
viii
1

Kiprah Antam mulai 1968 sampai 2008, bisa Anda baca pada bab
DINAMIKA PERKEMBANGAN

23

Pencapaian-pencapaian penting Antam terekam


dalam TONGGAK-TONGGAK SEJARAH

51

Bagaimanakah Antam menghadapi berbagai hambatan dan


tantangan? Simak bab MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

103

Kondisi ANTAM MASA KINI yang memaparkan pencapaianpencapaian penting bisa Anda simak di bab ini

127

Langkah-langkah dan rencana Antam di masa depan bisa Anda


baca melalui bab MENATAP MASA DEPAN

155

Ingin tahu pendapat orang tentang Antam?


Silakan buka bagian ANTAM DI MATA MEREKA

177

MEREKA YANG MENGHARUMKAN NAMA ANTAM berisi daftar


Direksi 1968-2008 dan profil para Direktur Utama

187

PENGHARGAAN DAN PENGAKUAN


EKSTERNAL untuk Antam dipaparkan pada bagian ini

195

Buka bagian PARA NARASUMBER untuk mengetahui mereka yang


telah berbagi pengalaman dalam lintasan sejarah Antam

201

DAFTAR KEPUSTAKAAN berisi sebagian rujukan yang


digunakan untuk menyusun buku ini

208

Mencari alamat Antam dan unit-unit usahanya?


Silakan buka bagian HUBUNGI KAMI

211

iii

Sambutan dari
Direktur Utama

Pembaca yang berbahagia,


Saya benar-benar bangga dan berbesar hati
bisa menuliskan sambutan pada buku ini dan
menjadi bagian sejarah Antam. Terlebih lagi, selain
mengisahkan momen-momen penting perintisan
dan pertumbuhan Antam, buku Empat Dasawarsa
PT Antam Tbk Memaknai Alam, Melintas Masa ini
juga memuat catatan keberhasilan-keberhasilan
Antam serta uraian rencana-rencana yang akan
ditempuh di masa depan.

iv

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Membaca buku ini, kita bisa melihat dengan jelas adanya keterkaitan dan
keterikatan antara Antam masa lalu, masa kini dan masa depan. Antam
masa lalu telah berhasil menempuh 40 tahun tempaan berbagai rintangan
dan halangan; Antam kini dibentuk, diwujudkan dan dimatangkan oleh
pengalaman 40 tahun, dan keberhasilan Antam saat ini harus menjadi dasar
yang kuat bagi pembentukan, perwujudan dan pematangan Antam di masa
depan.
Buku ini berisi semangat, perjuangan, tantangan dan cita-cita. Kisahkisah eksplorasi new discovery, eksploitasi tambang serta tonggak-tonggak
sejarah pertumbuhan Antam pada buku ini akan banyak memberi makna
dan gambaran dinamika perjalanan Antam. Selain itu, buku ini juga banyak
menguraikan nilai-nilai (values) positif para pendiri dan pendahulu Antam
yang telah mengantarkan Antam menuju prestasi dan kemajuan seperti
sekarang ini. Nilai-nilai positif yang sesungguhnya mengandung banyak
pesan berharga tersebut disampaikan dengan cara menarik dan membangkitkan semangat para penerus Antam.
Saya sungguh berterimakasih kepada semua narasumber yang telah sudi
berbagi cerita untuk menjadikan buku ini sebagai bacaan yang bernas dan
mendorong semangat. Penghargaan dan ungkapan terima kasih juga saya
sampaikan kepada Satuan Kerja Corporate Secretary dan Tim Kontan Gramedia
atas kerja kerasnya menggali dan menyusun untaian sejarah Antam hingga
buku ini dapat rampung dan tersaji dengan baik.
Saya berharap stakeholders Antam berkesempatan membaca buku ini untuk
memahami seluk beluk pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Saya
juga berharap generasi muda Insan Antam bisa menyempatkan diri membaca
buku ini untuk memahami Antam secara keseluruhan dan meneladani serta
mewarisi semangat para pendahulu yang telah membuat kondisi Antam
menjadi seperti saat ini.

Salam,

Ir. Alwin Syah Loebis


Direktur Utama

SAMBUTAN DARI DIREKTUR UTAMA

vi

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Sepatah Kata
dari Pak Dedi
Pembaca yang budiman,

Manakala menulis sambutan ini, hati saya bergetar. Bergetar


karena tanggal 5 Juli 2008, adalah saat Antam kita tercinta
memasuki usia empat dasawarsa. Bergetar, karena saya
merasa Antam dapat mencapai kinerja terbaik di usianya
yang ke-40 tersebut.
Ada ungkapan yang mengatakan life begins at fourty, hidup yang sebenarnya
justru baru mulai di usia 40. Bagi saya, kata hidup itu lebih saya artikan
sebagai awal pencapaian pertumbuhan yang mantap, yang dibangun oleh
segenap Insan Antam dengan semangat, pemikiran, kerja keras dan dedikasi
yang tinggi. Dan pertumbuhan itu akan melaju terus tiada henti.
Sebuah perusahaan yang telah berkarya bagi bangsa dan negara selama 40
tahun bisa dibilang sukses ketika semua halangan, rintangan dan hambatan
yang muncul selama perjalanan itu bisa ditangani dengan baik. Dan Antam
telah membuktikan itu. Kini Antam telah menjadi satu perusahaan milik
negara dan milik masyarakat, dan menjadi kebanggaan bangsa yang melayani
dunia yang terus bertumbuh dan terintegrasi secara vertikal dengan prestasiprestasinya.
Saya yakin buku ini juga akan menjadi semacam nostalgia manis bagi Insaninsan Antam yang melihat suka-duka bekerja dan berkarya dengan Antam
sebagai momen-momen indah yang tak terlupakan. Semoga semua kenangan
manis itu akan terus hidup di hati Insan-insan Antam dan di hati mereka yang
pernah bersentuhan dengan Antam. Kiranya Tuhan Yang Mahaesa senantiasa
menyertai, menjaga, melindungi, dan memberkahi Antam. Amin!
Salam,

Ir. Dedi Aditya Sumanagara


Direktur Utama (19972008)

SEPATAH KATA DARI PAK DEDI

vii

Kronologi Sekilas
Antam dalam Lintas
Sejarah
Antam. Bagi banyak orang nama ini menempati sisi khusus di hatinya. Betapa
tidak, selama 40 tahun Antam telah menjadi wadah putra-putra bangsa untuk
berkarya memaknai alam, mengukuhkan prestasi, dan menempa pengalaman
melintas masa, yang pada gilirannya memberikan rona tersendiri bagi dunia
pertambangan negeri ini.
Antam berdiri sebagai Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1968, tanggal 5
Juli 1968, dibentuk sebagai penggabungan (merjer) dari 7 badan atau proyek,
yakni :
1. Badan Pimpinan Umum Perusahaan-perusahaan Tambang Umum Negara
(BPU Pertambun), yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 88
tahun 1961 jo Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1962 (Lembaran Negara
RI tahun 1961 No. 112 jo Lembaran Negara tahun 1962 No. 84).
2. Perusahaan Negara (PN) Tambang Emas Tjikotok, yang didirikan berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 91 tahun 1961 (Lembaran Negara RI tahun 1961
No. 115).
3. Perusahaan Negara (PN) Tambang Bauksit Indonesia, yang didirikan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 89 tahun 1961 (Lembaran Negara
RI tahun 1961 No. 113).
4. Perusahaan Terbatas (PT) Nikkel Indonesia, yang didirikan berdasarkan
Akte Notaris Mr. R.E. Abdulkarnen di Makassar pada tanggal 16 Juli 1960
No. 32.

viii

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

5. Perusahaan Negara (PN) Negara Logam Mulia, yang didirikan berdasarkan


Peraturan Pemerintah No. 218 tahun 1961 jo Peraturan Pemerintah No. 29
tahun 1962 (Lembaran Negara RI tahun 1961 No. 267 jo Lembaran Negara
tahun 1962 No. 83).
6. Proyek Intan Ex. Surat Keputusan Presidium Kabinet Dwikora No. Aa/
E/90/66 tanggal 30 Juni 1966 jo No. Aa/E/89/66 tanggal 30 Juni 1966 jo
Surat Keputusan Presiden RI No. 87 tahun 1966 tanggal 12 Mei 1966.
7. Proyek-proyek Ex. Bapetamb yang dikuasakan pada BPU Pertambun
menurut SK Dirjen Pertambangan tanggal 23 November 1966 No. 4/SK/DD/Pertamb/66 jo SK Menteri Pertambangan tanggal 27 Oktober 1966 No.
01/Kpts Pertamb/1966.
Dalam perjalanan sejarah, sesuai dengan tuntutan jaman, PN Aneka Tambang
berubah status menjadi PT Aneka Tambang (Persero) melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 1974 tertanggal 30 Desember 1974.
Pada 27 November 1997, mengiringi hari pelaksanaan Initial Public Offering
(IPO), PT Aneka Tambang (Persero) berubah menjadi PT Aneka Tambang
(Persero) Tbk.
Pada tanggal 17 Juli 2002 nama PT Aneka Tambang (Persero) Tbk berubah
menjadi PT Antam Tbk.

KRONOLOGI SEKILAS ANTAM DALAM LINTAS SEJARAH

ix

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Menapak
Sejarah Antam

xi

^]

Dalam goresan sejarah, 5 Juli 1968


dianggap sebagai kelahiran resmi Antam.
Namun, perjalanan sejarah cikal bakal Antam bisa
lebih ditarik jauh ke belakang. Perjalanan itu bermula
dari kiprah rintisan enam usaha pertambangan dan
satu lembaga pengelola pertambangan negara
yang kini memperkokoh keberadaan Antam.
Inilah kilas balik ketujuh lembaga yang
kemudian digabung di bawah naungan
PN Aneka Tambang.

^]

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

BPU Pertambun
Badan Pimpinan Umum Perusahaan-perusahaan
Tambang Umum Negara (BPU Pertambun) didirikan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun
1961. Badan ini berfungsi sebagai pengelola
perusahaan-perusahaan pertambangan negara
selain timah dan batubara, yakni PN Tambang
Emas Cikotok, PN Pertambangan Bauksit Kijang,
PT Nikkel Indonesia, PN Logam Mulia, Proyek
Tambang Intan Kalimantan Selatan dan Proyek
Tambang Emas Logas Pekanbaru.
Badan ini dilebur dengan perusahaan-perusahaan
yang berada di bawahnya berdasarkan PP Nomor 22
Tahun 1968, tanggal 5 Juli 1968 dengan nama PN
Aneka Tambang.

Emas Cikotok
Nama Cikotok sungguh identik dengan emas di
Indonesia. Cikotok adalah sebuah desa kecil di
Lebak Selatan, tepatnya di Kecamatan Bayah,
sekitar 130 kilometer selatan Rangkasbitung, ibu
kota Kabupaten Lebak, yang sekarang berada di
Propinsi Banten. Desa yang terletak di perbukitan
ini begitu hijau, asri dengan panorama dinding batu
yang berwarna-warni.
Kisah pertambangan emas di Cikotok diawali dengan
eksplorasi bijih emas pada tahun 1839 oleh Horner
Hasakasi, Junghun Verbeek, Fennema van Es dan
Zugler. Tim ini menemukan indikasi endapan emas
dan batubara di kawasan Bayah, Cimandiri, Cikotok
dan sekitarnya.

Endapan emas
pertama kali
ditemukan di
Cikotok oleh
empat orang
ahli geologi
pada tahun
1839.

Eksplorasi endapan emas lebih serius ditempuh


geolog Belanda, Ir. WF Oppennoorth pada tahun
1924. Hasil eksplorasi itu ia tulis dalam sebuah
laporan Dinas Pertambangan berjudul Verslagen en
Mededelingen (Laporan dan Pengumuman) No. 20.
Eksplorasi ini dilanjutkan dengan pembuatan peta
geologi oleh Koolhoven (1933). Dari segi geologis,
Koolhoven, berdasarkan temuannya membagi
daerah ini menjadi tiga jalur struktur, yakni jalur
sedimen di bagian selatan, jalur erupsi di bagian
tengah dan jalur sedimen di bagian utara. Daerah
tambang Cikotok termasuk dalam jalur erupsi
bagian tengah. Sebagian besar batuannya terdiri

MENAPAK SEJARAH ANTAM

dari batuan vulkanik yang merupakan bagian dari formasi andesit tua.
Formasi andesit tua ini berumur Eosen atas sampai Miosen bawah dan
berjemari dengan batuan sedimen formasi Bayah, Cijengkol dan Cimapag yang
merupakan batuan induk dari urat kuarsa dan urat bijih yang mengandung
emas dan perak.

Kunjungan Ir. Sukarno, Presiden pertama Republik Indonesia, ke Cikotok pada 12 Juli 1958,
didampingi oleh Chairul Saleh (mantan Wakil Perdana Menteri Republik Indonesia kedua dari kiri)
dan Ngakan Ketut Suta (kedua dari kanan), Direktur Produksi (1968-1973)
dan Direktur Umum Antam (1973-1978).

Dari segi mineralisasi, menurut Westerveld (1952), daerah Banten Selatan


termasuk dalam jalur Orogen Sunda yang dicirikan oleh intrusi masa granit,
granodiorit dan diorit yang membawa unsur-unsur endapan logam antara lain
emas, perak, timbal, seng, tembaga dan mangan dalam ketebalan urat yang
berkisar antara 50 cm sampai 12 meter. Dari segi karakteristik bijih, secara
umum logam emas terdapat dalam urat kuarsa sebagai bintik-bintik emas
murni (native gold), dan dalam bentuk electrum dengan butiran halus berukuran
4-168 mikron (rata-rata 25 mikron). Kandungan emas, perak dan base metal
dalam bijih bervariasi tergantung lokasi/kedalaman dari permukaan bumi.
Pada tahun 1936 dimulai pembangunan pabrik pengolahan emas berlokasi
di Pasir Gombong dan pembukaan tambang Cikotok oleh sebuah perusahaan
Belanda bernama Naamloze Vennootschap Mijnbouw Maatschappij Zuid
Bantam (NV MMZB). Maskapai ini mengenyam produksi tambang emas Cikotok
sampai tahun 1939 sampai saat produksi terpaksa terhenti karena pecah
Perang Dunia II.
Ketika Jepang menginjakkan kaki di Indonesia, sebuah perusahaan
pertambangan Jepang bernama Mitsui Kosha Kabushiki Kaisa melanjutkan
usaha pertambangan dengan tujuan utama menambang timah hitam dari
tambang Cirotan untuk keperluan perang.

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Pada tahun 1945, setelah Indonesia


merdeka, tambang Cikotok berada
di bawah pengawasan Jawatan
Pertambangan Republik Indonesia,
sampai 1948. Pada tahun 1950
tambang emas Cikotok yang
sementara dikuasai lagi oleh
pihak Belanda dijual kepada
NV Perusahaan Pembangunan
Pertambangan
yang
didirikan
oleh Bank Industri Negara yang
belakangan kemudian beralih
nama
menjadi
Bank
Pembangunan Indonesia. Pada saat
beralih tangan, tambang telah
mengalami kerusakan di sana-sini
dan perlu direhabilitasi. Produksi
tambang emas dan perak Cikotok
baru dimulai lagi tahun 1957 oleh
NV Perusahaan Pembangunan
Pertambangan dengan lokasi penambangan Cikotok dan Cirotan.
Pada 12 Juli 1958 NV Perusahaan Pembangunan Pertambangan
mendirikan NV Tambang Emas
Tjikotok.

Penambangan emas di Cikotok.

Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1960, pertambangan emas


Cikotok diubah statusnya menjadi PN Tambang Emas Tjikotok dan direngkuh
di bawah lingkungan BPU Pertambun. Pada tanggal 5 Juli 1968, bersama
dengan perusahaan pertambangan lain, PN Tambang Emas Tjikotok masuk ke
dalam PN Aneka Tambang dengan nama Unit Pertambangan Emas Cikotok.

Bauksit Kijang
Bauksit adalah satu-satunya bahan galian yang dikenal sebagai bahan mentah
untuk menghasilkan logam aluminium. Bauksit pertama kali diidentifikasikan
oleh seorang geolog muda Perancis bernama Pierre Berthier di desa Les
Baux-de-Provence di Perancis Selatan pada tahun 1821. Dari nama desa itulah
kata bauxite diperoleh.
Mungkin tak banyak yang tahu bahan apa sebenarnya bauksit itu. Sebagai
informasi, bauksit adalah bahan mentah pembuatan aluminium untuk
industri pesawat terbang, pembuatan kaleng, plat nomor mobil, kabel listrik
bertegangan tinggi dan sebagainya. Bauksit yang diolah menjadi alumina
juga digunakan untuk campuran kimiawi barang-barang sintetis. Pasta gigi
dan tawas adalah contoh bahan keperluan sehari-hari yang menggunakan
campuran kimiawi alumina dari bauksit.

MENAPAK SEJARAH ANTAM

Secara genesis, bauksit adalah bahan galian yang mengandung aneka ragam
mineral yang kadar aluminiumnya (Al2O3) tidak kurang dari 32%. Secara
geologis bauksit adalah batuan terutama terdiri dari aluminium oksida seperti
gibbsite, boehmite dan diaspore. Sementara itu secara ekonomis, bauksit
adalah bahan galian yang mengandung alumina tidak kurang dari 40% dan
silika yang tidak melebihi 10% yang dapat digunakan dalam industri untuk
menghasilkan alumina dan aluminium. Cadangan bauksit terdapat pada
lapisan atas dengan ketebalan rata-rata 1,506 meter dan tanah penutup
(top soil) antara 2050 cm. Kualitas dan kuantitas bauksit yang diproduksi
disesuaikan dengan permintaan pasar ekspor, yakni dengan ukuran batu
antara 375 mm.
Bauksit yang ditemukan di Indonesia adalah jenis trihydrate gibbsite. Pada
umumnya mineral gibbsite yang terdapat dalam bauksit di Indonesia ada dalam
bentuk konkresi. Untuk membuang mineral-mineral yang tidak diinginkan,
terutama lempung dan kuarsa, dilakukan penyemprotan dengan air. Proses
dilanjutkan dengan pengayakan untuk memisahkan konkresi gibbsite yang
lebih besar dari mineral-mineral lainnya.

Loading Port tambang bauksit tempo doeloe di Kijang, Tanjung Pinang.

Di Indonesia, endapan bauksit pertama kali ditemukan di Bintan, Kepulauan


Riau, pada tahun 1920. Pemegang kuasa pertambangan pertama adalah
perusahaan bernama Bauxite Syndicaat yang kemudian beralih ke tangan
Geemenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Billiton (GMMB), perusahaan
pertambangan kolonial Belanda. Perusahaan ini mengadakan eksplorasi
secara menyeluruh dan berhasil menemukan cadangan yang cukup
meyakinkan. Untuk keperluan eksploitasi tambang, pada tahun 1932 GMMB
mendirikan perusahaan bernama Naamloze Vennootschap Nederlandsch
Indische Bauxit Exploitatie Maatschappij (NV NIBEM). NV NIBEM mulai
berproduksi di tahun 1935. Ekspor perdana NV NIBEM berjumlah 10.740
wet metric tonnes (wmt) ke Eropa. Sejak
tahun 1935 NV NIBEM
juga
mulai merambah pulau-pulau di sekitar Bintan untuk menambang bauksit.
Penambangan dilakukan secara terbuka (open pit mining). Kapasitas produksi
setiap tahun meningkat dan pada tahun 1940 mencapai angka 270.000 wmt yang
merupakan 67% produksi bauksit dunia saat itu.

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Selama Perang Dunia II penambangan bauksit


dilakukan oleh perusahaan pertambangan Jepang
bernama Furukawa Co. Ltd., yang menambang
bauksit dari 1942 sampai 1945. Pada tahun 1943
Furukawa berhasil menambang 675.700 wmt
bauksit yang diolah untuk keperluan pendukung
alat-alat perang. Ketika Perang Dunia II berakhir,
penambangan bauksit diusahakan kembali oleh NV
NIBEM hingga tahun 1959.
Nama Kijang yang melekat pada penambangan
bauksit Aneka Tambang itu berasal dari Gunung
Kijang, yang berdekatan dengan muara sungai,
tempat para penambang pertama menginjakkan
kaki di Pulau Bintan. Pada muara sungai ada satu
pohon yang disebut Pohon Kolak, dan sungai itupun
disebut Sungai Kolak. Banyaknya pendatang yang
dipekerjakan di penambangan membuat kawasan
ini menjadi ramai, dan lalu lintas antara muara
sungai dan Gunung Kijang makin marak juga. Para
penambang yang biasa pulang pergi dari muara
melewati Sungai Kolak ke Gunung Kijang lama
kelamaan lebih suka menyebut daerah itu dengan
nama Kijang saja. Itulah sebutan yang dikenal
sampai sekarang. Kijang terletak sekitar 30 kilometer
sebelah selatan Tanjung Pinang, ibukota Kabupaten
Bintan.
Berdasarkan Kuasa Pertambangan yang ada, daerah
pertambangan meliputi puluhan pulau kecil yang
berada di seputaran pulau Bintan. Beberapa di
antara pulau itu telah dilengkapi fasilitas pencucian
bauksit untuk memperoleh bauksit tercuci (washed
bauxite) dan sebagian pulau lagi menghasilkan
bauksit kotor (crude bauxite) yang masih perlu
dicuci.

Nama Kijang
berasal dari
Gunung Kijang,
yang berdekatan
dengan tempat
pertama kali
para penambang
bauksit
menginjakkan
kaki di Pulau
Bintan.

Pada tahun 1959 usaha penambangan bauksit


diambil alih oleh Pemerintah Indonesia dengan
nama PT Pertambangan Bauksit Indonesia, atau
yang dikenal sebagai PT Perbaki. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 89/1961 tertanggal
17 April 1961, status PT Pertambangan Bauksit
Indonesia berubah menjadi PN Pertambangan
Bauksit Indonesia dan berada di bawah manajemen
BPU Pertambun. Dan pada tanggal 5 Juli 1968,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
1968, PN Pertambangan Bauksit Indonesia berada
di bawah PN Aneka Tambang.

MENAPAK SEJARAH ANTAM

Kapal tongkang Sungai Djang, yang beroperasi di era 1970-an.

Bekerja di pertambangan Bauksit Kijang tentu saja telah memberikan sukaduka tersendiri bagi sejumlah Insan Antam. Inilah sepenggal kisah yang
diceritakan G. Partakusuma yang pernah menjadi Kepala Bagian Produksi
/Eksplorasi Pertambangan Bauksit 19631968. Pada akhir 1963 terjadi
peristiwa yang orang sebut dengan Ganyang Malaysia dan Konfrontasi dengan
Singapura. Seluruh karyawan bauksit setelah jam kerja harus mengikuti
latihan militer, termasuk latihan menembak dibawah bimbingan sukarelawan
dan KKO, kata Partakusuma.
Partakusuma juga pernah menugasi seorang karyawan bauksit Kijang
yang punya keahlian istimewa, yakni Amat Lubang (almarhum). Pada awal
tahun 1965 Partakusuma menugasi Amat, staf bagian eksplorasi, untuk
mengeksplorasi kandungan bauksit di Kalimantan Barat. Pak Amat
ini jago membuat lubang, itulah sebabnya orang menjulukinya Amat
Lubang. Ia bisa mengetahui kadar bauksit hanya dengan menjilat bijih
bauksit itu. Nah, di Kalimantan Barat ia bertugas membuat lubang-lubang
eksplorasi masing-masing selebar 50 x 50 cm sampai kedalaman bed-rock
36 meter. Beberapa bulan kemudian terjadi peristiwa Gerakan 30 September
PKI. Pak Amat ditangkap aparat. Usut punya usut, penangkapan itu
terjadi karena dikira ia membuat lubang buaya di Kalimantan Barat. Saya
kirim surat ke Bupati dan Gubernur setempat untuk membebaskan
Pak Amat, kenang Partakusuma.

Logam Mulia
Pada tahun 1930-an, seorang pedagang alliase emas bernama RT Braakensiek
mengawali sebuah bisnis pemurnian emas bekas. Lokasi usahanya berpindahpindah dari satu tempat ke tempat lain. Baru pada tahun 1937 Braakensiek
menetap di lokasi Jalan Gajah Mada 84, Jakarta Kota. Pada masa itu
Braakensiek sudah mulai melakukan pemurnian emas, yang berasal dari
tambang emas Cikotok dan dari Bengkulu.
Pada tahun 1949 status usaha ini diubah menjadi NV Eassaieur en Affinage
Bedrijf v/h Braakensiek. Semua saham perusahaan ini dibeli oleh Bank

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Industri Negara pada tahun 1957 dan sejak saat itu nama perusahaan diubah
menjadi PT Logam Mulia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 219 Tahun 1961, mulai 1 Januari
1961 PT Logam Mulai berubah status menjadi PN Logam Mulia yang dikelola
di bawah manajemen BPU Industri Kimia, dan barulah pada tahun 1962,
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1962 PN Logam Mulia berada
di bawah BPU Pertambun. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah
nomor 22 Tahun 1968, sejak 5 Juli 1968 menjadi unit PN Aneka Tambang,
dan namanya berubah menjadi Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam
Mulia. Lokasi pengolahan dan pemurnian emas pindah ke Jalan Pemuda,
Pulogadung, Jakarta Timur.

Pembangunan pabrik dan gedung administrasi Logam Mulia di tahun 1977.

Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia melayani berbagai jasa


pemurnian, antara lain logam padat, bubuk dan logam cair, serta berbagai
barang yang mengandung emas ataupun platina. Unsur-unsur pengotor yang
dominan dalam bahan baku ini umumnya adalah tembaga, timbal dan besi.
Secara garis besar pemurnian logam mulia meliputi proses-proses peleburan,
electro refining perak, pelarutan, electro refining emas dan pencetakan. Tampil
sebagai hasil adalah emas murni (99,99%) yang dicetak menjadi emas berbagai
ukuran, kristal perak murni (99,95%) dan logam platina murni.

Intan Martapura
Pertambangan intan berada di daerah Cempaka, Kabupaten Martapura di
Kalimantan Selatan. Di kawasan ini, pada mulanya penambangan intan
adalah usaha yang dijalankan masyarakat dan tidak dilirik oleh Pemerintah.
Pada bulan Agustus 1965, ditemukan intan 166 karat di daerah Trisakti,
Cempaka. Dengan penemuan ini, barulah pemerintah menaruh perhatian
dan mulai mempertimbangkan penambangan intan dengan lebih serius. Pada
tahun itu juga pemerintah memesan mesin pencucian intan dan mendirikan
Pertambangan Intan Negara. Dengan Keputusan Presiden Nomor 37 tanggal

MENAPAK SEJARAH ANTAM

17 Februari 1966, dibentuklah lembaga bernama Badan Intan Indonesia dan


untuk pelaksanaan teknisnya, dibentuk Proyek Intan yang bertanggungjawab
kepada Badan Intan Indonesia melalui Menteri Pertambangan. Seiring
berdirinya PN Aneka Tambang pada tanggal 5 Juli 1968, seluruh kegiatan
proyek intan dikelola di bawah manajemen PN Aneka Tambang, dengan nama
Unit Pertambangan Intan Kalimantan Selatan.

Emas Logas
Tak jelas sejak kapan logam emas mulai didulang masyarakat Logas, di
Kecamatan Singingi, Kabupaten Indragiri, Provinsi Riau Daratan, Sumatera.
Kampung Logas terletak di jalan raya Pekanbaru Teluk Kuantan yang berada di
tepi Sungai Betung, yang merupakan simpang kanan dari sungai Lembukeruh.
Sungai Lembukeruh sendiri bermuara di Sungai Singingi. Di sepanjang aliran
Sungai Singingi ada Kampung Ma Lembu, Kampung Kebunlada dan Kampung
Petai. Masyarakat desa ini pada waktu itu bekerja sebagai petani dan
mendulang emas dari sungai Singingi dan simpangan-simpangannya dan dari
lapisan-lapisan aluvial tak jauh dari sungai. Hasil dulangan emas ini harus
dilaporkan kepada Controlleur, dan hasil penambangan rakyat ini diteruskan
ke Jawatan Pertambangan di Bandung. Pada masa itu, lokasi-lokasi
pertambangan rakyat telah dipetakan dan menjadi hak milik perseorangan
atau milik perkongsian selama dikerjakan menurut adat setempat. Seiring
dengan meningkat dan meluasnya daerah pendulangan, maka ikut pula
pekerja-pekerja Cina yang mulai menetap di seputaran sungai.
Laporan controlleur kepada Jawatan Pertambangan lambat laun akhirnya
sampai di tangan pengusaha. Mereka mengirim orang untuk meninjau
lokasi penambangan rakyat. Pada tahun 1930 mereka mulai mengajukan
ijin eksplorasi tambang yang meliputi lokasi Sungai Lembukeruh, Sungai
Lembu, Sungai Singingi dan Sungai Lembu Jernih. Endapan bijih emas di
Logas, Pekanbaru ditemukan melalui eksplorasi tahun 1935 oleh Naamloze
Vennootschap Bengkalis Exploratie (NVBE). Eksploitasi dimulai tahun 1937
dengan menyiapkan kapal keruk dan pusat pembangkit listrik. Sesuai
rencana, kawasan yang ditambang memiliki kandungan paling tidak 50 gram
emas per m3. Dalam kurun waktu 19371941, sebanyak 7.062.800 m3 batuan
basah berhasil dikeruk.
Karena terkacaukan suasana perang, pihak Belanda angkat kaki dari Logas,
dan seperti tambang-tambang lain yang ditinggalkan Belanda, tambang inipun
kemudian dikuasai Jepang mulai tahun 1942. Sayang sekali tak ada catatan
hasil pengerukan yang tertinggal dari masa penguasaan Jepang. Dan ketika
Jepang harus menyingkir, kembali NVBE mengambilalih, yang kemudian
menggarap penambangan mulai 1953 sampai 1958. Pada kurun waktu ini,
dikeruk sebanyak 2.791.890 m3 batuan basah.
Ditinjau dari segi deposit secara keseluruhan, menurut laporan yang dibuat
Ir. Suharna Raksanegara dari Jawatan Pertambangan, Bandung, pada bulan
Agustus 1960, cadangan bijih emas di kawasan Lembu, Betung, Logas dan
Jernih mencapai angka 30.000.000 m3. Selain itu, berdasarkan sampel acak
yang diperoleh dari sepanjang Sungai Singingi dan anak-anak sungainya

10

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

sepanjang 65 kilometer dengan lebar 200 sampai 500 meter, di kedalaman 2,5
sampai 8 meter, terdapat bijih emas setara angka di atas. Sampai 1958, dari
hasil kerukan tambang sebesar 9.838.149 m3, telah dihasilkan 2.180 kilogram
emas murni dan 2.564 kg platina.
Dengan rehabilitasi secara bertahap, dari tahun 1960 sampai 1966, Pemerintah
Indonesia meneruskan pertambangan dan kemudian menyerahkan proyek
tersebut kepada BPU Pertambun pada akhir 1966. Proyek ini kemudian
berada di bawah PN Aneka Tambang sejak 5 Juli 1968. Kegiatan kapal keruk
masih berlangsung tetapi dari hari ke hari timbul berbagai macam kesulitan
terutama karena biaya bahan bakar, sementara kadar cadangan emas justru
makin turun. Akhirnya proyek emas Logas ditutup pada tahun 1971 karena
proyek ini dipandang sudah tidak lagi memadai.

Nikel (Maniang, Lemo, dan Pomalaa)


Dengan asumsi bahwa core business Antam selama beberapa dasawarsa ini
lebih ditandai dengan kisah sukses penambangan, pengolahan dan penjualan
nikel, maka sudah selayaknya kisah-kisah perintisan penambangan nikel
Antam dijadikan bahan perbincangan sejarah.
Sejarah nikel Antam tak lepas dari kisah panjang penambangan nikel di
Pomalaa, di mana Antam saat ini mengoperasikan tambang nikel dan tiga
pabrik pengolahan feronikel (FeNi I, FeNi II, dan FeNi III).
Sejatinya, Pomalaa hanyalah sebuah kecamatan kecil, dengan luas kurang
lebih 335 km2, di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Dari Kendari,
ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, Pomalaa bisa dicapai dalam waktu 4 jam
bermobil.

Pintu masuk PT Nikkel Indonesia.

MENAPAK SEJARAH ANTAM

11

Pada mulanya adalah EC Abendanon, geolog Belanda yang menemukan


bijih nikel di Pomalaa pertama kali pada tahun 1909. Endapan bijih nikel di
Pomalaa terbentuk karena pelapukan, erosi dan pengayaan batuan ultrabasa.
Batuan tersebut mengintrusi crystalline schist yang merupakan formasi
dasar daerah Pomalaa. Eksplorasi bijih nikel sendiri baru dilaksanakan pada
tahun 1934 oleh Oost Borneo Maatschappij (OBM) dan Bone Tole Maatschappij.
Empat tahun kemudian, OBM melakukan pengapalan pertama 15.000 wmt
hasil tambang ke Jepang. Nikel dimanfaatkan sebagai penyalut karena sifatnya
yang tahan karat dan keras. Percampuran antara nikel dengan tembaga
misalnya, digunakan untuk membuat sendok dan garpu.
Pada tahun 1942 tercatat kegiatan penambangan dikerjakan oleh Sumitomo
Mining Company, perusahaan yang berasal dari Jepang. Itu boleh jadi karena
pihak Jepang melanjutkan penambangan yang ditinggalkan Belanda pada
tahun 1939. Kegiatan penambangan sejak dari jaman Jepang di tahun 1942
seterusnya seperti tak terdengar kabarnya. Namun ada kabar, sebelum
ditaklukkan Sekutu, Jepang sempat membangun pabrik pengolahan nikel
yang menghasilkan nickel-matte (senyawa nikel dengan belerang) di Pomalaa.
Konon sebanyak 70.000 wmt bijih nikel telah berhasil diolah menjadi 8.920
ton nickel-matte (dengan kandungan 25% nikel). Sayang hasil pengolahan
tak sempat dikirim karena pabrik terlanjur diporakporandakan sekutu pada
masa perang. Peninggalan pabrik nikel itu masih bisa disaksikan sampai
sekarang di Pomalaa.
Dalam perkembangan sejarah, sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 39 Tahun 1960 dan Undang-undang (UU) Pertambangan Nomor 37
Tahun 1960, Pemerintah RI mengambilalih penambangan tersebut
dan berdirilah Perseroan Terbatas (PT) Nikkel Indonesia. Penambangan
logam putih berlambang kimia Ni ini, kemudian terbukti memberikan
kontribusi besar bagi perekonomian nasional.

Kegiatan loading bijih nikel secara manual, yang masih


menggunakan tenaga manusia di PT Nikkel Indonesia.

12

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Pada awal tahun 1960-an, pihak Direktorat Pertambangan dan BUPTAN


(Badan Urusan Perusahaan Tambang Negara) yang menaungi perusahaanperusahaan tambang yang diambil alih dari tangan Belanda, yang keduanya saat itu dipimpin oleh Ir. Ukar Bratakusumah (almarhum), mendapat
laporan bahwa Jepang mengimpor bijih mangan dari Jawa Barat dan bijih
nikel dari Sulawesi Tenggara.
Berkenaan dengan nikel, karena lembaga ini merasa tidak pernah memberikan
ijin ekspor bijih nikel, tahulah mereka bahwa ekspor nikel ini illegal, dan
terkuak pula fakta bahwa ada pihak-pihak tidak berwenang yang
mengeksploitasi nikel sebagai mineral strategis yang seharusnya hanya bisa
diusahakan oleh negara. Mereka juga mendengar, dalam sekali pengapalan ke
Jepang, diangkut 3.000 wmt bijih nikel dengan kadar 3,7% Ni (yang tergolong
sangat tinggi). Dan semua hasilnya tidak masuk ke kas negara.
Setelah diusut, kegiatan penambangan nikel pasca masa kolonial di Sulawesi
Tenggara, yakni di Pulau Maniang (12 kilometer dari Pomalaa) telah dilakukan
sejak 1959 oleh PT Perto (Pertambangan Toraja). PT Perto mengekspor bijih
nikel ke Jepang bukan saja dari tumpukan bijih yang ditinggalkan pihak
Jepang, tapi juga hasil dari galiannya sendiri. Dalam rangka menjalankan
hak negara untuk menguasai sumber mineral tersebut, maka dibentuklah
Perseroan Terbatas (PT) Nikkel Indonesia pada 16 Juli 1960 dengan komposisi
saham 60% Pemerintah Pusat yang diwakili oleh BUPTAN dan Pemerintah
Daswati (Daerah Swatantra Tingkat) I Sulawesi Selatan dan Tenggara sebesar
40%. Kantor pusat PT Nikkel Indonesia ditetapkan di Makassar. Direksi PT
Nikkel Indonesia terdiri dari seorang Presiden Direktur (yakni Kepala BUPTAN),
Ir. Abdul Madjid (almarhum) sebagai Direktur yang mewakili Pemda Daswati
I Sulselra, dan seorang insinyur sipil dari Dinas Pekerjaan Umum Propinsi
Sulawesi Selatan dan Tenggara. BUPTAN sendiri berganti nama menjadi BPU
Pertambun pada tahun 1961. PT Nikkel Indonesia inilah yang kemudian
mengambilalih pertambangan Pulau Maniang dari tangan PT Perto.
Agar pengambilalihan ini memiliki kekuatan hukum yang jelas, pada tanggal
6 April 1961 Ketua Penguasa Perang Daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara,
Kolonel M. Jusuf, menerbitkan Surat Keputusan tentang pengambilalihan
kegiatan pengusahaan penambangan bijih nikel di Pulau Maniang, Pomalaa
dan sekitarnya dari PT Perto ke PT Nikkel Indonesia. Penambangan bijih nikel
akan diambil alih tanpa harus mengganggu pengapalan ke Jepang yang sudah
berjalan selama ini.
Pengapalan pertama bijih nikel di bawah PT Nikkel Indonesia memiliki kisah
tersendiri. Tim PT Nikkel Indonesia di bawah pimpinan Ir. Achmad Prijono
Nitihardjo (almarhum) menganggap pengapalan perdana ini sebagai momen
penting untuk menunjukkan kemampuan dan kewibawaan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah. Segala kemungkinan yang bisa terjadi diantisipasi,
misalnya dengan mengikutsertakan 7 anak buah kapal untuk berjaga-jaga
kalau awak KM Maniang (eks PT Perto) mogok atau melarikan diri. Tim juga
mendapatkan pengawalan satu peleton tentara di bawah komando Letnan
Satu Baso yang ditugaskan langsung oleh Panglima Kodam XIV Hasanudin
untuk memastikan pengapalan di bawah bendera PT Nikkel Indonesia bisa

MENAPAK SEJARAH ANTAM

13

berlangsung aman tanpa kemungkinan gangguan dari PT Perto yang konon


mendapat back-up dari gerakan separatis DI/TII.
Pemuatan bijih nikel masih mempergunakan peralatan tua peninggalan
PT Perto dan seluruh kegiatan pengangkutan bijih besi dari tambang sampai
ke tongkang dilakukan oleh tenaga manusia. Dari tumpukan bijih (ore stock
pile) di atas terowongan berkapasitas 30.000 wmt, bijih disalurkan lewat
cerobong di bawahnya, masuk ke dalam gerobak yang dasarnya didesain
miring untuk memudahkan pergerakan bijih. Sesudah terisi penuh, gerobak
kemudian didorong tenaga manusia sampai ke atas sisi jembatan.

Pemuatan bijih nikel ke tongkang di Pulau Maniang.

Di bawah sisi jembatan itu, terdapat papan memanjang yang letaknya


sejajar tapi miring keluar, untuk mengarahkan bijih yang dijatuhkan dari
gerobak agar masuk ke dalam tongkang di bawahnya. Tongkang yang sudah
terisi penuh kemudian ditarik oleh kapal motor Maniang menuju ke sisi kapal
Jepang Nagoya Maru. Bijih kemudian diraup dan diangkat dengan grab bucket,
sebuah alat berupa bak yang terbuat dari pelat baja tebal terdiri dari 2 bagian,
kiri dan kanan. Bagian bawahnya bisa dibuka lewat poros yang mengikat kedua
bagian di sebelah atasnya. Bila dikatupkan kembali grab bucket bisa meraup
bijih nikel untuk masuk bak. Semua gerakan itu dikendalikan dengan kabel
baja derek yang berada di dek kapal. Setelah boom (tiang) diputar kembali dari
atas tongkang ke atas palka kapal dengan membuka bagian bawahnya, isi
grab bucket jatuh masuk ke palka kapal di bawahnya.
Kegiatan pemuatan berlangsung tanpa henti siang dan malam dengan 3
shift agar kapal tidak terlalu lama menunggu. Jika terlalu lama menunggu,
pihak kapal bisa kena denda. Para pekerja kapal tunda harus kerja siang
malam dan bergantian tidur di kapal tanpa sempat pulang ke darat.
Sialnya, generator diesel eks PT Perto tidak berfungsi sehingga pada malam

14

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

hari pemuatan dilakukan di bawah penerangan puluhan lampu obor


untuk mendukung lampu petromaks yang dibawa dari Makassar. Yang
amat perlu diterangi adalah tumpukan bijih di atas terowongan untuk
dapat digusur ke bawah masuk gerobak dan daerah sepanjang lintasan
rel dari terowongan sampai ujung jembatan, yang tak pernah henti dilalui
gerobak-gerobak yang didorong tenaga manusia. Bila dilihat dari arah laut,
pemandangan nyala puluhan obor di kegelapan malam layaknya pesta obor
saja!
Sekalipun darurat, pemuatan pertama bijih nikel di bawah kendali PT Nikkel
Indonesia bisa dilakukan sesuai tenggat waktu yang dipatok, yakni satu
minggu. Achmad Prijono, Ir. Lukman Kartanegara dan Ir. YR Pasorong
masing-masing telah dipercaya memimpin pengapalan. Laju pemuatan saat
itu bisa mencapai 750 wmt per hari; sungguh kemajuan luar biasa bila
dibandingkan dengan laju sebelumnya (dengan PT Perto yang berkisar antara
300400 wmt per hari). Pihak Jepang sendiri mensyaratkan laju pemuatan
minimal perhari adalah 400 wmt. Proses trimming (perataan permukaan)
tumpukan bijih nikel di palka kapal yang biasanya berlangsung 12 jam bisa
dilakukan lebih cepat dengan bantuan buldozer kecil yang menggantikan
tenaga manusia.
Prestasi anak-anak bangsa dalam mengoperasikan tambang Maniang saat itu
boleh diacungi jempol. Ini karena awak PT Nikkel Indonesia bisa bekerja bahumembahu tanpa memandang jabatan. La Pia Umar dan Ismail Tangka, yang
saat itu adalah asisten pembukuan, harus ikut proses loading bijih nikel bila
tiba saatnya pengapalan. Jadi, bila ada kapal datang dan siap mengangkut
bijih nikel untuk ekspor, mereka harus menghentikan aktivitas administrasi
dan bagi-bagi tugas. Saya biasanya ditugasi mengurusi persediaan makanan
atau kebutuhan logistik, sementara Pak Ismail Tangka, yang waktu itu sudah
nampak kemampuannya sebagai seorang pemimpin, biasanya bertindak
sebagai loading master, kenang La Pia Umar.
Tentu saja hidup di Maniang waktu itu tidak selalu nyaman. Air minum untuk
kebutuhan karyawan dan keluarganya harus diambil dari mata air bernama
Tambang Air di pulau Padamaran di dekat pegunungan, sejauh 12 kilometer
dari Pulau Maniang. Air diangkut dengan kapal tongkang yang ditarik oleh
tug-boat, yang memerlukan waktu 3 jam bolak-balik untuk mengambilnya.
Air itupun jumlahnya terbatas, karena sering kali perjalanan mengambil
air terganggu oleh cuaca buruk. Jadi pemakaiannya harus dijatah. Suatu
hari karena kesalahan mandor, jatah air minum habis. Karyawan yang
kehausan mengamuk. Setidaknya ada 15 orang yang marah-marah karena
kehausan. La Pia kemudian menyogok satu anggota PKP (Petugas Keamanan
Pertambangan), semacam Satpam, dengan makanan kaleng, agar si petugas
bersedia mencuri cadangan air yang ada. Untunglah hasil pencurian berupa
air minum itu bisa meredakan amarah karyawan. Sering bila karyawan
mengamuk, mereka suka merusak alat-alat, tambah La Pia Umar.
Makanan juga tak selalu memadai. Sering selama seminggu penuh karyawan
tak bertemu nasi dan hanya makan ikan yang juga sulit didapat karena cuaca
buruk dan ombak besar. Akhirnya, tak ada pilihan lain bagi karyawan selain

MENAPAK SEJARAH ANTAM

15

makan dedaunan dari sekitar pegunungan, dan


selama tidak makan nasi karyawan dibebaskan
dari pekerjaan. Syukurlah, delapan hari kemudian
ada kapal tentara yang lewat dan menurunkan 10
karung beras!

Tak banyak yang


tahu bahwa
sebelum di
Pomalaa,
kegiatan
penambangan
nikel rintisan
Antam dilakukan
di Pulau
Maniang dan
Pulau Lemo.

Dari segi keamanan, kegiatan pertambangan di


Pulau Maniang tentu saja tidak terjamin
sepenuhnya. Itu karena pada saat saat tersebut
kegiatan pertambangan masih menjadi incaran
anggota-anggota gerakan DI/TII. Itulah sebabnya,
Kodim (Komando Distrik Militer) setempat membekali administratur pertambangan Pulau Maniang
dengan tiga pucuk senjata api tua. Repotnya, tak
seorangpun awak pertambangan Pulau Maniang
yang tahu cara menggunakan senjata api. Itulah
sebabnya, ketika ada waktu senggang di suatu sore,
mereka berinisiatif belajar menembak. Satu pohon
lapuk di kejauhan ditetapkan sebagai sasaran
tembak. Semua yang ikut berlatih menembak,
termasuk anggota PKP, mencoba membidik sasaran.
Tak seorangpun bisa mengenai sasaran. Lalu ada
yang minta La Pia Umar untuk menembak. Ketika
La Pia Umar baru mengangkat senjata, tak sengaja
pemicunya tersentuh dan senjata meletupkan
peluru, kena sasaran. Sejak saat itu La Pia Umar
dianggap penembak jitu. Karena Bapak adalah
penembak jitu, Bapak-lah satu-satunya harapan
kami kalau ada serangan DI/TII, demikian kata La
Pia Umar menirukan rekan-rekan karyawan yang
mengerumuninya. Untuk membesarkan hati rekanrekan, saya tidak berani bilang itu cuma kebetulan.
Saya cuma tersenyum-senyum saja, tambah
La Pia.
Tahun berganti tahun, berbagai sarana dan
prasarana penambangan bijih nikel di Maniang terus
ditingkatkan, termasuk penambahan peralatan
baru yang lebih modern, kapal tongkang, generator
set dan sebagainya. Sejumlah karyawan dan tenaga
terampil dipekerjakan, misalnya analis kimia untuk
bertugas di laboratorium analisa bijih nikel di Pulau
Maniang.
Selain di Pulau Maniang, penambangan juga
dilakukan di Pulau Lemo, yang berjarak sekitar
12 kilometer dari Pulau Maniang. Hasil eksplorasi
R.F. Johnson, geolog Amerika, memaparkan adanya
deposit 75.000 wmt bijih nikel berkadar Ni 2,42%.
Kadar serendah ini tidak laku dijual karena pihak

16

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Jepang mensyaratkan kadar 3,2%. Bila mau laku dijual, harus dicari jalan
agar hasil tambang Pulau Lemo bisa diekspor. Maka dilakukan pencampuran
antara bijih nikel Pulau Maniang (yang berkadar Ni 3,77%) dengan bijih nikel
Pulau Lemo.
Kendalanya adalah, Pulau Lemo dikeliling oleh dinding-dinding karang yang
mencuat 1,5 meter dari bawah permukaan air, dan ini tentu saja menghalangi
pergerakan tug-boat dan tongkang keluar masuk ke lokasi dermaga yang
direncanakan. Karang-karang ini sebenarnya bisa saja disingkirkan dengan
meledakkannya, tapi ini bukan pilihan bijaksana sebab negara sedang dalam
keadaan darurat perang, sementara bahan peledak harus didatangkan
dan diangkut secara khusus dari Jawa. Di sinilah peran masyarakat lokal
mulai dimanfaatkan. Warga suku Bajo, yang hidup di laut adalah para
penyelam handal yang bisa meluncur ke kedalaman 30 meter di bawah
permukaan laut tanpa secuilpun alat selam. Mereka bisa bertahan di dalam
air sampai 5 menit. Mereka inilah yang kemudian bertugas menyelam dan
membelah dinding karang dengan peralatan linggis. Hasilnya, dinding karang
bisa dijebol sampai ke dalaman 4-5 meter di bawah permukaan laut selebar
sekitar 25 meter agar tug-boat dan tongkang pengangkut bijih nikel bebas
berlalu lalang.
Pada Oktober 1961, dimulailah pembuatan dermaga kayu di Pulau Lemo.
Selanjutnya disiapkan pembukaan tambang pada deposit nikel laterit yang
berada di puncak bukit Lemo yang akan beroperasi di akhir tahun 1962. Ismail
Tangka, yang kemudian menjadi Direktur Umum dan Sumberdaya Manusia
Antam (1994-2003), ditunjuk sebagai koordinator proyek pertambangan Pulau
Lemo. Pulau Lemo bertahan sebagai tambang bijih nikel sampai 1977 dan
menghasilkan total 147.000 wmt bijih nikel berkadar 2,62%.

Proses loading bijih nikel di Pulau Maniang masih menggunakan lori yang
di dorong tenaga manusia, sebelum digunakannya belt conveyor.

MENAPAK SEJARAH ANTAM

17

Di Pulau Lemo, Ismail punya sejumlah kenangan manis. Ia ditugaskan


untuk mengkoordinir pertambangan Lemo ketika usianya masih 22 tahun dan
baru setahun menikah. Saat itu di daerah Sulawesi Tenggara sedang gencargencarnya dilakukan pengepungan kelompok DI/TII pimpinan Kahar Muzakar
oleh Tentara Nasional Indonesia. Karena belum ada tentara atau polisi yang
ditempatkan di Lemo, urusan keamanan jadi tanggungan sendiri. Untuk itu,
Ismail mendapat bekal 6 pucuk senjata api. Pada suatu malam gelap (listrik
hanya menyala dari jam 18.00 sampai jam 23.00 waktu setempat), di kejauhan
terlihat ada perahu yang memberikan kode lampu seperti hendak mendarat.
Salah seorang anggota keamanan yang mantan anggota DI/TII yang telah
sadar, melapor pada Ismail bahwa itu kemungkinan perahu gerombolan DI/TII.
Ismail jadi kuatir. Di pulau itu ada 100 keluarga, termasuk istri dan anaknya
yang baru lahir. Keamanan pulau disiagakan, dan ketika perahu mendarat
enam pucuk senjata sudah diarahkan. Ternyata itu perahu pedagang sayur
yang harus merapat ke pulau karena takut terkena angin kencang di laut,
kata Ismail mengenang kejadian lucu tapi mendebarkan itu.
Perkembangan awal-awal penambangan bijih nikel di Maniang, Lemo dan
Pomalaa memang memerlukan kerja keras dan usaha tiada henti. Untuk
memastikan kerjasama dengan Jepang, pada November 1962 berangkatlah
delegasi PT Nikkel Indonesia yang dipimpin Direktur Utama BPU Pertambun
Ir. Ukar Bratakusumah ke Tokyo, Jepang. Keberangkatan delegasi PT Nikkel
Indonesia ke Jepang ini menindaklanjuti permintaan beberapa kelompok
pengusaha Jepang yang mengajukan diri untuk mendapatkan Kuasa
Pertambangan dalam rangka eksplorasi dan penambangan bijih nikel di
Pomalaa. Karena banyak pihak Jepang yang berminat, Pemerintah Indonesia
telebih dahulu sudah menyarankan agar kelompok-kelompok perusahaan
Jepang tersebut bergabung dalam sebuah badan sebelum berunding dengan
pihak Indonesia.

Dermaga tambang nikel Pomalaa di bulan Juli 1965.

18

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Sejak 1961, satu perusahaan gabungan beberapa perusahaan Jepang


bernama Sulawesi Nickel Development Corporation (Sunideco), yang
merupakan gabungan 5 smelter Jepang (Sumitomo Metal Mining, Nippon
Mining, Nihon Yakin Kogyo, Shimura Kako dan Pacific Metals) sudah terbentuk.
Beberapa kali Sunideco mengajukan diri untuk mendapatkan Kuasa
Pertambangan, tapi tidak dikabulkan oleh pihak Indonesia karena Indonesia
berkeyakinan bisa melakukan sendiri penambangan. Yang bisa ditawarkan
Indonesia adalah : Indonesia melakukan penambangan dengan bantuan
teknis Jepang dan menjual hasil tambangnya ke Sunideco.
Kedatangan delegasi (yang selengkapnya terdiri atas Ir. Ukar Bratakusumah,
Direktur Utama BPU Pertambun; RI Subroto Imanwiredjo, Direktur Umum
BPU Pertambun; Ir. Abdul Madjid, Direktur PT Nikkel Indonesia, Kosasih
Atmadinata; Direktur Muda Pemasaran BPU Pertambun dan Ir. Achmad
Prijono Nitihardjo; ahli tambang BPU Pertambun) di Tokyo bertujuan untuk
membahas beberapa hal penting antara lain pasal-pasal basic agreement dan
perumusan harga bijih nikel untuk membayar hutang investasi yang akan
dibiayai Sunideco yang memerlukan jaminan Bank Indonesia. Dari segi teknis
dibahas dan ditetapkan rencana eksplorasi, penambangan, pengangkutan
bijih, penumpukan bijih, pemuatan bijih serta penentuan bantuan teknik, serta
jumlah dan jenis konsultan yang dibutuhkan. Kemudian dibahas juga jenis
serta jumlah alat berat baik untuk penambangan maupun transpor bijih besi
dari tambang ke pelabuhan, alat-alat penumpukan dan pemuatan bijih dari
tambang ke pelabuhan, alat-alat untuk penumpukan dan pemuatan bijih,
truk-truk, jip-jip untuk petugas tambang, gen-set, alat komunikasi radio,
tug-boat, tongkang dan sebagainya.
Penandatanganan basic agreement di Tokyo ini merupakan kerjasama
dengan sistem bagi hasil (production sharing) pertama di bidang mineral logam
antara Indonesia dengan pihak asing, dan merupakan yang kedua di bidang
pertambangan. Isi pokok perjanjian ini bertujuan mengembangkan tambang
nikel Pomalaa yang daerahnya mencakup luas 8.700 hektar, yang berdasarkan
bagi hasil dengan ketentuan PT Nikkel Indonesia diwajibkan berproduksi
sebanyak 120.000 wmt per tahun selama 7 tahun, dengan pembagian 40%
hasil produksi bijih nikel diserahkan kepada pihak Jepang untuk membayar
hutang pokok ditambah bunga, sedangkan 60% dari produksi bijih besi akan
dijual secara komersial dengan
pembukaan L/C. Pihak Jepang
menyediakan dana US$1.350.000
yang akan digunakan untuk
mendatangkan berbagai peralatan dan suku cadang, termasuk
untuk biaya jasa konsultan ahli
selama pembangunan proyek.
Dengan
Keputusan
Menteri
Pertambangan tanggal 20 April
1963, PT Nikkel Indonesia tidak
lagi berbentuk usaha patungan
antara pemerintah pusat dan

Kegiatan penambangan nikel di Pomalaa tahun 1965.

MENAPAK SEJARAH ANTAM

19

pemerintah daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara, tetapi menjadi suatu


perusahaan negara yang termasuk sebagai salah satu perusahaan di bawah
kendali BPU Pertambun seperti PN Tambang Emas Cikotok, PN Logam Mulia
dan PN Pertambangan Bauksit Indonesia, yang masing-masing memiliki
direksi sendiri. Ir. Achmad Prijono Nitihardjo dan Ir. Abdul Madjid diangkat
menjadi Direktur PT Nikkel Indonesia dan Ir. Achmad Prijono Nitihardjo
sekaligus ditunjuk sebagai Kepala Proyek Nikel Pomalaa.
Meskipun penambangan di Pomalaa sudah dimulai sejak 1939 atau bahkan
sebelumnya, daerah Pomalaa pada awal tahun 1960-an merupakan daerah
terpencil dan minim hubungan dengan dunia luar. Penduduknya tak
banyak dan boleh dibilang tidak memiliki skill yang memadai. Sebagian besar
penduduk adalah nelayan atau mereka yang hidup dari hasil hutan, perkebunan atau peternakan. Untuk memenuhi kebutuhan penambangan secara
besar-besaran dibutuhkan tenaga ahli, teknisi, montir, tukang-tukang, dan
sopir untuk kendaraan dan alat-alat berat. Semuanya harus didatangkan dari
luar Pomalaa, paling tidak dari Makassar. Untuk itulah, didatangkan beberapa
personil Zeni Angkatan Darat dari Jakarta untuk menjalankan alat-alat
berat dan melatih tenaga kasar setempat untuk menjadi operator alat-alat
berat tersebut. Mereka juga diharapkan berperan untuk melindungi proyek
yang sebetulnya belum aman benar dari ancaman pihak luar terutama
gerakan separatis DI/TII.

Pengangkutan bijih nikel di Pulau Maniang.

20

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Seberapa
besarkah
deposit
nikel di Pomalaa? Di belahan
Pomalaa mana deposit itu
berada? Ternyata jawabannya
tidak mudah ditemukan. Peta
cadangan laterit seperti itu
hanya terdapat di kantor OBM di
Den Haag, Belanda. Dan untuk
menengok peta tersebut, tanpa
boleh mencatat atau memotret,
kabarnya
BPU
Pertambun
harus
membayar
sejumlah
nominal yang cukup besar.
Untunglah dalam rombongan
pertama Proyek Nikel Pomalaa,
ada von Banizeth, WNI IndoBelanda, eks geolog OBM yang
diperbantukan di proyek. Von
Banizeth diharapkan bisa segera
menunjukkan
daerah
yang
mengandung cadangan bijih
nikel. Dipandu von Banizeth
rombongan survai menyisir
daerah
Pomalaa,
menaiki
perbukitan beberapa kilometer
di sebelah timur desa Pomalaa.

Di bukit-bukit ini banyak didapat deposit nikel yang merupakan bekas


penambangan NV Bone Tole (anak perusahaan OBM) sebelum Perang Dunia
II dan sebelum jaman Jepang (Sumitomo Mining Co). Daerah itu kini dikenal
dengan nama Tambang Utara. Ternyata di daerah itu ditemukan jejak-jejak
pengolahan nickel-matte, terbukti dengan adanya cerobong asap setinggi 42
meter yang masih berdiri kokoh sampai saat ini.
Ir. T. Sutoyo (almarhum), Kepala Biro Eksplorasi di Kantor Pusat Antam,
didatangkan ke Pomalaa untuk memimpin tim eksplorasi. Sejumlah tukang
kayu diundang untuk membangun mess perumahan untuk karyawan, direksi
dan mess Jepang. Datang pula 5 konsultan dari Jepang yang terdiri atas seorang
insinyur tambang (Suwa-san), insinyur sipil (Sato-san), ahli mekanik (Makinosan), insinyur mesin (Ogawa-san), ahli listrik (Nishihara-san) plus seorang
penterjemah (Shimazaki-san). Berduyun-duyun pula tenaga-tenaga ahli
Indonesia yang terdiri dari ahli eksplorasi, ahli teknik, ahli administrasi dan
keuangan.
Sebelum peralatan pertama tiba pada November 1963, pekerjaan difokuskan
pada pembangunan rumah pekerja dan perumahan staf. Perumahan untuk
tenaga pimpinan dibangun di sebelah selatan Sungai Komoro dan dilengkapi
dua lapangan tenis.
Kapal Kiku Maru datang dari Jepang membawa barang-barang berat seperti
dump-truck, buldozer, tractor-shovel, truk ringan, jip, derek, diesel generator,
peralatan radio komunikasi, berpuluh-puluh ton semen, besi beton, dan
lembaran seng gelombang. Kapal Kiku Maru membawa pula tug-boat yang
diberi nama Pomalaa I dan dua buah ponton bahan bakar masing-masing
berukuran 70 dead weight ton (dwt) sehingga proyek Pomalaa bisa mandiri
dalam hal transportasi laut dan suplai bahan bakar.
Jalan sepanjang 20 kilometer dibangun ke arah Tanjung Pakar di selatan
Pomalaa yang memiliki deposit nikel dengan kadar tinggi (3,5%). Lalu lalang
kendaraan dan kemudahan transportasi serta makin banyaknya pendatang
membuat Pomalaa bersinar dan kehidupan di kota kecamatan ini menjadi
lebih bernas.
Penambangan di Pomalaa mencakup daerah Kuasa Pertambangan (KP) seluas
kurang lebih 7.500 hektar. Daerah penambangan dibagi menjadi tiga wilayah,
yakni wilayah utara, wilayah tengah, dan wilayah selatan.
Waktu terus bergulir. PT Nikkel Indonesia dimerjer dengan enam perusahaan
negara lainnya yakni PN Logam Mulia, PN Tambang Bauksit Indonesia,
Proyek Emas Logas, PN Tambang Emas Cikotok, Proyek Pertambangan Intan
Kalimantan Selatan, dan BPU Pertambun pada 5 Juli 1968. Nama perusahaan
berubah menjadi PN Aneka Tambang, yang kini dikenal orang dengan nama
Antam.

^]
MENAPAK SEJARAH ANTAM

21

22

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Dinamika
Perkembangan

DINAMIKA PERKEMBANGAN

23

^]

Sejak resmi berdiri 5 Juli 1968,


Antam telah mengalami berbagai
pasang-surut sebagai sebuah perusahaan
pertambangan milik negara.
Bagaimanakah Antam berserta
Insan-insan Antam menyiasati dinamika
usaha ini sehingga Antam mampu terus
memaknai anugerah alam, dan
melintas masa hingga saat ini?

^]

24

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Membuka Jalan
Mengelola sebuah perusahaan yang merupakan gabungan dari beberapa
perusahaan pertambangan ini tidaklah mudah. Selama 40 tahun ke depan
Antam mengalami liku-liku perjalanan usaha yang penuh tantangan.
Namun semua tantangan tersebut telah menimbulkan berbagai dinamika
perkembangan yang pada gilirannya mengantarkan Antam menjadi
perusahaan pertambangan yang terkemuka di Indonesia.
Hadianto Martosubroto, M.Sc., ditunjuk sebagai Direktur Utama Antam
yang pertama. Hadianto yang mulai bekerja di Antam tahun 1967 adalah
mantan dosen Institut Teknologi Bandung. Jajaran direksi pertama Antam
didukung oleh Ir. Ngakan Ketut Suta sebagai Direktur Produksi/Eksplorasi,
Ir. Achmad Prijono sebagai Direktur Teknik, Jani Arsadjaja, S.H. sebagai
Direktur Keuangan dan Drs SGB Tampubolon sebagai Direktur Pemasaran.
Perusahaan tak lantas memiliki fasilitas-fasilitas pendukung yang memadai.
Kantor Pusat Antam yang berada di Jalan Bungur Besar 24-26, Jakarta itu
misalnya, jauh dari mewah. Namun, meskipun secara fisik sumpek dan apa
adanya, kami bahagia. Kantor inilah tempat Antam mendidik, mendewasakan,
dan membina mental para pendekar Antam, ujar Achmad Dohar
Siregar, Corporate Secretary Antam (19972004). Masih cerita Dohar,
saking tidak bergengsinya kantor itu, seorang karyawan teman Dohar
tak pernah mau diantar pacarnya yang naik mobil mewah itu sampai ke
depan kantor Antam. Ia selalu minta turun di depan sebuah kantor yang lebih
mewah di Jalan Gunung Sahari, untuk selanjutnya, setelah pacarnya berlalu,
ia berjalan kaki melintasi sebuah gang menuju ke kantor Antam di Jalan
Bungur Besar 24-26.

Kantor Antam di Jl. Bungur Besar, Jakarta Pusat di tahun 1980-an.

DINAMIKA PERKEMBANGAN

25

Antam baru pindah ke kantor baru di Jalan TB Simatupang di bulan November


1992, sebuah kantor megah berlantai 8 yang lebih representatif dan memiliki
fasilitas yang jauh lebih memadai.

Perkembangan Usaha
Meskipun bergerak dalam berbagai keterbatasan dan kesederhanaan.
Antam dapat tumbuh menjadi perusahaan pertambangan terkemuka yang
terintegrasi secara vertikal mulai dari eksplorasi, pengolahan, peleburan,
pemurnian sampai dengan pemasaran. Perjalanan Antam melintas masa selama
40 tahun telah mencatat berbagai dinamika penting di bidang penambangan
pasir besi, penambangan dan pengolahan nikel, penambangan dan pemurnian
emas, serta penambangan intan.

Pertambangan Pasir Besi


Proyek pertambangan pasir besi (iron sand) di bawah Unit Pertambangan
Pasir Besi Cilacap diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 10 Juni 1971.
Peresmian ini ditandai dengan penekanan tombol alat pemuatan curah
konsentrat pasir besi yang menuangkan 15.029 wmt pasir besi ke kapal
Jepang Nittei Maru.
Proyek Pertambangan Pasir Besi Cilacap pada areal seluas 1.540 hektar itu
dimulai dengan eksplorasi di tahun 1960-an di lokasi yang dikenal dengan
nama Areal 70 Cilacap. Eksplorasi dilakukan melalui kerjasama dengan
Nisso Steel (Jepang) di berbagai lokasi di Cilacap, dengan cara pembuatan
test pit (sumur uji) untuk endapan di atas permukaan air dan spiral hand
auger sepanjang 2 meter untuk endapan di bawah permukaan air. Eksplorasi
dilanjutkan oleh Antam dari tahun 1969 1972. Setelah tahun 1975 eksplorasi
dilakukan sendiri oleh Unit Penambangan Pasir Besi dengan wilayah
eksplorasi yang meliputi Purworejo, Garut, Sukabumi, Tasikmalaya,
Lumajang, Jember dan Kulon Progo. Eskplorasi ditujukan untuk
mengumpulkan data daerah cadangan terbukti dan tereka yang nantinya
akan digunakan sebagai dasar untuk pembuatan studi kelayakan.

Penambangan pasir besi di Cilacap.

26

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Eksploitasi pasir besi berupa penambangan dimulai


Agustus 1970 di daerah Teluk Penyu, Cilacap.
Penambangan dilakukan secara terbuka (open pit
mining) dengan sistem tambang semprot (hydraulic
mining) dan back filling. Dengan cara ini crude sand
disemprot dengan air sehingga menjadi pulp yang
kemudian dihisap dengan pompa (mine pump) dan
dialirkan ke alat pemisah (magnetic separator).
Di sini, pasir magnetik (konsentrat) ditampung di
stock yard sebagai hasil produksi dengan kadar Fe
rata-rata 55%, sementara sisanya (tailing), yakni
dalam bentuk pasir non-magnetik digunakan untuk
menimbun bekas penambangan.
Semua hasil tambang pasir besi diekspor ke
Jepang. Sampai tahun 1978, ekspor pasir besi
Cilacap menyentuh angka antara 25.00030.000
wmt pasir besi per bulan. Ekspor pasir besi hanya
dilakukan ke NKK, pabrik besi baja di Jepang, atas
dasar kesepakatan kontrak karena pihak Jepang
yang menyediakan teknologi dan peralatan proyek
pertambangan pasir, yang dibayar oleh Antam
dengan hasil penambangan berdasarkan sistem
kontrak. Waktu itu Jepang mematok angka
pasok 300.000 wmt pasir besi per tahun ke negara
mereka.
Sayangnya, kontrak dengan Jepang yang mestinya
berlaku sampai tahun 1981, harus diakhiri tahun
1978 karena terjadinya kenaikan harga minyak
mentah dunia dan adanya restrukturisasi industri
di Jepang. Ini membuat kegiatan proyek pasir besi
Cilacap berhenti total. Akibatnya seluruh 10 unit
produksi juga berhenti total, dan mulailah terjadi
rasionalisasi besar-besaran. Karyawan dihadapkan
pada dua pilihan, pindah ke pertambangan
Antam di luar Jawa atau Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK). Ternyata banyak yang memilih PHK.
Hanya beberapa karyawan yang tinggal untuk
mengurus berbagai aset peninggalan perusahaan.

Penambangan
Pasir Besi di
Cilacap hidup
kembali ketika
produk pasir
besi dilirik
produsen
semen untuk
digunakan
sebagai bahan
campuran dalam
pembuatan
semen.

Lalu terdengar kabar baik di tahun 1979 ketika


beberapa pabrik semen melirik produk pasir besi
sebagai bahan campuran semen. TNP Sihombing
kemudian ditetapkan sebagai Kuasa Direksi
Unit Pertambangan Pasir Besi yang bertugas
menghidupkan kembali operasi pertambangan
pasir besi Cilacap. Proyek pasir besi berjalan kembali
tahun 1980 ketika pabrik semen PT Indocement
Tunggal Prakarsa, PT Semen Padang, PT Semen

DINAMIKA PERKEMBANGAN

27

Gresik, PT Semen Nusantara, dan Semen Kujang mulai membeli pasir besi
sebagai bahan campuran semen.
Pada tahun 1979 dibuka pula pertambangan pasir besi di Pelabuhan Ratu
yang sebagaian besar produksinya dikonsumsi pabrik semen Kujang.
Tambang Pelabuhan Ratu bertahan sampai tahun 1982.
Tambang Pasir Besi Kutoarjo-Purworejo mulai dibuka 11 November 1987 dan
mulai berproduksi tahun 1989. Tambang ini menghasilkan 1.200 wmt pasir
besi per bulan. Tambang pasir besi juga dibuka di Lumajang pada tahun 1998.
Pada tahun itu produksi pasir besi Antam mencapai mencapai 560.524 wmt.
Kisah penambangan pasir besi di Cilacap juga diwarnai suka dan duka.
Junarso, yang dulu pernah bekerja di pertambangan Pasir Besi Cilacap,
menceritakan penambangan pasir besi itu harus beroperasi 24 jam non-stop,
dan berhadapan dengan berbagai cuaca; kalau panas harus rela kepanasan,
kalau hujan harus mau didera air hujan. Komunikasi dengan masyarakat
sekitar juga tidak selalu mudah. Karena lokasi pertambangan bersebelahan
dengan ladang persawahan warga lokal, sering kali terjadi selisih faham
dengan warga. Itu biasanya terjadi kalau tailing (sisa buangan) tanpa
sengaja meluber ke persawahan. Pada saat tailing meluber ke sawah, warga
mengira orang-orang proyek mau menguruk dan menguasai sawah mereka.
Warga marah, mendatangi karyawan berbekal senjata tajam.

Kunjungan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono IX (paling kiri)


di tambang pasir besi Cilacap sekitar tahun 1971.

28

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Pernah pula pada saat terjadi banjir laut, sebagian peralatan tambang terseret
ke perairan laut dan tersangkut di jala nelayan. Mereka marah. Untunglah
dengan pendekatan komunikasi yang baik masalah-masalah seperti ini bisa
diselesaikan.
Masa-masa menyenangkan dari penambangan pasir besi Cilacap juga
layak dibincangkan. Pada tahun 1969, G. Partakasuma yang sedang dalam
tugas eksplorasi di Cilacap dengan sejumlah rekan sering mondar-mandir
mengangkut peralatan eksplorasi dengan kendaraan pick-up Land Rover
bertuliskan Aneka Tambang. Penduduk setempat tak tahu apa itu Aneka
Tambang. Ketika mobil berhenti, berkerumunlah orang disekitar kendaraan
yang sedang mengangkut banyak tali tambang, dan terdengar salah satu
orang nyeletuk, Namanya Aneka Tambang, wong dalam mobil ini banyak
tambangnya, kata Partakusuma menirukan celetuk itu.
Junarso juga punya kisah menarik tentang tingginya tingkat kesejahteraan karyawan yang mendapatkan imbalan upah dengan perhitungan sistem
lauk-pauk. Artinya, nilai upah karyawan ditetapkan berdasarkan harga
bahan makanan. Jadi, walau gaji kecil dan harga makanan naik turun, kita
tenang saja, kata Junarso yang saat ini adalah Assistant Senior Manager Post
Mining. Ia juga menceritakan sebelum tiba saatnya gajian, pihak manajemen
akan melakukan survai pasar dulu untuk menetapkan harga tertinggi satu
komoditi sembilan bahan pokok. Perhitungan upah per keluarga ditetapkan
berdasarkan jumlah tanggungan keluarga. Yang paling kasihan adalah
para bujangan, uang lauk-pauknya tidak banyak, seloroh Junarso sambil
menambahkan masa menyenangkan yang lain adalah proses belajar dari
orang-orang Jepang karena saat itu penguasaan teknologi Insan-insan Antam
di bidang pasir besi masih terbatas.

Magnetic separator Tambang Pasir Besi Cilacap sekitar tahun 1970.

DINAMIKA PERKEMBANGAN

29

Cerita ringan namun berkesan yang lain dikisahkan oleh G. Partakusuma, yang
menjadi Kepala Proyek Pertambangan Pasir Besi Cilacap tahun 1970-1976.
Waktu itu Bupati Cilacap namanya Kartabrata, panggilannya Pak Karta.
Nama saya Partakusuma, panggilan saya Pak Parta. Saya sering menerima
bingkisan kue-kue dan bunga untuk Pak Karta yang salah kirim ke rumah
saya. Istri saya tidak tahu itu. Mau dikembalikan, saya malu. Jadi diterima
dan dimakan saja kuenya, kata Partakusuma, yang memberi nama anaknya
Niki Suharto. Niki diambil dari nama kapal Jepang pengangkut pasir besi
Nikyo Maru, dan Suharto adalah nama Presiden RI yang meresmikan Proyek
Pasir Besi Cilacap pada tahun 1971.
Sayangnya, cerita demi cerita manis tak bisa terus menyertai. Usaha
pertambangan pasir besi, meski masih memiliki cadangan yang memadai,
tak bisa bergerak ke arah yang bertumbuh karena permintaan dari pabrikpabrik semen menurun, sementara biaya operasional juga besar. Di sisi lain,
Antam juga tidak mungkin menghentikan begitu saja pertambangan pasir
besi, karena masih banyak pegawainya. Perusahaan lalu mengupayakan
pensiun dini (golden shakehand) di tahun 2002. Selanjutnya, pengelolaan
penambangan pasir besi diserahkan kepada anak perusahaan Antam,
PT Antam Resourcindo. Prospek pasir besi sebetulnya masih bisa diharapkan,
setidaknya dengan adanya rencana investor dari China yang berpendapat
kadar besi pada bijih besi masih bisa ditingkatkan. Hanya saja rencana
investasi itu masih terganjal masalah Kuasa Pertambangan dengan pemerintah
setempat.

Pertambangan Nikel
Pomalaa
Dinamika pertambangan Pomalaa banyak diwarnai pernak-pernik aktivitas
pertambangan dan pengolahan feronikel. Selain menjadi lokasi pertambangan
nikel, Pomalaa juga adalah rumah bagi tiga pabrik feronikel Antam, yakni
FeNi I (mulai beroperasi tahun 1976), FeNi II (mulai beroperasi tahun 1995)
dan FeNi III (mulai beroperasi tahun 2007). Pernak-pernik itu bisa disimak
pada bagian Tonggak-tonggak Sejarah Antam.

Pulau Gebe
Tak banyak orang tahu di belahan Indonesia bagian mana Pulau Gebe terletak.
Dari segi geografis Pulau Gebe termasuk daerah terpencil yang sulit dijangkau,
terletak di antara pertemuan Samudra Pasifik dan Laut Banda. Panjang pulau
ini sekitar 20 kilometer dan lebar antara 3 sampai 5 kilometer. Untuk mencapai
Pulau Gebe dari Ternate di Maluku Utara, diperlukan 1 jam perjalanan dengan
pesawat terbang atau 2 sampai 3 hari bila ditempuh lewat laut.
Kisah eksplorasi Gebe dimulai 24 Juli 1969, ketika suatu perusahaan
konsorsium smelters Jepang bernama Indonesia Nickel Development Co., Ltd
(Indeco) menandatangani kontrak karya survai dan eksplorasi bijih nikel di
kepulauan Halmahera, Provinsi Maluku Utara, dan sekitarnya yang semula
meliputi luas 3.880 hektar. Berdasarkan eksplorasi yang berlangsung dari
1969 sampai 1975, Indeco berhasil menemukan cadangan bijih nikel potensial
di Pulau Gebe, Tanjung Pakal/Buli, Halmahera dan di Pulau Obi.

30

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Perumahan karyawan Antam di Pulau Gebe di tahun 1980-an.

Selanjutnya,
Indeco
menyerahkan
satu
feasibility report kepada Pemerintah Indonesia
yang
intinya
bermaksud
mengembangkan
penambangan bijih nikel di Gebe dan sekaligus
mendirikan pabrik feronikel. Mereka mengajukan
usulan pembangunan bertahap; yakni pertama,
menambang nikel dan mengekspornya untuk
menggalang dana, dan kedua, bila kondisi
memungkinkan mereka akan membangun pabrik
pengolahan nikel. Usul tersebut tidak diterima
oleh Pemerintah Indonesia, dan Indeco kemudian
mengakhiri kontrak pada 1 Juni 1977. Semua data
dan peralatan mereka dialihtangankan kepada
pemerintah yang diwakili oleh Antam.
Eksplorasi dan penelitian ulang dilakukan oleh
Antam sejak 1977. Hasil eksplorasi menunjukkan
gambaran yang menjanjikan. Dipicu oleh kebutuhan
ekspor yang besar dan menipisnya cadangan bijih
nikel di Pomalaa, Antam memutuskan untuk segera
memulai penambangan di Pulau Gebe.

Gebe sungguh
penuh tantangan
dan suka duka.
Lokasinya yang
teramat jauh
dari hiruk-pikuk
kota besar
membuat
karyawan yang
ditugaskan ke
Gebe menjadi
gentar.

Antam mulai menambang bijih nikel Gebe pada


1978 pada areal Kuasa Pertambangan seluas
1.225 hektar. Penambangan nikel laterit ini mulai
berproduksi pada tahun 1979 dan pengapalan
pertama dilakukan Mei 1979. Pada tahun 1980
penambangan di Pulau Gebe menjadi salah satu unit
pertambangan Antam dengan nama Unit Pertambangan Nikel Gebe. Dengan rencana produksi
bijih nikel satu juta wmt pertahun, diharapkan
penambangan nikel Gebe akan berlangsung selama
30 tahun ke depan.

DINAMIKA PERKEMBANGAN

31

Menjalankan operasi penambangan bijih nikel di Gebe tentu saja tidak mudah.
Itu karena lokasi Gebe yang terpencil, minimnya sarana dan tidak tersedianya
tenaga kerja yang berkualitas. Itulah sebabnya, didatangkan tenaga-tenaga
terampil dari luar Pomalaa, Gebe dan Papua. Tenaga-tenaga tersebut bisa
menjadi contoh bagi tenaga-tenaga lokal terutama dalam hal disiplin kerja.
Sebagai sebuah tempat yang jauh dari keramaian, Gebe sungguh penuh
tantangan dan suka duka. Lokasinya yang teramat jauh dari hiruk-pikuk kota
besar membuat karyawan yang ditugaskan ke Gebe menjadi gentar. Waktu
saya pertama kali ditempatkan di Gebe sebagai Kepala Unit Pertambangan
Gebe pada tahun 1992, terus terang saya merasa seperti dibuang, kata Dedi
Aditya Sumanagara, Direktur Utama Antam (19972008). Istri saya nangisnya
sampai dua hari dua malam, tambahnya sambil berseloroh.
Tapi kemudian tugas ini menjadi tantangan bagi Dedi. Pulau yang
berpenduduk sekitar 2.000 orang ini ternyata banyak memberi kenangan dan
pengalaman. Selain sebagai pemimpin formal yang menjalankan
roda operasi pertambangan, Dedi juga tanpa disadari menjadi
pemimpin informal. Istri Dedi, yang menjadi ketua Dharma Wanita
perusahaan, malah sering menjadi konsultan masalah rumah-tangga
penduduk setempat. Pernah di suatu pagi ada seorang ibu yang lari
tergopoh-gopoh mencari istri saya. Ternyata ia sedang dikejar suaminya.
Kejar-kejaran itu berlangsung terus di rumah kami, sampai berputar-putar
mengelilingi jemuran, kenang Dedi.
Supaya karyawan bisa lebih betah tinggal di Gebe yang sepi hiburan, Dedi
mengupayakan berbagai kenyamanan, di antaranya membuat berbagai
fasilitas untuk karyawan. Dan lebih dari itu, Gebe ternyata adalah tempat
yang indah dengan pantai berpanorama cantik yang layak dinikmati sambil
mengusir sepi.
Selain penuh kenangan manis, bagi Dedi, Gebe adalah tempat ia menempa
diri untuk menjadi sosok pemimpin yang tangguh dan cemerlang. Itu
karena di Gebe ia harus sering memutuskan dan mengatasi masalah sendiri
tanpa bantuan atasan. Itulah sebabnya, ketika Dedi dipanggil balik ke
Jakarta untuk penugasan lain istri Dedi sempat menitikkan airmata.
Melihat
istri
menitikkan
air-mata,
Dedi
berkomentar
setengah
bercanda, Saya jadi bingung lihat kamu. Waktu diajak berangkat ke
Gebe nangis, ketika diminta meninggalkan Gebe juga nangis. Mau kamu ini
apa? Ya sudah, kita balik aja ke Gebe....
Gebe juga memberi pengalaman bagi sejumlah Insan Antam yang lain.
Ir. Harsojo Dihardjo punya catatan menarik tentang dinamika sumberdaya
manusia. Harsojo yang pada tahun 1981 menjadi Manajer Operasi dan
kemudian Kepala Unit Operasi Gebe dari tahun 1985 sampai 1989,
menyatakan sulitnya menegakkan disiplin kerja di kalangan penduduk
lokal Gebe. Penduduk asli Gebe, setelah terima gaji, tidak masuk kerja dua
minggu. Ini sangat menyulitkan, kata Harsojo, yang kemudian menduduki jabatan sebagai Direktur Operasi Antam (19942003). Tapi untunglah
kedisiplinan akhirnya bisa ditegakkan. Para pekerja itu terus-menerus

32

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

diajari berdisiplin, dan akhirnya mereka bisa memahami pentingnya berdisiplin


untuk meningkatkan produktivitas.
Kosim Gandataruna, Direktur Utama Antam (19841989), juga punya catatan
sendiri tentang Gebe. Pada tahun 1978 ia menjadi Direktur Nikel dan ia
bertanggung jawab pada proyek Gebe waktu itu. Untuk ke Gebe, dia
harus terbang ke pulau Gag terlebih dahulu, baru kemudian meneruskan
perjalanan ke Gebe naik tug-boat, dengan waktu tempuh berjam-jam. Begitu
sampai di Gebe, saya baru tahu pulau ini luar biasa panas. Bahkan lalat saja
tidak bisa hidup di situ. Pulau ini juga tidak menyediakan apa-apa, jadi kami
harus mendirikan tenda-tenda untuk bernaung, kata Kosim. Itulah sebabnya
di Gebe kemudian dibangun berbagai fasilitas pendukung agar layak
ditinggali.
Menurut Kosim, Gebe dibangun tanpa mengundang kontraktor mana pun.
Insan-insan Antam-lah yang membangun sendiri semua keperluan
pendukung. Kami membangun pelabuhan, airport, dan beberapa fasilitas lain.
Semua dilakukan sendiri, kecuali membangun rumah. Walaupun pekerjaan
dilakukan secara amatiran, toh semua bisa berjalan baik. Buktinya, pelabuhan
yang kami bangun tidak pernah roboh sampai sekarang, kata Kosim.
Bagi Kosim, dari segi bisnis, Gebe sama pentingnya dengan tambang besar
Antam lainnya. Kami mengijonkan produk kami dan pembeli bersedia. Gebe
adalah proyek yang sangat berhasil, sangat profitable. Gebe menolong Antam
dari kondisi kesulitan keuangan waktu itu. Gebe membalik Antam dari kondisi
prihatin menjadi kondisi yang berkecukupan, tutur Kosim bangga.

Penambangan nikel di Pulau Gebe.

Sejumlah kesepakatan pembelian terus dicapai dengan pihak asing. Pada


tanggal 7 Agustus 1997, misalnya, dilakukan penandatanganan nota
kesepakatan, dengan perusahaan-perusahaan peleburan Jepang yakni Pacific
Metal. Co. Ltd., Sumitomo Mining Co. Ltd., dan Nippon Yakkin Kogyo Co. Ltd.
untuk penjualan bijih nikel kadar tinggi dari pulau Gebe sebanyak 600.000
wmt per tahun.

DINAMIKA PERKEMBANGAN

33

Kegiatan penambangan di Gebe berakhir pada 2004 karena habisnya


cadangan, dan lokasi penambangan dinyatakan sebagai hutan lindung.
Saat itu prasarana yang dimiliki Gebe nyaris lengkap mulai dari pelabuhan
laut, airport, kompleks perkantoran, sekolah, universitas terbuka, rumah
sakit, sumber air bersih, listrik, tempat wisata, pemancar siaran televisi, dan
sarana olahraga termasuk lapangan golf. Semua fasilitas tersebut akhirnya
dihibahkan Antam kepada pemerintah setempat, dan masyarakat Pulau Gebe
yang saat itu berpenduduk sekitar 5.000 orang dalam wilayah 4 desa dan 1
kecamatan perlu mempersiapkan diri untuk kehidupan perekonomiannya di
masa yang akan datang.
Di tahun 2004, saat Gebe tidak lagi berproduksi, timbul masa kritis. Masa kritis
itu muncul saat karyawan yang kehilangan pekerjaan minta kompensasi 100
kali gaji, dari yang seharusnya 60 kali gaji. Bila permintaan ini tidak dipenuhi,
mereka mengancam akan melakukan perusakan yang intinya akan membuat
Antam goncang. Ada sekitar 400 orang yang mendukung gerakan ini. Mereka
minta Direktur Utama dan Direktur Umum datang langsung menemui
mereka, kenang Syahrir Ika, Direktur Umum dan SDM Antam (20032008).
Syahrir sendiri akhirnya yang memutuskan datang untuk menemui mereka
walaupun sebenarnya sudah ada kabar bahwa kedatangannya ke Gebe bisa
membahayakan nyawanya. Syahrir memilih hari Jumat untuk datang ke Gebe.
Sebelumnya, kepada kepala unit ia minta agar ia bisa menjadi khatib dan imam
pada shalat Jumat di masjid di Gebe. Tujuannya adalah untuk memberikan
siraman rohani kepada mereka yang sedang panas itu. Saya tidak biasa
berkhutbah sebenarnya. Untuk itu sebelumnya saya sms seorang teman
untuk kirim bahan khutbah pendek dengan topik yang saya pesan,
berikut kutipan ayat Al Quran. Di atas pesawat saya hafalkan ayat itu, kata
Syahrir.
Yang dimaksud Syahrir adalah Surat Ibrahim ke-14 Ayat 7 yang berbunyi, Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memberitahukan, Sungguh jika kamu
bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkarinya, sungguh azab-Ku sangat keras. Dengan kutipan itu,
Syahrir berhasil meredam gejolak. Sejumlah orang bisa menerima dan sejumlah
lagi tidak mau menerima. Besoknya, bersama serikat pekerja, diadakan
pertemuan. Hari itu Syahrir belum bisa pulang karena pesawat dijaga mereka
dan hari itu juga Syahrir mendengar selentingan ada orang-orang yang akan
menghabisi nyawanya.
Akhirnya negosiasi sampai pada kesepakatan kenaikan nilai kompensasi,
mulai 65 kali, kemudian 70 kali. Di angka 70, kelompok pemrotes mulai
terpecah dua, ada yang mau terima ada yang tidak. Akhirnya kami
memutuskan angka 80 kali. Dan angka ini hanya berlaku khusus untuk Gebe.
Sekitar 500 orang bersedia mengambil pensiun dini, sisanya minta direlokasi,
ujar Syahrir.
Tapi persoalan belum berhenti begitu saja. Setelah menerima uang kompensasi
pensiun dini, sebagian besar dari mereka tidak memanfaatkan uang itu dengan
baik, dan uang itu segera habis. Ketika uang habis, mereka mulai berulah lagi;

34

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

mereka mencari kuasa hukum, menulis surat ke DPRD Kabupaten, DPRD


Propinsi dan DPR, bahkan ke Presiden RI.
Persoalan diselesaikan melalui solusi Community Development dari program
Corporate Social Responsibility. Antam melatih mereka untuk bisa lebih
mandiri melalui kerjasama dengan PT Penanaman Modal Madani. Mereka
diberi modal kerja untuk menjalankan usaha guna menopang hari depan
mereka. Barulah kemudian persoalan reda, kata Syahrir.
Untuk Gebe, pemerintah pusat telah pula mencanangkan program 6 (enam)
Kementerian untuk menggarap aspek terkait termasuk program pengembangan
Pulau Gebe sebagai kawasan ikan tangkap dan potensi lain di Pulau Gebe,
termasuk kemungkinan penerapan program pemberdayaan masyarakat
pesisir oleh Departemen Kelautan dan Perikanan yang populer dengan sebutan
LEP2M3 (Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina).
Namun, mengingat potensi timbulnya kendala dan kesulitan, maka Bank
Indonesia menyarankan kepada Pemerintah Daerah agar disediakan cukup
waktu untuk masa transisi sampai sepenuhnya Antam bisa meninggalkan
pulau itu dengan damai, dan masyarakat bisa memanfaatkan sarana yang
ditinggalkan dengan optimal agar masyarakat lebih siap untuk mandiri.
Sementara itu, bagi Insan-insan Antam yang telah berhasil menyulap Gebe
dari sebuah pulau sunyi menjadi sebuah kawasan yang memiliki nilai-nilai
ekonomis bagi penduduknya, sulit rasanya untuk meninggalkan begitu saja
kenangan manis di Gebe. Terlalu banyak kenangan manis yang sulit dilupakan. Salah satu kenangan manis di Gebe tercatat dalam ingatan Hilmi Chatib,
yang pertama kali ditugasi sebagai Kepala Proyek Gebe. Semula, untuk lauk
sehari-hari, kami makan ikan kalengan. Saya berpikir kenapa tidak makan
ikan segar saja. Saya kemudian datangkan nelayan dari Manado supaya
menjual tangkapan ikan mereka di Gebe. Kami juga punya freezer yang bisa
menampung berapa saja ikan yang dibawa nelayan-nelayan itu. Jadinya
kami lebih sehat karena banyak makan ikan, dan para nelayan mendapatkan
penghasilan dari berjualan ikan, kata Hilmi.

Sarana pendidikan dan ibadah di Pulau Gebe.

Tanjung Buli
Di Tanjung Buli, Halmahera, selain Antam, sekurang-kurangnya ada dua
perusahaan pertambangan dengan izin Kontrak Karya, yaitu PT Nusa
Halmahera Minerals dan PT Weda Bay Nickel, yang beroperasi. Dalam

DINAMIKA PERKEMBANGAN

35

mengelola tambang nikel di Tanjung Buli, Halmahera, Antam bekerjasama


dengan PT Yudistira Bumi Bhakti, sebuah perusahan swasta dari Jakarta.
Antam melakukan eksplorasi besar-besaran di Tanjung Buli karena diduga
di daerah ini terdapat kandungan nikel yang cukup tinggi. Eksplorasi semidetail dan detail diintensifkan pada daerah prospek Tanjung Buli, Pulau Pakal
dan daerah prospek Mornopo. Eksplorasi dilakukan Antam untuk mengejar
kebutuhan pasokan bahan baku pabrik feronikel di Pomalaa dan juga untuk
ekspor. Wilayah operasi proyek ini meliputi kawasan seluas 39.040 hektar.
Cadangan Tanjung Buli mencatat angka 123,8 juta wmt dengan kadar nikel
saprolit 2,4%, dan 139,7 juta wmt dengan kadar nikel limonit 1,4%. Tambang
Tanjung Buli mempunyai kapasitas produksi harian 4.000 wmt bijih nikel
atau 1,4 juta wmt bijih nikel per tahun.
Pengapalan perdana ekspor bijih nikel kadar tinggi dari Tanjung Buli dilakukan
pada tanggal 25 Agustus 2001 ke Jepang. Bijih nikel dari Tanjung Buli juga
dikapalkan ke Pomalaa sebagai umpan untuk pabrik feronikel.

Pulau Gee
Antam mulai beroperasi di Pulau Gee pada bulan November 1997. Pulau
Gee terletak di bagian utara Pulau Halmahera, sekitar 1.200 kilometer dari
Pomalaa. Produksi pertamanya dikirim ke pabrik feronikel di Pomalaa,
Sulawesi Tenggara, pada bulan Desember 1997. Penambangannya dialihdayakan (outsource) kepada pihak ketiga, yaitu PT Minerina Bhakti, anak
perusahaan Dana Pensiun Antam.
Produksi perdana nikel Pulau Gee pada Desember 1997 menghasilkan
9.133 wmt bijih nikel dari rencana produksi 4.000 per tahun. Bijih nikel
saprolit Antam diekspor ke berbagai perusahaan Jepang (Pacific Metal Co. Ltd,
Sumitomo Metal Mining Co. Ltd., dan Nippon Yakin Kogyo, Co. Ltd.),
sementara bijih nikel limonit dikonsumsi oleh satu-satunya importir limonit,
yaitu Queensland Nickel Pty. Ltd. Australia.

Pabrik Feronikel
Produksi feronikel Antam dihasilkan melalui tiga pabrik pengolahan yakni
Pabrik Pengolahan Feronikel I, Pabrik Pengolahan Feronikel II dan Pabrik
Pengolahan Feronikel III. Kisah-kisah historis pendirian ketiga pabrik ini bisa
disimak pada Bab Tonggak-tonggak Sejarah.
Selama ini feronikel diekspor ke berbagai perusahaan-perusahaan importir
feronikel antara lain adalah: Thyssen Krupp Nirosta GmbH (Jerman), Arcelor
Mittal (Eropa), Pohang Iron and Steel (Korea), Yieh United Steel and Co (Taiwan)
dan Nikkinko Trading (Jepang).

Pertambangan Emas dan Perak


Cikotok yang sejatinya mulai ditambang sejak 1939 terus digenjot
produksinya sampai kemudian cadangan emas mulai menipis. Ini kemudian
diperparah dengan longsoran-longsoran di dalam tambang. Kesulitan ini

36

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

membuat produksi dialihkan ke tambang Cimari, Cirotan dan Lebak


Sembada. Pada tahun 1982 tambang Cipicung mulai berproduksi. Batu basah
(bahan galian yang belum diolah) yang ditambang di Cirotan, Cimari, Lebak
Sembada dan Cipicung diangkut dengan kabel ban ke pabrik pengolahan di
Pasir Gombong yang mempunyai kapasitas giling maksimal 200 ton per
hari. Di sini batu basah diolah melalui proses sianidasi untuk memisahkan
unsur emas dan unsur perak. Beberapa tambang di sekitar Cikotok, yakni
Pangleseran (1988) dan Ciputer (1989) pun mulai beroperasi. Namun operasi ini
tak bertahan terlalu lama karena terbatasnya kandungan emas.
Sejak berproduksi normal tahun 1940 sampai 1994, tambang emas Cikotok
dan sekitarnya, meski baru menghasilkan sekitar 8 ton emas dan 221 ton
perak, telah memberikan kesejahteraan bagi 800 karyawan dan 4.000
penduduk sekitarnya, serta telah mengharumkan nama bangsa di pasar emas
dunia. Perekonomian Cikotok berkembang seiring dengan stabilnya harga
emas di pasaran. Pasar tua Cikotok yang boleh dikata berdiri sejak penambangan berjalan, terus hidup meski cuma pada tingkat pasar tradisional. Bidang
angkutan yang menghubungkan Cikotok dengan dunia luar pun tumbuh subur
melayani hilir mudik manusia. Namun, tambang emas Cikotok dan sekitarnya
yang telah memberi hidup pada penduduk dan penambang setempat pada
tahun 19921994 terus merugi. Ini membuat seluruh kegiatan eksploitasi
bijih emas di sekitar Cikotok harus diakhiri. Berakhirnya tambang Cikotok
tentu saja telah diantisipasi dengan baik oleh Antam. Pada tahun 1994,
tambang emas Pongkor mulai beroperasi menggantikan Cikotok.

Kompleks perumahan Cikotok di tahun 1958.

Sebagai sebuah tambang yang memiliki nilai historis tinggi, Cikotok


menghasilkan produksi emas secara bermakna dan telah pula membentuk
sejumlah Insan tambang Antam menjadi miners yang tangguh. Ir. Amaris
Wahyudi Akil dan Ir. Santonius Siregar adalah dua founders Antam yang
sempat mengalami pahit getirnya pertambangan emas. Akil melewatkan 9
tahun berkarya di Cikotok, dan Siregar 11 tahun.
Siregar yang mulai bekerja di Antam tahun 1961 dan langsung bertugas di
Cikotok itu menceritakan, untuk mendapatkan emas, batuan emas yang

DINAMIKA PERKEMBANGAN

37

Mulut tambang Cirotan, yang merupakan tambang terbesar di Cikotok.

terendap dalam batuan andesit harus diledakkan. Ledakan-ledakan yang


hampir setiap hari harus dinikmati itu tentu saja tidak ramah bagi
telinga. Pendengaran saya terganggu sampai saat ini, kata Siregar.
Siregar juga menceritakan bekerja di pertambangan bawah tanah sungguh
penuh risiko. Pernah waktu itu kami mengalami kesalahan teknis dalam
mengetuk-ngetuk dinding bantuan, dan dinding jadi ambrol. Empat orang
tewas sekaligus tertimbun tanah, Siregar mengenang dengan nada sedih.
Namun, kisah manis pun terekam dari Cikotok, seperti yang dikisahkan
ulang oleh Ir. A Dohar Siregar. Saya ingat itu tahun 1973, setiap awal bulan
kami membawa pulang 1,5 kilogram daging kerbau yang dibagi-bagikan oleh
perusahaan kepada karyawan kalau target produksi emas dapat tercapai,
kata Dohar.
Bagi Arifianto Sobana Tiammar, S.T., yang saat ini adalah Chief Project
Manager Smelter Grade Alumina and Iron, Cikotok adalah tempat untuk
mempelajari nuansa sebuah pertambangan lama yang masih menyimpan
nilai-nilai lama pula. Arifianto, lulusan ITB yang mulai bergabung di Antam
tahun 1996 bertugas sebagai Kepala Pengolahan dan Laboratorium Tambang
Emas Cikotok pada tahun 1998. Saat itu masih ada 46 pekerja tambang yang
sebagian besar usianya jauh di atasnya. Semula timbul berbagai kesulitan
komunikasi dengan mereka. Jadi bila Arifianto, yang saat itu baru berumur
30 tahun harus menerapkan teknologi baru tertentu, mereka yang umumnya
masih memakai teknologi jaman Belanda ini tak langsung percaya. Tapi
akhirnya tidak sulit memahami mereka. Saya pakai pendekatan humanisme.
Saya ajak mereka mengobrol, tanya asalnya dari mana, anaknya berapa,
sekolah di mana dan semacamnya. Akhirnya mereka bisa jadi teman, kata
Arifianto.
Mengubah kebiasaan lama inipun jadi kesan tersendiri bagi Arifianto. Ini
dialami ketika karyawan resah ketika hampir seperempat bagian dari
kawasan pertambangan terkena longsoran dan ambrukan tanah sehingga
pabrik harus berhenti. Dengan kejadian ini pekerja tambang jadi was-was.

38

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Karyawan lalu datang pada saya, dan mereka mengatakan bahwa agar tidak
terulang lagi, naas seperti ini harus diantisipasi dengan menyembelih ayam
Cemani yang darahnya dikucurkan di sekeliling pabrik. Ini sudah mereka
lakukan sejak jaman Belanda, setiap kali ada krisis, kata Arifianto. Tentu saja
Arifianto menolak kebiasaan ini. Arifianto juga menjelaskan kejadian seperti
ini harusnya diantisipasi dengan memperkuat dinding tebing. Tidak
perlu ada kucuran darah ayam Cemani di sekeliling pabrik, dan nyatanya
tidak lagi terjadi apa-apa dan karyawan selebihnya bisa berhenti was-was dan
mempercayai kata-kata Arifianto.
Kisah kilau emas Antam berlanjut ke Tambang Emas Pongkor. Kisah-kisah
lebih lengkap mengenai Tambang Emas Pongkor bisa ditemukan pada bab 3
Tonggak-tonggak Sejarah.

Pertambangan Bauksit
Kuasa Pertambangan Bauksit Kijang mencakup area seluas 11.246,6
hektar pada Kuasa Pertambangan Eksploitasi DU21/Riau dan Kuasa
Pertambangan DU22/Riau. Sebagian besar produksi bauksit Indonesia dikonsumsi oleh Jepang, melalui kontrak penjualan jangka panjang. Volume
ekspor terbesar tercatat pada tahun 1977, di mana 1.301.416 ton bauksit
diekspor ke Jepang (Sumitomo Chemical Co., Nippon Light Metal Co., dan
Showa Denko KK). Selain ke Jepang, bauksit Antam juga diekspor ke Eropa,
Kanada dan Cina. Berdasarkan catatan, mulai 1968 sampai dengan 1973
Antam telah memasarkan bauksit ke Eropa sebanyak 231.000 wmt dan ke
Kanada sebanyak 461.000 wmt.
Eskpor bauksit dari Pulau Bintan dilakukan melalui pelabuhan milik
Antam yang memiliki kapasitas muat sampai 1.000 ton per jam dan dapat
disandari kapal berukuran sampai 40.000 dwt. Cadangan bauksit yang
mulai menipis di daerah Pari dan Galang telah digantikan dengan potensi di

Kunjungan Menteri Pertambangan, Sumantri Brojonegoro, ke tambang


bauksit di Kijang pada 25-26 November 1970.

DINAMIKA PERKEMBANGAN

39

daerah Wacopek. Penilaian konsultan independen asal Inggris, IMS


Mackay & Schenellmann pada 30 September 1998 menyatakan adanya
cadangan bauksit di Pari/Lomesa sebesar 2.330.450 wmt, di Wacopek
sebesar 1.714.450 wmt dan Kijang sebesar 45.350 wmt. Cadangan
ini menambah jumlah cadangan tereka dan terbukti yang akan memperpanjang
tambang sampai tahun 2008. Saat ini sedang dilaksanakan persiapan untuk
penutupan tambang dan pasca tambang bauksit di Pulau Bintan.
Bauksit mendapatkan perlakukan istimewa di awal perjalanan Antam. Itu
karena Direktur Utama Hadianto Martosubroto, M.Sc. memang ditugasi
untuk secara khusus mengurus bauksit dan nikel lantaran semenjak ia
menjadi dosen dan konsultan ia sudah memfokuskan perhatian pada
perkembangan produksi bauksit.
Langkah-langkah Hadianto untuk memberikan nilai tambah bagi produksi
bauksit dimulai dengan peningkatan eksplorasi di Pulau Bintan yang
sebelumnya tidak banyak dikenal orang. Ini karena semasa masih mengajar
di ITB dan menjadi konsultan, Hadianto sudah mengantongi informasi caloncalon pembeli bauksit. Selain eksplorasi, langkah juga ditempuh dengan
negosiasi harga dengan calon pembeli, yakni pihak Jepang. Kamu yang
benar kalau ngasih harga, demikian kata Hadianto waktu pihak Jepang
mengajukan harga yang rendah. Negosiasi harga ini tentu saja diikuti oleh
sejumlah pembenahan, misalnya dengan meningkatkan fasilitas pelabuhan
agar bisa mengakomodasi kapal sampai berukuran 40.000 ton. Alur kapal
diperdalam dengan melakukan pengerukan dan peledakan karang di Selat
Kijang, yang dikerjakan oleh Straits Engineer, Singapura, selama satu tahun.
Tempat berlabuh diperpanjang dan bunker tempat stok bauksit diperlebar.
Sejumlah sarana pendukung lain juga ditingkatkan, antara lain dengan
memperkuat stacker dan mempercepat laju belt conveyor untuk meningkatkan
laju pemuatan.

Kapal pengangkut bijih bauksit ke Jepang.

40

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Dengan semua peningkatan ini, produksi bauksit


yang sebelumnya paling banyak 400.000 wmt
pertahun berhasil ditingkatkan menjadi 1.000.000
wmt per tahun. Dengan kemajuan-kemajuan
ini bauksit menjadi primadona Antam karena
penjualan bauksit berupa dolar, yang pada
saat itu sudah bernilai tinggi. Hasil penjualan
bauksit bahkan sebagian juga digunakan untuk
mendanai pembangunan pabrik feronikel I.
Pertambangan bauksit juga merupakan bagian
kehidupan yang berkesan bagi Ki Agus Umar
Tochfa, Direktur Keuangan Antam (19942003).
Ayah Umar telah bekerja pada pertambangan
bauksit Kijang sejak jaman Belanda. Umar yang
belajar di Sekolah Rakyat, Kijang, Bintan sering
melihat dump-truck pengangkut bauksit melintas
menebarkan debu. Dia terkesan menyaksikan ini
dan ingin sekali suatu saat ia bekerja di Antam.
Cita-cita Umar tercapai ketika ia diterima di
pertambangan bauksit Antam pada tahun 1968.

Rencana Pembangunan Pabrik


Alumina Bintan
Pengembangan bauksit selanjutnya diarahkan
pada kemungkinan pembangunan pabrik alumina
di Pulau Bintan. Keinginan Hadianto untuk membangun pabrik pengolahan bauksit di Pulau Bintan
bukannya tanpa alasan. Bauksit kita diekspor ke
Jepang. Di Jepang bauksit diolah menjadi alumina.
Jepang mengekspor alumina ke luar negeri, antara
lain ke Indonesia, ke pabrik aluminium Asahan,
misalnya. Ini kan aneh? kata Hadianto yang telah
lama melihat ini sebagai kejanggalan.
Penjajagan atas rencana pembangunan pabrik
alumina ini kemudian ditempuh dengan penandatanganan Agreed Minutes of Understanding antara
Antam dengan Nippon Light Metal Co. Ltd., Showa
Denko KK, dan Sumitomo Chemical Co. Ltd dan JBG.
Kesepakatan itu antara lain menyebutkan rencana
pembangunan pabrik Alumina Bintan yang akan
dilaksanakan berdasarkan UU No 1 tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing. Juga disebutkan
pula bahwa pihak JBG, perusahaan kontraktor dari
Jepang, akan melaksanakan suatu feasibility study
dan setelah itu akan merundingkannya dengan
Pemerintah Indonesia untuk persetujuan suatu
Kontrak Karya.

Kegigihan
Antam untuk
membangun
Pabrik Alumina
Bintan
bukanlah tanpa
sebab. Pabrik ini
akan memproses
bahan baku
bauksit Bintan
kadar rendah
yang tidak bisa
diekspor, yang
jumlahnya
berlimpah.

DINAMIKA PERKEMBANGAN

41

Berdasarkan kesepakatan itu pula, pada Juli 1968 Antam dan pihak Jepang
menandatangani satu agreement lain berkait dengan eksplorasi bersama
daerah-daerah baru di Pulau Bintan, yang dikerjakan antara Oktober 1968
sampai Januari 1970. Dalam eksplorasi tersebut ditemukan cadangancadangan bauksit baru yang memperkuat rencana pembangunan
pabrik alumina di Pulau Bintan. Pabrik alumina Bintan direncanakan
menghasilkan 400.000 ton per tahun untuk memenuhi kebutuhan Pabrik
Aluminium Asahan.
Menyusul feasibility study tersebut, Antam dan JBG menandatangani
Bauxite Mining and Alumina Refinery Bintan Island Agreement pada 4
Oktober 1972, dan nama pabrik tersebut ditetapkan pula, yaitu PT Alumina
Bintan Indonesia (ALBIN). Ir. Abdul Madjid (almarhum) dan Ir. Surachman
Madjid (almarhum) ditugasi untuk mengurus segala keperluan rencana
pembangunan pabrik alumina.
Namun, sampai tahun 1974 JBG tak juga menampakkan persiapan
pembangunan pabrik, padahal sesuai dengan agreement, apabila pembangunan
pabrik belum juga dimulai 2 tahun setelah penandatanganan agreement,
maka kesepakatan dianggap batal. Pembangunan pabrik alumina kemudian
diusahakan kembali melalui kemungkinan untuk mendapatkan pembiayaan
dari US Exim Bank. Ini kemudian mengharuskan perusahaan untuk
mengadakan satu feasibility study baru. Kaiser Engineers kemudian ditunjuk
oleh Antam untuk melaksanakan feasibility study atas Pabrik Alumina Bintan
yang berkapasitas 500.000 ton untuk memenuhi kapasitas pabrik aluminium
Asahan yang saat itu mencapai 225.000 ton per tahun. Hasil feasibility
study Kaiser Engineers diserahkan Juli 1975 yang menyimpulkan secara
teknis dan ekonomis proyek pembangunan pabrik alumina di Bintan layak
dilaksanakan.
Untuk pelaksanaan proyek pembangunan pabrik alumina, pemerintah
Indonesia memutuskan untuk menjajagi kemungkinan penggunaan kredit
Rusia berdasarkan Persetujuan Kerjasama Ekonomi dan Teknik Republik
Indonesia dan Rusia tahun 1974. Namun, karena berbagai alasan teknis
dan alasan pembiayaan, pada Juli 1977 rencana penggunaan kredit
Rusia dinyatakan batal. Pada tahun itu juga Kaiser Engineers diminta
untuk mengadakan update feasibility study dan sekaligus meningkatkan
kapasitas pabrik menjadi 600.000 ton per tahun. Pada 3 September 1977,
undangan tender pembangunan pabrik alumina Bintan dilayangkan melalui
pemerintah kepada 11 perusahaan internasional terkemuka di bidang
alumina/aluminium, namun lagi-lagi tender ini batal.
Upaya merealisasikan pembangunan pabrik alumina tak berhenti sampai
di situ. Pada 16 Februari 1978 Departemen Pertambangan RI mengirimkan
Letter of Intent kepada Kloeckner/Alcoa. Letter of Intent tersebut antara lain
berisi permintaan Pemerintah Indonesia untuk menunjuk Kloeckner/Alcoa
sebagai general contractor.

42

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Atas permintaan Kloeckner/Alcoa, Aneka Tambang mengirimkan 5 contoh


bauksit masing-masing seberat 2 kg untuk keperluan bench test analysis
kimia dan mineralogis bauksit. Pada 22 Mei 1978 Departemen Pertambangan
dan Energi Indonesia mengirimkan Scheme of Project Development kepada
Kloeckner/Alcoa. Lalu, sesuai permintaan Kloeckner/Alcoa, Aneka Tambang
mengirimkan 40 wmt contoh bauksit ke pusat penelitian Alcoa di Pittsburgh,
AS untuk suatu pilot test. Hasil pilot test akan menjadi dasar bagi project
economic evaluation.
Setelah menerima hasil Preliminary Project Evaluation yang disampaikan
Kloeckner/Alcoa, Pemerintah Indonesia meminta suatu Advisory Group yang
terdiri atas Kuhn Loeb Lehman Brothers International, Lazard Freres et Cie and
SBC Warburg & Co untuk mengevaluasi proposal Kloeckner/Alcoa. Meskipun
pada mulanya Advisory Group menyatakan bahwa proyek pembangunan
pabrik alumina yang diusulkan Kloeckner/Alcoa tidak ekonomis karena jauh
di bawah benchmark 11-14% untuk Return on Investment (ROI), pada akhirnya,
setelah evaluasi ulang, proyek dinyatakan layak dilaksanakan.
Pada tahun 1982, sepuluh insinyur Antam dikirim ke Baton Rouge Louisiana,
Amerika untuk memperdalam pengetahuan dan teknologi alumina.
Kesepuluh insinyur tersebut adalah Ade Karsana Karim, Achmad
Dohar Siregar, Tatang M. Hatta (Almarhum), Nyoman Maitria, Wasisto,
Syarifuddin Sjah, Paryono Hatmosudaryo, Sudaryat Karnamiharja, Zulkifli
Asgani (almarhum) dan Arief Santoso.
Kegigihan Antam untuk membangun Pabrik Alumina Bintan bukanlah
tanpa sebab. Pabrik ini akan memproses bahan baku bauksit Bintan kadar
rendah yang tidak bisa diekspor, yang jumlahnya berlimpah. Hasil alumina
dari pabrik nantinya akan meningkatkan domestic content kebutuhan Proyek
Asahan karena alumina adalah bahan baku utama pembuatan aluminium
yang menempati porsi 30% dari seluruh biaya produksi.
Dari sisi kepentingan kehidupan tambang bauksit, pembangunan pabrik
alumina akan memperpanjang usia usaha bauksit di Bintan karena cadangan bauksit kadar ekspor akan segera habis. Jika cadangan habis, maka
akan timbul persoalan bagi 800 karyawan bauksit Antam serta fasilitas
produksi tambang bauksit Bintan yang pada gilirannya akan memicu
timbulnya berbagai masalah sosial dan ekonomi di salah satu kegiatan
ekonomi terbesar di Bintan itu. Jika jadi dibangun, pabrik alumina
Bintan akan memperpanjang usia usaha bauksit Bintan sampai 40 tahun
yang akan menyerap 3.000 tenaga kerja.
Namun sayangnya, hingga saat ini rencana pembangunan pabrik alumina
di Pulau Bintan tidak terealisasi, karena jumlah cadangan yang kurang
ekonomis. Antam saat ini malah memiliki rencana untuk membangun pabrik
alumina jenis Smelter Grade dan Chemical Grade, di daerah Kalimantan Barat,
untuk memanfaatkan cadangan bauksit yang besar di daerah itu.

DINAMIKA PERKEMBANGAN

43

Unit Geomin

Boleh dibilang
kegiatan
eksplorasi yang
paling sarat
petualangan.
Betapa tidak,
di medan
belantara, para
eksplorer
Antam akan
berhadapan
dengan
banyak hal;
menegangkan,
mengerikan,
menakjubkan,
mengesankan
dan bahkan
menggelikan.

Menyadari bahwa umur tambang sangat terbatas dan


tergantung pada jumlah cadangan yang ditemukan,
Antam tak berhenti berupaya mencari lokasi baru
yang memiliki potensi kandungan mineral untuk
menjamin kelangsungan usahanya sejalan dengan
strategi perusahaan. Unit Geomin merupakan salah
satu unit strategis Antam karena dari Unit inilah
temuan-temuan cadangan baru bisa diharapkan
yang pada gilirannya akan menjamin kelangsungan
hidup Antam. Aktivitas berburu potensi-potensi
eksplorasi ini dilakukan oleh Antam sendiri melalui
Unit Geomin serta bekerja sama dengan sejumlah
mitra strategis.
Unit Geomin sendiri dibentuk pada tahun 1974
dengan nama Divisi Geologi oleh Hadianto
Martosubroto, M.Sc., Direktur Utama Antam
saat itu, yang menugaskan divisi ini untuk
melakukan eksplorasi dan penemuan umum
untuk mengembangkan Antam. Yuslan Dahlan
diangkat sebagai Kepala Divisi Geologi yang
pertama. Ketika dibentuk, divisi geologi belum
memiliki tenaga. Itulah sebabnya, Ngakan Ketut
Suta, Direktur Umum Antam saat itu, bertandang
ke berbagai perguruan tinggi seperti ITB, UNPAD,
UGM, dan Akademi Geologi Pertambangan untuk
mencari lulusan-lulusan baru yang akan bekerja
dengan ikatan dinas 2 tahun. Pada tahun 1974, 40
insinyur baru berhasil direkrut. Mereka langsung
ditugaskan menjelajah berbagai pelosok negeri
untuk eksplorasi.
Bisnis yang kita jalankan sekarang ini bisa dilakukan berkat eksplorasi-ekplorasi beberapa tahun
lalu, kata Ir. Dedi Aditya Sumanagara, Direktur
Utama Antam (19972008) yang mengenyam
pengalaman 17 tahun di Unit Geologi Antam.
Selain menjalankan usaha ekplorasi, Unit Geomin
juga menyediakan jasa eksplorasi untuk pihak lain.
Jasa yang ditawarkan meliputi eksplorasi geologi,
penelitian geofisika, survai pengeboran, analisis
kimia dan pengolahan data elektronik.
Dedi punya banyak kisah menarik dari petualangan
eksplorasi. Suatu hari Dedi bersama tim eksplorasi
harus berada di tengah belantara Sulawesi untuk
meneliti kandungan emas. Setelah seharian

44

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

menjelajah, tiba waktunya mencari tempat untuk beristirahat. Tapi sampai


matahari tenggelam tempat yang dituju tidak kunjung ketemu. Bekal air
minum pun sudah habis. Dedi melihat ada genangan air menyerupai kolam.
Karena tak bisa menahan haus Dedi siap-siap meraup air untuk diminum.
Tiba-tiba ada anggota tim yang mencegahnya. Itu air kubangan babi
hutan, Pak, kata anggota tim itu. Jadilah malam itu mereka tidur di hutan
dalam keadaan kehausan. Menjelang tengah malam mereka mendengar
suara-suara. Semula itu dikira suara hantu, ternyata tak sengaja mereka tidur
di batas dusun yang berpenduduk. Untunglah penduduk di dusun itu baik,
Dedi dan tim disuguhi santapan ubi rebus dan air minum yang terasa nikmat
betul. Suguhan itu membuat badan segar kembali sebelum mereka balik ke
base-camp.
Tersesat sampai berhari-hari sudah merupakan hal biasa. Di sebuah kesempatan eksplorasi di Gunung Meratus di Kalimantan, tim Dedi diantarkan
dengan speed boat ke tepian sebuah danau. Ketika speed-boat pergi, tim harus
berjalan naik ke hulu sampai seharian. Dalam perjalanan kembali ke tepi
danau, karena kompas rusak, tim kehilangan arah. Mereka harus berjalan
berputar-putar mencari jalan kembali dan ternyata itu butuh berhari-hari.
Dalam keadaan kelelahan mereka melihat ada bekas tebasan tanaman.
Syukurlah ada kawan, pikir Dedi. Mereka mengikuti tebasan itu cukup
jauh sampai mereka sadar itu adalah tebasan yang mereka buat sendiri
sebelumnya. Jadi, sebenarnya mereka cuma berputar-putar di tempat yang
sama. Walhasil, baru seminggu kemudian tim ditemukan regu penjemput.
Pernah pula, dengan seorang asisten dan pemandu, Dedi harus menjelajah
hutan di Toraja yang penuh lintah. Saking takutnya pada lintah, sang asisten
mengenakan jaket sampai menutup telinga. Sebelumnya jaket itu disemprot
cairan yang katanya cairan anti lintah. Mereka menjelajah seharian. Waktu
dalam perjalanan pulang,
sang asisten sibuk dengan
telinganya. Pak, apa ada
pesawat terbang melintas?
tanya si Asisten pada Dedi.
Nggak ada, tuh! jawab
Dedi. Tapi kok telinga
saya berdengung, ya?
ujar si asisten. Ternyata
ada lintah masuk ke
telinga si Asisten sampai
telinganya mengeluarkan
darah sementara lintah
tidak bisa dikeluarkan.
Untunglah
salah
satu
pengantar yang adalah
penduduk setempat itu
sedang menghisap susur
(tembakau
bersirih).
Saya ingat lintah tak
Kegiatan eksplorasi di sekitar daerah Cikotok di tahun 1958.
suka
tembakau.
Lalu

DINAMIKA PERKEMBANGAN

45

saya pinjam tembakau yang tengah dihisap orang itu, saya masukkan
sebagian tembakau basah itu ke telinga asisten saya, dan keluarlah itu
lintah! kenang Dedi.

Pengolahan dan Pemurnian Emas Logam Mulia


Selain mengoperasikan penambangan emas, Antam juga memiliki dan
mengoperasikan Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (LM), yang
merupakan satu-satunya pabrik pengolahan dan permurnian logam mulia di
Indonesia.
Setidaknya ada dua jenis bisnis yang ditawarkan oleh LM, yakni bidang jasa
dan bidang perdagangan. Bidang jasa diberikan dalam bentuk pemurnian
emas dan perak dari Tambang Pongkor dan tambang lain di luar Antam;
lebur cap emas; membuat barang pesanan berupa medali, lencana; anodizing
aluminium berupa lis, jam meja dan lain-lain; serta jasa laboratorium
untuk analisis komplit batuan yang mengandung emas. Sementara bidang
perdagangan melakukan penjualan logam mulia, logam industri, tembaga
dan timah hitam dari peleburan barang rongsok.
LM memiliki beragam produk. Produk utama adalah emas murni dalam
bentuk batangan emas standar LM berkadar 99,99%, medali, liontin
dan sebagainya, serta emas industri untuk kebutuhan perhiasan dan
kebutuhan dokter gigi (antamal, amalgam alloy, patri antamal), dan
jarum uji. LM juga memproduksi perak murni butiran dengan kadar
99,99% dan perak industri Selain kedua logam berharga diatas, LM juga
menghasilkan platina dengan kadar 99,99% ke atas, tembaga dengan
kadar 99,95% berupa ingot dan plat dari peleburan rongsokan tembaga,
timah hitam berkadar 99,97% berupa ingot untuk kebutuhan industri
aki dan bahan solder, serta barang-barang manufacturing berupa medali,
lencana dan lain-lain. LM pun menyediakan jasa laboratorium untuk
menganalisis kandungan emas.
Kegiatan operasi LM juga tak lepas dari tantangan. Berbagai gejolak pernah
pernah dialami unit ini. Pada tahun 1986 misalnya, pernah muncul Surat
Keputusan Menteri Keuangan No. 898/KMK.04/1986, yang menyatakan
bahwa Antam sebagai satu-satunya pengusaha kena pajak (PKP) penjual
emas batangan, harus membayar PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar
10% untuk emas para kontraktor yang dimurnikannya. Antam baru bisa
mengklaim PPN itu kembali kepada pemerintah dengan melakukan ekspor
emas batangan itu.
Ini membuat para pedagang emas bertanya-tanya, termasuk juga TNP
Sihombing yang baru menduduki jabatan sebagai Kepala Unit Pengolahan dan
Pemurnian Logam Mulia pada tahun 1986 tersebut. Keuntungan berdagang
emas itu paling tinggi 3%, tapi emas itu komoditas yang sangat sensitif
terhadap gejolak situasi ekonomi dunia. Kalau dolar anjlok, harga
emas naik. Semua negara menggunakan emas sebagai jaminan devisa
negara. Kalau dikenakan PPN 10% tentu keberatan, kata Sihombing.

46

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Kemudian, dengan sejumlah pedagang emas,


Sihombing mencari konsultan hukum dan
membentuk APEPI (Asosiasi Pedagang Emas dan
Permata Indonesia). Sihombing berkeliling ke
beberapa kota besar seperti Manado, Surabaya,
Semarang untuk membahas kondisi ini. Mereka
juga kemudian menghadap Menteri Keuangan. Oleh
Menteri Keuangan mereka diminta bicara dengan
Direktur Pajak Tak Langsung, yang kebetulan sesama
mantan dosen di Universitas Sriwijaya. Menteri
Keuangan kemudian mengirim tim ke Departemen
Pertambangan.
Setelah melalui proses yang cukup lama, Surat
Keputusan
No.
898/KMK.04/1986
akhirnya
dihapus
melalui
Surat
Keputusan
Menteri
Keuangan No. 19/KMK.04/1994. Dengan kebijakan
baru ini, Antam tidak perlu mengklaim PPN
emas yang dibelinya dari para kontraktor untuk
dimurnikan di LM. Antam juga bisa menjual emas
batangan di dalam negeri. Kemudahan ini dirasakan pula oleh para kontraktor yang mendapatkan
pembebasan PPN. Mereka hanya akan membayar
biaya pemurnian di LM. Dan perdagangan emas
ramai kembali, kata Sihombing.
Perlu diketahui, standar emas ditentukan oleh
suatu lembaga bernama London Bullion Market
Association (LBMA). Sebelumnya Antam hanya
mampu menghasilkan emas dengan kemurnian
99,98%. Untuk meningkatkan posisi LM pada pasar
internasional, Antam terus berupaya meningkatkan
kemurnian
emas
dan
dengan
pengawasan
yang lebih ketat. Ini semua ditempuh agar
Antam memperoleh sertifikat dari LBMA. Dalam
satu sidang komite pada tanggal 14 Desember
1998, Antam terpilih sebagai produsen emas yang
dinilai telah mampu mencetak dan memurnikan
emas dengan berat dan kadar yang sangat teliti
dan benar (99,99%), sehingga mulai 1 Januari
1999 emas produksi LM berhak memperoleh
sertifikat LBMA yang berarti pula tercatat dalam
London Good Delivery List For Gold. Kemudian
diundanglah Menteri Pertambangan Subroto untuk
meresmikan produksi emas dengan kadar 99,99%.
Dengan kadar seperti itu, Singapura mulai menerima
emas Antam, disusul Hongkong dan beberapa
negara lain.

Mulai
1 Januari 1999
emas produksi
LM berhak
memperoleh
sertifikat LBMA
yang berarti pula
tercatat dalam
London Good
Delivery List For
Gold.

DINAMIKA PERKEMBANGAN

47

Saya jadi kewalahan, soalnya produksi di LM masih menggunakan metode


permurnian peninggalan Belanda di tahun 1930-an, kata Sihombing.
Untunglah kemudian Sihombing diijinkan Direksi untuk melakukan
modernisasi pabrik. Sejumlah tenaga dari LM dikirim ke Sumitomo, Jepang
untuk mendalami teknologi permurnian emas. Ketika LM sudah mulai
menerapkan teknologi baru, proses pemurnian menjadi makin cepat. LM
pernah menghasilkan 1 ton emas per hari, ujar Sihombing.
Pada bulan Maret 2006 LM meluncurkan desain baru produk emas
murni batangan, mulai dari 1 gram, 2 gram, 5 gram, 10 gram, 25 gram,
50 gram, 100 gram, 250 gram sampai 1 kilogram. Pada produk ini terjadi
perubahan bentuk yang signifikan melalui perubahan proses dari casting
ke minting. Produk baru ini tampak lebih rapi dan mengkilat sehingga lebih
menarik minat pembeli perorangan, investor maupun pedagang emas.
Desain baru juga diterapkan pada produk emas murni batangan. Semua
produk LM disertai oleh sertifikat dari Laboratorium Analisa LM yang sudah
terakreditasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) untuk ISO 17025.

Produk-produk Logam Mulia selain emas batangan dan perak, antara lain
dinar dan dirham, platinum, sampai dengan koin eksklusif.

Penambangan Intan
Usaha pencarian cadangan intan dilanjutkan hingga tahun 1972, namun
belum pernah memperoleh hasil yang memuaskan. Pada tahun itu
kegiatan dialihkan ke eksplorasi bijih emas. Kegiatan inipun tidak membuahkan hasil dan pada tahun 1977, washing plant dibongkar dan peralatan
dikirim ke Karangnunggal, Jawa Barat untuk mendukung eksplorasi
mangan, dan unit intan ditutup saat itu juga.
Perkembangan penambangan intan mengalami berbagai gejolak dan pasang
surut. Pada tanggal 3 Desember 1985 Aneka Tambang menandatangani
Exploration Agreement dengan Acorn Diamond Limited Pty dan Keymead
Limited untuk eksplorasi intan di KP Antam di Kalimantan Selatan untuk masa
waktu 36 bulan. Lima tahun kemudian, ditandatangani Dry Mining Agreement
antara Antam dengan Acorn dan Keymead yang menyebutkan bahwa Antam
menunjuk PT Palmabim Mining sebagai kontraktor penambangan intan
Danau Seran sementara Acorn dan Keymead bertindak sebagai guarantor
PT Palmabim. Karena kesulitan pendanaan, kegiatan penambangan
baru dimulai Juni 1991. Di tahun tersebut dilakukan pula eksplorasi Cempaka

48

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Paleo Channel di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Pada tahun 1991 ini juga
pabrik pencucian Pilot Plant berkapasitas 30 m3 perjam mulai beroperasi.
Pada tanggal 28 November 1991 Antam melakukan penjualan intan
pertama seberat 2.199,74 karat senilai US$427.700, namun pada tanggal
22 Desember 1991 kegiatan penambangan dan processing terhenti karena
peralatan pertambangan milik sub-kontraktor yang sedang beroperasi
disegel oleh pihak bea cukai karena ijin impornya habis. Masalah
tersebut dapat diatasi dengan baik, hingga kegiatan produksi dan
penjualan pun berlanjut. Penjualan intan kedua seberat 26,94 karat senilai
US$53.500 dilakukan tanggal 16 Januari 1992 dan yang ketiga seberat
1.124,47 karat senilai US$244.600.
Di tengah berbagai hambatan teknis, main plant dengan kapasitas 60 m3
perjam mulai berproduksi. Kesulitan berasal dari kurangnya suplai gravel
(kerikil) dari tambang karena minimnya peralatan tambang yang beroperasi.
Karena itulah, operasi pilot plant terpaksa dihentikan.
Pada April 1992, dilakukan penjualan intan keempat sebesar 1.270,39
karat senilai US$226.767,26. Kemudian pada Juli 1992, Acorn mengajukan
evaluasi dan menunjukkan bahwa proyek Danau Seran tidak lagi ekonomis.
Pada saat yang sama Acorn juga mengusulkan untuk melibatkan Ashton
Mining dalam proyek Danau Seran dan eksplorasi Cempaka.
Maret 1993, Mining Agreement antara Antam dan PT Palmabim berakhir.
Kontrak Dry Mining Agreement antara Antam dengan Acorn dan Keymead pun
selesai.
Pada tanggal 28 Juni 1994 ditandatangani Memorandum of Understanding
(MOU) antara Malaysian Mining Company, Ltd, Ashton dan Antam
untuk eksplorasi kandungan intan di Martapura, Cempaka dan Danau
Seran, Kalimantan Selatan. Antam memiliki 20% saham dengan opsi
kepemilikan sampai 30%. Besarnya cadangan diperkirakan 260 juta m3
kerikil yang mengandung intan berkualitas tinggi yang dapat ditambang
dengan menggunakan kapal keruk. Percobaan penambangan dilakukan
untuk memastikan kadar dan jumlah intan untuk evaluasi lebih lanjut.
Menyusul Memorandum of Understanding, ditandatangani sebuah joint
venture agreement pada tahun 1996. Kemudian, pada tahun 1998
dibentuk sebuah perusahaan patungan antara Antam dengan Malaysia Mining
Company, bernama PT Galuh Cempaka, yang merupakan Kontrak Karya
dengan Pemerintah Indonesia. PT Galuh Cempaka kemudian melakukan
eksplorasi di Cempaka, Kalimantan Selatan. Namun, menurut Malaysia
Mining Company, hasil eksplorasi itu tidak terlalu prospektif secara ekonomis
sehingga Malaysia Mining Company mengundurkan diri dari kerjasama
tersebut dan mengalihkan sahamnya kepada BDI Mining. Saat ini PT Galuh
Cempaka telah mulai beroperasi.

^]
DINAMIKA PERKEMBANGAN

49

50

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Tonggak-tonggak
Sejarah

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

51

^]

Di tengah dinamika perkembangan Antam,


ada lima penggal tonggak sejarah yang
masing-masing menandai keberhasilan Antam.
Diawali kisah sukses pembangunan pabrik
Feronikel I, tonggak sejarah Antam bergulir ke kisah
sukses pembangunan pabrik Feronikel II dan
penemuan serta pembangunan pabrik pengolahan
emas di Pongkor, hingga perubahan status
Antam menjadi perusahaan terbuka.
Tonggak sejarah terkini diukir oleh sukses
pembangunan pabrik Feronikel III.

^]

52

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Pembangunan Pabrik FeNi I


Pabrik Pengolahan (smelter) Feronikel (FeNi)
pertama Antam diresmikan oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Wakil Presiden Republik
Indonesia saat itu, pada hari Sabtu, 23 Oktober
1976 di Pomalaa. Pembangunan pabrik pengolahan nikel yang belakangan disebut sebagai
FeNi I ini dianggap sebagai tonggak sejarah karena
memiliki nilai-nilai historis yang unik.
Inisiatif pendirian pabrik pengolahan itu digulirkan
pertama kali oleh Hadianto Mangkusubroto, M.Sc.,
Direktur Utama Antam saat itu. Prakarsa ini berawal
dari fakta bahwa cadangan bijih nikel berkadar
ekspor (exportable) di kawasan pertambangan
Pomalaa sangat terbatas. Menyadari makin besarnya
volume ekspor dari tahun ke tahun, maka pemanfaatan bijih nikel berkadar rendah (non-exportable)
menjadi tak terelakkan untuk mempertahankan
usia pertambangan Pomalaa. Untuk memanfaatkan
cadangan bijih nikel kadar rendah yang jumlahnya
melimpah di daerah Pomalaa dan sekitarnya, Antam
perlu mulai memikirkan upaya pengolahan. Dan
untuk keperluan itu sejak 1968 telah dilakukan
berbagai eksplorasi bijih nikel berkadar rendah di
daerah Pomalaa.
Pada
awalnya
prakarsa
pendirian
pabrik
pengolahan nikel itu tidak berjalan mulus. Tidak
semua pihak terkait langsung setuju pada ide itu
karena penghasilan dari ekspor tanah-air (istilah
untuk bijih basah mengandung nikel) dianggap
sudah cukup. Selain itu banyak pula yang mempertanyakan kenapa nikel yang diurus terlebih dahulu,
bukannya bauksit atau emas. Sekretaris Jendral
Departemen Pertambangan saat itu menentang
gagasan ini dan bahkan Bank Dagang Negara yang
ditugasi pemerintah untuk membiayai usaha-usaha
tambang enggan mengucurkan dana. Tapi Pak
Hadianto terus maju dengan idenya. Beliau
menempuh berbagai cara untuk mewujudkan
ide itu, antara lain dengan mencari pembeli
terlebih dahulu, kenang Santorius Siregar, yang
belakangan menjadi Direktur Pengembangan Antam
(1984-1989).

Antam pernah
menjadi bahan
tertawaan ketika
menyatakan
ingin
membangun
pabrik
pengolahan
nikel. Mereka
bilang nikel itu
mau dijual
kemana.

Kegigihan Hadianto juga menjadi catatan sendiri bagi


Ir. Kosim Gandataruna, yang belakangan dipercaya
untuk mengepalai Proyek Pembangunan Pengolahan

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

53

Feronikel I. Pak Hadianto yakin feronikel itu punya pasar dan punya masa
depan karena feronikel digunakan untuk stainless steel, kata Kosim sembari
menyebutkan bahwa ia pernah menjadi bahan tertawaan ketika berbincang
soal rencana pembangunan pabrik feronikel dengan sejumlah orang dari
perusahaan asing. Orang-orang itu umumnya bertanya-tanya feronikel itu
mau dijual kemana.
Dan memang upaya untuk mencari pembeli sebelum produknya ada yang
dianalogikan sebagai sistem ijon ternyata cukup menjadi pemicu untuk
makin optimistis dengan ide pendirian pabrik feronikel itu.

Survai, Kajian dan Industrial Testing


Pada 3 Agustus 1970, PN Aneka Tambang menandatangani perjanjian
kerjasama dengan Pacific Metal Co. Ltd (Pamco), sebuah perusahaan
pengolahan bijih nikel terkemuka di Jepang. Kerjasama ini ditujukan untuk
melakukan feasibility study pengolahan bijih nikel. Satu tim Jepang dikirim ke
Indonesia untuk mengumpulkan informasi dan data. Kajian-kajian mineralogis
terhadap bijih nikel berkadar rendah di Pomalaa dilakukan pula oleh
Australian Mineral Development Laboratories, Australia. Percobaan-percobaan
pengolahan dalam skala laboratories dikerjakan juga oleh perusahaan
Elektrokemisk A/S Norwegia pada akhir tahun 1970.
Industrial smelting-test terhadap 9.600 wmt bijih nikel kadar rendah dari
tambang Pomalaa dilakukan di pabrik peleburan FeNi Shibata, salah satu
unit produksi Pamco di Jepang. Feasibility study dan sejumlah uji teknis
ini menghasilkan kesimpulan bahwa ditinjau dari segi teknis dan ekonomis,
pendirian pabrik peleburan bijih nikel kadar rendah menjadi feronikel di
Pomalaa adalah feasible. Hasil feasibility study ini kemudian diperkuat
juga dengan penilaian tim ahli Jepang yang dikirim di bawah program
OECF (Overseas Economics Cooperation Fund), Jepang. Berdasarkan

Uji kadar nikel di laboratorium Pomalaa tahun 1965.

54

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

fakta-fakta inilah kemudian diputuskan untuk membangun pabrik


peleburan feronikel di Pomalaa. Bank Dagang Negara yang semula
menolak akhirnya setuju menyediakan US$50 juta. Kredit ekspor dengan
bunga 2% per tahun juga ditawarkan oleh Jepang dengan commercial rate
melalui pemerintah yang mengenakan bunga kredit 8% kepada Antam.
Segeralah dilakukan persiapan pembangunan pabrik. Pada 1 Juni 1973 Antam
membentuk satu organisasi pelaksana pendirian pabrik dengan nama Proyek
Pembangunan Pabrik Feronikel Pomalaa. Ir. Kosim Gandataruna, ditunjuk
sebagai Kepala Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Pomalaa.

Proses ELKEM Menjadi Pilihan


Dari segi teknis, mineral nikel yang terdapat di Indonesia pada dasarnya
adalah bijih lateritis, yang merupakan hasil pelapukan batuan ultrabasa yang
mengandung nikel. Nikel lateritis terbagi dalam dua jenis, yakni jenis oksida
atau limonit dan jenis silikat yang biasanya disebut saprolite atau garnierite.
Masing-masing mineral ini memiliki sifat-sifat khusus yang akan menentukan
cara pengolahan paling cocok. Untuk tahap perdana, jenis nikel yang akan
diolah di pabrik peleburan Pomala adalah jenis silikat karena kandungan
nikelnya yang lebih tinggi untuk memperoleh manfaat ekonomis yang lebih
tinggi pula. Sampai saat itu, ada sejumlah metode pengolahan nikel yang
digunakan secara komersial, yaitu proses Krupp-Renn, Blast Furnace, Ugine
dan Elkem.
Dari hasil berbagai survai dan penelitian tersebut, Antam pada akhirnya
memutuskan untuk memproduksi bahan setengah jadi (intermediate product)
yang berupa feronikel dengan kandungan nikel kurang lebih 20%, melalui
proses Elkem, yang memiliki dua jenis peralatan utama yakni tanur putar
(Rotary Kiln) dan tanur listrik (Electric Furnace).
Sebagai informasi, pada proses Elkem, bijih yang akan diolah terlebih
dahulu dipecah-pecah menjadi bongkah-bongkah berukuran maksimum
20 x 40 mm dengan menggunakan penumbuk jaw crusher dan hammer mill.
Pecahan-pecahan ini kemudian disaring dengan saringan getar (vibrating
screen). Arang batu (antrasit atau cokes) sebagai bahan pereduksi dan
batu kapur sebagai bahan peleleh dicampurkan, dan campuran ini kemudian
dimuatkan ke dalam rotary kiln untuk mendapatkan proses kalsinasi
pada suhu maksimum 900C. Proses ini ditujukan untuk menguapkan air
lembab dan air kristal yang terkandung dalam bijih nikel.
Hasil kalsinasi, yang disebut kalsin dalam keadaan panas keluar dari rotary
kiln dan ditampung oleh sebuah kontainer khusus untuk kemudian ditransfer
dan dimuatkan ke dalam electric furnace. Di dalam electric furnace, terjadi
peleburan dan reduksi pada suhu kira-kira 1600C. Panas yang diperlukan
pada proses ini didapat dari lompatan listrik yang timbul di antara elektrodaelektroda dengan muatan tanur dan antar-muatan tanur itu sendiri.
Muatan tanur yang sudah lebur akan terpisah menjadi dua lapisan cair;
logam-logam yang tereduksi, dengan gaya beratnya sendiri akan turun ke

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

55

dasar tanur dan membentuk lapisan cair feronikel, sedangkan muatan


lainnya tetap berbentuk oksida-oksida yang disebut lapisan terak (slag) tetap
berada di atas lapisan pertama. Kedua lapisan cair ini dikeluarkan dari tanur
pada saat yang tepat melalui lubang keluaran masing-masing yang disebut
tap-hole. Terak yang telah dikeluarkan dibuang sebagai kotoran, sedangkan
cairan feronikel dimurnikan dalam dua tahap.
Tahap pertama adalah proses pembuangan belerang yang dilakukan
dengan proses Rhein-Stahl dengan menggunakan bubuk soda dan karbit
sebagai bahan pembuang belerang (desulphurizing agent). Hasil produksi
pemurnian tahap pertama ini bisa dipasarkan sebagai feronikel arang tinggi
(high carbon ferronickel).
Pada tahap pemurnian kedua, feronikel arang tinggi yang masih dalam
keadaan cair dihembus dengan gas asam ke dalam satu tanur goyang (shaking
converter) untuk melepaskan elemen-elemen arang, silikon, chromium dan
fosfor. Sebagai bahan permurni, digunakan batu kapur, kapur dan fluorspar.
Hasil dari pemurnian tahap kedua ini adalah feronikel arang rendah (low
carbon ferronickel).
Sebelum dilakukan pengecoran menjadi balok-balok feronikel, ke dalam
feronikel arang rendah ini ditambahkan ferrosilicon dan aluminium
sebagai bahan pembuang kandungan oksigen. Hasil pengecoran adalah balokbalok feronikel yang disebut ingot. Masing-masing ingot kemudian dicek
komposisinya, dan ingot yang memenuhi persyaratan kualitas siap dikirimkan
ke pasar.

Proses Pembangunan
Penanganan Proyek FeNi I secara resmi dimulai melalui penunjukan Ir.
Abdul Madjid (Almarhum) dan Ir. Surachman Madjid (Almarhum) untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan perencanaan termasuk
kerjasama dengan Pacific Metals Co. (Pamco) selaku Konsultan pemasok
teknologi dan Supervisor pembangunan pabrik, serta penunjukan Ir. Kosim
Gandataruna sebagai Kepala Proyek Pembangunan Pabrik FeNi I. Hampir
seluruh kekuatan personil ahli yang dimiliki perusahaan saat itu, termasuk
tenaga-tenaga insinyur muda dikerahkan untuk menangani proyek ini. Bahkan
tenaga-tenaga sarjana dan sarjana-muda, khususnya tenaga-tenaga insinyur
pertambangan, metalurgi, kimia, kimia-teknik, mesin, listrik, dan sebagainya
direkrut untuk memenuhi kebutuhan proyek. Sebanyak lebih kurang 30
orang tenaga sarjana dari berbagai disiplin ilmu tersebut dikirim ke Jepang
untuk menjalani pendidikan dan pelatihan khusus di pabrik-pabrik
pengolahan FeNi milik Pamco di Shibata dan Hachinohe, untuk mendalami
teknik peleburan dan pemurnian FeNi serta menguasai teknik pengoperasian
pabrik FeNi. Training khusus tersebut berjalan selama kurang lebih 7 bulan
pada tahun 1970, termasuk kursus bahasa Jepang kilat selama 5 minggu.
Mereka inilah yang kemudian bukan saja menjadi tenaga-tenaga pengelola
pengoperasian pabrik yang handal, melainkan memainkan peranan yang
amat menentukan pula dalam pencapaian sukses besar dalam proses
pembangunan pabrik FeNi I. Banyak dari mereka yang kemudian memiliki andil

56

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

yang besar pula dalam pengembangan Antam, menyandang nama-nama besar


dipercaya sebagai pemimpin perusahaan. Nama-nama tersebut contohnya Ir.
Anton J. Bruinier (almarhum) dan Ir. Darmoko Slamet (almarhum) adalah
yang berhasil mencapai puncak karir sebagai Direktur Utama Antam. Mereka
yang berhasil mencapai kedudukan sebagai Direktur Perusahaan antara lain
adalah Ir. Oloan P. Siahaan, Ir. Amsarudin Rasad, dan Ir. Subagyo. Namun
nama-nama tenaga inti yang memberi andil untuk suksesnya pembangunan
pabrik feronikel Pomalaa yang pertama itu sesungguhnya cukup banyak,
yang tidak seluruhnya dapat dikemukakan satu persatu, seperti : Ir. Fanani
Abdulgani, Ir. Suhardjito Sidik, Ir. Ade Karsana Karim, Ir. Rachman Nugraha,
Drs. Made Menara, Purba Situmorang, dan Drs. Sukadi.
Disamping itu, tenaga-tenaga inti pelaksana pengoperasian pabrik, yang
dikenal dengan istilah Foreman, juga dipilih dari karyawan yang sudah ada
maupun direkrut baru. Dalam jumlah yang sama, yaitu kurang lebih 30
orang, mereka diberi kursus kilat bahasa Jepang di Pomalaa, dan kemudian
menjalani kerja praktek pengoperasian di pabrik-pabrik feronikel milik
Pamco di Jepang selama kurang lebih 5 bulan, di tahun 1971. Hasil pendidikan
dan latihan ini juga luar biasa bermanfaat. Kembali dari training di Jepang,
mereka secara langsung dan aktif dilibatkan dalam pembangunan pabrik
FeNi I. Dan prestasinya sangat mengesankan, seperti dalam pekerjaan
penyusunan batu tahan api di dalam tanur listrik yang menjadi jantung
sebuah pabrik feronikel, dan pembangunan berbagai sarana pabrik yang
dibangun sendiri oleh Antam. Di dalam pengoperasian pabrik sendiri, prestasi
mereka sangat menonjol, sebagaimana yang dapat diindikasikan dari cepatnya
penguasaan teknologi pengoperasian pabrik oleh mereka. Seluruh tenagatenaga supervisi Jepang yang membimbing Antam dalam pengoperasian pabrik
FeNi I, sudah dapat meninggalkan Pomalaa hanya dalam waktu 4 bulan sejak
pabrik FeNi I itu memasuki tahap operasi komersial. Nama-nama besar di
antara mereka yang layak dicatat secara khusus antara lain : Achmad Pane,
Sopandi, Nur Salewangi, Andi Aminuddin, Huntal Tampubolon, Budiardjo,
Mudjiyoto, Anwar Siddik, Abdullah, Midjo, Agusnar, Amiruddin Djamaluddin,
Sutiyono, Imam Bachri, Acep Hidayat, Madjid Hiba, Ishak Diwirya, Paulus
Youwena, Rante Ruru, dan masih banyak lagi.
Selama masa konstruksi dan tahap awal pengoperasian pabrik, Pamco
mengirimkan tenaga-tenaga supervisi ke Pomalaa, baik dalam rangka
pembangunan pabrik feronikel maupun dalam rangka alih teknologi dan
pengoperasian pabrik tersebut. Jumlahnya mencapai puncaknya sebanyak
40 orang, yaitu pada saat dilakukan instalasi-instalasi pemasangan batu
tahan api, permesinan dan kelistrikan. Mereka telah memainkan peranan
secara efektif dan berhasil. Namun hasil yang paling patut untuk dihargai
secara khusus adalah di dalam melakukan alih teknologi melalui pendidikan
dan pelatihan terhadap para karyawan Antam. Hasil pelatihan tersebut telah
melahirkan kader-kader teknisi Antam yang menguasai bidangnya masingmasing secara profesional dan mampu berdiri sendiri. Semangat Busido
Jepang sedikit banyak tertanam di dada mereka. Satu catatan penting adalah
mengenai terjalinnya hubungan persahabatan antara personil supervisi
Pamco dengan staf dan karyawan Antam Pomalaa, yang menjadi
landasan hubungan baik antara Pamco dengan Antam berlangsung

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

57

hingga kini. Hubungan baik ini memberi manfaat yang sangat besar bagi
Antam dalam menghadapi masa-masa sulit, misalnya dalam hal terjadi
kesalahan operasi atau kerusakan-kerusakan berat di pabrik feronikel
Pomalaa, dalam pekerjaan-pekerjaan overhauling yang untuk pertama-kalinya
dilakukan, dalam kejadian kekurangan supply atau persediaan bahan-bahan
consumables pabrik. Tanpa terlalu banyak bertanya, mereka selalu siap
membantu. Bahkan dalam terjadi kekurangan produksi feronikel atau short
supply feronikel bagi para pelanggan Antam. Antam sering dibantu oleh Pamco
melalui skema toll smelting terhadap bijih nikel Antam yang dikirim ke pabrik
feronikel milik Pamco di Jepang.
Pabrik FeNi I direncanakan untuk mampu mengolah 250.000 wmt bijih nikel
per tahun dengan kadar 1,8% nikel yang menghasilkan 4.000 ton nikel yang
terkandung dalam kurang lebih 20.000 ton low carbon ferronickel dan berhasil
dibangun dengan biaya kurang lebih US$50 juta.
Pemancangan tiang pertama pabrik FeNi I dilakukan tanggal 27 Desember
1973. Keseluruhan pembangunan pabrik rampung 2 tahun kemudian. Uji
coba pabrik FeNi I dilakukan tanggal 29 November 1975, dengan menyalakan
dapur listrik berkekuatan 20.000 KVA. Operasi uji coba di bawah pengawasan
konsultan Pacific Metals Co. Ltd (Pamco) Jepang ini berlangsung sampai 14
April 1976. Mulai hari itu pabrik FeNi I beroperasi secara komersial dan sejak
saat itu pula tanggungjawab operasi FeNi I sepenuhnya berada di tangan
tenaga-tenaga Antam. Pada titik ini Indonesia boleh bangga karena smelter
di Pomalaa itu merupakan pabrik pengolahan feronikel pertama di Indonesia
dan bahkan di seluruh Asia di luar Jepang.
Pada tahun pertama operasi komersial (1976) sebanyak 275.482 wmt umpan
bijih nikel diolah di pabrik FeNi I yang menghasilkan 3.571,033 ton feronikel.
Dari jumlah ini, 2.908,467 ton diekspor ke berbagai negara, termasuk Jepang,
Jerman, Spanyol dan Amerika.
Dalam perjalanan operasinya, pabrik FeNi I mampu mengolah bijih besi
berkadar sampai serendah 1,29% dengan cukup baik, dengan tingkat perolehan
nikel pada proses peleburan (metal recovery) yang mencapai angka 96%.
Namun demikian, agar diperoleh hasil yang lebih besar untuk mempercepat
pengembalian modal, maka bijih yang diolah pada tahun pertama adalah bijih
yang rata-rata berkadar nikel 2,24%. Selama tiga tahun pertama operasi pabrik,
Pabrik FeNi I telah mengolah 900.000 wmt bijih nikel dan menghasilkan lebih
dari 13.000 ton feronikel.
Tidak ada keraguan sedikit pun untuk mengatakan, bahwa Proyek FeNi I
adalah satu terobosan besar yang telah diambil oleh Direktur Utama Antam
saat itu, Hadianto Martosubroto M.Sc., yang telah terbukti menjadi tonggak
sejarah Antam yang teramat strategis. FeNi I telah menjadi titik awal dari
pertumbuhan dan perkembangan Antam secara konsisten dan terus menerus,
sehingga pada hari ini Antam telah menjelma menjadi sebuah perusahaan
pertambangan nasional modern yang mampu bersaing di pasar dunia.

58

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Kesuksesan FeNi I diakui oleh semua pihak, dan sampai sekarangpun


kesuksesan itu dapat diuji dengan berbagai parameter yang lazim digunakan,
melalui peningkatan nilai tambah yang sangat signifikan bagi sumberdaya
mineral Indonesia, termasuk kecepatan pelaksanaan pembangunan, bentuk
learning curve di awal masa produksi, lifetime fasilitas/peralatan pabrik,
biaya pembangunan, safety records dan sebagainya.
Satu catatan sejarah yang
seyogyanya
tidak
akan
dilupakan oleh generasigenerasi penerus Antam,
adalah kenyataan, bahwa
semua
prestasi
yang
membanggakan
itu
dicapai dengan suatu pola
pembangunan
mandiri
atau berdikari, yang hingga
hari ini jarang terulang
pada BUMN manapun di
Indonesia, termasuk oleh
Antam sendiri. Maksudnya,
pabrik feronikel pertama
kali di Asia yang berada
di luar Jepang, dibangun
tidak melalui pola putarkunci (turn-key), melainkan
dengan
gagah
berani
dibangun
oleh
puteraputera Indonesia sendiri,
melalui penunjukkan kontraktor-kontraktor utama
Switch-on tanur listrik pabrik FeNi I oleh Kosim
yang berstatus perusahaGandataruna (Kepala Proyek Pembangunan Pabrik FeNi I)
pada 29 November 1975.
an-perusahaan
nasional,
bahkan
BUMN
seratus
persen. Untuk pekerjaan sipil ditunjuk PN Hutama Karya, sedangkan untuk
pekerjaan-pekerjaan konstruksi besi, permesinan dan kelistrikan ditunjuk
PN Barata Engineering. Penunjukan-penunjukan itu dilakukan tanpa tender,
karena Antam menilai bahwa kedua BUMN itu adalah yang paling menonjol di
bidangnya masing-masing pada waktu itu di tanah air, jelas Kosim.
Kosim mengatakan penunjukan kontraktor nasional di saat itu bukan tanpa
tantangan dan perjuangan yang berat. Tantangan utama adalah bagaimana
caranya meyakinkan pihak Jepang, baik selaku konsultan dan supervisor
pembangunan, maupun selaku suppliers peralatan-peralatan utama, yang
tentu saja tengah mempertaruhkan nama baiknya di suatu proyek yang
bernilai strategis bagi mereka. Pihak Jepang tidak yakin bahwa kontraktorkontraktor yang ditunjuk Antam, yang tidak memiliki pengalaman apa-apa
dalam pembangunan sebuah pabrik feronikel akan sukses menjalankan
tugas, kewajiban dan komitmennya.

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

59

Tapi, alhamdulillah, melalui negosiasi yang rumit dan panjang, Tuhan


memberikan ridha-Nya. Dengan perjuangan seru yang dilandasi semangat
nasionalime yang tinggi, kita berhasil memaksa mereka untuk menerima
keinginan kita, tentunya dengan berbagai pengorbanan yang bersifat
materiil, maupun yang immateriil. Pengorbanan yang bersifat materiil antara
lain adalah nilai kontrak pelaksanaan pembangunan yang jauh lebih tinggi
untuk mengakomodasikan faktor risiko dan keamanan tingkat tinggi yang
dituntut pihak Jepang, kata Kosim.
Lebih jauh dari itu, selama pembangunan, Antam juga berani mengambil
keputusan yang lebih spektakular lagi, yakni menunjuk dirinya sendiri untuk
melaksanakan beberapa pekerjaan konstruksi, termasuk satu pekerjaan
yang dianggap paling menentukan (most critical work) dalam seluruh proses
pembangunan, yaitu penyusunan batu tahan api (brick laying) di dalam electric
furnace, yang merupakan jantung dari seluruh proses pengolahan bijih nikel
metoda Elkem. Bolehlah disebutkan pula, saat itu tidak ada satu kontraktor
nasional pun yang memiliki pengalaman untuk pekerjaan seperti itu.
Pekerjaan penyusunan batu tahan api itu dilakukan dengan bantuan tenagatenaga supervisi dari Pamco, tapi secara fisik penyusunan batu tahan api yang
kritikal itu dilaksanakan oleh tangan-tangan putera-putera bangsa, termasuk
putera-putera daerah, karyawan Antam.
Hasilnya bisa dikatakan menakjubkan karena hingga saat ini hasil pekerjaan
penyusunan batu-tahan-api Tanur Listrik FeNi I itu tetap menjadi penyandang
rekor dalam umur produktifnya. Untuk umur hidup wall brick bertahan hingga
hampir 13 tahun, sebelum di over hauled. Angka ini bahkan melampaui angka
rekor di Jepang sendiri yang berlaku hingga saat itu, yang hanya bertengger
pada angka 11 tahun. Sementara untuk bottom brick dapat bertahan
hingga 23 tahun dan baru pada tahun 1998 dilaksanakan penggantian dan
modernisasi.
Ir. Kosim Gandataruna, Kepala Proyek Pembangunan FeNi I berani menyimpulkan, bahwa f aktor utama yang membawa keberhasilan pembangunan
Proyek FeNi I adalah, pertama, kepercayaan penuh yang telah diberikan
pimpinan perusahaan kepada para tenaga muda kader-kadernya; dan kedua,
semangat pengabdian, idealisme dan rasa kebersamaan diantara seluruh
eksponen Antam, khususnya di antara seluruh karyawan Antam yang
bertugas di Pomalaa saat itu, dengan dukungan nyata dari istri-istri para
karyawan yang luar biasa besar, yang hingga sekarang pun tak pernah bisa
terulang lagi.

Proyek FeNi I: Sukses yang Paripurna


Dari sisi pemasaran, terobosan yang telah dilansir oleh Antam tersebut
tadi patut dicatat dengan tinta emas. Kita bisa melihat bahwa bahwa visi
dan strategi sangat berani yang telah diambil oleh Hadianto Martosubroto,
Direktur Utama Antam saat itu, ternyata kemudian terbukti mendatangkan
manfaat dan hasil yang amat besar.

60

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Peresmian pabrik FeNi I oleh Wakil Presiden RI saat itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Sesungguhnya, ketika keputusan diambil untuk memilih produk setengahjadi feronikel untuk diproduksi di Pomalaa, banyak pihak meragukan
keputusan itu sebagai suatu keputusan yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Ini tidak mengherankan karena saat itu memang masih banyak keraguan
mengenai respons pasar atas produk feronikel tersebut di dunia perdagangan
internasional karena belum terdapat lalu-lintas perdagangan feronikel
yang nyata. Nyatanya, sejak saat mulai produksi sampai kini, Antam tidak
pernah mengalami kesulitan apa pun untuk menjual hasil produksi feronikel
Pomalaa.
Tentu saja sukses itu diraih melalui perhitungan yang cermat. Perhitungan
Antam dalam mempertimbangkan jenis produk hasil olahan bijih nikel
didasarkan pada faktor teknologi yang sudah terbukti feasible secara
komersial dan faktor pola konsumsi logam nikel. Data industrial yang dapat
dihimpun saat itu dan hingga sekarang tetap berlaku, menunjukkan bahwa
kurang lebih 65%-75% dari logam nikel dikonsumsi oleh industri baja nirkarat
(stainless steel). Baja nirkarat mengandung 8-18% nikel, 10-30% logam chrome,
dan sebagian besar lainnya adalah logam besi. Produsen-produsen baja jenis ini
membutuhkan besi bekas (scrap) dalam jumlah sangat besar, yang pasokannya
kadang-kadang sangat terbatas di pasar dunia. Jadi, bila kita dapat menjual
nikel yang sekaligus bercampur besi, yakni feronikel, tentunya prospek produk
seperti itu amatlah besar, ucap Kosim. Dan itu kemudian menjadi kenyataan.
Hingga sekarang, Antam tidak pernah sekali pun mengalami kesulitan untuk
menjual produk tersebut. Feronikel Pomalaa, laku keras layaknya pisang
goreng. Sering terjadi produk kita itu harus kita muat ke dalam kapal ekspor
dalam keadaan masih hangat atau fresh from the oven, seloroh Kosim.

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

61

Secara finansial, Proyek FeNi I dinilai berhasil.


Seluruh modal yang ditanam di dalam proyek
tersebut didapatkan dari kredit dalam negeri dan
luar negeri. Yang dari luar negeri bersumber dari
export credit dari Pemerintah Jepang, yang disalurkan melalui Pemerintah Indonesia. Dengan scheme
ini, Antam menerima export credit dari Bank
Indonesia dalam bentuk sub-loan dengan suku
bunga komersial biasa tanpa keistimewaan
apapun.

Feronikel
Pomalaa, laku
keras layaknya
pisang goreng.
Sering terjadi
produk tersebut
harus dimuat
ke dalam kapal
ekspor dalam
keadaan
masih hangat
atau fresh from
the oven.

Namun toh, Antam tak banyak menuntut. Segala


tantangan dihadapi dengan kesadaran, semangat
perjuangan dan jiwa entrepreneurship yang tinggi.
Meski Antam adalah milik Pemerintah Republik
Indonesia, sebagai suatu korporasi, Antam adalah
fenomena yang patut dicatat secara khusus dan
harus menjadi kebanggaan tersendiri pula
bagi para Insan Antam. Bisa jadi Antam
adalah salah satu dari sejumlah kecil BUMN
yang dapat bertahan dan bahkan berhasil
mengembangkan dirinya sendiri menjadi suatu
korporasi yang solid tanpa bantuan suntikan dana
segar dari Pemerintah selaku Pemilik Saham.
Buktinya, pada tahun 1983, hanya 7 tahun sejak
beroperasi komersial, seluruh modal yang ditanam
di dalam Proyek FeNi I sudah kembali, dan seluruh
kewajiban pelunasan kredit berhasil dilaksanakan
tanpa cacat. Sebagai perbandingan, PT Inco selama
sebelas tahun pertama masa operasi komersialnya
sejak tahun 1978 secara terus menerus menderita
kerugian. Itulah sebabnya, sungguh tidak
berlebihan untuk mengatakan bahwa sukses Proyek
FeNi I adalah sukses yang paripurna, demikian
kesimpulan Kosim Gandataruna.

Sejumlah Kenangan Manis


Sebagai satu tonggak sejarah, proses pembangunan
pabrik FeNi I tentu saja meninggalkan sejumlah
kenangan, yang pahit maupun yang manis. Yang
pahit-pahit telah lama terlupakan, namun yang
manis-manis akan tetap dalam ingatan dan
kenangan bagi para pelakunya. Salah satu kenangan
manis diceritakan oleh Sukadi, seorang pejabat
pelaksana proyek pembangunan di dalam edisi
XVI/Juli-September 2006 buletin PURNANTAM
yang diterbitkan oleh Dana Pensiun Antam, yang
sebagian dikutip di sini.

62

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Pada satu hari di tahun 1973, ketika persiapan pembangunan FeNi I sedang
gencar dilakukan, berlabuhlah di Pomalaa sebuah kapal yang mengangkut
komponen pabrik dari Jepang. Kedatangan kapal tersebut sebenarnya telah
diketahui jauh sebelumnya. Masalah timbul setelah diketahui salah satu
komponen peralatan pabrik yang termuat di kapal tersebut yang berbobot
tidak kurang dari 57 ton. Berdasarkan hasil penelitian teknisi Pamco, dermaga
Pomalaa tidak akan mampu menampung bobot komponen pabrik seberat
itu sehingga mereka minta dermaga diperkuat terlebih dahulu. Sedangkan
Antam, yang dibantu oleh para insinyur dari PT Hutama Karya dan
PT Barata berpendapat lain. Dalam beberapa kali diskusi antara kedua belah
pihak, masing-masing mempertahankan pendapatnya, bahkan pihak Pamco
menegaskan tidak akan bertanggungjawab bila Antam tetap ngotot
menurunkan mesin itu tanpa memperkuat dermaga telebih dahulu.
Ini kemudian menjadi pilihan yang sulit. Ir. Kosim Gandataruna,
pimpinan proyek yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas di
lapangan harus menentukan salah satu dari dua pilihan: memperkuat
dermaga terlebih dahulu atau tidak, yang masing-masing mempunyai risiko
sendiri. Bila harus memperkuat dermaga, akan diperlukan waktu hingga tiga
bulan, plus biaya perbaikan dermaga yang tidak kecil. Selain itu, bila terjadi
keterlambatan pembongkaran muatan kapal, Antam akan dikenakan denda
US$3.000 per hari, dan dengan keterlambatan ini proyek akan tertunda yang
akan menyebabkan kerugian lebih besar bagi Antam. Bila dermaga tidak
diperkuat terlebih dahulu risikonya adalah dermaga jebol dan mesin akan
tercebur ke laut.
Berdasarkan kedua pilihan tersebut, setelah mengkaji kembali informasi
yang telah terkumpul, Ir. Kosim Gandataruna dengan dukungan para staf
terkait, mempertaruhkan reputasinya terutama di mata teknisi Pamco dan
memutuskan untuk melaksanakan pembongkaran muatan berat itu tanpa
memperkuat dermaga, yang berarti pula membongkar tanpa dukungan dari
pihak teknisi Pamco.
Di malam hari sebelum hari pelaksanaan, kurang lebih jam 12 tengah malam,
para pimpinan pelaksana supervisi lapangan Pamco mendatangi rumah
Ir. Kosim Gandataruna. Mereka minta Kosim untuk menandatangani, di atas
meterai, suatu surat pernyataan pengalihan sepenuhnya tanggung jawab
pembongkaran muatan kapal yang akan dilakukan esoknya.
Sejak pagi hari pada hari yang telah ditetapkan, para petugas Antam sibuk
mempersiapkan segalanya, antara lain menyiapkan tongkang dan kapal tunda
(tugboat) yang akan membawa mesin dari kapal ke darat. Di sisi dermaga
disiapkan buldozzer yang akan menarik trailler keluar dermaga, serta
peralatan-peralatan yang mungkin dibutuhkan. Kesibukan luar biasa
pasukan Antam ini ditanggapi adem-ayem oleh para teknisi Pamco yang
mengamati aktivitas bongkar muatan dengan santai, kecuali beberapa orang
yang sibuk mencari posisi yang pas untuk mengabadikan momen-momen
penting saat beban berbobot 57 ton itu diturunkan ke atas dermaga.

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

63

Tak jauh dari dermaga, para karyawan yang sedang lepas tugas, bersama
anggota masyarakat setempat memadati pelabuhan untuk menyaksikan
peristiwa langka tersebut di bawah sengatan terik matahari. Suasana menjadi
hening ketika dari kejauhan tampak KM Batukilat, tongkang yang menarik
kapal pengangkut mesin perlahan bergerak menuju dermaga. Dipandu
petugas, tongkang merapat ke sisi dermaga dan ditambat sebagaimana
mestinya. Suasana makin tegang ketika Ir. Kosim Gandataruna mengambil
alih komando, memerintahkan sling dipasang dan mesin diturunkan perlahan
ke atas trailler yang berada di dermaga.

Kompleks pabrik FeNi I di Pomalaa.

Semua orang menahan nafas ketika mesin mulai menyentuh permukaan


trailler dan benda seberat 57 ton itu mulai menguji kekuatan dermaga. Ketika
beban sudah sempurna berada di atas trailer, buldozer diperintahkan segera
menarik trailler ke luar dari dermaga. Perlahan buldozer bergerak maju, dan
ketika roda belakang trailler lepas dari ujung dermaga, meledaklah sorak sorai
orang-orang yang berada di pelabuhan saat itu. Gemuruh mereka yang hadir
dilanjutkan dengan berpeluk-pelukan dan saling memberi ucapan selamat.
Ir. Kosim Gandataruna sendiri, setelah mengucap syukur kepada Allah,
langsung mendekati Sukadi, salah satu karyawan Antam. Pada Sukadi, Kosim
berkata, Pak Sukadi, cari kambing. Kita syukuran malam ini.
Kenangan manis lain diceritakan oleh Subagyo, yang pernah menjadi
Direktur Pengembangan (19972003). Sebelum dimulai Proyek Pembangunan
Fabrik FeNi I, Subagyo termasuk satu di antara 50 tenaga Indonesia yang
dikirim ke Jepang untuk mengikuti training selama 6 bulan. Ada dua grup yang
dikirim ke Jepang, dan Subagyo termasuk anggota grup pertama. Uniknya,
tenaga-tenaga Jepang yang bakal men-training mereka ini ternyata tidak bisa

64

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

berbahasa Inggris sehingga para engineers Indonesia ini harus belajar bahasa
Jepang terlebih dahulu sebelum berangkat ke Jepang. Guru bahasa Jepang
didatangkan dari Universitas Indonesia. Kursus ini dilanjutkan dengan
tambahan kursus 5 minggu di Jepang. Dengan penguasaan bahasa Jepang
ini, komunikasi dengan tenaga-tenaga konsultan jadi lancar, kata Subagyo.
Perjuangan karyawan Antam dalam menjalankan tugas di Pomalaa juga
penuh suka-duka yang justru membuat mereka menjadi insan pekerja yang
tangguh dan handal. Di awal pembangunan proyel FeNi I, untuk menempuh
perjalanan Jakarta Pomalaa diperlukan waktu berhari-hari, bahkan bisa
lebih dari semingu. Sarana angkutan darat, laut dan udara masih terbatas.
Komunikasi telepon juga tidak tersedia. Alat komunikasi saat itu cuma bisa
menghubungkan Pomalaa Makassar. Lapangan terbang dengan landasan
pacu sepanjang 400 meter baru ada tahun 1969, itupun merupakan usaha
Antam sendiri.
Suplai bahan pokok kehidupan sehari-hari tidak berasal dari Pomalaa
sendiri. Bahan-bahan logistik didatangkan dari Makassar, dan sekali lagi
masih dalam jumlah terbatas. Makanan segar seperti sayuran, dan daging
tidak bisa didatangkan dari Makassar, dan harus diusahakan sendiri
dari Pomalaa. Jenis dan mutu makanan jauh di bawah memadai.
Air minum juga tidak didapat dari Pomalaa karena Pomalaa tidak memiliki
sumber air tanah. Jadi, untuk keperluan air, orang memanfaatkan air Sungai
Komoro yang kualitasnya berubah-ubah sesuai dengan musim. Air harus
direbus sebelum dapat diminum dengan aman. Untuk mandi, air sungai
dipompa dan disalurkan melalui pipa ke rumah-rumah. Jika air dipakai untuk
mencuci pakaian, maka pakaian akan berubah warna.
Jangan bicara kenyamanan di Pomalaa saat itu. Suplai tenaga listrik
sangat terbatas. Televisi juga belum sampai di Pomalaa sehingga hiburan
satu-satunya adalah bioskop sederhana milik perusahaan. Seminggu hanya
ada dua kali pemutaran film; film koboi dan horor kuno. Di malam hari, anakanak dan para wanita menghabiskan waktu di rumah masing-masing. Bapakbapak masih untung, bisa main bridge, gaple (domino) atau bilyar di mess
perusahaan. Restoran-restoran yang menyediakan berbagai makanan enak?
Tidak ada. Di kompleks perumahan hanya ada satu restoran. Itupun menu dan
mutunya tak selalu memuaskan.
Soal main gaple ini ternyata banyak menyiratkan kisah lucu. Subagyo menceritakan kisah-kisah lucu ini. Ia berkisah bapak-bapak punya kebiasaan
keluar rumah jam 8 malam untuk main gaple atau bilyar di mess. Masalahnya, ibu-ibu dan anak-anak tidak suka ditinggal seperti itu. Jadi, kalau mau
keluar untuk main gaple, harus dibuat strategi tertentu untuk mendapatkan
exit-permit.
Kata Subagyo, Kalau Pak Darmoko Slamet tidak bisa keluar untuk main
gaple, saya suruh penjaga mess untuk telepon Pak Darmoko, bilang bahwa
permainan gaple kurang seru kalau tidak ada Pak Darmoko. Waktu menjawab telepon petugas mess, Pak Darmoko bicara keras seperti ini, Hah, pabrik

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

65

rusak? Ya, saya segera ke sana. Bu Darmoko mengira ada kerusakan betulan di
pabrik dan dengan demikian Pak Darmoko bisa segera ke mess untuk bermain
gaple. Lama-lama, Bu Darmoko curiga, kok setiap jam 8 malam pabrik rusak.
Nah, waktu petugas mess menelpon lagi jam 8 malam dan seperti biasa Pak
Darmoko mengeraskan suaranya Apa? Pabrik rusak?, Bu Darmoko
berkomentar, Ya, sudah, jangan bicara keras-keras, pabrik rusak kan?
Para istri karyawan Antam di Pomalaa juga berperan besar dalam mendukung
upaya kenyamanan bekerja di Pomalaa, terutama dalam menaklukkan
kerewelan para pekerja Jepang dalam selera makan. Ibu-ibu inilah yang
membantu menyiapkan makanan bagi orang Jepang. Itulah sebabnya,
ibu-ibu ini sangat dihormati dan ditakuti oleh para tenaga Jepang. Mereka
menyebut ibu-ibu Darma Wanita Mama-san union. Kalau orang-orang
Jepang itu macam-macam, misalnya mengganggu wanita di Pomalaa, saya
tinggal bilang nanti saya laporkan ke Mama-san union. Mereka takut sampai
minta-minta ampun segala, kata Subagyo.
Semua cerita itu tentu saja menjadi kenangan manis. Kebersamaan itu, baik
antar karyawan Antam, para istri karyawan, dan tenaga-tenaga Pamco, bisa
terjalin dengan baik. Tak heran bila dalam pidato resmi pihak Pamco pada
saat rampungnya Proyek Pembangunan Pabrik FeNi I, ketua tim Pamco,
Dr. Shindo perlu menyampaikan ucapan terimakasih khusus atas peran serta
ibu-ibu dalam penyediaan makanan mereka. Bahkan satu atau dua orang
Jepang yang pulang kampung ke negaranya, waktu kembali ke Pomalaa,
membawakan oleh-oleh untuk para ibu, bukan untuk bapak-bapak, kata
Kosim. Dan lebih dari semua itu, setidaknya Pomalaa punya keindahan
alam yang istimewa. Pantai-pantai di seputaran Pomalaa berpasir putih dan
berpanorama cantik, dipadu dengan perbukitan di sekitar daratan Pomalaa.
Di situlah waktu liburan karyawan dan keluarganya dihabiskan. Dengan
memanfaatkan tugboat perusahaan, berlayar di seputaran perairan Pomalaa
juga menjadi momen-momen yang mengasyikkan.

Pembangunan Pabrik FeNi II dan


Pembangunan Tambang Emas Pongkor
Pembangunan Pabrik FeNi II dan penemuan tambang emas Pongkor menjadi
tonggak sejarah kedua menyusul Pembangunan Pabrik FeNi I. Tonggak
sejarah ini diwarnai oleh indikator-indikator pertumbuhan produksi
feronikel dan pertumbuhan usaha Antam serta keberhasilan tim ekplorasi
anak bangsa dalam menemukan dan mengelola tambang emas besar
di tanah air.

Pembangunan Pabrik FeNi II


Untuk meningkatkan usaha diversifikasi produk dan mengurangi ketergantungan pada komoditas bijih nikel, Antam perlu memperluas Pabrik
Feronikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Pembangunan Pabrik FeNi II dimaksudkan untuk melipatgandakan kapasitas Pabrik FeNi I yang sudah
beroperasi sejak 1976; menjamin kelangsungan produksi feronikel mengingat

66

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

peralatan pabrik FeNi I yang telah beroperasi hampir 18 tahun; meningkatkan


jaminan suplai feronikel yang disepakati pihak pembeli; memberi nilai tambah
bijih ke suatu produk setengah jadi yang dapat diterima di pasaran yang
lebih luas dan sebagai bahan baku industri stainless steel yang mungkin
dikembangkan di dalam negeri; menyempurnakan proses pengolahan bijih
nikel; dan menciptakan crossover capability antara FeNi I dan FeNi II.
Mitsui Corporation Jepang ditunjuk sebagai kontraktor EPC (Engineering
Procurement and Construction) sementara konsultan proyek ini dilaksanakan
oleh Sumico Engineering yang merupakan anak perusahaan Sumitomo Metal
Corporation.
Biaya untuk FeNi II diperkirakan US$130 juta yang akan digunakan untuk
pembangunan pabrik FeNi II, power plant dan oxygen plant tambahan,
water intake, pipe line, dan water treatment plant; pembangunan unit
pemecah batu kapur; pembangunan infrastruktur; dan peningkatan kapasitas
pengolahan 260.000 ton per tahun dan kapasitas produksi 28.000 ton feronikel
berupa ingot dan shot dengan kadar nikel 1821%. Dengan adanya FeNi II
kapasitas produksi menjadi 11.000 ton nikel dalam feronikel.

Peresmian pemancangan tiang pancang pabrik FeNi II.

Subagyo ditunjuk sebagai Kepala Proyek Pembangunan Pabrik FeNi II.


Awal pembangunan FeNi II didera oleh banyak kesulitan antara lain
karena pemerintah Indonesia menolak menggunakan cara commercial
loan dari bank atau kredit ekspor dari Jepang. Pemerintah menginginkan
two-step-loan scheme, yakni pinjaman dari pemerintah Jepang ke pemerintah
Indonesia, dan dari pemerintah Indonesia ke Antam. Pendanaan Proyek
FeNi II disetujui oleh tim yang disebut Tim 5 Pengadaan Barang Bappenas.
Persetujuan ini ditandatangani sendiri di Departemen Keuangan oleh Yusuf
Anwar, yang saat itu adalah Direktur Peminjaman Luar Negeri.

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

67

Pada saat pembangunan FeNi II, permintaan


feronikel sedang tinggi, yang ditandai dengan
sejumlah kontrak pembelian meskipun produksi
belum berjalan. Jadi, produk feronikel sudah
fully-booked meskipun pabrik belum beroperasi,
ujar Subagyo.

Modernisasi
rotary kiln
dengan copper
cooler adalah
modernisasi
yang dilakukan
tenaga-tenaga
Antam sendiri.
Sebelumnya,
perbaikanperbaikan
dilakukan oleh
pihak Jepang
atau kontraktor
lain.

Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan


FeNi II adalah US$130 juta dengan tingkat
bunga 1,5%. Beda FeNi I dan FeNi II adalah
bahwa FeNi II menggunakan kontrol sistem yang
lebih
modern
untuk
peralatan-peralatannya,
sedangkan FeNi I masih semi-manual. FeNi II sudah
menggunakan air pendingin dengan menggunakan
water treatment system yang memproduksi softened
water sehingga proses pendinginan di furnace dan
rotary kiln berjalan dengan lebih baik dibandingkan
FeNi I. Pada saat pembangunannya FeNi II juga
dilengkapi dengan rotary-dryer dan coal firing
system, sedangkan FeNi I saat dibangun belum
menggunakan rotary dryer dan coal firing system.
Coal firing system pada FeNi I baru dibangun pada
tahun 1989 dan rotary dryer di FeNi I dibangun pada
tahun 1991.
Pemancangan tiang pertama pabrik Feronikel
II dilaksanakan tanggal 2 November 1992, dan
operasi percobaan pabrik Feronikel II dilakukan
November 1994. Pabrik Feronikel II diresmikan oleh
Direktur Utama Antam saat itu, Ir Darmoko Slamet
(almarhum), pada bulan November 1995.
Saya mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang
dulu pernah terjadi pada FeNi I, antara lain dengan
membuat dump-truck sendiri, dan menyewa alat-alat
berat untuk mengangkut pasir, ujar Subagyo.
Subagyo menilai pembangunan pabrik FeNi II
seharusnya dilakukan lebih awal pabrik FeNi II
baru dibangun tahun 1995, yang berjarak 20 tahun
dari FeNi I. Jadi, bila ada kerusakan pabrik Feni
I, Antam berhenti memproduksi feronikel. Dengan
adanya FeNi II, bila ada kerusakan di pabrik FeNi I,
bijih nikel masih bisa diumpankan ke pabrik FeNi
II.

68

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Replacement dan Modernisasi Pabrik FeNi II


Sebagai bagian dari full overhaul rutin, pada tanggal 14 September 2004
Antam menghentikan operasi pabrik FeNi II. Pada saat berlangsung
commissioning perbaikan, yakni pada tanggal 23 Maret 2005 atas
pertimbangan keselamatan, Antam memutuskan untuk menghentikan
commissioning yang tengah berjalan setelah terdapat level metal dan
temperatur tanur yang abnormal. Analisa yang dilakukan mengindikasikan
bahwa terjadi kerusakan bata tahan api di bagian bawah tanur listrik yang
disebabkan overheating tanur akibat implementasi yang kurang sesuai dari
prosedur load up tanur. Commissioning pabrik FeNi II dilakukan dibawah
supervisi Hatch Ltd. (perusahaan asal Kanada) sebagai penasihat teknis,
mengingat overhaul pabrik juga mencakup pemasangan sistem pendingin
tanur baru.
Menyusul penghentian tidak terjadwal tersebut, Antam bersama-sama
dengan Hatch Ltd. menyusun ulang rencana perbaikan kembali pabrik FeNi II
untuk memastikan keberhasilan operasi selanjutnya dari sejak pemasangan
kembali bata tahan api, persiapan start up sampai commissioning.

Kawasan pabrik FeNi II di Pomalaa.

Meskipun bata tahan api yang sebelumnya digunakan telah memenuhi


persyaratan yang ditentukan, Antam memasang bata tahan api yang lebih
tahan lama agar masalah serupa tak terulang kembali. Dalam persiapan
start up hingga commissioning, Antam juga didukung secara teknis oleh
beberapa orang ahli dari Cerro Matoso SA/BHP Billiton dan melakukan
serangkaian diskusi dengan Peter Lee tenaga ahli furnace dari INCO. Cerro
Matoso SA adalah salah satu produsen feronikel yang menggunakan teknologi
pendingin copper cooler seperti yang digunakan pada pabrik FeNi II ini.

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

69

Penggunaan teknologi pendingin copper cooler ini digagas oleh Smelting


Manager saat itu, Tato Miraza, yang sekarang adalah Direktur Pengembangan
Antam, setelah Tato bersama Harsojo Dihardjo, Direktur Operasi dan Produksi
Antam (19972003), berkunjung ke sebuah pabrik feronikel di Kolumbia.
Waktu di Kolumbia saya lihat ada pabrik feronikel yang menggunakan teknik
copper cooler. Ini bisa digunakan di Pomalaa. Saya lalu menulis paper yang
ditujukan untuk Direksi, mengusulkan agar sistem copper cooler digunakan
pada pabrik FeNi III. Tapi waktu itu Direksi belum yakin karena baru terjadi
pergantian Direksi terkait, dari Pak Subagyo ke Pak Darma Ambiar. Jadi sistem
furnace-nya masih perlu dibincangkan lagi, kata Tato.

Upacara switch on pabrik FeNi II oleh Direksi Antam.

Selanjutnya, September 2003, untuk memfinalisasi sistem furnace pada pabrik


FeNi III, bersama Darma Ambiar, Direktur Pengembangan (2003-2008), Alwin
Syah Loebis, Direktur Operasi (2003-2008) dan Ivan Jauhari, Tato bertolak ke
Jepang untuk mendapatkan detail kejelasan sistem copper cooler. Pada saat
itulah Tato lalu mengusulkan kepada Alwin dan Darma agar sistem furnace
pabrik FeNi II juga diubah dan menggunakan copper cooler system.
Ketika kembali dari Jepang, Tato langsung mendapat tugas untuk menangani
teknologi FeNi II dan modernisasi rotary kiln FeNi I dengan copper cooler. Inilah
modernisasi yang dilakukan tenaga-tenaga Antam sendiri. Sama halnya saat
pembangunan pabrik FeNi I. Kita berhubungan dengan mitra asing di dunia
mulai dari Kanada, Jepang, Korea, Jerman dan Italia. Semuanya merupakan
proses enrichment yang sangat berharga bagi Insan-insan Antam yang terlibat
di dalamnya, sehingga kita yakin kepada kemampuan kita sendiri. Sebelumnya,
perbaikan-perbaikan dilakukan oleh pihak Jepang atau kontraktor lain. Ini
pengalaman menarik bagi saya, kenang Tato.

70

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Tato dan Hendra Santika, Kepala Pabrik FeNi di Pomalaa saat itu, kemudian
bertolak ke Kanada untuk membahas rencana pembelian furnace di Hatch Ltd.
Kunjungan di Kanada molor dari satu minggu ke dua minggu karena proses
negosiasi yang alot di bidang harga. Untunglah akhirnya furnace bisa dilepas
dengan harga US$6,2 juta dari angka US$8 juta yang ditawarkan. Angka
US$6,2 juta inipun lebih rendah dari plafon yang ditetapkan Direksi, yakni
US$7,2 juta.
Tato menceritakan perbaikan FeNi II memang banyak diwarnai masalah teknis
dan non-teknis, yang membuat perbaikan jadi membutuhkan waktu lebih
lama. Dari segi non-teknis, misalnya, perbaikan diperpanjang waktunya oleh
sejumlah koordinasi yang harus dilakukan dengan baik. Dari segi teknis, di
samping furnace, ada beberapa peralatan lain yang harus diganti, misalnya
trafo, yang pembeliannya perlu dinegosiasikan terlebih dahulu dengan
pemasok trafo di Italia. Jadi, pergilah Tato dan Direktur Pengembangan ke
Italia untuk melakukan negosiasi dan assessment untuk mencari solusi
terbaik.
Pada saat hendak dikapalkan dari tempat peleburan di Italia, trafo 40
MVA ABB itu jatuh dan rusak, sementara pada saat pemasangan bottom
plate ESF terjadi deformasi antara plat lama dan plat baru sehingga harus
mengorder plat baru seluruhnya. Ada-ada saja masalahnya. Tapi dari
pengalaman-pengalaman itu kita bisa belajar bahwa ketika kita melakukan
suatu perbaikan, kita harus bisa melihatnya dari berbagai aspek, tidak bisa
sepotong-sepotong, kata Tato, sembari menambahkan bahwa dalam
segala masalah ia tetap bersemangat untuk memberikan value terhadap
korporasi. Saya juga salut pada teman-teman yang diberi kepercayaan
perusahaan untuk menangani perbaikan ini, karena mereka bisa menjalankan
kepercayaan ini dengan semangat yang luar biasa. Saya sendiri makin
confident dengan resources sumber daya manusia yang dimiliki Antam saat ini
untuk persiapan mengerjakan proyek-proyek yang menantang, kata Tato.
Scope pekerjaan replacement dan modernisasi pabrik FeNi II ini meliputi
perbaikan dan general overhaul furnace, termasuk diantaranya penggantian
brick side wall dan bottom, pemasangan copper cooler system, improvement
pumping system dan water treatment system, penggantian steel plate bottom
dan side wall, serta penggantian dan perbaikan beberapa bagian di pabrik
FeNi I, seperti roller rotary kiln, sistem pelletizer dan electrostatic rotary kiln.
Perbaikan lainnya yang diluar rencana adalah implementasi slag granulation
system di furnace pabrik FeNi II, yang pada akhirnya juga digunakan di pabrik
FeNi III. Semuanya diawasi oleh tenaga-tenaga Antam sendiri. Kontraktor
untuk pekerjaan ini adalah PT Barata Indonesia, sementara Hatch Engineering
Canada sebagai supplier dan Engineering Contractor untuk perubahan sistem
furnace menjadi copper cooler system.
Biaya perbaikan dengan sistem konvensional tadinya hanya akan menelan
dana US$6 juta, tapi dengan sistem baru, biaya menjadi US$16 juta kemudian
adanya kejadian floating bottom brick total biaya mencapat sekitar US$22 juta.
Biaya yang lebih tinggi dari estimasi awal itu termasuk biaya pengiriman bata
tahan api lewat udara yang untuk mempersingkat waktu. Berkaitan dengan

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

71

pembengkakan dana itu, tak kurang dari Direktur Utama saat itu, Dedi Aditya
Sumanagara agak kuatir dengan modernisasi ini. Beberapa kali Pak Dedi
tanya saya, To, apa kamu yakin dengan sistem ini? Kalau gagal kamu harus
tanggungjawab, Tato menirukan ucapan Dedi.
Keyakinan Tato terbukti benar. Dengan modernisasi peralatan produksi
yang menelan biaya lebih besar itu, produksi feronikel Antam bisa di-genjot
sampai 6.500 juta ton per tahun pada kapasitas terpasang 8.000 ton. Saat
ini, FeNi II menjadi tulang punggung Antam kalau FeNi III bermasalah, tutup
Tato.
Pre-heating pabrik dimulai pada tanggal 25 Agustus 2005 yang dilanjutkan
dengan switch-on pada tanggal 2 September 2005. Metal tapping perdana
dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2005, dan saat ini pabrik telah berproduksi
dengan normal pada tingkat beban penuh sebesar 24 megawatts.

Tambang Emas Pongkor


Sejak 1990, penghasilan dan laba Antam merosot akibat menurunnya harga
nikel, yang saat itu merupakan 80% dari pemasukan Antam. Jatuhnya harga
nikel itu disebabkan oleh masuknya stok nikel dari negara-negara eks Uni
Soviet ke pasaran dunia sehingga terjadi oversupply pada konsumsi total
dunia rata-rata 860.000 ton per tahun.
Harga nikel dunia di tahun 1988 adalah US$6,27 per pound (454 gram), dan
pada 1993 hanya US$1,97 per pound. Harusnya, dalam kondisi seperti ini
Antam bisa mengandalkan penghasilan dari emas. Sayangnya, cadangan
emas di Cikotok makin menipis. Pada tahun 1993 produksi emas Cikotok
hanya 12 kilogram. Itulah sebabnya, Antam merasa perlu sekali mencari
sumber-sumber cadangan baru. Gunung Pongkor kemudian menjadi lokasi
yang dilirik, dan merupakan temuan baru (new discovery) Antam.

Areal tambang emas Pongkor diawal pendiriannya.

72

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Sebuah Penemuan yang Fenomenal


Tambang emas gunung Pongkor terletak di
Kecamatan Nanggung, 54 kilometer sebelah barat
daya kota Bogor. Lokasi Pongkor dengan Kuasa
Pertambangan DU 893/Jabar seluas 4.058
hektar itu cukup unik karena bersebelahan
dengan Taman Nasional Gunung Halimun dan
hutan produksi. Eksplorasi awal pernah dilakukan
antara tahun 19741981; hanya saja eksplorasi
tersebut ditujukan untuk base metals, dan
kemudian ditangguhkan karena keterbatasan
dana dan tenaga kerja selain karena Antam masih
berfokus pada Tambang Emas Cikotok. Dengan
menipisnya cadangan Cikotok, pada tahun 1988,
eksplorasi Pongkor diintensifkan.
Bagi Antam, penemuan tambang emas Pongkor
merupakan sebuah phenomenal discovery karena
Pongkor adalah temuan sukses oleh putraputri
Indonesia, setelah melalui berbagai kesulitan dari
sekian ratus ketidakberhasilan, seperti eksplorasi
emas Sangkaropi Toraja, Gunung Limbung di
dekat Pongkor, dan di Kalimantan Tengah serta
Kalimantan Selatan.
Penemuan tambang emas Pongkor bermula dari
kebijakan penting yang mengantarkan dibentuknya
Tim Eksplorasi Jawa Barat di tahun 1987. Salah
satu pekerjaan yang ditangani tim saat itu adalah
evaluasi Kuasa-kuasa Pertambangan Jawa Barat
berdasarkan
sumber-sumber
informasi
yang
dihimpun para geologis Belanda dulu. Pada waktu
itu kepala Unit Geologi adalah Dedi Aditya
Sumanagara, dengan Djundjungan Sinambela
sebagai koordinator dan Rusman Surya Atmaja
sebagai Kepala Lapangan.

Penemuan
tambang emas
Pongkor
merupakan
sebuah
penemuan baru
yang fenomenal
karena
ditemukan oleh
putraputri
Indonesia.

Cadangan emas Pongkor sendiri ditemukan


sebagai suatu berkah tersendiri bagi Antam
karena
sebelumnya
dalam
data
informasi
geologis manapun, Pongkor tak pernah disebutsebut sebagai lokasi perburuan bahan tambang.
Dari aspek geologis, kemungkinan potensi
cadangan emas di Pongkor terhitung kecil
karena Pongkor tergolong sebagai daerah tertutup
yang diistilahkan dengan vulkanik muda, ujar
Dedi. Tetapi dengan eksplorasi yang sistematis
akhirnya ditemukan adanya singkapan dan kami
temukan urat-uratnya. Jadi, cadangan emas
Pongkor yang sebenarnya tertutup batuan yang

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

73

lebih muda dari Gunung Salak, tambah Dedi. Sungguh ini temuan yang
tidak diduga-duga. Bayangkan, kami biasa keluar masuk hutan atau belantara
Sulawesi atau Kalimantan selama berhari-hari dan tidak menemukan apa-apa,
sementara di Pongkor, katakanlah cukup perjalanan tiga sampai empat jam
dari kampung, kami sudah sampai ke cadangan emas yang amat berharga,
seloroh Dedi.

Pembangunan mulut tambang Pongkor.

Penemuan tambang emas Pongkor langsung menggemparkan dunia. Pada


kondisi ini Antam boleh bangga karena cadangan emas itu merupakan
penemuan 100% dari tim geologi Antam tanpa campur tangan pihak
manapun. Bagaimana tidak menggemparkan dunia, dengan penemuan
cadangan itu, dari produksi cuma 200 atau 300 kilogram emas per tahun, bisa
menjadi 300 kilogram per bulan. Itu kan luar biasa, kata Dohar Siregar yang
belakangan menjadi Kepala Proyek Pertambangan Emas Pongkor.
Berdasarkan eksplorasi, terutama di urat (vein) Ciguha, Kubang Cicau dan
Ciurug di perut gunung Halimun, cadangan geologi (probable) Pongkor di
wilayah KP Eksplorasi DU 562/JABAR mencapai sekitar 6.022.614 ton bijih
dengan kadar emas rata-rata 17,4 gram per ton (gpt) dan perak 154,28 gram
per ton (gpt). Dengan demikian tambang ini diperkirakan akan menghasilkan
sekitar 103,22 ton emas dan 929 ton perak selama masa hidupnya.
Seiring dengan perkembangan kegiatan ke arah eksploitasi, maka status
KP Eksplorasi DU 562/JABAR menjadi KP Eksploitasi DU 893/JABAR.
Untuk itu segera dilakukan berbagai persiapan. Pada tahun 1992, jalan
masuk ke lokasi sepanjang 12,5 kilometer dibangun bekerjasama dengan
Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor dan
program Karya Bhakti ABRI. Jalan yang dibangun adalah akses dari
Parempeng ke Sorongan.
Menyusul kemudian dibangun kantor, tempat ibadah, poliklinik, temporary
camp, gudang, dan bengkel di Sorongan. Perumahan karyawan permanen
didirikan di Bongas (sekitar 12 km) dari Sorongan. Lokasi perumahan sengaja

74

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

dibangun agak jauh untuk menghindari peluang kontak langsung penghuni


perumahan dengan hutan Taman Nasional Gunung Halimun.
Pembangunan perkantoran dan perumahan di lokasi yang belum
memiliki jalan memadai inipun punya cerita sendiri. Semua kebutuhan
perkantoran diangkut dengan tenaga manusia, termasuk kendaraan yang
bagian-bagiannya di-preteli, dipikul beramai-ramai dan dipasang ulang
di lokasi, tutur Tjandra Djuliswar, yang saat itu bertugas di Pongkor.
Kegiatan penambangan dimulai akhir 1992 yang ditandai dengan peledakan
pertama pembuatan mulut tunnel (main haulage level) dengan ukuran bukaan
3,3 x 3 meter. Kegiatan pengembangan dan produksi bijih (stoping) sepenuhnya
dikerjakan Antam sendiri berdasarkan pengalaman dan keterampilan
mengelola tambang emas Cikotok. Pembuatan raise boring dan service shaft
diserahkan kepada perusahaan domestik yang bermitra dengan perusahaan
asing yang berpengalaman.
Dengan pertimbangan lingkungan, sistem penambangan bijih emas yang
digunakan adalah tambang bawah tanah (underground mining) dengan
menggunakan metode gali dan isi (cut and fill). Rongga-rongga yang terbentuk
akibat kegiatan penambangan dilakukan pengisian (filling) dengan
menggunakan 60% limbah padat pabrik (sand tailing) yang telah dipisahkan
dengan material halusnya (-10 mikron). Penerapan sistem ini berdampak
langsung pada minimalisasi kerusakan lingkungan dengan memperkecil
areal bukaan hutan serta memanfaatkan kembali limbah pabrik.
Untuk jalan masuk ke dalam tambang digunakan main haulage level (MHL)
berbentuk tapal kuda berukuran lebar 3,3 dan tinggi 3 meter. Agar
keselamatan dan kenyamanan penambang bisa terjaga selama produksi,
diperlukan berbagai sarana, yakni: sistem ventilasi, dengan menggunakan kombinasi blower system, exhausting system dan ventilasi alam, sistem

Proses pembangunan kantor administrasi Pongkor di sekitar tahun 1993.

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

75

drainase, dengan menggunakan sistem gravitasi dengan membuat parit pada


kedua sisi terowongan dengan kedalaman 50 cm dan dibuat dengan kemiringan
ke mulut terowongan, dan sistem penerangan terowongan, yang menggunakan
fluorescence light yang dipasang pada jarak 10 meter. Spotlight juga digunakan
di titik-titik kerja untuk menjaga keselamatan penambang.

Tailing dam di Pongkor.

Penambangan bijih (stoping) dilakukan dengan pemboran lubang-lubang


untuk mengisi bahan peledak dinamit. Hasil peledakan berupa pecahan
batuan emas (broken ore) ditarik dengan electric scrapper ke dalam corongan
kemudian diangkut ke luar tambang dengan menggunakan lori yang
digerakkan oleh bateri dan trolley locomotive. Untuk melakukan penambangan
bijih pada level di atas haulage level (RL 500) digunakan interlevel raise yang
dilayani oleh service shaft di lokasi Kubang Cicau.
Beroperasinya tambang Pongkor sangat penting, karena bauksit dan
nikel, yang semula dijadikan andalan utama Antam berangsur berkurang
pamornya. Tambang bauksit di Pulau Bintan sudah menipis cadangannya dan
kurang dapat diandalkan lagi. Sementara nikel, meskipun memiliki cadangan
yang cukup besar di Gebe dan Pomalaa, harganya tetap rendah. Perkembangan
harga nikel yang tidak terlalu menggembirakan ini mendorong Antam terus
melakukan diversifikasi penambangan mineral. Sesudah emas, ditelusuri pula
penambangan-penambangan mineral lain seperti kaolin, barit dan bentonit.
Pada tahun pertama (1994) produksi bijih menghasilkan 101.196 wmt bijih
emas dengan tingkat kinerja 1,18 wmt bijih per orang per hari.

Pabrik Pongkor I
Pabrik Pongkor I mulai dibangun tahun 1993. Ir. Achmad Dohar Siregar
diangkat sebagai Kepala Proyek Pertambangan Emas Pongkor. Proses pengolahan bijih emas Pongkor menggunakan proses sianidasi dengan metode
carbon in leach (CIL) yang diikuti dengan proses elution dan proses
electro-winning. Proses pengolahan emas Pongkor boleh dibilang lebih

76

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

modern karena menggunakan proses electro-winning sebagai pengganti


proses Zinc Cementation seperti yang dilakukan di pengolahan emas Cikotok,
Secara ringkas, keseluruhan proses pengolahan emas Pongkor disangga oleh
unit-unit proses sebagai berikut: unit pemecah batu (crushing unit) yang
berfungsi memecah bongkahan batuan dengan dua tingkat pemecahan
sampai memperoleh ukuran butiran 12,5 mm, unit penggerus (milling unit) yang
berfungsi menggerus butiran menjadi lumpur halus berukuran 80% minus
mesh (74 mikron), unit pelarutan (leaching and CIL unit), yang berfungsi
melarutkan emas dan perak yang terkandung pada lumpur. Di sini
ditambahkan bahan kimia sodium cyanide berkekuatan 0,08%-0,10%.
Emas dan perak yang terlarut di dalam lumpur akan ditangkap oleh
karbon aktif yang ditambahkan pada tanki carbon in leach (CIL tanks), unit
penangkapan emas (gold recovery unit), yang menggunakan proses electrowinning, di mana emas dan perak akan menempel pada kawat katoda dalam
bentuk serbuk. Serbuk yang menempel ini (cake) kemudian dilebur dan
menghasilkan logam dore bullion dengan kandungan emas 616%, perak
8392 % dan pengotor 12 %. Dore bullion inilah yang kemudian selanjutnya
dikirim ke Unit Logam Mulia di Pulogadung, Jakarta untuk dimurnikan.
Pabrik Pongkor juga memiliki unit pengolahan limbah (tailing treatment),
yang bertugas memisahkan fraksi kasar (+10 mikron) yang selanjutnya akan
dipompakan kembali ke tambang sebagai material pengisi, sementara fraksi
halusnya dipompakan ke tailing dam yang berjarak 2,8 kilometer dari pabrik
dengan debit aliran 148 m3 per jam. Di tailing dam, kandungan sianida akan
mengalami degradasi secara alamiah, baik oleh sinar ultraviolet maupun
dengan proses dilusi oleh air dari daerah tangkapan air (catchment area).
Kelebihan air di tailing dam oleh adanya air dari catchment area dialirkan
secara gravitasi ke Pabrik Perusak Sianida (cyanide destruction plant)
untuk perusakan secara kimiawi dengan penambahan reagen kimia
hidrogen peroksida dan tembaga sulfat, sehingga kadar sianida yang
dialirkan ke Sungai Cikaniki berada di bawah nilai ambang batas 0,5 ppm.
Uji coba pabrik dilaksanakan tanggal 21 Maret 1994 dan awal produksi
dimulai Mei 1994 dengan mengolah bijih emas sebanyak 87.000 wmt, yang
menghasilkan emas murni 1.092 kilogram dan perak murni 12.729 kilogram.
Pada tahun 1995 diolah 321.000 wmt bijih emas yang menghasilkan 1.809
kilogram emas murni dan 12.234 kilogram emas perak murni. Kapasitas
produksi per hari adalah 580 wmt bijih emas.
Ketika mulai berdiri, tambang emas Pongkor didukung oleh 660 karyawan
tetap. Tenaga kerja tambang bawah tanah (underground miner) sebagian
besar berasal dari tambang emas Cikotok. Karena sulit mencari tenaga kerja
tambang bawah tanah, dan berdasarkan pengalaman Cikotok, maka
ditempuh rekrutmen tenaga kerja untuk dididik oleh Antam sendiri (in-house
training) dengan mengutamakan penduduk setempat. Tenaga kerja pada
tingkat supervisor ke atas adalah tenaga-tenaga berpengalaman dari Unit-unit
Antam yang lain serta tenaga-tenaga muda dengan pelatihan khusus plus
studi banding di dalam dan di luar negeri. Pada masa konstruksi, pekerjaan

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

77

yang tidak memerlukan ketrampilan khusus (unskilled-labour) diwajibkan diisi


oleh tenaga kerja lokal yang menyerap 946 tenaga kerja. Jumlah ini berkurang
seiring dengan menipisnya volume pekerjaan konstruksi.
Secara garis besar, tak kurang dari Rp85 miliar diserap untuk biaya pembangunan pabrik yang meliputi Engineering, Procurement and Construction
Management (EPCM), infrastruktur, persiapan tambang, pembangunan pabrik
dan tailing dam serta pengadaan bahan untuk working capital and first fill.
Aktivitas Antam di Pongkor memberikan dampak positif terhadap perekonomian wilayah karena dengan sendirinya terjadi peningkatan mobilitas
penduduk dan barang, terciptanya peluang usaha di kalangan penduduk
setempat dengan adanya konsumen karyawan tambang emas Pongkor.

Penambangan emas bawah tanah di Pongkor.

Pabrik Pongkor II
Karena kapasitas produksi pabrik pengolahan emas Pongkor dirasa kurang,
Antam merasa perlu untuk meluaskan tambang emas Pongkor. Perluasan
tambang emas Pongkor pada tahun 1995 membutuhkan investasi sebesar
Rp90 miliar dan diperkirakan selesai tahun 1997.
Pada tahun 1996, dimulai pembangunan Pabrik Pongkor II, untuk mendongkrak produksi dari 2,5 ton emas per tahun menjadi 5 ton emas per
tahun. Ir. Fanani D Abdulgani ditunjuk sebagai Kepala Proyek Pembangunan
Pabrik Pongkor II. Biaya terbesar diserap untuk pemasangan lift, pembangunan sarana dan prasarana, pembangunan perumahan, meninggikan
bendungan penampung limbah dan pabrik perusak sianida yang berfungsi
mengamankan air sebelum limbah pengolahan bijih mengalir ke Sungai
Cikaret.
Dam penampung limbah yang semula dibangun dengan biaya Rp14 miliar,
setiap tahunnya akan ditinggikan dengan biaya rata-rata Rp5,6 miliar

78

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

pertahun. Pembangunan dam tak terelakkan sebagai syarat untuk memperoleh rekomendasi AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dari
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menteri Kehutanan, LIPI dan Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi.
Sianida merupakan bahan berbahaya yang harus diolah di pabrik perusak
sianida agar limbah yang dialirkan ke Sungai Cikaret tidak melebihi ambang
batas yang diwajibkan sebesar 0,5 ppm.
Setelah memperluas Tambang Emas Pongkor, Antam memperluas wilayah
eksplorasinya di kawasan lain Jawa Barat yang mengandung emas, perak,
tembaga, antara lain di Cirotan, Cipiru, Cibugis, Pangleseran dan Cikidang
yang ditaksir mengandung cadangan geologi sebesar 400.000 ton.
Pabrik Pongkor II mulai beroperasi tahun 1998. Dengan perluasan ini
kapasitas pengolahan menjadi 1.220 wmt bijih emas per hari atau memproduksi sekitar 5 ton emas per tahun.
Tambang emas Pongkor membuat lorong-lorong gua rata-rata sepanjang 300
meter hingga 500 meter secara horizontal di dalam tanah pada kedalaman
hingga 500 meter secara vertikal. Antam mengundang konsultan terkenal di
dunia penambangan emas dari Afrika Selatan, Shaft Sinker South Africa untuk
pembuatan service shaft.
Pada setiap kedalaman 50 meter di bawah tanah akan dibuat lorong-lorong
gua dengan panjang rata-rata antara 300 hingga 500 meter. Bila sudah selesai
digunakan, lorong gua akan diisi lumpur padat bekas olahan pabrik, sehingga
penambangan di Pongkor akan lebih aman dibandingkan penambangan emas
zaman dulu.
Data terakhir menyatakan wilayah Kuasa Pertambangan Tambang Emas
Pongkor berada dalam Kuasa Pertambangan Eksploitasi KW 98 PPO 138 yang
mencakup areal seluas 6.047 hektar.
Dari semua catatan sejarah yang penting di Pongkor, tanggal 25 Juni 1997
layak mendapatkan catatan tersendiri. Pada tanggal itu, Antam memasuki
babak baru dalam pembiayaan ekspansi proyek melalui penarikan Fasilitas
Pinjaman Proyek Emas (Gold Project Facility) sebesar 135.764,5 troy
ounces atau setara US$46,35 juta dari pagu pinjaman US$61,60 juta.
Fasilitas ini merupakan model pinjaman emas pertama yang dilakukan oleh
perusahaan pertambangan Indonesia dari sindikasi bank internasional
dengan NM Roschild & Sons (Australia) Limited sebagai arranger. Investasi
terbesar diserap untuk pembangunan pabrik emas Pongkor Unit II.
Bagi Ki Agus Umar Tochfa, Direktur Keuangan Antam (19972003),
fasilitas gold loan ini sungguh unik dan membawa kesan tersendiri. Kita kan
waktu itu perlu dana untuk meningkatkan kapasitas Pongkor. Saya sama Pak
Dohar Siregar pergi ke Singapura, Hongkong dan Australia untuk mencari
pinjaman antara US$60 90 juta. Akhirnya kita mendapat pinjaman dari suatu
sindikasi yang diatur oleh NM Roschild & Sons (Australia) Limited; pinjaman
dalam bentuk emas yang kita bayar dengan emas. Jadi tidak ada untung,

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

79

tidak ada rugi. Nilai pinjaman kita US$46,35 juta dari pagu US$61,60 juta.
Waktu itu emas harganya sedang tinggi, US$340 per troy ounce. Kita juga
menggunakan sistem lindung nilai (hedging), suatu konsep yang bagus supaya
kita yakin bisa bayar pada saatnya. Kita membayarnya pada saat harga emas
murah. Selama 5 tahun kita untung US$18 juta dari nilai pinjaman itu. Itu
bagus. Sudah pinjam, untung pula, ujar Umar.

Aksi PETI
Sebagai sebuah tambang emas, Pongkor seperti gula yang senantiasa
menarik banyak semut, termasuk semut-semut yang tidak diundang.
Beberapa kali kegiatan operasi terinterupsi oleh ulah para gurandil. Gurandil
adalah sebutan untuk oknum-oknum PETI (Penambangan Emas Tanpa
Izin) yang banyak menambang emas di daerah Kuasa Pertambangan Antam
di Pongkor, maupun di dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun
lainnya.
Saat Pongkor masih dalam rintisan penambangan setelah ditemukannya
cadangan dalam jumlah besar, di tahun 1988, mulailah tumbuh tambangtambang ilegal yang jumlahnya bahkan mencapai ribuan orang. Mereka
merasa punya hak untuk mengeksploitasi daerah itu, dan ini menyulut
konflik dengan Antam yang memiliki Kuasa Pertambangan secara sah di
Pongkor. Salah satu media massa ibukota bahkan pernah menuliskan
setiap harinya sekitar 300 gurandil membobol bukit emas. Batuan
urat emas yang terkumpul ditumbuk dengan alat glundung bertenaga
kincir angin di pinggir sungai. Serbuk hasil tumbukan kemudian
dicampuri air raksa, sementara limbahnya (tailing) mereka buang ke anakanak Sungai Cikaniki. Setiap harinya mereka bisa mengolah 50 kilogram
batuan berurat emas, yang bisa menghasilkan 2 gram emas murni.
Selain ilegal, penambangan yang dilakukan PETI membahayakan
lingkungan karena mereka membuat lubang-lubang dengan metode yang
tidak aman serta mengolah emas dengan menggunakan air raksa, zat yang
amat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Selain itu, secara sosial,
kegiatan PETI menimbulkan konflik dan potensi gesekan dengan kegiatan
penambangan resmi yang dilakukan Antam.
Suatu insiden yang sangat tragis terjadi pada tanggal 3 Desember 1998.
Siang itu, tiba-tiba ribuan orang menyerbu kawasan perkantoran penambangan emas Pongkor. Mereka merusak dan membakar gedung administrasi.
Aksi ini diikuti oleh penjarahan barang-barang elektronik dan barang-barang
berharga lain milik perusahaan. Untung aksi bisa diredakan dengan hadirnya
800 personil keamanan yang terdiri dari personil kepolisian dan militer dan
seluruh aset di Pongkor sudah diasuransikan.
Serangan hari itu ternyata tidak reda. Achmad Ardianto, Direktur Sumberdaya
Manusia Antam, yang saat itu adalah Kepala Bagian Produksi, menceritakan
ketegangan di hari kedua. Saya tidak berada di Pongkor waktu serangan hari
pertama karena saya sedang libur. Saya baru datang ke Pongkor di hari kedua.
Saya harus segera ke Pongkor. Begitu masuk Pongkor, saya tidak bisa keluar
lagi. Di Pongkor saya bertemu atasan saya, Pak Djundjungan Sinambela, Kuasa

80

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Peristiwa kelabu di penghujung tahun 1998, yang berujung ke pembakaran


dan penjarahan kantor administrasi UBPE Pongkor.

Direksi Unit Pongkor. Kami dan sejumlah karyawan berkumpul di bangunan


yang tersisa. Kepala Kepolisian Wilayah Bogor juga ada di sana. Kami ingin
menunjukkan bahwa kami masih ada, kata Achmad Ardianto, yang biasa
dipanggil Didi itu.
Kepada Didi, Sinambela berpesan agar Didi bisa menjaga semangat temanteman karyawan yang terlanjur jatuh mentalnya karena kejadian itu.
Sinambela minta Didi menyampaikan kepada karyawan bahwa Pongkor
adalah sawah kita, tempat kita mencari makan, tempat kita mencari nafkah
untuk menghidupi keluarga. Didi menerjemahkan hal ini sebagai perjuangan
hidup-mati. Ia mengumpulkan seluruh karyawan yang ada dan kemudian
Didi dengan segenap jiwa raga berorasi menyerukan untuk mempertahankan Pongkor. Didi memerintahkan karyawan untuk berbekal senjata yang ada
untuk melindungi diri dalam menghadapi serangan berikutnya. Tak lupa
pula ia membagi tugas jaga. Suasana Pongkor pun makin kelabu dan
menyeramkan dengan kemungkinan bentrok fisik yang hebat antara karyawan
dan para gurandil.
Semangat menggebu ini terdengar oleh Sinambela. Didi dipanggil oleh
Sinambela. Rupanya apa yang dilakukan oleh Didi ini terlalu jauh bagi
Sinambela. Sinambela berbisik pada Didi, Bukan begini maksud saya, Di.
Janganlah terlalu frontal, Didi menirukan bisikan Sinambela. Walhasil, Didi
harus memerintahkan para karyawan untuk mengumpulkan kembali senjata
mereka.
Di hari itu Didi melakukan patroli ke tambang untuk memastikan tidak ada
penambang liar yang menerobos masuk. Karyawan tidak ada yang berani
masuk lokasi pertambangan sebelum ada pimpinan yang masuk. Didi berjaga

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

81

di dalam lokasi pertambangan dan sesekali keluar untuk menyongsong shift


berikutnya agar pertambangan tidak kosong. Kalau kosong, para gurandil
bisa menyerbu masuk.
Tahu-tahu, ketika saya sedang sendiri, ada sejumlah gurandil masuk.
Mereka memaksa saya untuk membiarkan mereka masuk lokasi pertambangan dan menambang. Saya bilang pada mereka bahwa saya harus minta ijin
pimpinan telebih dahulu. Untunglah kemudian datang Pak Sinambela dengan
didampingi dua petugas tentara. Ketika kita sedang bernegosiasi, sejumlah
gurandil menyerang. Pak Sinambela segera dilarikan dengan mobil dan semua
lampu dimatikan. Semua top-management dilarikan dengan kendaraan
Brimob. Di luar saya lihat keadaan gelap dan para gurandil dalam posisi siap.
Saya tidur di dalam keadaan was-was. Besoknya, Pak Sinambela datang dan
histeris mencari saya. Pak Sinambela berpikir serangan kedua itu adalah
pancingan agar mereka yang ada di dalam keluar untuk dihabisi.
Begitu ketemu saya, Pak Sinambela memeluk saya sampai menangis. Saya
terharu pada perhatian pimpinan seperti itu, kata Didi mengenang insiden
menyedihkan itu.
Aksi tidak simpatik ini bermula dari kejadian 4 hari sebelumnya, Minggu
29 November 1998, di mana 20 orang pelaku PETI tewas tertimbun galian
tanah ketika mereka membuat lubang penambangan ilegal di atas daerah
tambang Kubang Cicau. Karena evakuasi biasa tak berhasil menemukan
korban, tiga hari kemudian, didatangkan Unit Satwa K-9 dari kepolisian.
Pada saat upaya evakuasi dilakukan, ada orang yang mengganggu anjing
pelacak unit K-9. Anjing berontak sehingga anggota polisi yang memegang
tali kendali anjing menjadi tersentak. Kegaduhan kecil ini merebak menjadi
kegaduhan besar dan massa mengira ada gesekan fisik sehingga berpotensi
untuk tidak terkendali. Untuk meredam gejolak, polisi melepaskan tembakan
peringatan keatas dan massa penonton evakuasi itupun bubar.
Serangan tanggal 3 Desember 1998 itu dipicu isu yang berhembus bahwa
ada anggota PETI yang menjadi cacat telinganya akibat terserempet peluru
pistol anggota polisi, padahal dari awal, telinga orang itu memang sudah
cacat, jelas Winardi, Direktur Operasi Antam, yang saat kejadian bertugas
sebagai Staf Bidang Produksi. Karena kejadian itu selama beberapa hari
kegiatan produksi terganggu. Sejumlah dokumen penting terbakar habis,
mental karyawan jatuh, dan kegiatan penambangan sempat terhenti selama
10 hari. Untung aksi amuk massa itu tak sampai mengarah pada penjarahan
produksi emas yang memang tersimpan di tempat yang aman, tambah
Winardi, alumni Institut Teknologi Bandung, yang mulai berkarya di Antam
pada tahun 1991 itu.
Aksi serangan gurandil itu menyebabkan kerugian material yang besar.
Selama 10 hari aktivitas pertambangan berhenti total dan karyawan masih
diliputi rasa takut. Karena sebagian besar bangunan terbakar, kami harus
mendirikan tenda-tenda darurat. Ibu-ibu Dharma Wanita Pongkor dikerahkan
untuk menyediakan 1.500 nasi bungkus untuk tiga kali makan sehari. Sekitar
100 sampai 200 anggota tentara dan polisi masih berjaga di Pongkor, kata
Sinambela.

82

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Pada tahap eksplorasi 8 tahun sebelumnya, tahun 1990, gesekan yang meruncing menjadi penggerakan massa pernah pula terjadi. Suatu hari camp
tim eksplorasi Antam tiba-tiba diserbu massa gurandil. Mereka mencari satu
anggota tim Antam bernama Taufik Rahim yang sebelumnya sudah
menunjukkan keberanian mempertahankan hak penambangan di hadapan
para gurandil. Itu sehari sebelum hari raya Idul Fitri. Saya mendapat
laporan jam empat sore, kata Dedi Aditya Sumanagara yang saat itu menjabat
Kepala Unit Geologi yang langsung membawahi tim eksplorasi. Jadi, di malam
takbiran itu, sekitar jam 7 malam, saya, dengan pengawalan seorang tentara
dan dua polisi datang ke Pongkor. Sesampai di desa Malasari, saya melihat
masih banyak orang berkumpul mencari anggota tim eksplorasi Antam.
Saya berhasil menyusup, dan berjalan naik ke bukit menuju camp. Saya
sampai di camp jam 12 tengah malam. Di camp saya bertemu Pak Sinambela,
ketua tim. Kami peluk-pelukan. Saya salut dia berani tetap tinggal dan
mempertahankan camp, ujar Dedi.
Meski tidak menimbulkan korban jiwa, amuk massa seperti kejadian
tahun 1990 dan 1998 itu perlu diantisipasi dengan baik. Itulah sebabnya
kemudian disiapkan program-program peningkatan komunikasi dan pelibatan
masyarakat sekitar melalui community development program dengan
melibatkan tokoh masyarakat, Pemerintah Daerah, Dinas Pertambangan dan
Antam. Program tersebut intinya mengingatkan masyarakat tentang bahaya
penambangan ilegal, bahaya penggunaan air raksa atau merkuri untuk
mengolah emas dan bahaya lingkungan yang ditimbulkan oleh pembuatan
lubang tambang secara serampangan.
Djundjungan Sinambela, mantan Kepala Unit Pertambangan Emas
Pongkor yang kenal betul situasi Pongkor, semula tidak terlalu optimistis
bahwa jumlah gurandil bisa berkurang. Namun ia tetap berusaha
memaksimalkan penanganan gurandil, antara lain dengan memperkuat
aspek internal untuk mencegah agar jangan sampai ada karyawan Pongkor
yang berkhianat dan bekerja sama dengan para gurandil, serta menyiapkan
sanksi untuk mereka yang telibat dengan gurandil. Kita juga menjalankan
program community development jangka pendek, menengah dan panjang yang
ditempuh, misalnya, dengan cara membagikan sembako (sembilan bahan
pokok), memperbaiki sekolah atau mendirikan masjid, menyerahkan perbaikan kepada mereka, dan mengajari mereka membenahi lingkungan

Salah satu upaya mengurangi kegiatan tambang ilegal,


Antam giat melakukan program CSR di Pongkor.

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

83

misalnya dengan membersihkan selokan di depan rumah mereka, kata


Sinambela.
Dengan cara ini, jumlah gurandil berkurang, dan warga menjadi lebih
bersemangat menjaga lingkungan mereka sendiri. Mereka juga kami
provokasi agar tidak suka pada pendatang karena pendatang ini banyak yang
jadi gurandil, tutur Sinambela. Pendek kata, kalau ditinjau dari segi biaya,
upaya meminimalisasi aksi PETI ini besar sekali. Tapi dengan upaya ini, kita
bisa tenang dan pendapatan bisa meningkat. Aksi PETI pun mulai berkurang
pada tahun 2003, kata Sinambela.
Penggalian-penggalian ilegal yang tidak sistematis yang dilakukan PETI
memang telah terbukti beberapa kali menyebabkan sejumlah pelaku
PETI dan karyawan Antam kehilangan nyawa. Pada awal Maret 2004,
terjadi musibah di sekitar Vein Kubang Cicau. Satu karyawan Antam
dan sebelas orang pelaku PETI tewas. Kecelakaan tersebut terjadi akibat
asap tebal dari kebakaran di lubang PETI yang masuk melalui lubang
tambang Antam yang telah ditinggalkan. Asap itu mengakibatkan
tujuh orang karyawan Antam yang sedang bekerja mengalami pingsan
karena lemas, dan seorang diantaranya, Haris Purwadi (almarhum),
seorang karyawan di bidang listrik, tidak tertolong lagi. Untuk mencegah
terulangnya
kejadian
serupa,
kegiatan
penambangan
dihentikan
selama beberapa saat dan Antam meningkatkan prosedur maupun peralatan keselamatan di lokasi tambang, di antaranya dengan memasang
tambahan dua main blower dan enam detektor gas di lubang Kubang Cicau dan
Pondok Batu. Selain itu Antam juga menutup lima akses PETI yang
berhubungan dengan vein Kubang Cicau secara permanen. Upaya-upaya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan menjamin keselamatan pekerja
tak pernah berhenti dilaksanakan.

IPO dan ASX Listing


Meski telah mengenyam berbagai prestasi usaha, sebagai sebuah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), pergerakan Antam tak bisa maksimal. Itu karena
sebagai BUMN Antam selama ini juga mengemban tugas sebagai agent of
development negara yang usahanya juga digunakan untuk mengembangkan
masyarakat.
Menginjak tahun 1995 ada pemikiran dari Direksi Antam untuk
lebih meningkatkan kinerja usaha dengan cara ekspansi. Salah satu
upaya perusahaan untuk tumbuh dan berkembang ditempuh dengan
cara meningkatkan produksi feronikel melalui pemanfaatan bijih
kadar rendah. Pabrik FeNi I dan FeNi II saat itu mampu memproduksi 11.000
ton feronikel per tahun. Namun untuk meningkatkan produksi feronikel, perlu
dibangun pabrik FeNi III.
Dilain pihak, modal yang dimiliki Antam sendiri tidak cukup karena
keuntungan masih pas-pasan. Jadi, pendek kata, untuk mengembangkan
bisnis perusahaan secara signifikan diperlukan suntikan dana segar dari luar.
Dan kemudian munculah gagasan-gagasan untuk go public.

84

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Initial Public Offering (IPO)


Penggalangan dana untuk FeNi III dilakukan dengan penyertaan dana
masyarakat umum melalui privatisasi perusahaan dengan cara Initial Public
Offering (IPO). Dengan dilakukannya IPO, 100% saham Antam yang semula
pemerintah, mengecil menjadi 65% karena diterbitkannya saham baru yang
ditawarkan kepada masyarakat melalui IPO. Setelah beberapa kali tertunda,
IPO dilaksanakan dengan menawarkan saham baru sebesar 35% kepada
publik.

Public Expose pertama Antam untuk penawaran


umum perdana saham perusahaan.

Perjalanan proses IPO Antam berlangsung cukup lama, menempuh perjalanan panjang yang berliku. Antam itu salah satu BUMN yang memang
dinominasikan oleh pemerintah untuk program IPO. Persiapan dimulai sejak
1987 dengan membuat rancangan-rancangan jangka panjang yang memuat
nilai-nilai yang membuat Antam punya nilai lebih, kata Ki Agus Umar Tochfa,
Direktur Keuangan Antam (1994-2003). Untuk persiapan itu, pada
tahun 1987, Umar ditunjuk sebagai Kepala SubDirektorat Pengembangan
Permodalan. Umar bertugas menyiapkan berbagai assessment pihak luar dan
menyiapkan dokumen-dokumen terkait yang dibutuhkan.
Secara kronologis, proses pelaksanaan IPO itu diawali dengan Surat Keputusan
Direksi No. 246.K/702/DAT/1994 tertanggal 29 September 1994, disusul
dengan SK Direksi No. 208.K/702/DAT/1996 tertanggal 24 Juni 1996 dan
Surat Keputusan Direksi No. 179.K/702/DAT/1997 tertanggal 9 Juni 1997.
Ki Agus Umar Tochfa, Direktur Keuangan saat itu ditunjuk menjadi Ketua
Privatisasi Antam, sementara Ir. Achmad Dohar Siregar menjadi wakilnya.
Antam melakukan penunjukan resmi Penjamin Emisi tanggal 5 Juni 1997.
Penjamin Emisi yang ditunjuk adalah PT Danareksa Sekuritas, PT Bahana
Sekuritas dan PT Pentasena Arthasentosa.

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

85

Sementara itu, pada IPO Antam juga terlibat


beberapa lembaga dan profesi pasar modal, yakni
PT SBC Warburg Indonesia sebagai penasehat
keuangan, Tumbuan Pane sebagai penasehat
hukum emiten, Prasetio Utomo & Co. sebagai
auditor, PT Bintang Dharma Hurip Appraisal
sebagai penilai aset, A. Partomuan Pohan, S.H.,
LL.M., sebagai notaris, Jardine Fleming Ord Minnet
sebagai penasehat penjamin emisi, Linklaters &
Paines sebagai penasehat hukum internasional, EY
Ruru & Rekan sebagai penasehat hukum penjamin
emisi, Peruri sebagai pencetak lembar saham, BDNI
sebagai bank settlement dan Datindo Entrycom
sebagai biro administrasi efek.

Setelah
beberapa kali
tertunda, IPO
dilaksanakan
dengan
menawarkan
saham baru
sebesar 35%
kepada publik.

Bertindak sebagai konsultan tambang sejak 1996


adalah IMC MacKay Schnellmann (Competent
Person dari Inggris), dan Morgan Worldwide
(konsultan lingkungan dari USA).
Program sosialisasi IPO untuk kalangan internal
karyawan Antam dilakukan mulai Maret 1997.
Dengan program ini tim IPO berkeliling ke seluruh
unit Antam untuk mensosialisasikan rencana go
public serta menjelaskan keuntungan-keuntungan
go public tersebut kepada perusahaan, termasuk
untung ruginya untuk karyawan. Pada kesempatan
tersebut, Antam juga melakukan sosialisasi
mengenai program Employee Stock Allocation
(ESA), dimana sebagian bonus tahunan karyawan
Antam pada tahun itu dialokasikan dalam bentuk
kepemilikan saham perusahaan. Tim IPO juga
menunjuk konsultan-konsultan dari segala bidang
terkait agar semua detail perencanaan IPO bisa
dilaksanakan dengan baik.
Persiapan IPO Antam dengan para penjamin emisi
dilakukan melalui sejumlah pembahasan perjanjian
penjamin emisi mulai 1 Juli 1997 sampai 15
Agustus 1997. Ini kemudian dilanjutkan dengan
penandatanganan perjanjian emisi pendahuluan
pada tanggal 17 September 1997, antara Antam
dengan PT Danareksa Sekuritas, PT Bahana
Sekuritas dan PT Pentasena Arthasentosa. Pertemuan antar penjamin emisi (due diligence meeting)
dilaksanakan pada tanggal 24 September 1997,
dan konfirmasi keikutsertaan penjamin emisi
dilakukan pada tanggal 8 Oktober 1997.
Sebuah addendum perjanjian penjaminan emisi
ditandatangani pada tanggal 24 Oktober 1997.

86

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Proses dengan penjamin emisi ini terus berlangsung dengan sebuah company
agreement, yaitu Backwood Secretaries Ltd. pada tanggal 28 Oktober 1997
finalisasi addendum bidang legal opinion diselenggarakan pada 27 Oktober
1997. Tak sampai sebulan kemudian, pada tanggal 12 November 1997,
dilakukan pembayaran dari penjamin emisi dan agen penjualan ke penjamin
pelaksana emisi. Pada tanggal 26 November 1997 dilakukan pembayaran dari
penjamin emisi efek ke emiten.

Sosialisasi Employee Stock Allocation di Kantor Pusat (kiri) dan di tambang nikel
Pulau Gebe (kanan) oleh Direksi Antam saat itu.

Di Antam sendiri, setelah berbagai kegiatan sosialisasi internal IPO, dilakukan


sejumlah rapat koordinasi. Rapat koordinasi pertama membahas aspek-aspek
akuntansi, proyeksi keuangan, anggaran dasar, prospektus, info memo, due
diligence meeting, kunjungan ke Pomalaa dan Pongkor, laporan penilai, aspek
bursa, valuasi, dan analysts meeting. Rapat-rapat ini berlangsung dari tanggal
16 Juni 1997 sampai dengan tanggal 30 September 1997. Rapat koordinasi
kedua diselenggarakan pada tanggal 22 Agustus 1997.
Kegiatan pre-marketing diluncurkan mulai tanggal 18 September 1997
sampai dengan 24 September 1997. Rangkaian pre-marketing ditutup
dengan public expose yang berlangsung dari tanggal 24 September 1997
sampai dengan tanggal 26 September 1997. Rentang harga saham ditetapkan
antara Rp1.400 sampai Rp1.800 per saham.
Untuk memasarkan saham ke luar negeri, Direksi Antam bersama Corporate
Secretary menggelar roadshow ke sejumlah negara yakni Inggris, Amerika,
Jepang, Hongkong, Singapura dan Australia. Roadshow inipun tidak mudah,
karena terkendala image Indonesia yang kurang baik di mata investor luar
negeri pada saat itu. Itu dihadapi oleh Tim Antam dengan berbagai strategi,
antara lain dengan menyebutkan bahwa kondisi yang kurang menyenangkan
itu sebenarnya di luar kontrol perusahaan.
Tentu saja memperkenalkan Antam ke khalayak dunia tidak semudah
membalik telapak tangan. Ir. Dedi Aditya Sumanagara yang saat itu baru
dua minggu menduduki jabatan Direktur Utama adalah pihak yang paling
bertanggungjawab untuk keberhasilan roadshow ini. Roadshow dilakukan di
beberapa negara Asia dan di Amerika Serikat dengan bantuan sebuah lembaga
sekuritas (securities house).

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

87

Untuk meyakinkan calon investor, disebutkan pula bahwa Antam memiliki


cadangan yang cukup besar dengan pengalaman lebih dari 30 tahun. Tak lupa
disampaikan pula bahwa Antam tahu apa yang dikerjakan yang dibuktikan
dengan dengan hasil produksi nyata. Tim roadshow juga menyampaikan
fakta bahwa Antam terus bertumbuh dengan adanya cadangan-cadangan
yang ditangani dengan sistem dan penguasaan teknologi yang benar, serta
manajemen yang baik.
Pencetakan prospektus, info memo, aspek bursa, sertifikat saham, dan
prospektus ringkas rampung tanggal 5 November 1997. Masa penawaran
saham berlangsung antara tanggal 10 sampai dengan 12 November 1997, dan
tanggal 18 November 1997 ditetapkan sebagai tanggal batas akhir penjatahan.
Tanggal akhir penyerahan uang (refund) ditetapkan 24 November 1997,
berikut dengan penyerahan sertifikat.
Berkaitan dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES),
kontrak pendahuluan dilaksanakan pada 19 Agustus 1997. Penyerahan
dokumen ke BEJ dan BES dilaksanakan pada tanggal 18 November 1997.
Berkenaan dengan Bapepam, penandatanganan dokumen penyertaan pendaftaran ke Bapepam dilaksanakan tanggal 18 September 1997. Sehari
sesudahnya, tanggal 19 September 1997 dilakukan pernyataan pendaftaran
ke Bapepam diikuti mini expose di Bapepam pada hari yang sama. Addendum
dokumen penyertaan pendaftaran ke Bapepam ditandatangani pada tanggal
29 Oktober 1997. Pernyataan efektif dari Bapepam diberikan pada tanggal
3 November 1997. Laporan penjualan saham perdana oleh Antam kepada
Bapepam diserahkan pada tanggal 26 November 1997.
IPO Antam dilaksanakan tanggal 27 November 1997, dengan mencatatkan di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) saat ini kedua
bursa tersebut merger menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham ditawarkan dengan nilai Rp500 per saham dan dijual pada harga pasar Rp1.400 per

Situasi penawaran perdana saham Antam di salah satu


cabang Bank Dagang Negara Indonesia (BDNI).

88

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

saham. Sebanyak 430.769.000 lembar saham Seri B, yang merupakan 35%


dari 1.230.769.000 modal untuk ditempatkan dan disetor penuh, ditawarkan.
Penjualan saham Antam melalui IPO mengalami oversubscribed sebesar
1,3 kali.
Dana yang dikumpulkan dari IPO sebesar Rp561,70 miliar digunakan
sebagian untuk pembiayaan pembangunan pabrik feronikel III di Pomalaa
(73%), untuk proyek PLTD Pomalaa yang akan memasok listrik untuk FeNi
I, FeNi II dan FeNi III (9%), untuk biaya modernisasi pabrik FeNi I di Pomalaa
(8%), untuk mempercepat pembayaran sisa hutang kredit investasi pada
PT Bank Dagang Negara (5%) dan untuk pengembangan usaha UPP Logam
Mulia (5%).
Sayang sekali akibat krisis ekonomi yang melanda dunia sehingga nilai
tukar dolar Amerika terhadap rupiah melambung sangat tinggi, maka dana
hasil IPO yang sekiranya akan digunakan untuk pembangunan pabrik FeNi III,
tidak lagi mencukupi. Nilai uang yang tersedia menciut dan perusahaan tidak
lagi mampu menutup biaya pembangunan pabrik FeNi III sebesar US$320
juta. Perusahaan kemudian menempuh upaya lain untuk mencari dana pembangunan pabrik FeNi III, yaitu mengeluarkan surat obligasi senilai US$200
juta. Surat obligasi tersebut kemudian mulai dibeli kembali (buyback) oleh
Antam sejak tahun 2004, untuk mengurangi jumlah hutang perusahaan dan
seiring dengan peningkatan kinerja keuangan. Antam tercatat melakukan
buyback surat obligasi sebanyak tiga kali, sebelum pada tanggal 6 Desember
2006 melakukan buyback atas seluruh sisa surat obligasi Antam senilai
US$171 juta.
Meskipun demikian, perubahan status perusahaan dari sebuah BUMN
murni yang 100% sahamnya dikuasai pemerintah menjadi sebuah
perusahaan publik telah membawa banyak hal baru bagi Antam. Ini, misalnya,
dapat dilihat dari tuntutan perubahan psikologis di kalangan karyawan
Antam, terutama dalam hal paradigma berpikir dan perubahan kultur dari
kultur pegawai negeri menjadi kultur pegawai swasta. Bila sebelum go public
perusahaan tidak memiliki visi dan misi yang jelas, maka kali ini harus
ditetapkan visi dan misi yang akan menjadi acuan besar untuk pencapaian
target. Antam pun dituntut untuk lebih transparan dan terbuka kepada
publik, terutama dalam hal kinerja keuangan dan produksi, serta pengelolaan
perusahaan.
Mengomentari pelaksanaan IPO ini, Dohar Siregar mengatakan, Sebenarnya
maksud lain dari IPO, selain cari duit dan dana segar, kita berupaya
untuk mengubah mindset, menjadi berorientasi ke pertumbuhan yang tadinya
tidak dimiliki. Makanya bisa saya katakan dalam perjalanan 40 tahun sejarah
Antam, perubahan terbesar terjadi dari tahun 1997 sampai dengan 2008.
Umar Tochfa menyebutkan keberhasilan IPO Antam tak lepas dari kegigihan
Darmoko Slamet, Direktur Utama Antam (19941997) untuk melaksanakan
IPO. Pendapat ini dibenarkan oleh Subagyo, Direktur Pembangunan Antam
(19972003).

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

89

Meski dilakukan pada masa sulit keuangan dan krisis moneter 1997, IPO
Antam tentu saja sangat didukung oleh pemerintah yang ditandai oleh
dorongan pemerintah agar IPO Antam tidak ditunda-tunda lagi. Waktu kami
pulang dari roadshow ke berbagai negara, kami disambut Marie Muhammad,
Menteri Keuangan saat itu. Salah seorang dari konsultan keuangan kami,
SCB Warburg bertanya pada Pak Marie apakah sebaiknya IPO ditunda dulu
mengingat rupiah sedang gonjang-ganjing. Pak Marie bilang, no way Antam
should go on! Dia bilang Antam tidak perlu menunggu lagi, now or never!
kata Umar. Ini dinilai Umar sebagai komitmen pemerintah yang penting dalam
memuluskan proses IPO.

ASX Listing
Listing Antam di Bursa Australia atau Australian Securities Exchange
(ASX) merupakan salah satu upaya Antam untuk memperkenalkan
diri secara lebih luas di dunia internasional. Itu karena didasari fakta
bahwa saat itu tidak ada orang percaya pada perusahaan pertambangan
Indonesia. Dan kondisi ini mudah dipahami. Antam adalah perusahaan
pertambangan yang basic-resource-nya adalah cadangan. Itu artinya bila
tidak ada cadangan, tidak ada tambang. Cadangan tersimpan di perut
bumi, dan tak banyak yang tahu berapa besar cadangan itu. Kalau saya
katakan cadangan itu sebesar 1 juta ton apakah Anda percaya? tanya
Dohar Siregar, mantan Corporate Secretary Antam yang juga adalah Wakil
Ketua Tim IPO Antam saat itu. Oleh karena itu kita harus membuat orang
percaya apa yang kita katakan, tambah Dohar. Itulah sebabnya, langkah
listing di Australia menjadi sangat penting.
Pada saat Antam akan listing di Australia, keraguan banyak pihak menyeruak.
Mereka bertanya bagaimana cara Antam menghitung besaran cadangan itu
dan siapa pula yang menghitungnya? Itulah sebabnya, sebelum listing di
Australia, pada 30 Mei 1999 konsultan independen IMC McKay Schenelmann
menyelesaikan perhitungan cadangan Antam sebagai persyaratan umum
untuk sebuah perusahaan pertambangan yang akan mencatatkan sahamnya
di ASX. Dengan listing di Bursa Australia, kami harus mematuhi standarstandar perusahaan pertambangan internasional salah satunya tentang
jumlah cadangan kami. Karena kami berhasil memenuhi standar-standar ini,
mulai terbentuklah trust khalayak dunia terhadap Antam, jelas Dohar.
Ketika ditanya apakah secara finansial listing di Australia itu ada manfaatnya,
ia menyebutkan bahwa listing tersebut memiliki impact yang lebih mendunia,
sebagaimana terlihat bahwa dari 35% saham yang dilempar ke masyarakat,
27% di antaranya dimiliki oleh investor di Amerika, Inggris dan Australia.
Pada tanggal 9 Agustus 1999, Antam mencatatkan sahamnya di ASX,
sebagai foreign exempt entity yang hanya harus memenuhi peraturan-peraturan
tertentu pada ASX. Antam juga harus berusaha mengikuti prinsip-prinsip
keterbukaan yang berlaku pada bursa tersebut.
Pada Juli 2002 status Antam di ASX ditingkatkan menjadi ASX listing.
Dengan status ini, Antam harus mematuhi regulasi yang lebih ketat.
Antam menjadi salah satu dari tiga perusahaan Indonesia yang mencatatkan

90

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

sahamnya secara penuh pada bursa saham luar negeri yang mengharuskan
perseroan wajib mematuhi standar tata kelola perusahaan dan tingkat
transparansi bertaraf internasional.
Saham Antam di ASX pada saat pencatatan perdana diperdagangkan dengan
harga $0,40 (setara dengan Rp 1.850) dengan jumlah 1.230.768.999 saham
biasa (Saham Seri B). Sayang sekali, situasi politik nasional yang memburuk
saat itu menghalangi membaiknya harga saham Antam di ASX.
Di samping kebanggaan Antam sebagai salah satu BUMN, seiring dengan
masuknya Antam ke bursa saham, pandangan perseroan mulai lebih berorientasi ke pasar modal. Antam membedakan prinsip perusahaan yang
dijalankan oleh negara dan perusahaan yang dimiliki oleh negara. Meski 65%
saham Antam dipegang oleh pemerintah, pengelolaan perseroan didasarkan
pada kaidah bisnis. Tujuan Antam adalah menciptakan nilai bagi seluruh
pemegang saham dan tidak hanya mengikuti arahan dari pemerintah
semata. Strategi Antam untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham
ditempuh dengan cara menurunkan biaya mengiringi pertumbuhan usaha
untuk menjadi perusahaan yang sustainable.

Penerapan GCG
Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance - GCG)
dipercaya Antam sebagai sebuah sistem yang perlu diterapkan dan dianut
secara konsisten dan berkelanjutan untuk mencapai pertumbuhan yang
berkesinambungan. Sistem ini dijalankan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas tranparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta
kewajaran dan kesetaraan.

Penandatanganan Komitmen Implementasi GCG oleh Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama
kali di Antam. Penandatanganan tersebut dilakukan secara simbolik oleh D. Aditya Sumanagara
(Direktur Utama 1997-2008) dan Firman M.U. Tamboen (Komisaris Utama 2002-2004).

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

91

Boleh jadi konsep GCG ini rumit dan abstrak dan


tak terbayangkan, apalagi ada transisi di tubuh
Antam sendiri dari sebuah BUMN murni menjadi
perusahaan yang dimiliki publik pada 27 November
1997. Walaupun sulit, toh peningkatan kinerja
harus tetap bersandar pada prinsip-prinsip tata
kelola perusahaan yang baik. Terdaftarnya Antam
di BEI dan ASX telah banyak mendorong berbagai
peningkatan di Antam untuk mengoptimalkan
kinerja agar Antam bisa memberikan nilai lebih bagi
para pemangku kepentingan.

Setelah
berubah menjadi
perusahaan
publik, maka
Antam menjadi
perusahaan yang
lebih transparan,
dan independen
yang sesuai
dengan
prinsip-prinsip
GCG.

Dari tahun ke tahun penerapan GCG di Antam


mencatat banyak kemajuan. Pada tahun 2003,
Antam membentuk struktur organisasi yang
diperlukan untuk memastikan implementasi GCG
yang dinamis dan terbuka terhadap konsep-konsep
baru. Pada tahun 2003 juga telah diselesaikan
Pedoman Kebijakan Perusahaan (PKP) dengan
bantuan konsultan independen Ernst & Young.
Sesuai
dengan
namanya,
PKP
merupakan
kebijakan tertinggi dan menjadi pedoman utama di
perusahaan yang disusun melalui kajian serta
ulasan manajemen yang mendalam. PKP mulai
diberlakukan Desember 2003. PKP dikaji ulang
setiap
tahun
untuk
disesuaikan
dengan
perkembangan dan relevansinya dengan isuisu perusahaan. Revisi PKP yang terakhir selesai
dilakukan pada 28 Januari 2008.
Pada tahun 2003, selesai pula penyusunan
Standar Etika, dan rampung juga pembentukan
empat komite perusahaan di tingkat komisaris,
yakni Komite Nominasi, Komite Remunerasi dan
Pengembangan SDM, Komite Pasca Tambang,
Komite Good Corporate Governance dan Komite
Manajemen Risiko. Komite-komite ini dibentuk
secara formal pada 1 September 2003 di luar Komite
Audit yang sudah dibentuk lebih dahulu pada
tahun 2000. Anggota komite perusahaan Antam
ditunjuk berdasarkan pengalaman, pengetahuan,
kompetensi dan independensi.
Antam menerapkan prinsip keterbukaan dan
transparansi selangkah lebih maju lagi ketika
perusahaan memutuskan untuk mendaftarkan diri
di ASX pada bulan Agustus 1999 dan full listing
pada bulan Juli 2002. Pendaftaran ini mengharuskan
untuk memenuhi standar pengungkapan yang
lebih ketat seiring dengan perubahan status

92

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Antam sebagai perusahaan yang tidak hanya sebagai perusahaan terbuka,


melainkan juga sebagai perusahaan dual listing, yang memahami bahwa
pemegang saham dan investor memerlukan informasi yang akurat dan tepat
waktu dalam pengambilan keputusan berinvestasi.
Sesuai dengan ketentuan pencatatan di ASX (ASX Listing Rules), Antam telah
mengkaji praktik-praktik GCG berdasarkan 10 rekomendasi yang disarankan
oleh ASX. Kesepuluh rekomendasi tersebut adalah (1) meletakkan pondasi
yang solid bagi pengelolaan dan pengawasan perusahaan, (2) struktur organ
yang dapat membawa nilai tambah bagi perusahaan, (3) meningkatkan
proses pengambilan keputusan yang etis dan bertanggung-jawab, (4) menjaga
integritas dalam hal pelaporan keuangan, (5) pengungkapan informasi secara
tepat waktu dan seimbang, (6) penghormatan terhadap hak pemegang saham,
(7) identifikasi dan pengelolaan resiko, (8) mendorong peningkatan kinerja
komisaris dan direksi, (9) sistem remunerasi yang adil dan bertanggung-jawab,
dan (10) mengenali kepentingan para pemangku kepentingan.
Pada tahun 2007 Antam telah mempercepat adopsi terhadap ASX Corporate
Governance Principles and Recommendations (edisi 2) seperti yang disarankan
oleh ASX Corporate Governance Council.
Bila ditinjau lebih jauh, proses privatisasi Antam pada tahun 1997 guna
keperluan dana pengembangan inilah yang merupakan awal dari penerapan
GCG Antam. Proses penerapan GCG itu sendiri merupakan satu proses panjang
melintasi tiga tahapan.
Pertama, tahap merger, 5 Juli 1968 sampai dengan 30 Desember 1974. Antam
didirikan dan memulai aktivitas operasi pada 5 Juli 1968 sebagai Perusahaan
Negara (PN) Antam, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1968, merupakan gabungan dari 7 BUMN terpisah yang
terdiri dari PT Nikkel Indonesia; PN Tambang Bauksit Indonesia; PN Logam
Mulia; BPU Perusahaan Tambang Umum Indonesia; Proyek Pertambangan
Intan Martapura, Kalimantan Selatan; PN Tambang Emas Tjikotok; dan Proyek
Emas Logas, Pekanbaru, Riau. Dengan status sebagai Perusahaan Negara,
jelas bahwa pemilik satu-satunya adalah Pemerintah RI, dan GCG belum
dikenal pada saat itu. Semuanya dikendalikan untuk kepentingan Pemerintah
RI.
Kedua, tahap perubahan menjadi perseroan terbatas, 30 Desember 1974
sampai dengan 3 November 1997. Pada 30 Desember 1974, status Antam
diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Terbatas milik
negara (Persero) dengan nama PT Antam (Persero). Meskipun pemilik satusatunya masih tetap Pemerintah RI, paradigma pengelolaan perusahaan
sudah berubah dan pengelolaan perusahaan sudah diatur oleh Kitab
Undang-undang Hukum Dagang dan Undang-undang Nomor Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas. Meskipun tidak disadari, orientasi perusahaan
sudah mengejar keuntungan bila dibandingkan saat Antam berstatus
sebagai Perusahaan Negara. Sebagai BUMN yang 100% masih sarat dengan
tangan-tangan birokrasi di bawah kendali negara Republik Indonesia, Antam
saat itu mengemban misi sosial dan politis, tidak efisien, sarat intervensi,

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

93

mendapat proteksi, disubsidi, tertutup, tidak ada akuntabilitas publik, tidak


ada independensi, dan tidak ada transparansi. Dengan demikian aspek GCG
juga belum menjadi pertimbangan pada saat itu.
Ketiga, tahap go public, dari 3 November 1997 sampai tahun 2008. Pada
November 1997 PT Antam (Persero) diprivatisasi dan tercatat pada
Bursa Efek Indonesia. Pada pencatatannya yang kedua, Agustus 1999, saham
Perusahaan dalam bentuk Chess Unit Foreign Securities (CUFS) diperdagangkan
di ASX. Pada bulan Juli 2002, Antam mencatatkan sahamnya secara
penuh (full listing) di ASX. Pencatatan ini mengharuskan Antam mengacu
kepada peraturan yang lebih ketat.

Pedoman Kebijakan Perusahaan (PKP) dan Standar Etika sebagai


pedoman implementasi prinsip-prinsip GCG di Antam.

Setelah berubah menjadi perusahaan publik, dimana Pemerintah RI


menurunkan kepemilikannya menjadi 65% dan masuknya saham publik
sebesar 35%, maka Antam menjadi perusahaan terbuka, transparan, dan
independen yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
Bila dilihat lebih jauh, awal penerapan GCG di Antam sebenarnya bermula dari kebutuhan perseroan untuk tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan Antam melalui pengembangan cadangan komoditas inti, yakni
nikel dan emas, membutuhkan dana yang cukup besar. Bagian terpenting dari
pengembangan perusahaan ini adalah proyek pembangunan pabrik FeNi III
senilai sekitar US$320 juta di Pomalaa. Dana untuk kegiatan

94

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

pengembangan ini selain diperoleh dari hasil privatisasi, juga didapatkan dari
pembiayaan eksternal perusahaan karena PMP (Penyertaan Modal Pemerintah)
sudah tidak memungkinkan lagi.
Salah satu prinsip-prinsip GCG adalah transparansi dan keterbukaan. Prinsip
itulah yang merupakan prinsip sangat mendasar ketika suatu perusahaan
berubah statusnya menjadi perusahaan terbuka. Perusahaan terbuka
wajib menyampaikan laporan berkala dan informasi material lainnya kepada
Bapepam sebagai regulator pasar modal, dan publik. Selain itu, dalam rangka
penawaran umum, Antam juga wajib menyampaikan Pernyataan Pendaftaran
yang disertai dokumen-dokumen yang meliputi aspek keterbukaan informasi,
akuntansi, dan hukum. Seluruh dokumen ini akan menjadi dokumen publik
yang bersifat terbuka dan transparan, sehingga siapapun dapat mengetahuinya. Secara tidak langsung, proses privatisasi telah menjadi salah satu faktor
pendorong eksternal yang memaksa perusahaan untuk melakukan langkah
awal penerapan prinsip-prinsip GCG.

Logo Baru, Citra Baru


Sampai dengan 6 Desember 2006, Antam masih menggunakan logo lama,
yakni gambar fosil sebagai lambang mineral yang ditambang Antam dengan
latar belakang dua palu geologis yang bersilangan. Namun seringkali pihak
di luar Antam menginterpretasikan gambar fosil tersebut sebagai siput yang
menyimbolkan kelambanan, kurang responsif dan birokratis, sementara
kedua palu geologis tak jarang diasosiasikan dengan lambang salah satu
organisasi terlarang. Sejalan dengan semangat GCG, perkembangan usaha
Antam serta interpretasi yang keliru atas logo Antam tersebut, maka
diciptakanlah logo baru Antam, yang dianggap dapat lebih mewakili citra dan
reputasi perusahaan.
Waktu itu manajemen berpikir untuk menciptakan brand image Antam agar
lebih sesuai dengan kondisi perusahaan saat itu yang sudah berkembang
pesat dengan aset yang sedemikian besar dan situasi usaha yang dinamis.
Sedangkan logo Antam yang lama dirasakan sudah kurang merepresentasikan
kondisi real perusahaan, kata Ashur Wasif, Corporate Secretary Antam (20042007).
Logo baru itu diresmikan tanggal 7 Desember 2006 sebagai corporate brand
identity. Logo baru Antam dicirikan dengan bentuk tiga gunung menjulang dengan lengkungan di tengah menggambarkan bumi dan alam, yang

Logo lama Antam

Logo baru Antam

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

95

sekaligus mewakili sumber daya dan produk


Antam yang terdiversifikasi. Di atas dan di bawah
lengkungan adalah refleksi tiga gunung yang
mewakili sumberdaya mineral, baik di dalam
maupun di permukaan bumi. Kedua citra gunung
bagian atas dan bawah menyimbolkan dua model
pertambangan Antam, yakni pertambangan terbuka
dan pertambangan bawah tanah. Secara keseluruhan
simbol dan namestyle Antam merepresentasikan
Antam sebagai perusahaan pertambangan dan
pengolahan logam yang berpengalaman, profesional,
progresif, dinamis, terbuka dan terpercaya, mapan,
serta bertanggung jawab terhadap lingkungan alam
maupun lingkungan sosialnya.

Pembangunan Pabrik FeNi III


Proyek FeNi III
ditunda karena
krisis keuangan
regional yang
menyebabkan
hasil IPO tidak
cukup untuk
mendanai proyek
tersebut. Antam
kemudian
mencari
alternatif lain
pendanaan
FeNi III.

Penawaran Perdana (IPO) Antam November 1997


menghasilkan perolehan dana sebesar Rp561,70
miliar. Sebesar 73% dari dana ini, atau senilai
Rp406,2 miliar, rencananya akan digunakan untuk
membiayai pembangunan pabrik FeNi III.
Antam merencanakan untuk membangun pabrik
peleburan feronikel (FeNi) III yang basic designnya telah dirampungkan pada tahun 1997. FeNi III
dimaksudkan untuk ekspansi fasilitas produksi
feronikel Antam yang akan mendongkrak kapasitas
produksi. Proyek FeNi III berlokasi di Pomalaa,
melengkapi pabrik FeNi I dan FeNi II yang telah
beroperasi, sehingga Antam akan diuntungkan
oleh adanya skala ekonomis (economic of scale).
Pabrik FeNi III didesain lebih efisien karena
menggunakan copper cooling system, sistem
pendingin baru yang bisa mengurangi penggunaan
batu kapur pada kalsin sehingga pengolahan
bijih nikel dalam kalsin akan lebih banyak.
Pembangunan pabrik FeNi III dengan sistem
baru tentu saja ditujukan untuk meningkatkan
penerimaan secara signifikan, sembari menurunkan
biaya tunai secara signifikan pula.
Berkaitan dengan rencana pembangunan pabrik
FeNi III, pada bulan Mei 1998, Antam mengadakan
tender intenasional terbatas untuk kontrak
Engineering Procurement dan Construction (EPC)
dengan mengundang 6 kontraktor potensial.
Mitsui & Co. Limited (Jepang) merupakan calon
pemenang tender tersebut. Antam dan perusahaan
sindikasi kontraktor di bawah koordinasi Mitsui

96

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

& Co. Limited telah menyelesaikan negosiasi teknis menyeluruh, turnkey kontrak EPC dan mengusahakan perolehan kredit ekspor untuk
merealisasikan proyek. Pabrik FeNi III direncanakan berkapasitas
13.000 ton nikel dalam feronikel per tahun sehingga kapasitas produksi
feronikel Antam keseluruhannya bisa mencapai 24.000 ton nikel dalam
feronikel per tahun. FeNi III dijadwalkan untuk mulai operasi pada tahun 2001
dengan menggunakan pasokan bijih nikel dari Pulau Halmahera.
Proses penunjukan pelaksana proyek pembangunan FeNi III termasuk rumit.
Sebagaimana disebutkan di atas, ada enam perusahaan yang bersaing
melamar FeNi III. Dua di antaranya adalah perusahaan raksasa, yakni Mitsui
Co. Ltd. asal Jepang dan Krupp Tyssen Nirosta Gmbh (KTN), dari Jerman.

Proses pembangunan pabrik FeNi III di Pomalaa.

Pada pertengahan Mei 1998 Mitsui berhasil mengalahkan lima pesaingnya,


termasuk KTN. Ini karena Mitsui memberikan penawaran terendah yakni
US$140 juta untuk pembangunan pabrik FeNi III yang sejatinya bernilai
US$250 juta itu. Mitsui mengusulkan pendanaan kredit ekspor dari JEXIM
Jepang dengan bunga 2% setahun. Namun, pendanaan kredit ekspor
tersebut mensyaratkan adanya letter of guarantee dari Pemerintah RI.
Setelah diusahakan ke Departemen Keuangan RI, ternyata Pemerintah tidak
bisa memberikan letter of guarantee, sehingga penunjukan Mitsui sebagai
kontraktor dibatalkan.
Juli 1999, Antam mengumumkan proyek FeNi III ditunda karena krisis
keuangan regional yang menyebabkan rupiah mengalami depresiasi yang
tajam; hasil IPO tidak cukup untuk mendanai proyek tersebut. Itulah
sebabnya, Antam mencari alternatif lain pendanaan FeNi III.
Pada Desember 1999 Antam menandatangani perjanjian penjualan feronikel
untuk masa 12 tahun dengan KTN, Newco dan Mitsui yang akan berlaku
apabila FeNi III dimulai. Menyusul kemudian April 2000, Antam menandatangani perjanjian penjualan 7.000 ton feronikel pertahun dengan Posco Korea
untuk jangka waktu 10 tahun yang dimulai saat FeNI III beroperasi.
TESSAG INA dari Jerman kemudian terpilih sebagai calon kontraktor EPC
untuk FeNi III pada bulan November 2000. Ini diikuti dengan uji tuntas di
bawah pimpinan IKB Deutsche Industriebank, AG, bank jerman yang diberi

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

97

mandat untuk menyiapkan Project Information Memorandum yang akan


diteruskan kepada Hermes, suatu lembaga Ekspor Kredit Jerman (ECA).
Agaknya nasib baik tak menyertai TESSAG INA. Menguatnya nilai Euro
menyebabkan nilai EPC melebihi nilai maksimum yang telah disetujui.
Kontrak EPC dengan TESSAG INA menjadi batal; dan skema pembiayaan
melalui ECA juga batal.
Untuk bisa membiayai FeNi III, Antam merencanakan penerbitan
obligasi dolar Amerika yang dikombinasikan dengan hutang dari bank
lokal pada kuartal kedua 2003, sementara itu kontrak EPC dengan konsorsium
Incorporated antara Mitsui Co. dan Kawasaki Heavy Industries Ltd.dari
Jepang setelah melewati proses yang panjang dan rumit ditandatangani untuk
pembangunan FeNi III. Pada September 2003, Antam menerbitkan obligasi
sebesar US$200 juta dengan nilai kupon 7,375% melalui anak perusahaan
Antam di Mauritius, yakni Antam Finance Limited.
Tahap pembangunan pabrik FeNi III dimulai Oktober 2003. Ir. Martinus
Rongre ditunjuk sebagai Kepala Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel III.
Untuk mendapatkan pasokan listrik yang lebih handal bagi FeNi I, II dan III,
Antam merangkul PT Wartsila Indonesia, sebuah perusahaan pembangkit
listrik asal Finlandia yang akan membangun pembangkit listrik bertenaga
diesel dengan kekuatan 102 MW di Pomalaa. Kontrak EPC dengan Wartsila
ditandatangani pada bulan November 2003, yang disusul dengan ditandatanganinya perjanjian pengoperasian dan pemeliharaan (Operation and
Maintenance) berjangka waktu 10 tahun, pada bulan Juni 2004.
Dipilihnya Wartsila itu tentu saja bukan tanpa sebab. Wartsila adalah
perusahaan pembangkit tenaga listrik berpengalaman yang mampu mengurus segala keperluan dan permasalahan pembangkitan tenaga listrik dengan
baik. Dirangkulnya perusahaan pembangkit terpercaya seperti Wartsila
itu dimaksudkan agar pasokan listrik ke ketiga pabrik FeNi tetap terjamin.
Kita hanya mau tahu pasokan listrik terjamin terus. Kalau ada kerusakan
dan butuh spare-parts mereka tinggal telepon Finlandia atau perwakilan
mereka di Singapura atau Australia. Beda dengan perusahaan pembangkit
terdahulu yang harus tunggu order spare-parts dalam jumlah besar sebelum
dilayani, jelas Martinus. Dengan pasokan listrik yang terjamin, kita bisa lebih
konsentrasi pada produksi feronikel, tambah Martinus.
Pembangunan pembangkit listrik dimulai pada akhir tahun 2003 dan
akan memakan waktu sekitar 18 bulan. Pembangunan pembangkit listrik
berkapasitas 102 MW terdiri dari 6 generator. Tiga dari enam generator
dijadwalkan beroperasi pada awal tahun 2005, sehingga pasokan ke pabrik
FeNi I dan II yang sudah beroperasi akan lebih stabil dan efisien. Pembangkit
lama yang berkapasitas 50 MW akan stand-by untuk mendukung pembangkit
listrik yang baru. Kelebihan lainnya dari pembangkit listrik yang baru
adalah dalam hal fleksibilitas penggunaan bahan bakar karena selain dapat
menggunakan bahan bakar minyak juga bisa menggunakan gas (dual firing
power plant).

98

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Pembangunan proyek FeNi III dimulai pada akhir tahun 2003. Peresmian
ground-breaking dilaksanakan pada awal Januari 2004. Pembangunan ini
dijadwalkan akan menelan waktu 28 bulan, termasuk 4 bulan commissioning.
Operasi komersial direncanakan pada kuartal pertama tahun 2006. Pabrik
FeNi III menggunakan umpan bahan baku bijih nikel dari tambang Antam
di Buli, Maluku Utara dan dari sumber di Pomalaa Timur yang dimiliki oleh
PT Inco. Seperti FeNi II, FeNi III juga menggunakan sistem electric furnace dan
sistem pendingin copper-cooling.
Berbeda dengan pendingin sistem side-wall cooling seperti yang digunakan pada FeNi I, dengan copper-cooling tidak diperlukan lagi
campuran batu kapur yang volumenya 6 sampai 7%. Selisih 6 sampai 7%
ini bisa dikompensasi dengan bijih sehingga produksi makin cepat, kata
Marthinus. Selain itu, sistem coppercooling lebih efektif menyerap panas karena
copper-nya masuk ke dalam, sedangkan side-wall cooling hanya mendinginkan
bagian luar saja. Dengan side-wall cooling, produksi hanya 5.000 sampai 5.500
ton per tahun, sedangkan dengan copper-cooling produksi bisa ditingkatkan
sampai 6.000 ton per tahun.

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) III di Pomalaa.

Sampai dengan akhir bulan Desember 2004 kemajuan pelaksanaan proyek


pabrik peleburan yang dilaksanakan oleh Mitsui dan Kawasaki telah mencapai 50%, melampaui target yang direncanakan yaitu 38%, sedangkan
kemajuan pekerjaan di pembangkit listrik telah mencapai 83% dari target
yang direncanakan 81,5%. Secara keseluruhan kemajuan pelaksanaan
kontruksi proyek masih tepat waktu dan tepat anggaran. Selama tahun 2004
investasi untuk proyek FeNi III mencapai US$148 juta (termasuk interest during
construction dan biaya lainnya) sehingga keseluruhan investasi sampai
dengan tahun 2004 telah mencapai US$215 juta.

TONGGAK-TONGAK SEJARAH

99

FeNi III selesai dibangun Februari 2006, dan tahap commissioning


dimulai. Namun operasi komersial masih belum dimulai karena masalah
teknis berskala kecil dalam proses produksi. Operasi komersial yang sedianya
dimulai Juni 2006 ditunda lagi karena adanya kegagalan penutupan
metal tap hole pada tanur karena tanur terlalu panas dan rendahnya tingkat
kekentalan. FeNi III resmi beroperasi pada 29 Januari 2007. Rentang
waktu sekian lama yang dibutuhkan dari perbaikan tanur itu bukan karena
perbaikannya yang makan waktu, melainkan karena proses pengiriman
material bata tahan api. Perbaikan cuma perlu waktu dua minggu. Tapi
material yang dipesan dari Austria itu tidak ready stock, jadi menunggu
dipabrikasi dulu selama tiga bulan, plus waktu pengiriman satu bulan, ujar
Marthinus.
Pembangunan pabrik feronikel berstandar internasional ini tentu saja membawa kesan bagi Marthinus, terutama dalam hal interaksi dengan tenagatenaga asing dari Jepang, Kanada dan Finlandia. Saya tidak mengalami
kesulitan berkomunikasi dengan berbahasa Inggris dengan tenaga-tenaga
Kanada dan Finlandia. Yang sulit dengan orang Jepang. Jadi dengan orang
Jepang sering-sering kami pakai bahasa Tarzan. Bisa dibayangkan
bagaimana kalau sedang rapat dengan orang-orang itu, kenang Marthinus.
Namun tentu saja bekerja dengan tenaga asing itu banyak memberinya
pelajaran berharga. Ia jadi tahu orang Jepang itu berdisiplin tinggi,

100

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Senja di area pabrik feronikel Antam di Pomalaa.

administrasinya rapi, dan soal safety menjadi nomor satu. Tidak demikian
dengan orang Kanada yang masih longgar di bidang disiplin dan safety.
Sebagai suatu proyek besar, proyek FeNi III juga tak luput dari gesekangesekan sosial. Gesekan itu biasanya berawal ketika para kontraktor minta
tambahan porsi tenaga kerja lokal. Bagi Marthinus ini bukan masalah, tapi
tidak bagi orang Jepang. Ini karena pekerjaan dikejar target dan pencapaian target itu hanya bisa didukung oleh tenaga-tenaga terampil yang jarang
bisa didapat dari tenaga lokal. Inilah yang biasa dijadikan alasan protes atau
berdemo yang biasanya ditunggangi oleh LSM setempat. Tapi kejadian seperti
itu biasanya bisa diselesaikan dengan bantuan tokoh adat atau pemerintah
setempat, dengan meminta mereka membantu melakukan rekrutmen tenaga
kerja.
Dengan beroperasinya pabrik FeNi III, Antam bisa meningkatkan kapasitas
produksi feronikel, hingga 24.000 ton feronikel per tahun, dan selangkah lagi
lebih maju.

^]
TONGGAK-TONGAK SEJARAH

101

102

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Melenggang
di Jalan Berliku

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

103

^]
Untuk menjadi perusahaan yang dapat
memaknai karunia alam dengan baik
dan tetap tangguh melintas masa,
Antam harus melangkah melalui berbagai
tantangan, baik di sisi sosial dan politik, harga
komoditas, nilai tukar, harga BBM, maupun kondisi
alam. Bagaimana Antam bisa melenggang di jalan
berliku ini? Bagaimana pula Antam membangun
budaya perusahaan dan mencapai
kesejahteraan?

^]

104

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Menghadapi Berbagai Tantangan


Selama empat puluh tahun perjalanan Antam, berbagai tantangan telah
menghadang. Semua tantangan ini dihadapi oleh Insan-insan Antam dengan
berbagai upaya dan kerja keras. Dan sampai saat ini perjuangan keras Antam
telah membuahkan hasil, yang mengantarkan Antam menjadi perusahaan
yang mampu mengelola dan memberi makna lebih pada karunia alam.

Tantangan Risiko Usaha


Menjelang usia empat puluh tahun, Antam telah menjadi perusahaan yang
tangguh dan cemerlang; tangguh karena telah berhasil menghadapi berbagai
tantangan yang menghadang, dan cemerlang karena prestasi-prestasinya
sebagai sebuah perusahaan pertambangan negara yang berhasil memberikan
nilai tambah yang tinggi bagi para stakeholders dengan cara yang amat
signifikan. Kecemerlangan Antam hari ini bisa dilihat dari kinerja usaha yang
telah mencatat pecah rekor selama lima tahun terakhir berturut-turut.
Angka penjualan (sales) lima tahun terakhir, misalnya, menunjukkan
kenaikan yang signifikan dari Rp1,771 triliun pada tahun 2002, menjadi
Rp2,139 triliun rupiah pada tahun 2003, naik ke Rp2,859 triliun pada tahun
2004, menjulang ke Rp3,251 triliun pada tahun 2005, menanjak ke Rp5,629
triliun pada tahun 2006 dan meroket ke angka Rp12,008 triliun di tahun
2007.
Peningkatan ini juga tercermin pada angka laba usaha (operating profit).
Pada tahun 2002 laba usaha berada pada angka Rp247 miliar, naik menjadi
Rp448 miliar pada tahun 2003, dan melaju ke angka Rp1,097 triliun di tahun
2004. Meskipun hanya naik sedikit pada tahun 2005 yakni ke angka Rp1,100
triliun rupiah, angka laba usaha membubung ke Rp2,404 triliun pada tahun
2006 dan meroket ke angka Rp6,796 triliun pada tahun 2007.
Laba bersih (nett profit) juga menunjukkan peningkatan yang cemerlang.
Di tahun 2002, laba bersih tercatat Rp177 miliar. Angka ini menanjak
menjadi Rp227 miliar di tahun 2003, dan menjulang ke Rp810 miliar pada
tahun 2004. Pada tahun 2005 angka laba bersih meningkat ke angka Rp842
miliar dan pada tahun 2006 angka itu naik ke Rp1,553 triliun. Peningkatan
drastis terjadi pada tahun 2007 di mana Antam membukukan laba bersih
senilai Rp5,132 triliun.
Sukses tersebut tentu saja menjadi kado ulang tahun Antam pada tahun
2008 ini; sebuah kado ulang tahun yang diperoleh melalui jalan panjang,
terjal dan berliku-liku. Empat puluh tahun lalu sungguh tak terbayangkan
prestasi ini demikian hebat. Ketika Antam baru saja berdiri, bisa dikatakan
semuanya harus dimulai dari nol. Tidak ada tenaga asing dan tidak banyak
tenaga profesional nasional yang memperkuat Antam. Yang banyak adalah
tenaga-tenaga baru lulus dan kurang berpengalaman yang langsung
mendapat tugas berat. Dalam keadaan harga mineral yang tidak terlalu baik,
kami bekerja sendiri tanpa supervisi tenaga yang lebih ahli, kata

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

105

Kosim Gandataruna, Direktur Utama Antam


(19841989). Tapi justru kemampuan berusaha
sendiri itulah yang kemudian menjadikan Antam
kaya
pengalaman
dan
mengubahnya
dari
perusahaan yang serba kekurangan menjadi
perusahaan yang sehat di kemudian hari.

Setidaknya
ada empat
tantangan risiko
usaha Antam,
yakni faktor
operasiproduksi, harga
komoditas, nilai
tukar uang
dan BBM.

Selain ketahanan dalam menjalankan usaha


dengan dedikasi dan kesungguhan, dalam
perkembangannya, ketangguhan Antam juga
ditopang oleh sejumlah faktor lain. Keberhasilan
ini bukan sekadar keberuntungan; ini adalah buah
kekompakan tim Antam dan pengelolaan keuangan
yang berhati-hati dan penggunaannya yang
optimal, kata Kurniadi Atmosasmito, Direktur
Keuangan Antam (20032008).
Menurut Kurniadi, setidaknya ada 4 tantangan
risiko usaha untuk Antam, yakni faktor operasiproduksi, harga komoditas, nilai tukar uang dan
bahan bakar minyak (BBM). Keempat tantangan
inilah yang harus mendapat perhatian serius.

Faktor Operasi - Produksi


Saat ini 89% hasil produksi Antam berasal dari
segmen nikel, sementara 10% adalah emas, dan
1% bauksit. Feronikel sebagai produk primadona
Antam dianalogikan oleh Kosim Gandataruna
seperti pisang goreng; laris manis, sudah habis
dipesan bahkan sebelum diproduksi. Dengan tiga
pabrik feronikel (FeNi I, FeNi II dan FeNi III), yang
bisa berproduksi sampai 24.000 ton nikel dalam
feronikel per tahun, produk feronikel tetap bisa
diserap habis oleh konsumen.
Tentu saja pabrik tidak mampu beroperasi tanpa
terputus. Ada kalanya pabrik harus berhenti beroperasi sementara karena kerusakan besar atau
kecil, pemeliharaan, modernisasi, overhaul dan
perbaikan terjadwal. Pabrik FeNi I, misalnya,
dihentikan operasinya pada 21 Agustus 1998
untuk program replacement dan modernization
sampai dengan 15 Februari 1999. Kerusakan juga
pernah terjadi pada tanur listrik pabrik FeNi I
pada 17 Juli 2001 yang membuat FeNi I harus beristirahat sampai 8 Oktober 2001. Sementara pabrik
FeNi II harus beristirahat mulai 15 September 2004
sampai 4 September 2005 untuk keperluan full
overhaul. Tantangan-tantangan produksi semacam
ini disiasati salah satunya dengan cara melakukan

106

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Peleburan nikel menjadi feronikel di pabrik FeNi III.

toll smelting agreement antara Antam dengan Pamco. Dengan kesepakatan


ini, Antam bisa memanfaatkan fasilitas smelters Pamco untuk memenuhi
komitmen penjualan.
Sementara itu, produksi emas juga sedikit banyak kerap mengalami
gangguan. Produksi penambangan emas di Pongkor cukup sering terinterupsi
oleh ulah-ulah oknum PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin). Antam melihat
bahwa aktivitas penambangan ilegal dilakukan karena masyarakat belum menyadari bahaya dari kegiatan tersebut serta tuntutan kebutuhan ekonomi.
Karena itulah Antam berusaha menyelesaikan masalah PETI melalui pendekatan Corporate Social Responsibility dan pemberian penyuluhan serta sosialisasi bahaya penambangan ilegal.
Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, tak jarang Antam merangkul
pihak ketiga yang berkompeten untuk membantu pengembangan perekonomian masyarakat setempat. Pada 16 September 1999 Antam dan Institut
Pertanian Bogor (IPB) menandatangani perjanjian pengembangan pemberdayaan potensi masyarakat kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, dimana
tambang Pongkor berada. Kerjasama dan koordinasi juga dijalin dengan
Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia, Departemen
Kehutanan, Bapedal, dan Perhutani.
Aktivitas pemberdayaan antara lain mencakup pendekatan kepada berbagai
tokoh formal dan informal, pemberian santunan, beasiswa dan perbaikan
sarana dan prasarana warga, pemberdayaan ekonomi lewat pinjaman lunak,
penyertaan pengusaha lokal untuk penyediaan keperluan Tambang Emas
Pongkor, serta menjalin kerjasama di bidang pelestarian lingkungan dengan
masyarakat setempat.

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

107

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang


pertambangan, Antam pun menyadari risikorisiko lain yang dapat memberikan dampak negatif
terhadap operasi sehari-hari, seperti risiko
kesehatan dan keselamatan kerja karyawan, serta
risiko terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Untuk itulah Antam senantiasa berusaha untuk
mengedepankan standar-standar internasional dan
best mining practices dalam setiap kegiatan operasi
perusahaan. Saat ini Unit Bisnis Pertambangan
Nikel Pomalaa, Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor dan Unit Bisnis Pemurnian dan Pengolahan
Logam Mulia telah mendapatkan sertifikasi ISO,
yang dapat menjamin kualitas proses dan hasil kerja
operasi perusahaan, khususnya di ketiga unit bisnis
tersebut.

Faktor Harga Komoditas

Harga nikel yang


pertama kali
tercatat dalam
sejarah adalah
US$1,70 per lb
pada tahun
1840. Harga
nikel terendah
yang pernah
tercatat adalah
US$0,32 per lb
yang terjadi
antara
19421945.

Sepanjang perjalanan sejarah Antam, harga


komoditas merupakan faktor yang menentukan
segar-bugarnya Antam. Masalahnya, harga komoditas terutama nikel tidak selalu akur dengan biaya
produksi. Bila harga emas boleh dibilang stabil,
maka tidak demikian dengan harga nikel. Sebagai
informasi, harga nikel yang pertama kali tercatat
dalam sejarah adalah US$1,70 per pound (lb) pada
tahun 1840. Lima puluh tahun kemudian (1890)
harga nikel dunia adalah US$0,65 per lb. Lima
puluh tahun berikutnya (1940) harga nikel dunia
menjadi US$0,35 lb. Harga nikel terendah yang
pernah tercatat adalah US$0,32 per lb yang terjadi
antara 19421945.
Pada saat pabrik FeNi I mulai berproduksi (1976),
harga nikel adalah US$2,25 per lb. Harga ini tidak
beranjak lebih tinggi sampai 1988. Pada tahun itu
harga nikel menanjak ke angka US$6,25 per lb
untuk kemudian terjungkal lagi sampai ke US$2,10
per lb masih dalam tahun yang sama. Rekor harga
nikel dunia tertinggi adalah sebesar US$24,00 per
lb pada bulan April 2007. Pada tahun 2007, harga
jual rata-rata komoditas nikel sangat tinggi, yaitu
US$16,6 per lb, bijih saprolit US$82,43 per wmt.
Bila harga nikel sedang tinggi, tentu saja
perusahaan akan mendapatkan windfall; uang
mengalir tak terduga, bak mendapatkan durian
runtuh, yang mendongkrak angka penjualan.
Namun sebaliknya, bila harga nikel rendah, maka
perusahaan akan terpuruk. Repotnya, harga

108

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

komoditas yang rendah acap kali menyergap Antam justru pada masa-masa
perkembangan, dan harga rendah ini bisa bertengger dalam kurun waktu yang
cukup lama yang pada gilirannya mengacaukan kondisi kas perusahaan.
Mulai tahun 1981 sampai 1986, Antam rugi melulu, karena harga nikel
jeblok sementara beberapa proyek eksplorasi belum menunjukkan hasil,
kata Sustiyah Sumardi (Almarhumah), mantan Inspektur Perusahaan
atau yang saat ini lebih dikenal sebagai Internal Auditor. Sustiyah yang
masuk Antam pertama kali tahun 1961 itu menuturkan kelesuan usaha
ditanggulangi dengan cara menghapuskan proyek-proyek yang tidak
menghasilkan uang, seperti proyek-proyek eksplorasi, yang bisa menghemat
Rp8 miliar. Kelesuan usaha itu memaksa Antam harus prihatin. Jumlah
karyawan bahkan harus dikurangi.
Kalau tiba saatnya gajian harus menunggu uang pembayaran setelah
pengapalan barang berangkat. Momen-momen gajian ini merupakan
saat-saat yang menegangkan bagi karyawan Antam. Kalau kami lihat
ada mobil L-300 parkir di depan kantor, berarti kita pasti gajian hari
itu, kata Dohar Siregar. Apa hubungan antara mobil L-300 dan gajian?
Mobil itu adalah mobil polisi yang mengawal uang gaji karyawan Antam,
ujar Dohar.
Sustiyah punya kenangan tersendiri soal sulitnya keuangan Antam waktu
itu. Sebagai pembantu Direktur Utama di bidang keuangan, sering saya
diminta tidak keluar ruangan karena di luar banyak orang menunggu untuk
menagih pembayaran, ujar Sustiyah. Namun, meski usaha lesu, kami tidak
pernah terlambat membayar gaji karyawan, dan selain itu, karyawan Antam
bisa memahami situasi ini, tambah Sustiyah, yang juga mengatakan bahwa
pendapatan dari bauksit dan emas, walau kecil, ternyata juga bisa membuat
Antam bertahan.

Kegiatan penambangan nikel sebagai komoditas utama Antam saat ini.

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

109

Untunglah kemudian harga komoditas nikel naik di tahun 1988, dari


US$1,5 per lb menjadi US$6,25 per lb. Windfall ini dimanfaatkan
betul oleh Kosim Gandataruna dengan menyisihkan sebagian keuntungan
untuk dana pensiun. Dana pensiun ini, menurut undang-undang
perpajakan tidak dikenakan pajak. Dengan demikian, perusahaan bisa
berhemat dari segi pembayaran pajak. Tak kurang dari 40 miliar rupiah dana
dialokasikan sebagai dana pensiun.
Ke depan, strategi ampuh harus ditempuh, yakni dengan membuat
keseimbangan atas sumber pendapatan Antam. Saat ini 89% produksi
Antam adalah nikel, sementara 10% adalah emas, dan sisanya bauksit.
Ini tidak sehat, kata Kurniadi. Untuk jangka waktu 10 tahun ke depan,
Antam harus membuat balance. Untuk 10 tahun ke depan, revenue dari nikel
saya perkirakan turun menjadi 60% atau 70%, sementara revenue bauksit
dan emas akan naik menjadi 30% atau 40%, lanjut Kurniadi.
Sayangnya, cadangan emas Pongkor yang ada sekarang akan habis pada
tahun 2015. Jadi, tidak ada pilihan lain bagi Antam kecuali menerapkan
kebijakan akuisisi dan merealisir proyek-proyek pengembangan Antam.
Saat ini Antam sedang melakukan pengkajian secara menyeluruh untuk
menetapkan rencana akuisisi perusahaan emas lain, baik di Indonesia
maupun di luar negeri.

Faktor Nilai Tukar


Nilai tukar tak pelak lagi memberi kontribusi tantangan pada perkembangan usaha Antam. Rencana pembangunan pabrik FeNi III, yang memerlukan
dana US$320 juta, yang sedianya dibiayai dari hasil IPO 1997 ternyata tak
bisa langsung terselenggara karena terganjal membubungnya nilai tukar
dolar Amerika dan Euro terhadap rupiah, menyusul krisis ekonomi di
Indonesia tahun 1997-1998. Pada akhir tahun 1998, nilai tukar dolar Amerika
terhadap rupiah ditutup pada posisi Rp8.025 atau terdepresiasi sebesar 73%
bila dibandingkan dengan posisi pada awal tahun. Dengan merosotnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika, merosot pula nilai uang hasil IPO.
Pembangunan pabrik FeNi III baru mendapatkan titik terang setelah
Antam menerbitkan obligasi (bond), yang berhasil mengumpulkan dana
senilai US$200 juta. Itu suatu langkah pemecahan yang strategis. Saat itu
Antam adalah satu-satunya perusahaan bidang pertambangan yang bisa
mencari sumber pendanaan dengan menjual obligasi, kata Ir. Dedi Aditya
Sumanagara, Direktur Utama Antam (19972008).
Dari sisi lain, peningkatan nilai tukar ini juga membawa berkah karena
sebagian besar pendapatan Antam diperoleh dalam dolar Amerika. Namun
demikian, karena kewajiban-kewajiban usaha juga ditetapkan dalam dolar
Amerika, maka selisih nilai tukar bisa pula menimbulkan kerugian. Pada
tahun 1998, di awal-awal krisis ekonomi, Antam menderita rugi selisih kurs
sebesar Rp180,27 miliar akibat perubahan nilai tukar tersebut.
Itulah sebabnya, Antam kemudian memiliki kebijakan untuk melakukan
transaksi lindung nilai (hedging) untuk mata uang, dalam jumlah yang tidak

110

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

melebihi 30% dari kebutuhan modal kerja bulanan perusahaan. Hasilnya,


selama tiga tahun terakhir, Antam berhasil mencatatkan keuntungan selisih
kurs yang terus meningkat.

Pendapatan Antam yang sebagian besar berdenominasi dalam bentuk dolar AS


sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar mata uang tersebut terhadap rupiah.

Faktor Bahan Bakar Minyak


Bahan bakar minyak (BBM) punya pengaruh yang sangat besar bagi
kelangsungan usaha Antam, lantaran BBM menyerap 40% dari keseluruhan biaya. Konsumsi bahan bakar terbesar diserap oleh power plant pabrik
feronikel. Itulah sebabnya berbagai cara ditempuh untuk mensubstitusi bahan
bakar minyak dengan bahan bakar jenis lain. Pilihannya adalah gas, batubara
dan tenaga air. Sayangnya belum ada perusahaan gas yang mau memenuhi
kebutuhan Antam karena kebutuhannya masih dianggap terlalu kecil.
Pemerintah juga belum memberikan alokasi pasok gas. Untunglah akan
ada pihak yang membangun Mini LNG (Liquified Natural Gas) Plant di
Sengkang, Sulawesi Selatan. Nah, itu pas dengan kebutuhan kita, kata
Ir. Darma Ambiar, Direktur Pengembangan Antam (20032008).
Selain gas, power plant bertenaga air juga merupakan pilihan yang
menjanjikan, seperti rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA) berkapasitas 15 MW di Tamboli, 63 kilometer dari Pomalaa,
pada tahun 2009. Dengan mengkonversi sebagian kebutuhan energi dari
pembangkit listrik bertenaga diesel yang menggunakan bahan bakar MFO
(Marine Fuel Oil) ke tenaga air, akan ada penurunan signifikan biaya
produksi feronikel di Pomalaa. Dengan menggunakan bahan bakar
minyak, harga power kita sekarang US$0,12 per kwh (kilowatt/hour), kalau
menggunakan tenaga air, harga turun menjadi US$0,06 per kwh. Jadi ada
penurunan separuhnya, jelas Kurniadi.

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

111

Selain tenaga air dan gas, akan dipertimbangkan juga penggunaan bahan
bakar batubara. Saat ini sedang dicari model-model konsumsi batubara
untuk energi power plant.

Tantangan Regulasi dan Kebijakan Pemerintah


Tantangan politis tak jarang menghadang optimalisasi kinerja Antam.
Tantangan ini umumnya bersumber dari kebijakan-kebijakan pemerintah
yang tidak selalu menguntungkan perusahaan. Dan ini telah dirasakan sejak
lama. Sejak berdirinya Antam di tahun 1968, Antam tidak selalu mendapatkan
perlakuan yang istimewa dari Pemerintah.
Kami masih harus banyak belajar, merangkak dari bawah dengan
kemampuan sendiri tanpa banyak bantuan dari pemerintah, kata Kosim
Gandataruna. Kosim juga mencontohkan adanya perbedaan perlakuan
pemerintah terhadap Antam dan Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA).
Pada saat yang sama, Perusahaan PMA itu mendapatkan fasilitas lebih baik;
tax holiday (bebas pajak), dan bebas bea masuk, dan itu tidak terjadi pada
Antam. Mereka diberi daerah kuasa pertambangan yang luasnya ratusan ribu
hektar, sementara untuk Antam hanya disediakan lahan 8 ribu hektar saja,
kata Kosim.

PLTD III Antam saat ini memiliki teknologi dual firing, yang
memungkinkan penggunaan bahan bakar minyak ataupun gas.

Menurut perkiraan Kosim, itu adalah kebijakan pemerintah untuk


menarik lebih banyak investor asing. Saya tidak menyalahkan pemerintah
karena pemerintah tidak ingin perusahaan-perusahaan lain menuntut
fasilitas serupa. Saya hanya ingin menunjukkan sedemikian beratnya kondisi
yang dihadapi Antam saat itu, ujar Kosim.
Tidak diragukan lagi, Antam menjadi tangguh justru karena dibesarkan dalam
berbagai tantangan. Gagasan export financing yang dikenal dengan istilah
mengijonkan produk itupun bermuasal dari kesulitan mendapatkan dana

112

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

untuk membangun seperti yang bisa dipetik dari pembangunan tambang


nikel di Pulau Gebe. Kosim berkisah Bank Dagang Negara yang tadinya akan
membiayai pembangunan tambang Gebe tiba-tiba saja membatalkan
rencananya. Untunglah ada Pak Hadianto, Direktur Utama Antam saat itu,
yang berhasil bernegosiasi dengan calon pembeli untuk membayar terlebih
dahulu produk tambang sebelum penambangan dimulai, sehingga
pertambangan Gebe bisa didanai, kata Kosim.
Perlakuan serupa juga sempat dirasakan Hadianto. Waktu berunding dengan
pihak Jepang di tahun 1968, diberitakan bahwa seluruh hak penambangan
yang tersisa di Sulawesi diberikan kepada perusahaan lain oleh Departemen
Pertambangan. Sayangnya, pihak Antam tidak diajak bicara soal ini, kata
Hadianto. Kekecewaan ini tentu saja beralasan, karena ada satu kawasan
pertambangan di Pomalaa Timur, yang diminta oleh Antam tetapi malah
diberikan pada perusahaan lain.
Pemerintah saat itu sulit dimengerti. Bahkan dari segi pendanaan, kita
tidak diberi fresh-money. Kita pinjam uang sendiri ke pihak Jepang yang
pengucuran dananya harus melalui pemerintah Indonesia, ujar Hadianto.
Pendapat yang sama seperti yang dituturkan oleh Kurniadi, Direktur Keuangan
(2003-2008), Kami mengharapkan pemerintah melakukan equal treatment
kepada Antam. Saat ini Antam membayar royalti kepada pemerintah antara
45% untuk produksi emas dan nikel, sementara dua perusahaan asing lain
hanya membayar royalti sebesar 1,5%. Kami tidak minta perlakuan khusus,
kami cuma perlu persamaan saja, katanya.
Tantangan politis lain yang menghadang adalah pemberlakuan Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Pemda), atau
yang dikenal sebagai Undang-undang tentang Otonomi Daerah. Undangundang yang mulai efektif 7 Mei 1999 dan ditandatangani Presiden
BJ Habibie ini, intinya mengatur ulang tata cara pemerintahan daerah yang
antara lain memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk
mengurus daerahnya sendiri. Peningkatan kewenangan daerah ini tentu saja
sedikit banyak berpengaruh pada perijinan Kuasa Pertambangan (KP) dan
Kontrak Karya (KK) yang semula diatur pemerintah pusat.
Untuk ini Darma Ambiar, Direktur Pengembangan Antam (2003-2008),
memiliki pengalaman sendiri. Salah satu yang membuat rencana
pembangunan Smelter Grade Alumina Bintan makin tidak jelas adalah
berlakunya otonomi daerah, di mana wilayah sudah dikapling-kapling oleh daerah
dan tidak ada lagi kemungkinan bagi kita untuk membangun pabrik di sana,
kata Darma.
Peralihan sebagian besar kewenangan pemerintah pusat kepada Pemda
pulalah yang menjadi salah satu penyebab rencana pembangunan
Smelter Grade Alumina (SGA) Bintan ini tidak terlaksana. SGA Bintan
tadinya akan memanfaatkan campuran 20% bijih bauksit Bintan dan 80%
bijih bauksit Mempawah di Kalimantan Barat. Namun, Pemda di Kabupaten
Pontianak yang beribukota di Mempawah, bersikukuh menolak rencana itu.

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

113

Kenapa harus mengirimkan bauksit ke Bintan yang sudah kaya? Kenapa


tidak membangun smelter di sini saja? Arifianto Sobana Tiammar, Chief
Project Manager Smelter Grade Alumina and Iron, menirukan ucapan
pihak Pemda. Itulah sebabnya, smelter akhirnya direncanakan dibangun
di Mempawah, meskipun biayanya membengkak karena harus membangun
infrastruktur yang seharusnya tidak perlu kalau saja smelter dibangun di
Bintan.
Contoh lain bisa diambil dari pertambangan pasir besi Cilacap. Prospek pasir
besi di Cilacap sebetulnya masih bisa diharapkan, dengan adanya rencana
investor dari China yang menilai kadar besi pada bijih besi Cilacap masih bisa
ditingkatkan. Hanya saja rencana investasi itu masih terganjal masalah Kuasa
Pertambangan dengan pihak Pemda setempat.
Tantangan ini masih pula diwarnai dengan keluarnya Undang-undang
Nomor 41 Tahun 1999, yang menyatakan bahwa usaha pertambangan
terbuka tidak boleh dilakukan di hutan lindung. Pada waktu yang hampir
bersamaan, beberapa wilayah Kuasa Pertambangan (KP) Antam diubah
statusnya oleh pihak yang berwenang, dari Hutan Produksi menjadi Hutan
Lindung sehingga menimbulkan kerugian pada perusahaan akibat tidak
diperbolehkannya kegiatan penambangan di daerah tersebut.
Pada tahun 2004 Pemerintah RI kemudian mengeluarkan Perpu No. 1/2004
dan selanjutnya Keppres No. 41/2004, yang memperbolehkan diadakannya
usaha penambangan terbuka di hutan lindung untuk 13 wilayah yang
telah memiliki ijin KP atau Kontrak Karya terlebih dahulu sebelum wilayah
tersebut diubah statusnya menjadi hutan lindung. Diantara ketiga belas
wilayah tersebut terdapat beberapa KP milik Antam, yakni KP di wilayah
Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara dan KP di wilayah Kabupaten
Kendari, Sulawesi Tenggara. Namun demikian aturan tersebut juga
mempersyaratkan adanya kewajiban-kewajiban tambahan, seperti ijin
pinjam pakai lahan, pembayaran-pembayaran kewajiban keuangan dan
ketentuan-ketentuan khusus yang harus dipenuhi dan sulit untuk keluar
ijinnya meskipun sudah dipenuhi semua persyaratannya.
Toh tantangan tak hanya berhenti di situ. Masih terdapat grey area
(ketidakjelasan hukum) yang dirasakan dunia pertambangan saat ini,
seperti kata Alwin Syah Loebis, Direktur Utama Antam, yang merasakan
tantangan operasi. Sekarang tidak ada pegangan perundangan yang
pasti. Semua orang bisa melegalkan diri sendiri. Ini yang membuat usaha
pertambangan terganggu. Otonomi Daerah sebenarnya tujuannya bagus, tapi
sayangnya, orang dan sistemnya belum siap, simpul Alwin.
Pendapat Alwin ini tidak berlebihan. Pada seminar Peningkatan Nilai
Tambah Pertambangan akhir Mei 2008, seperti yang dirilis Majalah
Parlementaria melalui http://www.dpr.go.id, tanggal 8 Juni 2008,
Direktur Pengusahaan Batubara, Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral, Republik Indonesia, M.S. Marpaung mengatakan bahwa sejak
diberlakukannya otonomi daerah, diduga sudah ada sekitar 3.000 ijin Kuasa

114

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Pertambangan yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten dan kota.


Ijin-ijin tersebut sering kali tumpang tindih dengan ijin yang telah
dikeluarkan sebelumnya.
Sementara itu dunia pertambangan juga tengah menunggu diberlakukannya
UU Minerba (Mineral dan Batubara) yang juga bakal membawa
dampak tertentu bagi dunia pertambangan. Undang-undang yang akan
menggantikan UU No. 11/1967 ini di antaranya mengharuskan pengolahan dan pemurnian hasil tambang dikerjakan di dalam negeri, yang tentu
saja akan mempengaruhi operasi Antam yang juga eksportir bijih nikel dan
bauksit.
Namun tentu saja Antam punya kiat tersendiri untuk menghadapi risiko-risiko
ini. Berbagai upaya dilakukan untuk tercapainya pelaksanaan UU Otonomi
Daerah dan UU Kehutanan sehingga hubungan dengan pemerintah pusat
maupun daerah, serta masyarakat sekitar bisa tetap harmonis. Programprogram Corporate Social Responsibility pun diterapkan untuk memenuhi
ekspektasi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Khusus untuk mengantisipasi pemberlakuan UU Minerba, berbagai rencana pengembangan yang
mengarah ke pengolahan bijih nikel dan bauksit di dalam negeri terus
diupayakan. Saya setuju banget dengan pemberlakuan UU Minerba, supaya
Antam bisa mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi dengan mengolah
bijih di dalam negeri, kata Arifianto.

Tantangan Sosial
Tantangan sosial terbesar adalah potensi gesekan sosial antara Antam
dengan masyarakat sekitar atau dengan karyawan yang dipicu oleh faktorfaktor komunikasi dan perbedaaan cara pandang (frame of reference). Sejumlah
insiden pernah terjadi, misalnya serangan para gurandil (pelaku PETI
Penambangan Emas Tanpa Ijin) ke perkantoran administrasi Unit Bisnis
Pertambangan Emas Pongkor pada Desember 1998, tuntutan kenaikan
kompensasi penutupan tambang oleh karyawan di Pulau Gebe atau tuntutan

Aspek pendidikan adalah salah satu fokus program CSR Antam.

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

115

kenaikan gaji di Pomalaa. Ini semua merupakan tantangan-tantangan sosial


yang tak terelakkan. Lazimnya permasalahan semacam ini bersumber dari
lemahnya komunikasi dan Antam mampu mengatasi semua permasalahan
tersebut dengan berkomunikasi secara langsung dengan pihak-pihak terkait.
Kurniadi Atmosasmito mencontohkan satu insiden yang terjadi di sela-sela
kerusuhan bernuansa SARA di kawasan Maluku. Saat itu Kurniadi bertugas
di suatu Pulau Gebe, yang penduduknya terdiri dari berbagai kepercayaan.
Di tengah situasi gawat, orang-orang membuat senjata rakitan di bengkel
Antam. Satu orang bisa punya lima senjata. Bom rakitan juga mereka buat.
Mereka tidak bisa dilarang karena mereka berdalih harus mempertahankan
diri. Sementara itu di luaran beredar pula rekaman VCD yang bernada
provokasi. Saya bilang kepada mereka bahwa semua orang yang beragama
harus bersatu. Kalau sampai terjadi bentrokan dan jatuh korban jiwa,
perusahaan ini bisa tutup, padahal sekarang kita semua bisa menikmati listrik
gratis dan pekerjaan yang layak karena adanya Antam, demikian Kurniadi
mengulang ucapannya waktu itu.
Kurniadi memperkokoh upaya menyamakan pandangan ini dengan mengundang tokoh-tokoh agama untuk berkhotbah tentang perlunya kesatuan dan
persatuan. Usaha ini pun tak langsung mendatangkan hasil. Ia harus menghadapi
berbagai demo yang bernada tidak ramah dari masyarakat dan karyawan yang
mengatasnamakan demokrasi. Untuk berjaga-jaga, kami punya intel yang
bertugas mencari informasi bakal demo. Kalau ada intel yang laporan besok
akan ada demo dengan kekerasan, semua orang harus siap mengamankan
diri. Kami bahkan bikin simulasi evakuasi, kenang Kurniadi. Dari semua
yang saya rasakan ketika berhadapan bersama masyarakat dan karyawan,
kuncinya terletak pada komunikasi, kata Kurniadi.

Mengarungi Berbagai Tantangan Alam dan


Risiko Kerja
Sebagai perusahaan pertambangan, secara geografis lokasi kerja Antam
yang tersebar di berbagai kawasan diwarnai ganasnya alam yang tidak bisa
dielakkan oleh Insan-insan Antam. Selain ganasnya alam, tantangan lain
yang harus dikenal pekerja Antam adalah risiko pekerjaan yang setiap saat
bisa mengancam keselamatan jiwa. Sejumlah Insan Antam telah berhadapan
dengan keganasan alam di tempat kerja atau di perjalanan menuju ke tempat
kerja. Sebagian selamat dari tantangan itu, sebagian lagi tidak. Namun semua
ini tidak menyurutkan dan memupuskan semangat Insan Antam untuk terus
berkarya. Bagian kisah ini didedikasikan bagi mereka yang telah mengalami
masa-masa yang kurang menyenangkan.

Kecelakaan Kerja
Pekerjaan pertambangan yang keras dan berisiko mengancam keselamatan
jiwa menjadi tantangan tersendiri bagi Insan-insan Antam. Satu kisah
menarik dituturkan oleh TNP Sihombing. Daging dari tangan sampai pinggang
saya nyaris habis, Sihombing mengenang satu kecelakaan kerja yang
menimpanya. Cerita itu dimulai di suatu siang di tempat proses loading

116

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

bijih nikel ke tongkang di Pomalaa. Di lokasi loading bijih nikel, ada belt
conveyor sepanjang 800 meter. Sihombing, yang baru saja memberikan
khotbah pada suatu kebaktian gereja, pulang ke rumah untuk makan dan
kemudian menuju lokasi loading.
Ketika tiba di lokasi loading ia tak melihat adanya aktivitas, dan semua
pekerja terdiam memandangi conveyor-belt yang ternyata slip setelah
kena air hujan. Sihombing lalu memeriksa semacam besi yang memutar
conveyor-belt. Tiba-tiba tangannya tertarik belt yang tengah bergerak. Daging
dari tangan sampai pinggang nyaris habis tergerus. Beruntung ia sempat
memberikan perintah agar petugas mematikan listrik. Selanjutnya, agar dia
bisa terlepas dari jepitan belt, maka ada bagian belt yang harus dipotong.
Seorang karyawan kemudian berinisiatif memotong bagian atas belt.
Sihombing tahu, bila bagian atas yang dipotong, ia akan makin tertarik dan
bisa mati. Potong yang bawah, teriak Sihombing di tengah kesakitan dan
darah yang mengucur dari tangan hingga pinggang. Selebihnya ia tak ingat
apa-apa. Ia baru sadar saat di rumah sakit. Semula Direksi hendak mengirim
Sihombing berobat ke Jepang, namun Sihombing berpikir Rumah Sakit di
Makassar cukup bagus. Dan Sihombing pun terbebas dari maut.
Soal naas ini memang menjadi momok bagi sementara orang. Itulah sebabnya
ada yang percaya malapetaka harus ditolak dengan melarung kepala sapi
ke laut. Saya sih tidak percaya yang seperti itu. Tapi supaya karyawan
tenang dan tidak was-was, ketika saya pulih dan kembali dari rumah sakit,
saya belikan mereka sapi untuk dilarung, kata Sihombing.
Ir. Dolok Robert Silaban, M.M., Project Manager Tayan dan President
Director PT Indonesia Chemical Alumina punya kisah menarik. Pada tahun
1994, di Pongkor, Dolok mendapat tugas dari Dohar Siregar, Kepala Proyek
Pembangunan Tambang Emas Pongkor untuk mengelola back-filling, yaitu

Safety talk para pekerja underground mining Antam di Pongkor.

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

117

mengisi kembali terowongan yang telah selesai


ditambang. Caranya, terowongan diisi lagi dengan
lumpur yang dialirkan melalui pipa yang dipompakan
agar kita bisa naik. Ternyata aliran pipa macet dan
saya terjebak di dalam terowongan sampai 24 jam
lamanya. Untung masih bisa makan dan semuanya
selamat, kata Dolok.
Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja, Antam selalu menaruh
perhatian yang sangat serius terhadap aspekaspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta
berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip
pencegahan kecelakaan. Antam pun berupaya
untuk mencapai zero accident dalam setiap
kegiatan operasinya. Upaya-upaya tersebut dapat
dilihat lebih jauh pada segmen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) pada bab selanjutnya.

Ganasnya alam
toh punya sisi
unik lain,
setidaknya
seperti cerita
unik seorang
miner Filipina
yang dibawa
makhluk halus
di Pongkor.

Ganasnya Alam
Alam yang ganas menjadi kawan sekaligus lawan
bagi para pekerja tambang. Lokasi tambang
nikel Pulau Gebe yang berada di tengah laut itu,
misalnya, kerap kali membuat miris mereka yang
harus mengarungi lautan luas untuk datang dan
pergi ke Gebe. Ir. Hilmi Chatib, yang saat itu adalah
Kepala Proyek Pertambangan Gebe suatu saat harus
pergi ke Jakarta, melalui Sorong dengan kapal laut.
Di tengah laut, di malam kelam, karena kerusakan
alat navigasi, kapal menabrak karang dan kapal
terkatung-katung di lautan luas dua hari lamanya.
Saya panik. Baru dua hari ada helikopter yang
datang. Kami bersepuluh naik ke sekoci ke sebuah
pulau terdekat dan dijemput helikopter di pulau itu,
kata Hilmi, Direktur Keuangan Antam (19891994).
Terbang di kawasan Teluk Bone juga menjadi suatu
kisah tersendiri. Waktu itu, pada suatu malam
tahun baru, TNP Sihombing naik pesawat bersama
tujuh orang lainnya dari Kendari ke Makassar.
Sebelumnya, sudah ada larangan terbang dari pihak
berwenang di Makassar karena cuaca buruk.
Namun entah kenapa pesawat akhirnya berangkat
juga. Dalam penerbangan yang hanya makan
waktu 45 menit itu Sihombing tertidur pulas.
Tiba-tiba pesawat oleng dan terguncang keras.
Di luar, jendela pesawat basah kena air. Ketika
Sihombing
membuka
mata
orang-orang
di
sekelilingnya pucat pasi sementara terdengar

118

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

pilot berteriak agar penumpang cepat keluar karena pesawat bisa terbakar
setiap saat. Cuma hujan, kenapa mesti ribut harus keluar dari pesawat,
kata Sihombing pada penumpang di sebelahnya. Maaf, Pak, ini bukan hujan.
Kita ini ada di tengah sawah. Pesawat baru saja mendarat darurat, kata
penumpang di sebelah.
Ganasnya alam juga hampir merenggut nyawa Ir. Arifianto Sobana
Tiammar, Chief Project Manager Smelter Grade Alumina and Iron. Suatu
sore, selepas maghrib, Arifianto dengan seorang staf turun dari Pongkor
untuk suatu keperluan ke Bogor. Saat itu hujan turun. Di kawasan
yang disebut Cadas Leueur, tiba-tiba mobil mogok dan tidak mau direstart. Tiga kali Arifianto mencoba menghidupkan mesin mobil, tapi
tetap mobil tidak mau jalan. Ini membuat Arifianto heran karena
mobil tidak pernah rewel sebelumnya.

Salah satu jalan menuju tambang Antam.

Di tengah tanda tanya soal kerusakan mobil itulah tiba-tiba dinding tebing
cadas yang agak jauh di depan mobil runtuh, melontarkan ribuan batuan
ke jalan. Runtuhan bebatuan itu mengubur habis jalan. Kalau saja mobil
tidak mogok, pasti saya sudah terkubur di situ, kenang Arifianto. Arifianto
menyebutkan ini sebagai keajaiban yang diberikan Tuhan. Buktinya setelah
runtuhan selesai, mesin mobil bisa saya hidupkan kembali dan saya balik
ke Pongkor, kata Arifianto, yang lahir di hari dan tanggal yang persis sama
dengan saat kelahiran Antam, 5 Juli 1968.
Tapi toh ganasnya alam punya sisi unik lain, setidaknya seperti cerita
unik dari Pongkor yang dikisahkan oleh Dohar Siregar. Di pertambangan,
bekerja seorang miner asal Filipina bernama Orlando. Orlando yang sudah berpengalaman di perusahaan tambang lain, sengaja dipekerjakan di Pongkor
untuk menjadi contoh bagi pekerja lain.
Suatu malam Orlando menghilang. Ditunggu sampai pagi tidak kembali,
sampai malam lagi dan sampai pagi lagi Orlando tetap tak menampakkan

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

119

batang hidungnya. Raibnya Orlando ini membuat Dohar Siregar kuatir.


Saya bilang sama orang-orang, yang bisa menemukan Orlando saya kasih
kambing, kata Dohar. Orang-orang mulai mencari Orlando. Karena
pencarian biasa gagal, kemudian dikerahkan anjing pelacak. Anjing pelacak
gagal menemukan Orlando; alih-alih melacak Orlando, sang anjing malah tidur.
Kemudian orang-orang mulai minta petunjuk dari orang-orang pintar
di daerah itu yang mengisyaratkan bahwa ada kemungkinan Orlando dibawa
makhluk halus.
Orang-orang kemudian mulai mencari Orlando ke hutan. Di hari keempat
Orlando ditemukan sedang tiduran di hutan. Dohar menanyai Orlando
kenapa tiduran di hutan dan menghilang selama ini, dan Orlando menjawab
ia sebenarnya ada di sekeliling mereka. Orlando bilang ia diajak oleh seorang
tinggi besar dan hitam, bermuka seram dan berbulu lebat. Ia mengikuti orang
itu dan tidak bisa kembali ke dunia nyata. Saya bisa lihat bapak, tapi bapak
tidak bisa melihat saya, Dohar menirukan ucapan Orlando.

Pengorbanan Terbesar
Dengan semua keganasan alam dan risiko kerja, sejumlah Insan Antam
terpaksa harus pergi untuk selamanya. Selama 40 tahun, sejumlah kejadian
yang berkaitan dengan pekerjaan telah merenggut jiwa Insan Antam. Pada
tahun 1997, misalnya, dua pekerja kontraktor tewas tertimbun ketika sedang
bekerja di Pongkor, sementara seorang karyawan penambangan pasir besi di
Cilacap tewas tenggelam. Tahun 2000, tiga karyawan kontraktor meninggal
setelah menghirup gas beracun di Kijang.
Di tahun 2002, dua karyawan kontraktor di Gebe tewas tertimbun
longsoran jenjang pada saat mereka menyiapkan lokasi produksi. Di tahun

Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, Antam secara periodik


melakukan latihan tindakan darurat penyelamatan serta berbagai program & kegiatan K3 lainnya.

120

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

yang sama di Pongkor, seorang karyawan kontraktor meninggal setelah


terkena runtuhan batu pada saat memasang sumbu ledak, dan masih pada
tahun yang sama, di Buli, seorang karyawan tewas ketika dump-truck yang
dikemudikan menabrak tebing dan masuk ke parit. Masih banyak berbagai
pengorbanan lain yang tak terelakkan.
Untuk itu Antam terus menggencarkan Program Pembinaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dengan berbagai pelatihan keselamatan, perlindungan,
identifikasi risiko dan berbagai macam cara untuk meminimalisasi
kecelakaan-kecelakaan kerja. Ke depan akan terus diupayakan berbagai
cara untuk meminimalisir risiko-risiko yang mengancam keselamatan jiwa.
Jiwa para pekerja Antam demikian berharga.
Dan di atas itu semua, bagi Antam, mereka yang berpulang ke pangkuan
Tuhan Yang Maha Kuasa ketika bekerja adalah Insan-insan Antam terbaik yang
telah melakukan pengorbanan terbesar bagi Antam pada saat menjalankan
tugas.

Membangun Corporate Culture


Dalam perjalanan 40 tahun Antam, budaya kerja (corporate culture)
merupakan bagian penting yang tak terpisahkan dari keberhasilan demi
keberhasilan Antam. Seperti kata Bimo Budi Satriyo, Corporate Secretary
Antam saat ini, Kinerja perusahaan yang baik hanya karena adanya windfall,
naiknya harga komoditas, tidak menjamin adanya kesinambungan kinerja.
Yang paling mendasar adalah nilai-nilai yang menjiwai budaya kerja yang
telah dibangun selama berpuluh-puluh tahun oleh para founders Antam.
Values yang dimaksud Bimo adalah nilai-nilai positif Insan Antam dalam
bekerja dan berkarya. Bila disimak lebih mendalam, selama puluhan tahun
perjalanan Antam, nilai-nilai tersebut bisa terjabar dalam dedikasi, tanggungjawab, kebiasaan berhemat, pengembangan strategi dan teknologi, pantang
menyerah, integritas, kesetiakawanan, kerja keras, kebersamaan, dan
penghargaan atas nilai-nilai positif para pendahulu. Inilah corporate culture
yang menjadikan Antam dapat terus maju melintas masa.
Menyimak perjalanan 40 tahun Antam, menurut Kosim Gandataruna,
corporate culture Antam sebenarnya telah lama terbentuk di tubuh Antam,
yakni kebersamaan. Kebersamaan artinya adalah mengerjakan sesuatu
dengan melibatkan banyak pihak demi keberhasilan pekerjaan itu.
Sebagai contoh, pada suatu malam, setelah hujan deras, air sungai meluap dan
mengancam kawasan pembangunan pabrik feronikel pertama di Pomalaa.
Malam itu juga semua orang terbangun dan bahu-membahu mengevakuasi
segala peralatan dan menjaga agar air tidak terus meluap yang bisa
mengancam keamanan peralatan pabrik. Kami lalu berkoordinasi dan
berbagi tugas. Saya kagum dengan orang-orang dari unit pertambangan nikel,
meskipun bukan bagian dari proyek pembangunan pabrik, juga datang
membantu, kata Kosim Gandataruna, Kepala Proyek Pembangunan Pabrik
Feronikel I saat itu.

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

121

Corporate
culture Antam
berdiri pada
sejumlah pilar
yang terangkum
dalam nilai-nilai
perusahaan yang
dikenal sebagai
PIONIR
(Pengembangan
Diri, Harmoni,
Integritas, dan
Reputasi).

Rona kebersamaan ini dibenarkan oleh Subagyo,


yang juga mengalami saat suka-duka di tengah
berlangsungnya pembangunan pabrik FeNi I.
Waktu itu kami benar-benar dipersatukan
oleh
rasa
memiliki.
Ketika
hujan
deras
menerpa, semua orang bergerak cepat menutup hasil
pekerjaan brick laying dengan terpal karena bata
tahan api itu harus tetap kering. Kelihatan sekali
ada rasa tanggungjawab yang besar pada diri orangorang itu, kata Subagyo, Direktur Pengembangan
Antam (19972003).
Corporate culture juga ditandai oleh kepemimpinan
yang tangguh. Tanpa kepemimpinan yang baik,
Antam bisa goyah, kata Kosim. Ini artinya, bila
faktor-faktor tersebut tidak tersedia, maka Antam
bisa kehilangan pegangan.
Selain itu, corporate culture dicerminkan pula oleh
kemampuan peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, khususnya melalui transfer teknologi.
Kosim melihat contoh dinamika sumberdaya pekerja
pada saat pembangunan pabrik FeNi I. Menurut
Kosim, pada pembangunan FeNi I, pihak konsultan
Jepang (Pamco) sendiri mengakui mereka belum
pernah membangun pabrik peleburan feronikel
selancar itu dan dengan hasil yang sempurna. Itu
karena para pekerja Indonesia juga ikut terlibat
langsung dan bukan hanya menjadi penonton,
dan lebih-lebih saat itu tak banyak yang tahu
teknologi tanur listrik; jadi baik pihak Jepang dan
pihak Indonesia sama-sama baru tahu, sama-sama
belajar. Belakangan orang-orang Jepang itu merasa
heran pihak Indonesia bisa mencapai keberhasilan
seperti yang dicapai Antam.
Itulah sebabnya, 4 bulan setelah switch-on (memutar
hidup tanur listrik), tenaga-tenaga surpervisi
Jepang saya persilakan pulang, kata Kosim.
Itu karena tenaga-tenaga Indonesia sudah bisa
menangani sendiri persoalan-persoalan teknis yang
muncul. Padahal PT Inco, yang dibangun pada saat
bersamaan dengan alat dan teknologi yang sama,
selesai lebih lambat dan sampai berpuluh-tahun
kemudian masih mengandalkan supervisi asing,
tambah Kosim.
Bagi Harsojo Dihardjo, Direktur Operasi dan
Produksi (19972003), corporate culture juga berarti
memperjuangkan Antam agar terus maju dengan

122

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

berbagai upaya. Saya ingat dimasa Pak Hadianto. Harga nikel cuma US$1,8
dolar per lb, sementara tidak ada pihak yang betul-betul memperhatikan
Antam yang sedang mengalami kesulitan mencari dukungan keuangan. Tapi
Pak Hadianto berhasil survive dengan berbagai kiatnya, antara lain dengan
sistem ijon. Itu corporate culture yang harus dipertahankan, ujar Harsojo.
Pelestarian corporate culture itu sebetulnya tidak sulit. Harsojo mencontohkan,
pelaksanaan corporate culture sebagai sarana untuk melakukan pendekatan
kepada karyawan. Sebelum masuk kantor, atasan mendatangi karyawan,
menyalami mereka, menanyakan kabarnya, sehingga para karyawan merasa
diperhatikan.
Anton J Bruinier (almarhum) juga menjadi salah satu ikon corporate culture
Antam karena sifatnya yang optimistis. Setiap ada masalah, Anton akan melihat
masalah itu sebagai sebuah tantangan yang bisa diatasi. Beliau itu orang yang
sangat optimistis, kata Subagyo. Menurut Subagyo, Anton selalu menggunakan
kata dai-jo-bu. Itu adalah sepenggal kata dalam bahasa Jepang yang artinya
kurang lebih adalah oke!.
Waktu air menggenangi daerah pertambangan dan membahayakan peralatan
pertambangan, beliau bilang dai-jo-bu, yang artinya beliau bisa mengatasi, tutur Subagyo. Dan kalau ada yang bertanya cara mengatasi masalah
itu, Anton akan menjelaskan strateginya, misalnya dengan menimbun
pasir, dan sebagainya. Dan nyatanya, Anton memang bisa mengatasi masalah
itu. Dalam sebuah meeting dengan orang-orang Jepang, pernah kami
menemukan jalan buntu. Lalu pihak Jepang bertanya bagaimana selanjutnya,
dan Pak Anton menjawab dai-jo-bu, dan semua ikut saja karena optimisme
Pak Anton selalu terbukti, kata Subagyo.
Anton juga dinilai sebagai pimpinan yang bisa mencontohkan nilai
tanggung-jawab, seperti yang diperlihatkan pada satu kejadian di Pongkor.
Suatu hari Anton datang pagi-pagi ke Pongkor dan langsung menuju
tailing dam. Ia kuatir soal dam yang berelevasi tinggi, yang bila jebol, bisa
menghabiskan kampung-kampung di bawahnya. Hampir tiap akhir minggu,
bukannya berlibur di rumah, Pak Anton datang ke Pongkor untuk memeriksa
dam. Saya tahu dia itu was-was, kalau dam tidak dibangun dengan benar,
hancurlah segala-galanya; hancur nama dia, hancur nama Antam, kata
Dohar Siregar, Kepala Proyek Emas Pongkor waktu itu.
Selain bertanggungjawab, Anton juga mengajari anak buahnya berhemat.
Masih cerita Dohar, pernah ketika suatu pagi ia duduk di dekat dam,
Dohar membawakan empat potong roti aneka rasa untuk sarapan. Menerima
roti itu, Anton berkomentar, Banyak sekali rotinya, tiga saja cukup. Lagian,
kenapa mesti diantar naik ke sini? Dohar menirukan. Itulah yang Dohar sebut
sebagai satu value, nilai yang secara tak langsung menyiratkan cara hidup
berhemat dan sederhana dari seorang founder Antam yang harus diteladani.
Jadi, bila ditarik benang merah, maka pembentukan corporate culture
Antam berdiri pada sejumlah pilar berikut: hemat, kebersamaan,
kesungguhan kerja, tanggungjawab, transfer pengetahuan baik dari pihak

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

123

luar maupun antar karyawan, pantang menyerah, kerja keras, yang pada
akhirnya menjadikan Antam tangguh dan cemerlang dalam memaknai karunia
alam. Pilar-pilar tersebut terangkum dalam nilai-nilai perusahaan yang dikenal
sebagai PIONIR (Pengembangan Diri, Harmoni, Integritas, dan Reputasi).

Menikmati Kesejahteraan
Sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan terjangan badai, betapapun
beratnya, Antam tetap survive. Tantangan ini telah memberikan pengalaman
dan pelajaran berharga bagi Antam. Ketahanan Antam telah pula dibuktikan
dengan kemampuan Antam untuk memberikan penghargaan, baik kepada

Gedung Aneka Tambang di Jakarta saat ini.

124

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

karyawan maupun purnakaryawan melalui peningkatan kesejahteraan di


masa-masa sulit. Pada tahun 1988 karyawan Antam mendapat kenaikan gaji
sebesar 100%. Dengan kenaikan gaji, karyawan bisa bekerja dengan tenang
dan mempertahankan produktifitas di tengah berbagai gejolak, jelas Ismail
Tangka, Direktur Umum dan SDM Antam (1994-2003).
Setelah itu, perusahaan kembali menaikkan gaji karyawan sebanyak tiga kali,
yaitu pada tahun 1997 sebesar 22%, tahun 1999 sebesar 30%, dan tahun
2000 sebesar 40%. Selain itu, perusahaan juga memberikan kenaikan gaji
kepada karyawan secara berkala setiap setahun sekali sebesar 4%, yang
disebut dengan CoLA (Cost of Living Adjustment).
Menyimak perubahan tingkat kesejahteraan karyawan, bisa dibilang di usia
40 tahun ini kesejahteraan berada pada posisi yang sangat baik. Tingkat
kesejahteraan karyawan Antam sekarang jauh lebih baik dibanding dulu.
Ketika saya masuk tahun 1980-an, gaji karyawan diperoleh dari hutang
bank dengan menjaminkan ekspor, kata Kurniadi. Ia juga menambahkan
mereka yang baru lulus dan masuk Antam gajinya boleh disejajarkan
dengan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Antam makin dikenal
di mana-mana. Di pasar modal, saham Antam sudah termasuk blue chips.
Sekarang kita tidak malu lagi menyandang nama Antam. Itu berkat kerja
keras kita selama ini; kerja keras manajemen maupun karyawan.
Janganlah Antam kembali seperti dulu lagi. Antam harus bertumbuh,
kata Kurniadi.
Selain memperhatikan kesejahteraan karyawan, Antam juga tidak luput
meningkatkan kesejahteraan para purnakaryawan. Hingga saat ini, Antam
sudah tiga kali meningkatkan manfaat untuk purnakaryawan, seiring
dengan perubahan peraturan dan kebijakan perusahaan. Peningkatan
manfaat pensiun yang pertama dilakukan pada tahun 2000 sebesar 50%
untuk seluruh purnakaryawan Antam. Sementara peningkatan manfaat
pensiun kedua dilakukan pada 2003, dengan peningkatan prorata untuk
seluruh purnakaryawan dan peningkatan manfaat 100% untuk sebagian
purnakaryawan. Terakhir, berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) 2008, Antam kembali menaikkan manfaat pensiun.
Semua tantangan yang menghadang selama 40 tahun telah dihadapi oleh
Antam melalui kerja keras yang tak kenal lelah, dan dengan berbagai
strategi cerdas. Seberliku apa pun jalan itu, Antam bisa berjalan berlenggang
dan memberikan berbagai manfaat dan nilai positif bagi semua pemangku
kepentingan.

^]

MELENGGANG DI JALAN BERLIKU

125

126

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Antam Kini

ANTAM KINI

127

^]

Ketangguhan dan kecemerlangan Antam


saat ini diperlihatkan melalui visi dan misi
perusahaan, kinerja usaha, kinerja finansial,
kinerja saham, upaya-upaya pengembangan
masyarakat, pengelolaan lingkungan hidup,
pengembangan sumberdaya manusia, peningkatan
kualitas lingkungan kerja yang sesuai dengan
aspek-aspek keselamatan dan kesehatan
kerja serta keharmonisan hubungan
dengan Serikat Pekerja.

^]

128

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Menjadi Perusahaan Berstandar


Internasional
Sejak berdiri di tahun 1968 sampai dengan pertengahan tahun 1997, praktis
visi dan misi Antam tidak berbeda jauh dengan BUMN lainnya yaitu sebagai
agen pembangunan. Seiring dengan pelaksanaan Initial Public Offering
(IPO), ketika Antam akan menjual sebagian sahamnya ke publik, maka
dirumuskanlah visi dan misi yang mencerminkan keteguhan pandangan
bisnis dan kesungguhan misi yang diembannya.
Rumusan Visi dan Misi Antam yang diperkenalkan secara luas pertama kali
adalah Visi dan Misi 1997 yang dimuat dalam Laporan Tahunan Antam
1997. Visi Antam adalah menjadi perusahaan berskala dunia dan menjadi
perusahaan terdepan dalam industri pertambangan Indonesia; dan
menjadi perusahaan yang efisien dan menghasilkan nilai tambah yang
semakin besar. Sementara itu, Misi Antam adalah menjadikan nikel dan
emas sebagai komoditas inti; mampu bersaing dalam percaturan global
berdasarkan kompetensi diri; menjadi perusahaan yang berorientasi pada laba
dengan memperhatikan kepentingan stakeholders; meningkatkan kualitas
dan produktifitas sumberdaya manusia; dan mempunyai tanggungjawab sosial
untuk meningkatkan kesejahteraan.
Seiring dengan semangat kompetisi di pasar global, Visi dan Misi Antam
mengalami penyesuaian seperti yang tercermin pada Visi dan Misi 1998.
Antam memiliki visi menjadi perusahaan pertambangan kelas dunia
yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar global dan terdepan dalam
industri pertambangan Indonesia, sedangkan Misi Antam adalah
menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi yaitu nikel, emas dan
mineral lain dengan selalu memperhatikan kelestarian lingkungan hidup;
mencapai keunggulan kompetitif di pasar global bersandarkan pada
kompetensi diri dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai bagi pemegang
saham, meningkatkan kesejahteraan karyawan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar daerah operasi.
Sesuai tuntutan perkembangan dan perlunya penekanan pada tanggung
jawab yang makin besar terhadap pemegang saham dan pemangku
kepentingan, Visi dan Misi Antam dirumuskan kembali. Pada tahun
2002, rumusan baru Visi dan Misi Antam diperkenalkan. Visi Antam yang
mengacu pada pencapaian di tahun 2010 adalah menjadi perusahaan
pertambangan berstandar internasional yang memiliki keunggulan kompetitif
di pasar global. Sementara itu Misi Antam adalah menghasilkan produkproduk berkualitas tinggi, yaitu nikel, emas dan mineral lain, dengan
mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta memerhatikan
kelestarian lingkungan; beroperasi secara efisien (berbiaya rendah);
memaksimalkan shareholders dan stakeholders value; meningkatkan
kesejahteraan karyawan; dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat di
sekitar daerah operasi pertambangan.

ANTAM KINI

129

Sampai dengan tahun 2008, pada dasarnya Visi dan


Misi Antam tetap menggunakan rumusan Visi dan
Misi 2002, dengan sedikit perubahan susunan katakata untuk butir ke-5 Misi, menjadi Berpartisipasi
di dalam upaya menyejahterakan masyarakat di
sekitar daerah operasi pertambangan.
Dengan Visi dan Misi tersebut, Antam memiliki
keteguhan dan kesungguhan untuk terus berkembang di masa depan dan mempertahankan
capaiannya sebagai perusahaan yang berusaha
memberikan makna terbaik terhadap anugerah
alam.

Tangguh dan Cemerlang


Antam kini
adalah Antam
yang tangguh
dan cemerlang;
dengan kinerja
keuangan yang
dicerminkan
oleh laba bersih
di tahun 2007
sebesar Rp5,132
triliun yang
tertinggi dalam
sejarah.

130

Antam kini adalah Antam yang tangguh.


Tangguh karena Antam merupakan perusahan pertambangan dan pengolah mineral menjadi logam,
yang terdiversifikasi dan terintegrasi secara vertikal.
Kekuatan utama Antam terletak pada biaya operasi
yang bersaing, cadangan dan sumberdaya nikel dan
bauksit yang luas dan berkualitas tinggi,
struktur finansial yang solid, pengalaman lebih
dari 40 tahun, berlokasi di Indonesia yang kaya akan
sumberdaya mineral dengan wilayah eksplorasi
yang luas, dan karyawan yang loyal dan berdedikasi. Antam saat ini memproduksi dan menjual
antara 5,57 juta wmt bijih nikel, 17.00018.000 ton
nikel dalam feronikel, 5.000 kilogram emas, 27.000
kilogram perak dan 1,21,5 juta wmt bijih bauksit.
Antam kini adalah Antam yang cemerlang; sebuah
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sehat
dengan kinerja keuangan yang dicerminkan
oleh laba bersih di tahun 2007 sebesar Rp5,132
triliun, pencapaian yang tertinggi dalam sejarah
perusahaan. Prestasi keuangan ini sungguh patut
dibanggakan mengingat selama kurun waktu 1968
1995 kondisi Antam stagnan dengan pencapaian
laba bersih hanya berkisar antara Rp1530 miliar.
Kinerja cemerlang ini pun makin benderang dengan
meningkatnya harga saham Antam yang pada
kuartal keempat tahun 2007 ditutup di angka
Rp5.050 per saham setelah dilakukan stock
split dengan perbandingan 1:5 yang lagi-lagi,
merupakan harga saham tertinggi setelah tahun
tahun sebelumnya mengalami fluktuasi.

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Mengelola Antam
Antam memiliki lima unit usaha dan satu kantor pusat di Jakarta, sebelas
perusahaan patungan (joint ventures), delapan proyek pengembangan, satu
anak perusahaan dengan kepemilikan penuh, satu anak perusahaan dengan
kepemilikan 80% dan satu anak perusahaan dengan kepemilikan 60%.
Produk-produk Antam adalah feronikel, bijih nikel kadar tinggi (saprolit),
bijih nikel kadar rendah (limonit), emas, perak, bauksit dan pasir besi.
Jasa-jasa yang disediakan Antam adalah jasa pemurnian logam mulia dan
jasa eksplorasi geologi. Produk dan jasa tersebut diproduksi dan disediakan
melalui unit-unit bisnis Antam yang berfungsi sebagai profit centers.

Unit-unit Usaha Antam


Kilasan unit-unit usaha berikut ini akan membantu para pembaca mendapatkan gambaran profil Antam saat ini.

Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Nikel


UBP Nikel, yang mengoperasikan satu tambang nikel dan tiga pabrik feronikel
di Sulawesi Tenggara (Pomalaa) dan tiga tambang nikel di Maluku Utara (Gee,
Tanjung Buli dan Mornopo), memproduksi dan mengekspor bijih nikel kadar
tinggi dengan minimum kadar nikel 1,8% (saprolit), bijih nikel kadar rendah
dengan minimum kadar nikel 1,2% (limonit), serta feronikel dengan kadar
karbon tinggi atau kadar karbon rendah. Feronikel secara umum terdiri dari
20% nikel dan hampir 80% besi.
Bijih nikel berkadar lebih tinggi diekspor ke Jepang dan Eropa Timur,
sedangkan bijih dengan kadar lebih rendah diekspor ke China. Sebagian dari
saprolit digunakan sebagai umpan bijih untuk produksi feronikel Antam di
pabrik FeNi I, FeNi II dan FeNi III. Pada posisi tahun 2007, cadangan dan
sumber daya nikel Antam terdiri dari sekitar 181 juta wmt saprolit dan 214
juta wmt limonit.
Feronikel diproduksi melalui proses pyrometalurgi yang memerlukan tenaga
listrik dalam jumlah besar. Setiap ton feronikel dihasilkan dengan melebur
sekitar 75-80 ton saprolit. Feronikel dijual kepada pelanggan-pelanggan di
Eropa, Jepang, Taiwan, India dan China dalam bentuk ingot (batangan) atau
shot (butiran).
Pabrik FeNi I dan FeNi II Antam masing-masing memiliki kapasitas terpasang
5.500 ton per tahun, dan FeNi III yang memiliki kapasitas optimal 14.000 ton
per tahun jika diasumsikan berada pada beban puncak 42 MW serta menggunakan bijih nikel dengan kadar 2,38% nikel. Kebutuhan listrik untuk
seluruh fasilitas feronikel di Pomalaa dipasok oleh pembangkit listrik bertenaga
diesel milik Antam sebesar 102 MW, dan saat ini operasi serta maintenancenya dikerjakan bersama dengan PT Wartsila Indonesia dari Finlandia.

ANTAM KINI

131

Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Emas dan Unit


Bisnis Pertambangan dan Pemurnian (UBPP)
Logam Mulia
UBP Emas Pongkor melaksanakan kegiatan penambangan bijih emas dan
melebur bijih emas tersebut menjadi dore bullion emas. Dore bullion itu
kemudian dimurnikan di UBPP Logam Mulia menjadi emas dan perak murni
dalam bentuk batangan atau kepingan (coin). Perak merupakan by product
dari proses pemurnian emas dan oleh karena itu biaya produksinya dimasukkan
ke dalam biaya produksi emas. Batangan dan kepingan emas tersebut
kemudian dijual kepada pelanggan domestik dan luar negeri yang sebagian
besar adalah produsen perhiasan. Tingkat kemurnian emas dan perak Antam
telah diakreditasi secara internasional oleh London Bullion Market Association
(LBMA).
Tambang Emas Pongkor memiliki kapasitas terpasang 5.000 kg (161.000
troy ounces) emas per tahun. Dalam beberapa tahun terakhir Antam hanya
memberikan target produksi sekitar 3.000 kg (96.600 troy ounces) emas per
tahun dan 22.000 kg perak per tahun dan produksi bijih sekitar sekitar 400.000
wmt per tahun. Ini disebabkan adanya dinding tambang yang lebih lunak dan
kadar yang lebih rendah dari perkiraan. Antam hanya memiliki masa operasi
selama 6 hingga 7 tahun ke depan untuk produksi emas dan perak di Pongkor
yang memiliki 3,03 juta wmt cadangan kadar tinggi dengan kandungan total
sekitar 743.000 troy ounces emas dan 8,2 juta troy ounces perak.

Wilayah tambang emas Pongkor saat ini.

132

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

UBPP Logam Mulia (LM) adalah satu-satunya pabrik pemurnian logam


mulia di Indonesia dan memiliki kapasitas terpasang sebesar 75 ton emas per
tahun dan 275 ton perak per tahun. Saat ini hanya sekitar 30% dari
kapasitas LM digunakan karena menurunnya pasokan dari penambang emas
pihak ketiga yang disebabkan turunnya investasi tambang emas di Indonesia.
Secara historis, lebih dari setengah pendapatan LM berasal dari jasa
pemurnian logam mulia bagi pihak ketiga. Apabila rencana akuisisi
tambang emas Antam dapat terealisasi, pemanfaatan kapasitas LM dapat
dioptimalkan.

Ragam emas produksi Logam Mulia.

UBP Bauksit dan Pasir Besi


Antam memproduksi bauksit melalui UBP Bauksit dan Pasir Besi melalui
anak perusahaan, PT Antam Resourcindo. Antam merupakan produsen bauksit
tertua di Indonesia. Bauksit merupakan bahan baku untuk produksi
alumina dan bauksit Antam ditambang dengan sistem tambang terbuka di
Kijang, Kepulauan Riau, dan diekspor ke produsen alumina di Jepang dan
China. Antam mengekspor sekitar 1-1,5 juta ton bauksit per tahun.
Tambang Kijang telah mencapai masa akhir usianya. Namun demikian ekspor
tetap dapat dilakukan dari Kijang karena para pelanggan di China bersedia
untuk membeli bauksit kualitas lebih rendah yang sebelumnya tidak layak
untuk dijual.
Cadangan bauksit terbesar milik Antam terletak di Tayan, Kalimantan Barat.
Sesuai dengan strategi perusahaan untuk bergerak ke bidang hilir, Antam
akan mengolah bijih tersebut dengan mendirikan pabrik Chemical Grade
Alumina (CGA) dan Smelter Grade Alumina (SGA) dengan rekan-rekan bisnis
internasional. Antam memiliki sekitar 82 juta ton cadangan dan sumberdaya
bauksit, di luar cadangan dan sumberdaya yang dimiliki oleh PT Borneo Edo
Indonesia dan PT Mega Citra Utama dua anak perusahaan milik Antam
yang bergerak di komoditas bauksit. Dengan tingkat penambangan saat ini,
cadangan dan sumber daya tersebut dapat berproduksi selama beberapa
puluh tahun ke depan.

Unit Geomin
Fokus utama Unit Eksplorasi Geomin adalah menemukan cadangan emas
baru dan melaksanakan penilaian yang lebih akurat atas cadangan nikel

ANTAM KINI

133

dan bauksit. Unit Geomin merupakan ujung tombak Antam dalam mencari
cadangan dan sumber daya baru yang dibutuhkan Antam. Salah satu
pencapaian terbesar Unit Geomin adalah penemuan cadangan emas di Gunung
Pongkor, yang merupakan hasil kerja dari putra-putri bangsa Indonesia.

Anak Perusahaan
Saat ini Antam memiliki tiga anak perusahaan, yaitu PT Antam Resourcindo
(ARI), PT Mega Citra Utama (MCU) dan PT Borneo Edo International
(BEI). ARI yang mulai beroperasi 16 Juli 1997, sebelumnya adalah anak
perusahaan dari International Antam Resources Limited (ARL), anak
perusahaan Antam di Kanada. ARL sebelumnya bernama ERI Ventures
Inc., sebuah perusahaan eksplorasi yang tercatat pada Vancouver Stock
Exchange di Kanada, yang diakuisisi Antam pada 1 Juli 1997 dengan
menukarnya dengan 11 KP eksplorasi Antam. Pada tahun 2003,
perusahaan menjual 82% kepemilikannya di ARL dan memperoleh 99.98%
kepemilikan ARI. ARI bergerak di bidang jasa eksplorasi, kontraktor
pertambangan dan jasa konsultasi termasuk kegiatan pemasaran dan penjualan produk-produk tambang. PT Antam Resourcindo mengoperasikan
usaha pasir besi di Kutoarjo, Jawa Tengah dan tambang emas yang telah
hampir berakhir masa operasinya di Cikotok, Jawa Barat.
Pada bulan Januari 2008, Antam meningkatkan kepemilikan di MCU,
suatu perusahaan yang memiliki KP eksploitasi Bauksit di Kalimantan
Barat, dari 40% menjadi 80%. Saat ini MCU sedang melakukan
pengembangan dan study untuk mengolah cadangan bauksit yang dimiliki.
Rencananya, bijih bauksit hasil produksi MCU akan diolah di pabrik
Smelter Grade Alumina (SGA) di Munggu Pasir, Kalimantan Barat, proyek
kerjasama antara Antam (49%) dan UC Russal dari Rusia (51%).
Sementara itu, pada bulan September 2007, Antam membeli 60% kepemilikan
PT Borneo Edo International, sebuah perusahaan yang memiliki Kuasa
Pertambangan (KP) eksplorasi bauksit di Kalimantan Barat.
Selain unit-unit usaha, perusahaan patungan dan anak perusahaan,
Antam juga merencakan sejumlah proyek pengembangan yang akan
menopang keberlangsungan usaha Antam di masa depan. Rincian proyekproyek pengembangan Antam di masa depan bisa disimak pada bab
berikutnya.

Kerjasama dengan Berbagai


Mitra Strategis
Jalinan kerjasama dibentuk oleh Antam dan perusahaan pertambangan
asing melalui Contract of Work (COW) atau Kontrak Karya (KK). KK adalah
kontrak antara pemerintah dengan perusahaan pertambangan yang
didirikan berdasarkan skema Penanaman Modal Asing (PMA) untuk
memberikan kepastian usaha jangka panjang bagi perusahaan tersebut. KK
memberikan ijin kepada perusahaan tersebut untuk melakukan kegiatan-

134

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

kegiatan pertambangan termasuk eksplorasi dan eksploitasi untuk jangka


waktu tertentu, serta mengatur hak dan kewajiban perusahaan tersebut
dalam hal pajak, royalti, repatriasi dan lain sebagainya.
Sejumlah kerjasama KK telah ditempuh Antam dengan berbagai perusahaan
pertambangan asing. Hanya saja, bisa dibilang saat ini success ratio KK
masih tergolong kecil karena dari sekitar 20 KK saat ini hanya satu KK
yang telah berproduksi secara komersial, yakni Nusa Halmahera Mineral,
sementara sejumlah KK lain belum menunjukkan hasil yang bisa diharapkan,
bahkan pihak mitra banyak yang akhirnya mengundurkan diri. Ini karena
kebanyakan daerah yang dikerjasamakan dengan mitra asing berdasarkan
KK adalah wilayah yang masih remote yang memerlukan biaya eksplorasi
besar dengan risiko kegagalan yang tinggi, atau wilayah Kuasa Pertambangan
Antam yang sudah pernah dieksplorasi namun dinyatakan kurang prospektif
oleh pihak Geologis Antam. Untungnya, semua biaya menjadi beban mitra
Antam dan Antam mendapatkan data-data geologi yang lebih lengkap, dengan
demikian tidak menimbulkan kerugian pada Antam.
Proyek-proyek kerjasama Antam dengan sejumlah pihak dalam bentuk
perusahaan patungan, antara lain adalah sebagai berikut:

PT Gag Nikel
PT Gag Nikel merupakan perusahaan patungan antara Antam dan BHP Asia
Pacific Nickel Pty Ltd, anak perusahaan BHP Billiton, yang berlokasi di Pulau
Gag, Kabupaten Sorong, Propinsi Irian Jaya. Antam memiliki 25% saham
sementara BHP Asia Pacific Nickel Pty Ltd. mengantongi 75%. Kontrak Karya
ini meliputi areal Kuasa Pertambangan seluas 13.136 hektar, dan saat ini
sedang pada tahap pre-feasibility study.
Gag adalah pulau terpencil terletak 150 kilometer sebelah barat kota
Sorong, Papua. Pada tahun 1969, sebuah perusahaan patungan Belanda,
Amerika Serikat dan Indonesia dengan nama Pacific Nickel Indonesia mulai
melakukan eksplorasi. Tapi empat tahun kemudian mereka menghentikan
eksplorasi karena kehabisan dana. Menurut Brookehunt. Inc., sebuah lembaga
analis logam terkemuka, nikel di Gag merupakan deposit nikel belum terolah
terbesar ketiga di dunia, menyusul tambang Voisey Bay di Kanada dan Goro di
Kaledonia Baru. Berdasarkan hasil pengeboran ratusan sumur, diperkirakan
Gag menyimpan 175 juta wmt bijih nikel dengan kandungan Ni rata-rata 1,5%.
Sumber lain menyebutkan sumberdaya bijih nikel Pulau Gag sekitar 240 juta
wmt dengan kadar nikel 1,35%. Ini termasuk cadangan terbesar di dunia yang
didapatkan dalam satu areal penyebaran.

PT Nusa Halmahera Minerals


PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) adalah perusahaan patungan antara
Newcrest Mining Limited (tercatat di ASX) dengan kepemilikan 82,5%
dan Antam dengan kepemilikan 17,5%. NHM berlokasi di Gosowong,
Halmahera, Maluku Utara, yang memproduksi emas melalui tambang bawah

ANTAM KINI

135

Kantor Pusat dan Unit Geomin


Emas
Nikel
Pasir Besi
Bauksit
Intan dan Logam Dasar

Malaysia

14

I N D O N
1

11

7
5
1
2

8
E

15

10

4
5

KANTOR PUSAT

136

EMAS DAN PEMURNIAN

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

BAUKSIT DAN PASIR BESI

Proyek Antam

Daerah Operasi (100% Antam)


Deskripsi

Proyek Strategis atau dengan kepemilikan signifikan

Lokasi

1 Tambang Bauksit

Kijang

1 Tayan Chemical Grade Alumina (CGA)

Antam 49%

2 Pabrik Pengolahan Emas

Cikotok

2 SGA Munggu Pasir

Antam 49%

3 Tambang Emas

Cikidang

3 Alliance Project (FeNi IV dan Hydromet)

Antam 50%

4 Tambang Pasir Besi

Kutoarjo

4 Tsingshan Nickel dan Stainless Project

Antam 60%

5 Tambang Pasir Besi

Lumajang

5 PT Borneo Edo International

Antam 60%

6 Pemurnian Logam Mulia

Jakarta

6 PT Mega Citra Utama

Antam 80%

7 Tambang dan Pabrik Pengolahan Emas

Pongkor

7 SGA Mempawah

Antam 55%

8 Tambang dan Pabrik Pengolahan Nikel

Pomalaa

8 Sponge Iron dengan Krakatau Steel

Antam 34%

9 Tambang Nikel

Tanjung Bali, Mornopo, Gee


Perusahaan Patungan
9 PT Nusa Halmahera Minerals*

E S I A

Antam 17,5%

10 PT Cibaliung Sumberdaya

Antam 10,25%

11 PT Sorikmas Mining

Antam 25%

12 PT Gag Nikel

Antam 10%

13 PT Weda Bay Nickel

Antam 10%

14 PT Dairi Prima Mineral

Antam 20%

15 PT Galuh Cempaka*

Antam 20%

*sudah beroperasi
5
9
9

3
13

4
12
B
A

Lokasi Eksplorasi Antam

NIKEL DAN PEMURNIAN

Prospek

Lokasi

Nikel

Bahubulu, Tapunopaka, Mandiodo

Nikel

Morowali

Nikel

Buli, Gee

Emas

Gunung Patah Tiga

Emas

Seblat

Emas

Papandayan

Catatan: Antam memiliki beberapa area eksplorasi lain yang tidak


tercantum dalam peta ini.

ANTAM KINI

137

tanah Kencana di Gosowong. Berdasarkan hasil studi kelayakan yang rampung


pada April 1998, diperkirakan cadangan emas tereka dan terbukti di wilayah
Kontrak Karya NHM sebanyak 1 juta ton dengan kadar emas rata-rata 24
gram per ton dan 27 gram per ton perak, atau setara dengan 740.800 troy
ounces emas dan 742.200 troy ounces perak. Pada tahun 2007, NHM telah
memproduksi 373.673 troy ounces emas.
Antam menilai NHM sebagai perusahaan patungan yang sukses. Antam akan
terus mengkaji aktivitas eksplorasi dan pengembangan NHM untuk meningkatkan cadangan dan sumberdaya yang diharapkan akan memperpanjang
umur tambang. NHM telah memberikan imbal hasil investasi yang baik bagi
Antam dan dapat menjadi contoh bagi proyek-proyek pengembangan lainnya.

PT Galuh Cempaka
PT Galuh Cempaka (Galuh Cempaka) mengoperasikan tambang intan
aluvial Cempaka di Kalimantan Selatan. Antam memiliki 20%, free carried,
dengan opsi peningkatan kepemilikan sebesar 10%. 80% kepemilikan Galuh
Cempaka ada pada Gem Diamonds Limited, yang sebelumnya mengakuisisi
BDI Mining Corp yang memiliki saham mayoritas Galuh Cempaka pada Juli
2007. Gem Diamonds Limited sendiri adalah sebuah perusahaan intan yang
tercatat di London Stock Exchange.
Pada tahun 2007 Galuh Cempaka memproduksi sekitar 23.034 karat
intan dan 16,8 kg konsentrat emas dan platinum. Galuh Cempaka menjual
sekitar 10.410 karat intan senilai US$2,27 juta pada tahun 2007. Pada bulan
Januari 2008, Galuh Cempaka menjual sekitar 15,000 karat intan dengan
mekanisme tender senilai US$4,96 juta. Sejauh ini Antam tidak
mengeksekusi opsi yang tersedia dan melanjutkan kajian pada produksi
dan pengembangan Galuh Cempaka.

PT Cibaliung Sumberdaya
Sebesar 10,25% saham PT Cibaliung Sumberdaya (CSD) dimiliki oleh
Antam dan 89,75% lainnya oleh Austindo Resources Corporation NL, sebuah
perusahaan publik yang tercatat di ASX. Saat ini CSD sedang menangani
pekerjaan pengembangan ke bawah tanah dan melakukan mobilisasi
penuh atas pekerjaan refurbishment dan dalam proses pemindahan pabrik
pengolahan emas menuju lokasi tambang, sehingga diharapkan perusahaan
dapat segera berproduksi.

PT Dairi Prima Mineral


PT Dairi Prima Mineral (DPM) menjalankan proyek Dairi berdasarkan
Kontrak Karya generasi ke-7 antara DPM dengan Pemerintah Republik
Indonesia. Kepemilikan Antam pada DPM adalah 20%, sementara sisanya
yang 80% dimiliki oleh Herald Resources Ltd. melalui Gain & Win Pte. Ltd.
DPM saat ini sedang menunggu pesetujuan dari Departemen Kehutanan
sebelum memulai konstruksi pengolahan komoditas non-nikel, yakni

138

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

timbal, seng dan logam non-ferrous pada deposit Anjing Hitam. Pekerjaan
diperkirakan akan menelan waktu 18 sampai 21 bulan menyusul tanggal
diperolehnya persetujuan kehutanan.

PT Weda Bay Nickel


PT Weda Bay Nickel (WBN) adalah perusahaan patungan Antam dengan Weda
Bay Minerals yang tercatat pada Toronto Stock Exchange. Pada WBN, Antam
memegang kepemilikan sebesar 10% free carried (dengan opsi peningkatan
kepemilikan 15%) dan Weda Bay Minerals sebesar 90%. WBN berlokasi di
Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Pada tahun 2007, WBN telah merampungkan beberapa tahap pengembangan penting. Parameter teknis telah divalidasi dengan uji pendahuluan yang
dilaksanakan dengan proses hydrometallurgy. Tingkat sumberdaya terkonfirmasi melalui kegiatan eksplorasi tercatat 4 juta ton.

PT Sorikmas Mining
Prospek emas juga didapatkan di Kotanopan dan Pagar Gunung, Sumatra
Utara yang meliputi areal seluas 201.600 hektar, melalui satu Kontrak
Karya yang dipegang oleh PT Sorikmas Mining. Perusahaan ini merupakan
perusahaan patungan antara Antam (25% kepemilikan saham), dan Aberfoyle
Pungkut Investment (75% kepemilikan saham).

Pelanggan dan Pasar


Antam memiliki basis pelanggan yang terdiversifikasi dan tidak tergantung
pada satu pelanggan atau negara saja. Sebagian besar produk Antam diekspor
ke pelanggan internasional terkemuka yang setia dan bersifat jangka panjang
di Eropa Barat dan Asia Timur.
Sejak tahun 2004, Antam mulai menjalin hubungan usaha dengan
pelanggan-pelanggan dari Eropa Timur berkaitan pembukaan kembali pabrik-

Produk utama Antam saat ini: emas, bauksit dan feronikel (dari kiri ke kanan).

ANTAM KINI

139

pabrik pengolahan nikel di Eropa karena harga harga nikel melambung


kembali. Antam juga melakukan diversifikasi lebih lanjut dengan menjalin
hubungan usaha dengan beberapa perusahaan di China dan India.
Pelanggan-pelanggan baru Antam dari China membeli saprolit berkadar
rendah untuk keperluan produksi pig iron yang mengandung nikel (Nickel
Contained in Pig Iron NCPI) untuk kemudian dijual kepada produsen baja
nirkarat (stainless steel) berkualitas rendah. Walaupun China adalah sumber
yang signifikan dari pertumbuhan permintaan akhir-akhir ini, Antam tidak
akan terlalu tergantung kepada China dan akan tetap mempertahankan basis
pelanggan yang terdiversifikasi dengan pelanggan-pelanggan yang tersebar di
seluruh dunia.
Sebagian besar perjanjian penjualan Antam ditetapkan berdasarkan
volume, berjangka waktu satu hingga tiga tahun serta berdasarkan harga yang
ditentukan oleh harga spot internasional. Antam juga memiliki perjanjian
offtake jangka panjang untuk operasi komersial FeNi III dengan jumlah
total 14.000 ton nikel dalam feronikel dengan TKN dari Jerman dan Posco dari
Korea, masing-masing untuk 11 dan 10 tahun.

Kinerja Saham yang Cemerlang


Sejak pelaksanaan IPO (Initial Public Offering) 27 November 1997, saham
Antam yang berkode ANTM pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan ATM
pada Australian Securities Exchange (ASX), telah dicirikan dengan kinerja
positif dan cemerlang. Antam memberikan imbal hasil kepada pemegang saham
melalui pembayaran dividen yang tinggi setiap tahun.
Pada tahun 2007 Antam memberikan imbal hasil yang tinggi kepada
Volume Perdagangan

Harga Saham
4475.00

Volume 8.229b

Volume Saham
4000

Harga Saham
8.229b

3000

5b

2000

1000

0
Dec 31
1998

Dec 31
1999

Dec 21
2000

Dec 31
2001

Dec 31
2002

Dec 31
2003

Dec 31
2004

Grafik volume perdagangan dan harga saham Antam selama sepuluh tahun
terakhir yang menunjukkan tren peningkatan.

140

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Dec 30
2005

Dec 29
2007

Dec 31
2007

pemegang saham, naik menjadi 180% atau Rp2.920,12. Pada tahun yang
sama Antam membagikan 40% dari laba bersihnya sebagai dividen, senilai
Rp2,053 triliun atau setara dengan Rp215,23 per saham, sebuah peningkatan yang cemerlang bila dibandingkan dengan nilai dividen per saham tahun
2006 yang hanya Rp65,116.
Sejak melakukan IPO di tahun 1997, harga saham Antam cenderung
mengalami peningkatan. Peningkatan harga yang signifikan terjadi di
sepanjang tahun 2007. Sejak awal tahun 2007, harga saham Antam terus
naik hingga mencatat rekor Rp25.250 per saham. Melihat harga saham yang
sudah sangat tinggi, Direksi kemudian memutuskan untuk melakukan stock
split (pemecahan saham) dengan rasio satu saham lama bernilai nominal
Rp500 ditukar dengan lima saham baru dengan nilai nominal Rp100. Hal
ini maksudkan untuk meningkatkan likuiditas saham Antam, memperluas
penyebaran kepemilikan dan distribusi saham Antam serta memberi
kesempatan bagi pemodal kecil dan ritel untuk memiliki saham Antam, yang
pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kapitalisasi pasar.
Setelah stock split, harga saham Antam tetap stabil, dengan harga saham
Antam di akhir tahun 2007 sebesar Rp4.475. Selama tiga tahun terakhir,
harga saham Antam mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan
kinerja BEI, indeks-indeks utama internasional maupun indeks-indeks utama
sektor pertambangan.
Menanggapi kinerja saham Antam yang cemerlang tersebut, Corporate
Secretary Antam, Bimo Budi Satriyo, merasa hal tersebut merupakan buah dari
hasil kerja keras seluruh Insan Antam dalam mempertahankan bahkan terus
meningkatkan kinerja perusahaan. Bila kinerja perusahaan baik, reputasi
perusahaan akan ikut baik, jadi lebih mudah bagi kami untuk mendapatkan
kepercayaan dari para investor, Bimo menjelaskan.

Tanggungjawab Sosial
Sebagai sebuah perusahaan yang hidup dan bertumbuh di tengahtengah masyarakat, Antam tak lepas dari kewajiban-kewajiban sosial dan
pelestarian lingkungan alam. Sejak awal Antam berdiri, kewajiban
untuk ikut berperan serta dalam pembangunan masyarakat sekitar dan
pembangunan lingkungan telah menjadi fokus perhatian perusahaan.
Memang tak selalu tersedia catatan tentang seluruh kontribusi Antam selama
40 tahun itu. Tapi setidaknya, catatan-catatan beberapa tahun terakhir akan
bisa menunjukkan bahwa Antam memiliki komitmen yang tinggi terhadap
pertumbuhan sosial masyarakat, khususnya yang berada di sekitar wilayah
operasi Antam, dan pelestarian lingkungan hidup. Inilah yang menjadi jaminan
agar Antam tetap menjadi perusahaan yang mampu menjaga harmoni dengan
lingkungan sosial dan lingkungan alamnya.

ANTAM KINI

141

Pemberdayaan Sosial
Antam memiliki komitmen untuk berpartisipasi
dalam pemberdayaan sosial bagi masyarakat sekitar
wilayah operasi Antam, dengan mendayagunakan
semua potensi yang ada di lingkungannya.
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
Antam yang bersifat lokal berarti bahwa program
pemberdayaan sosial diselaraskan dengan program
Pemerintah Daerah setempat dan/atau instansi
terkait, serta tetap memperhatikan sosial budaya
masyarakat dan kemampuan unit bisnis.

Program CSR
Antam di bidang
sosial tertuang
dalam Program
Community
Development,
Program
Kemitraan dan
Program Bina
Lingkungan
diterapkan di
seluruh wilayah
operasi Antam.

Program CSR Antam di bidang sosial tertuang


dalam Program Community Development, Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.
Program-program tersebut diterapkan di seluruh
wilayah operasi Antam, mulai dari UBP Bauksit
Kijang, UBP Emas Pongkor, Kantor Pusat,
Unit Geomin, UBPP Logam Mulia, UBP Nikel
Pomalaa dan daerah operasi Maluku Utara, serta
daerah eksploitasi dan eksplorasi lainnya.

Community Development dan Bina


Lingkungan
Community Development merupakan program yang
ditujukan untuk membantu pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup dan kemandirian
masyarakat di sekitar daerah operasi Antam. Kedua
program ini merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari kegiatan operasional perusahaan. Termasuk
dalam program Community Development adalah
community
engagement
(keterlibatan
masyarakat secara aktif), kerjasama dengan
Pemerintah Daerah (Pemda) dan Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM) yang terkait dengan program
pengembangan
masyarakat.
Sementara
itu,
Program Bina Lingkungan adalah program
pemberdayaan masyarakat di wilayah operasi Antam
melalui pemanfaatan dana dari bagian laba bersih
perusahaan.
Kegiatan Community Development dan Bina
Lingkungan yang telah dan sedang dilaksanakan
meliputi peningkatan pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat,
pembangunan
sarana
dan
prasarana umum, pembangunan sarana ibadah,
bantuan korban bencana alam, peningkatan

142

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

upaya pelestari an alam dan peningkatan keterlibatan aktif masyarakat.


Sebagai ilustrasi, pada tahun 2006, Antam mengalokasikan Rp16 miliar
untuk kegiatan pengembangan masyarakat dan pada tahun 2007 Antam
membelanjakan Rp37 miliar untuk program pengembangan masyarakat.
Belanja terbesar diserap untuk pengembangan masyarakat berada wilayah
operasi nikel.
Dari segi peningkatan pendidikan, misalnya, pada bulan OktoberDesember 2005, Antam bekerja sama dengan mahasiswa Universitas
Indonesia yang tergabung dalam AIESEC (organisasi nirlaba yang
bersifat global, independen dan dijalankan oleh mahasiswa dan lulusan
baru dari perguruan tinggi) serta Dielts Foundation menyelenggarakan
pelatihan komputer, bahasa Inggris dan kewirausahawan kepada anak-anak
jalanan. Antam memberikan sumbangan dana maupun sumber daya manusia
dalam pelatihan ini. Sebagai puncaknya, diadakan acara pengumpulan dana
dengan melelang hasil karya anak-anak jalanan tersebut dan berhasil
mengumpulkan dana Rp16 juta. Antam juga mengadakan pertemuan reguler
dengan anggota masyarakat, pemerintah setempat serta lembaga swadaya
masyarakat agar bantuan perusahaan lebih terarah, serta untuk mendapatkan
masukan atas program yang dijalankan.
Program pendidikan lainnya yang dilakukan oleh Antam adalah Program
Gerakan Masyarakat Bebas Tuna Aksara (Gemasbastara), bekerjasama dengan
PWAT (Persatuan Wanita Aneka Tambang) dan Dinas Pendidikan Kabupaten
Kolaka, Sulawesi Tenggara. Hingga Desember 2007, 208 orang dari 7 desa
telah dibebaskan dari buta aksara.
Aktivitas-aktivitas lain Program Community Development dan Bina Lingkungan
ditandai dengan kegiatan penanggulangan gizi buruk seperti yang dilakukan
di UBP Emas Pongkor,
pembangunan sarana air
bersih di hampir semua unit
operasi Antam, pembangunan
jalan, sekolah, jembatan,
rumah
ibadah,
renovasi
rumah penduduk, pelestarian
alam melalui Program Antam
Hijau dengan penanaman
14.250 pohon di seluruh
Unit Bisnis dan Kantor
Pusat, pemberian bantuan
alat kesehatan untuk Panti
Wreda di Cilacap, penyerahan
bantuan
untuk
korban
bencana alam (banjir, gunung
meletus dan gempa bumi),
Program Gemasbastara di Pomalaa, yang tidak hanya
dan program pengobatan
memberikan pelatihan membaca dan tulis-menulis,
namun juga keterampilan lainnya.
gratis.

ANTAM KINI

143

Program Kemitraan
Selain biaya pengembangan masyarakat, perusahaan juga menyalurkan
dana bantuan pinjaman modal melalui Program Kemitraan. Program ini
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar tumbuh dan
mandiri melalui pemanfaatan dana dari sebagian laba bersih perusahaan.
Program Kemitraan yang diberikan berupa program pinjaman dana
bergulir bagi usaha kecil dengan jasa administrasi ringan yang wajib
dikembalikan dengan cara mengangsur. Program ini disambut baik oleh
pengusaha kerajinan, pengusaha toko dan sebagainya. Di Pomalaa,
misalnya, sejak 2005 diluncurkan Program Kemitraan Rumput laut, kini tak
kurang dari 25 kelompok budidaya tumbuh subur di Pomalaa. Masing-masing
kelompok bisa menghasilkan 517 ton per panen sekali setiap 45 hari. Hasil
produksi diekspor ke Jepang, China dan Amerika. Sejak tahun 1992, melalui
program PKBL, Antam telah membina 2.312 mitra.
Di UBP Emas Pongkor berkembang pemupukan seni ukir batu gading
(cadas) yang juga digerakkan berdasarkan Program Kemitraan dengan Antam.
Para pemuda seniman ukir cadas pernah mengikuti pameran untuk pertama
kalinya bersama Antam tahun 2005 dan menyabet Juara II kerajinan terbaik.
Pada tahun 2006, pada pameran INACRAFT, salah satu karya mereka dibeli
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Salah satu kelompok mitra binaan Antam di Pomalaa, sedang memanen rumput laut.

Pengelolaan Lingkungan Hidup


Antam bercita-cita mencapai kondisi Zero Harm bagi karyawan, mitra
kerja, masyarakat di lingkungan kegiatannya, serta menjadi pemimpin dalam
praktik pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam.

144

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Antam senantiasa berusaha mengontrol & meminimalisir dampak yang


dapat ditimbulkan terhadap lingkungan dari kegiatan operasi perusahaan.

Antam menganut falsafah bahwa penggunaan lahan dalam rangka mengusahakan kekayaan mineral secara ekonomis bersifat sementara, dan akan
semaksimal mungkin mengembalikan fungsi asli lahan setelah penambangan selesai. Komitmen ini dijabarkan antara lain dalam penggunaan sistem,
metode, peralatan, dan bahan yang memiliki dampak negatif sekecil-kecilnya
bagi lingkungan, penggunaan sumber daya alam secara optimal dalam
rangka konservasi dan minimalisasi limbah, pelaksanaan dan pemenuhan
ketentuan-ketentuan dokumen lingkungan dalam setiap kegiatan operasi,
kepemilikan prosedur tanggap darurat bagi kegiatan yang berpotensi
menimbulkan
kecelakaan
lingkungan,
serta
kepemilikan
rencana
penutupan tambang (mine closure) dan pasca tambang pada setiap
kegiatan penambangan. Sejak tahun 2000, UBP Nikel Pomalaa telah mendapat
sertifikasi ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan), sementara UBP Emas
Pongkor memperolehnya pada tahun 2002.
Komitmen Antam terhadap lingkungan terus meningkat seperti tercermin
dalam struktur baru perusahaan dengan adanya satuan kerja Environment
and Post Mining yang dikepalai oleh seorang Senior Manager sejak
Oktober 2007, yang sebelumnya hanya setingkat Assisstant Senior Manager
serta penambahan jumlah karyawan untuk menangani masalah lingkungan
serta penutupan dan pasca tambang. Selain itu Antam juga memiliki Komite
Lingkungan dan Pasca Tambang sebagai salah satu dari lima komite di tingkat
Dewan Komisaris.
Antam pun secara konsisten terus melaksanakan kewajibannya untuk
merehabilitasi lahan yang terganggu karena kegiatan penambangan. Program
rehabilitasi lahan terganggu pada tahun 2007 berhasil merehabilitasi 228,05
hektar dari 231,8 hektar target lahan yang akan direhabilitasi. Sampai akhir

ANTAM KINI

145

tahun 2007, total pembukaan lahan adalah 4997,7 hektar dan total luas
lahan yang telah direhabilitasi adalah 3.875,9 hektar. Rehabilitasi lahan
terganggu di tambang nikel Gebe yang telah ditutup pada akhir tahun 2004
juga berlanjut dengan rehabilitasi 540,2 hektar dari total lahan seluas
647 hektar yang akan direhabilitasi. Sementara untuk lahan terganggu di
tambang pasir besi Cilacap yang juga telah ditutup, Antam telah merehabilitasi 622,6 hektar dengan target lahan rehabilitasi seluas 630,3
hektar.
Sebagai salah satu tolok ukur kinerja perusahaan di bidang lingkungan, sejak
tahun 2005, kedua unit bisnis utama Antam mengikuti Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) yang diselenggarakan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Penilaian PROPER didasarkan pada
implementasi pengendalian pencemaran air, udara, pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun, sistem manajemen lingkungan, manajemen
penggunaan sumber daya serta hubungan dengan masyarakat sekitar.
Dalam pemeringkatan PROPER, warna emas merupakan peringkat terbaik,
diikuti warna hijau, biru, merah dan hitam. Pada tahun 2008, UBP Emas
Pongkor menerima peringkat Hijau, sementara UBP Nikel Pomalaa mendapatkan peringkat Biru minus. Hal ini merupakan peningkatan, khususnya
bagi UBP Emas Pongkor, dibandingkan penilaian PROPER di tahun 2005
yang memberikan peringkat Biru kepada UBP Nikel Pomalaa dan UBP Emas
Pongkor.

Pasca Tambang
Karakteristik industri tambang yang mengolah sumber daya tidak
terbarukan menjadikan aspek pasca tambang sebagai kewajiban tambahan
di luar pengembangan masyarakat maupun pengelolaan lingkungan. Antam
berpendapat bahwa kegiatan perekonomian masyarakat sekitar tetap harus
berjalan meskipun kegiatan pertambangan sudah berakhir. Dalam setiap
rencana kegiatan penambangan Antam selalu memiliki rencana pengelolaan
lingkungan, penutupan tambang dan pasca tambang yang akan
dikaji oleh Komite Lingkungan dan Pasca Tambang yang merupakan Komite
di tingkat Komisaris. Bagi Antam, rencana pengelolaan lingkungan dan
pasca tambang merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada setiap
kegiatan pertambangan.
Program pasca tambang dijalankan di tambang nikel Gebe, tambang emas
Cikotok dan tambang pasir besi Cilacap. Di Gebe, Antam telah memperoleh
persetujuan rencana penutupan tambang oleh pemerintah setempat.
Menindaklanjuti nota kesepahaman dengan Departemen Kelautan dan
Perikanan di tahun 2002, dengan melibatkan masyarakat Gebe dan pihak
ketiga, Antam telah memulai pengembangan industri perikanan dengan
melakukan pemasangan rumpon dan menambah jumlah kapal penangkap ikan.
Sementara itu di tambang pasir besi Cilacap, Antam tengah mengkaji aset
yang dapat dipergunakan oleh pemerintah setempat. Di Cikotok, Antam
tengah menjajaki kerja sama dengan pihak ketiga untuk memanfaatkan dan
mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) yang ada.

146

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Kegiatan reklamasi di Pulau Gebe.

Selain itu, di Cikotok juga sedang dijajaki pengembangan lain terkait


dengan pertanian dan perkebunan. Rencana kegiatan pasca tambang di
Kijang berfokus pada evaluasi ulang rencana penutupan tambang, seiring
reklasifikasi cadangan non-ekonomis menjadi ekonomis akibat tingginya
permintaan. Saat ini pun Antam tengah mengkaji rencana penutupan dan
pasca tambang untuk UBP Emas Pongkor, meskipun kegiatan tersebut baru
akan dilakukan sekitar enam sampai tujuh tahun yang akan datang.
Secara keseluruhan, program-program CSR Antam diharapkan akan
menjadi jurus Antam untuk terus meningkatkan kemesraan dengan
masyarakat. Seperti kata Denny Maulasa, Direktur Umum dan CSR Antam,
Dengan program-program CSR yang tepat, Antam akan bisa menumbuhkan
empati masyarakat terhadap Antam sekaligus meningkatkan taraf hidup
masyarakat di sekitar Antam. Ini sejalan dengan misi Antam tahun 2010;
yakni berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan mengalokasikan sebagian dari keuntungan Antam untuk
mengembangkan masyarakat di daerah operasi Antam sehingga masyarakat
sekitar juga bisa memberikan dukungan penuh kepada Antam.

Potret SDM Antam Kini


Saat ini SDM Antam dibangun melalui HR Management System yang baik.
Dalam sistem ini hal-hal yang berkaitan dengan SDM, mulai dari rekrutmen
sampai pensiun, di-link-kan dengan information technology (IT) supaya proses
lebih cepat, akurat dan terintegrasi. Menurut Ir. Syahir Ika, M.M., Direktur

ANTAM KINI

147

Umum dan Sumberdaya Manusia Antam (20032008), Antam bukan saja


memiliki orang untuk berkembang, tetapi juga ruang untuk berkembang.
Syahrir juga menyebutkan bahwa karyawan Antam punya harga diri di
mata perusahaan lain dengan adanya sistem penggajian yang bagus. Antam
menerapkan based-on-performance payment system. Artinya, karyawan dibayar
karena prestasinya yang prestasinya tinggi dibayar tinggi.
Oleh karena itu, dibangunlah performance management system sebagai alat
ukurnya. Misalnya, di bidang keuangan, direksi diminta melakukan efisiensi
biaya namun menghasilkan laba maksimum. Bila karyawan di bagian
tersebut mampu meningkatkan efisiensi, akan diberi bobot A, dan mendapat
kenaikan gaji 30%, misalnya. Dengan demikian, karyawan diharapkan akan
berlomba meningkatkan prestasi. Karyawan yang selalu mendapat nilai A akan
dikelompokkan dengan orang-orang hebat lainnya dan akan dipersiapkan
menduduki posisi penting di masa datang. Para karyawan tersebut tentunya
yang akan diutamakan untuk menduduki jabatan tertentu.
Peningkatan skill teknis juga mendapat perhatian dengan menciptakan
pembelajaran yang lebih terstruktur. Kalau sebelumnya kepala bagian
pembelajaran adalah Kepala SDM, maka sejak tahun 2005 bagian SDM
dan bagian pembelajaran memiliki kepala satuan kerja yang berbeda kini
bernama Learning Center. Ditarik juga sejumlah insinyur ke SDM untuk
menambah orang.
Learning Center kemudian membuat sejumlah kurikulum, rencana jenjang
karir dan sebagainya. Untuk peningkatan knowledge karyawan di posisi
middle management, lalu dibuat pula AMDP (Antam Management Development
Program), khusus untuk tingkat asisten manager sampai senior manajer.
Sementara untuk persiapan para calon pemimpin dan direksi Antam, disiapkan

Karyawan Antam melakukan pengecekan di fasilitas produksi feronikel di Pomalaa.

148

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

pula program pelatihan Antam Leadership Development Program (ALDP). Para


karyawan dengan kriteria A itulah yang tergabung di program ini.
Di dalam proses rekrutmen, Syahrir punya HR Master Plan, yang intinya adalah
program rekrutmen terstruktur. Dalam program planning ini bisa dilihat
kebutuhan tenaga kerja dan kompetensinya, selain tersedia rencana siapa
yang bakal mengganti posisi karyawan yang pensiun. Pada tahun 20062007
kami adakan fast track recruitment. Artinya, kalau biasanya rekrutmen makan
waktu 6 bulan, kita jadikan 2 bulan supaya mereka ini bisa segera mengisi
jabatan yang kosong, termasuk jabatan spesialis yang kosong karena
pensiun, kata Syahrir.
Selain cara HR Master Plan, Syahrir juga punya cara yang ia sebut sebagai
horizontal entry, yang ia analogikan sebagai membajak. Jadi, dalam cara
ini, bisa saja karyawan yang baru direkrut langsung jadi direktur, misalnya.
Tapi ini menimbulkan pergesekan budaya, termasuk dari kalangan internal.
Untuk mengatasi hal ini, saya meminta para pensiunan yang kompetensinya
tinggi untuk di-hire lagi, sekaligus dijadikan advisor. Itulah sebabnya ada SK
Direktur tentang penggunaan advisor, jelas Syahrir.
Berbicara soal corporate culture, Syahrir melihat corporate culture Antam saat
ini berdiri pada empat nilai, yakni pengembangan diri, integritas, harmoni dan
reputasi. Ini yang kemudian disebut PIONIR yang menjadi nilai-nilai Antam.
Kata PIONIR itu sendiri menunjukkan bahwa Antam ingin maju ke depan,
menjadi seorang pionir.
Saat ini, menurut data April 2008, Antam memiliki 2.658 pegawai tetap, 190
pegawai tidak tetap dan 33 tenaga advisor.

Serikat Pekerja
Keselarasan dalam tubuh Antam juga dipelihara melalui hubungan
yang baik antara perusahaan dengan karyawan melalui wadah Serikat
Pekerja. Antam memiliki serikat pekerja yang bernama Persatuan Pegawai
Aneka Tambang (Perpantam), yang didirikan pada 2 Mei 1999, menyusul
keputusan Antam untuk keluar dari keanggotaan KORPRI (Korps Pegawai
Repubik Indonesia). Perpantam memiliki kepengurusan di tingkat pusat dan
tingkat unit operasi. Dari seluruh Unit Bisnis dan wilayah operasi, hanya
Perpantam Unit Pomalaa, Unit Pongkor, Unit Kantor Pusat, Unit Logam Mulia,
dan Unit Geomin yang masih aktif. Perpantam di beberapa daerah operasi
sudah tidak aktif atau bergabung dengan Perpantam di unit lain karena
kegiatannya berhenti, misalnya Perpantam di Pulau Gebe, Cilacap dan
Cikotok.
Serikat Pekerja adalah mitra pengusaha yang didirikan untuk membangun lingkungan usaha yang kondusif dalam menjalankan hak-hak dan
kewajiban antara karyawan dan pengusaha sebagaimana diatur dalam
regulasi, kata Guntur Tjora, Ketua Umum Serikat Kerja Perpantam.
Lingkungan kondusif sebagaimana yang diutarakan Guntur berangkat dari

ANTAM KINI

149

azas kepatutan dalam organisasi serikat pekerja


yang diterjemahkan dalam motto organisasi,
yakni produktif dan sejahtera bersama untuk
Antam yang lebih baik. Dalam azas kepatutan itu
misalnya pengusaha tidak membebani pekerja di
luar kemampuan fisiknya dan di sisi lain pekerja
tidak menuntut sesuatu yang di luar kemampuan
keuangan perusahaan.

Jarang ada
yang mau duduk
sebagai
pengurus Serikat
Pekerja, karena
mereka enggan
kesibukan
kerjanya
terganggu.

Dalam hubungan kerja antara pekerja dan


perusahaan, tentu saja bisa muncul perbedaanperbedaan
pendapat
dalam
pemenuhan
suatu
kesepakatan.
Penyelesaian
perbedaan
pendapat itu tidak lantas direspon dengan
turun ke jalan karena ada mekanisme yang
mengaturnya, yakni dengan merujuknya ke
Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit. LKS Bipartit
ini terdiri dari struktur organisasi tingkat pusat
dan tingkat unit. Jadi, misalnya kalau ada konflik
pekerja-pengusaha di Pongkor, maka permasalahan
dicoba selesaikan dulu tingkat unit. Bila terjadi deadlock, baru dikirim ke tingkat pusat, jelas Guntur
yang menduduki jabatan Ketua Umum sejak 2005
itu.
Guntur juga menambahkan mekanisme itu
memungkinkan terciptanya upaya-upaya yang
lebih baik ke arah pemenuhan hak dan kewajiban
dengan cara duduk bersama untuk mencari solusi
terbaik melalui berbagai alternatif penyelesaian
terbaik yang bersifat win-win solution untuk
menghindarkan konflik yang lebih jauh. Dan selama
ini LKS Bipartit berjalan dengan baik. Sampai saat
ini belum pernah ada pekerja Antam turun ke jalan
untuk menuntut hak-hak, kata Guntur.
Harmoni pekerja dengan pengusaha juga dibangun
atas dasar saling percaya, trust building. Dan ini
tahap yang penting. Pekerja bebas beraspirasi dan
aspirasi itu diteruskan oleh serikat pekerja ke tingkat
manajemen. Manajemen percaya bahwa aspirasi itu
disampaikan secara logis dan rasional. Meskipun
demikian penyampaian aspirasi ini sendiri tidak
selalu mudah. Pernah ada aspirasi pekerja
minta naik upah. Kenaikan inipun sudah kita kaji
berdasarkan pandangan kita terhadap kemampuan perusahaan. Ini berjalan alot, sampai tiga
bulan prosesnya. Tapi akhirnya dikabulkan, karena

150

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

perusahaan percaya permintaan ini rasional, kata Guntur lagi. Antam bahkan
pernah menaikkan upah sampai 42%, kata Guntur.
Berbicara soal pengurus serikat pekerja, Guntur Tjora mengatakan jarang ada
yang mau duduk sebagai pengurus, karena mereka enggan kesibukan kerjanya
terganggu dan karena pengurus itu tidak digaji. Jadi, sebagai gantinya, agar
mereka bersemangat, para anggota pengurus diberikan pelatihan-pelatihan
kepemimpinan, benefits dan aktivitas di luar tempat kerja sehingga mereka
berminat.
Keengganan menjadi pengurus ini juga berangkat dari fakta bahwa pengurus
serikat pekerja selalu menjadi lawan bagi mereka yang kurang memahami organisasi, menjadi lawan dari pengusaha dan lawan dari atasan.
Padahal, yang benar, menjadi anggota serikat pekerja itu adalah salah
satu upaya untuk kepentingan produktifitas bersama, berkonsistensi dan
berkomitmen, jelas Guntur.

Rapat perundingan Perjanjian Kerja Bersama antara Perpantam dan perwakilan manajemen.

Perpantam ternyata juga memiliki program rutin yang disebut Quarterly


Meeting yang diselenggarakan setiap 4 bulan sekali. Dalam Quarterly Meeting
ini semua permasalahan di daerah dibawa ke pusat dan dibahas dengan
semua direktur, dan selalu ada tindak lanjut dari Quarterly Meeting ini. Serikat
Pekerja Perpantam juga memfasilitasi kegiatan-kegiatan pertandingan olahraga
voli, bulutangkis dan sebagainya. Para pemenang di unit akan bertanding di
tingkat pusat.

ANTAM KINI

151

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Di seluruh aspek
kegiatannya,
Antam
memberlakukan
Kebijakan
Keselamatan
Kerja yang
ketat, disertai
sanksi tegas
terhadap setiap
pelanggaran
yang terjadi.

Antam menganut falsafah bahwa kesehatan dan


keselamatan kerja adalah bagian integral dari
kegiatan bisnis. Untuk mencapai target kecelakaan
nihil di perusahaan, Antam menyediakan semua
peralatan keselamatan kerja sesuai dengan kondisi,
jenis pekerjaan, dan standar kesehatan dan
keselamatan kerja yang berlaku serta menjamin
lingkungan kerja yang aman dan sehat. Di seluruh
aspek
kegiatannya,
Antam
memberlakukan
Kebijakan Keselamatan Kerja yang ketat, disertai
sanksi tegas terhadap setiap pelanggaran yang
terjadi, yang juga menjadi komponen penilaian
kinerja perorangan. Penegakan disiplin ini menjadi
penting agar tidak perlu jatuh korban sia-sia.
Kami tidak bisa kompromi dengan mereka yang
mengabaikan keselamatan. Kalau tidak memenuhi
syarat-syarat keselamatan kerja, siapapun, orang
asing sekalipun bisa mendapatkan sanksi yang
tegas, kata Ir. Martinus Rongre, kepala Proyek
Pembangunan pabrik Feronikel III, berkomentar
soal penegakan disiplin.
Dalam hal kesehatan kerja, Antam menyediakan
layanan kesehatan promotif (mempertahankan
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemulihan) bagi karyawan
dan keluarganya. Sedangkan bagi pensiunan
dan keluarganya diberikan bantuan layanan
kesehatan kuratif dan rehabilitatif. Setiap karyawan
diwajibkan menjalani pemeriksaan kesehatan
secara menyeluruh setiap tahun. Mereka yang tidak
fit untuk menjalankan pekerjaannya, diharuskan
menjalani pengobatan dan pemulihan.
Setiap karyawan maupun mitra kerja diwajibkan
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang
disediakan di lokasi kerja. Bergantung pada lokasi
dan jenis tambang, APD dapat berupa pakaian
kerja, safety shoes, safety helmet, mine spot lamp,
safety belt, pelindung pendengaran, pelindung
pernapasan, kacamata pengaman, sarung tangan
pengaman. Para tamu yang mengunjungi lokasi
tambang juga diwajibkan menggunakan APD, serta
terlebih dulu harus mengikuti pengenalan tentang

152

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Kegiatan safety meeting di Pongkor.

keselamatan (safety induction) dan menandatangani pernyataan patuh pada


peraturan keselamatan yang berlaku. Karyawan juga harus mengikuti semua
aktivitas yang terangkum dalam Program Pembinaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P3K) yang ditujukan untuk meminimalisasi kecelakaan.
Dari seluruh gambaran profil Antam kini, bisa dikatakan bahwa Antam
kini memiliki prestasi, kinerja usaha yang baik, dan berperan positif dalam
menumbuhkan nilai-nilai tinggi bagi para pemangku kepentingan. Akankah
ini terus terpelihara di masa depan? Kita boleh mencari jawabannya pada
bab berikut.

^]

ANTAM KINI

153

154

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Menatap
Masa Depan

MENATAP MASA DEPAN

155

^]

Setelah sukses melampaui usia 40 tahun,


kini Antam dihadapkan pada
tantangantantangan di masa depan.
Apa saja strategi dan langkah-langkah Antam
untuk menyiasati tantangan-tantangan itu?
Simak pula rencana dan harapan jajaran
Direksi baru Antam dalam membawa Antam
di perjalanan masa datang. Apa
harapan para senior untuk Antam?

^]

156

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Menyongsong Masa Depan Melalui


Strategi Pertumbuhan
Sudah jelas bahwa usaha pertambangan pada dasarnya berdiri pada
berbagai kondisi yang amat rentan terhadap berbagai macam perubahan
lokal dan global. Sehebat apapun kondisi Antam saat ini, masa depan tidak
boleh dipandang dengan sebelah mata. Untuk memastikan agar masa depan
Antam lebih baik, ditetapkan berbagai strategi pertumbuhan di masa depan.
Masa depan Antam bergantung pada strategi yang dicanangkan di masa kini.
Untuk mengejar pertumbuhan yang sangat dipengaruhi oleh perubahanperubahan global, masa depan Antam bersandar pada tiga hal: cadangan,
proyek pertumbuhan dan sumberdaya manusia. Ini akan diikuti dengan
antisipasi biaya terkait harga minyak, agar Antam bisa menjalankan produksi
dengan biaya serendah mungkin. Strategi ini akan ditempuh dan menjadi yang
fokus pengembangan Antam ke depan.

Eksplorasi Produktif dan Mengolah Cadangan


untuk Memberikan Nilai Tambah
Cadangan dan sumber daya mineral yang dimiliki merupakan kunci
keberlangsungan bisnis Antam di masa depan. Karena itulah Antam secara
aktif melakukan eksplorasi untuk mendapatkan cadangan baru untuk
pengembangan usaha di masa-masa datang.

Kegiatan eksplorasi emas di Pongkor.

MENATAP MASA DEPAN

157

Saat ini Antam memiliki tiga jenis produksi, yakni nikel, emas dan bauksit.
Nikel itu menjadi primadona Antam karena sekitar 80% revenue kita berasal
dari nikel. Sisanya, 19% dari emas dan 1% dari bauksit, ujar Hari Widjajanto,
Senior Manager Corporate Strategic Development Group.
Dari segi cadangan emas, bisa dikatakan cadangan emas Antam makin
menipis. Itulah sebabnya Antam aktif melakukan berbagai eksplorasi untuk
menemukan tambang-tambang emas baru dan berusaha mencari peluang
akuisisi aset emas.
Supaya kita tidak kehilangan kompetensi di emas, tentu saja usaha
kita adalah mencari cadangan baru. Bisa jadi cadangan itu ada di sekitar
Pongkor sehingga bisa memperpanjang umur pabrik Pongkor, atau mencari
cadangan betul-betul baru di luar Pongkor. Kita bergerak di Jawa, Sumatra dan
Sulawesi untuk mencari cadangan emas. Sayangnya, sampai saat ini belum
ada cadangan yang bisa dikembangkan secara signifikan, demikian kata
Hari.
Eksplorasi emas kini diupayakan di Gunung Patah Tiga, Gunung Seblat dan
Gunung Papandayan. Sementara eksplorasi dan prospek pengembangan nikel
saat ini berada di Bahubulu, Tapunopaka, Mandiodo, Morowali, Buli dan
Gee.
Selain cadangan emas yang menipis, Antam juga harus mengantisipasi
larangan ekspor bijih sesuai Undang-undang Minerba yang akan diberlakukan
dalam waktu dekat. Bila saat ini Antam telah memiliki pabrik pengolahan untuk bijih nikel dan emas, maka lain halnya dengan bijih bauksit yang
selama ini langsung diekspor. Untuk itulah Antam sedang melakukan pembicaraan bisnis dengan mitra-mitra dari China dan Rusia untuk mengembangkan cadangan bauksit yang dimiliki Antam di Kalimantan Barat. Ada tiga
lokasi di Kalimantan Barat, yakni Mempawah dan Munggu Pasir yang
diproyeksikan sebagai pabrik Smelter Grade Alumina yang memproduksi
bahan-bahan baku aluminium, dan Tayan yang direncanakan sebagai
pengolah Chemical Grade Alumina yang digunakan sebagai campuran untuk
pembuatan barang-barang industri, misalnya keramik, pasta gigi, pemutih,
tawas dan sebagainya. Sebagai catatan, ada sekitar 199 produk turunan dari
Chemical Grade Alumina.

Mempersiapkan SDM Masa Depan


Pembangunan Sumberdaya Manusia (SDM) Antam diarahkan untuk
menjawab tantangan Antam masa kini dan masa depan. Pihak SDM bertugas
merekrut, melatih dan mempersiapkan orang agar mereka mampu membaca
peluang bisnis dan bisa memanfaatkannya, bisa mengambil keputusan yang
tepat, yang selanjutnya bisa melakukan penjualan dengan baik.
Dulu kita mungkin belum mempersiapkan orang yang siap untuk memperhatikan kebutuhan dunia. Kita tidak merekrut ahli-ahli ekonomi, tapi ahli
engineering semua. Akibatnya, untuk perencanaan kita harus sewa orang,
dan ini mahal. Di samping punya orang di bidang teknik, kita harus punya

158

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Antam Leadership Development Program (ALDP), salah satu training


pengembangan SDM Antam.

sumberdaya manusia dengan kompetensi terbaik untuk membuat


perencanaan, kata Syahrir Ika, Direktur Umum dan Sumberdaya Manusia
Antam (20032008).
Ke depan, selain efisiensi biaya dengan substitusi BBM dan peningkatan
produktifitas, masa depan Antam juga ditentukan oleh kemantapan
sumberdaya manusia. Proyek-proyek yang direncanakan Antam dengan
mitra-mitra strategis di masa depan akan menjadi sarana yang tepat bagi
Insan Antam untuk belajar dan mengambil manfaat alih teknologi. Untuk itu,
secara internal SDM Antam juga harus disiapkan. Ini tantangan kita, kata
Alwin Syah Loebis, Direktur Utama Antam.
Sementara itu, Syahrir punya kiat lain untuk lebih memberdayakan SDM
Antam agar bisa berkiprah lebih besar dalam membawa Antam ke persaingan bisnis global. Saya berobsesi Antam minimal punya tiga doktor di
bidang business plan, kata Syahrir. Sekarang pihaknya sedang membuka
bursa untuk menjaring pegawai yang akan menjadi doktor, sudah ada 5 orang
yang melamar.
Peningkatan SDM ke depan juga menjadi sorotan para founders Antam.
Para pendahulu yang kenyang dengan asam-garam Antam, yang mampu
meneropong masa depan Antam berdasarkan pengalaman masa lalu, turut
berbagi pesan. Ismail Tangka, Direktur Umum dan SDM Antam (19942003)
misalnya, mengatakan, Harus ada SDM yang matang. Sekarang SDM sudah
matang, tapi kurang pengalaman. Mudah-mudahan ini bisa diimbangi dengan
pertumbuhan.
Kematangan SDM Antam ini juga menjadi pesan Santonius Siregar, Direktur
Pengembangan Antam (19841989). Supaya proses pembelajaran antara
SDM senior dan junior terus terjaga, jangan sampai ada gap dengan tidak

MENATAP MASA DEPAN

159

menerima karyawan dalam waktu yang lama. Kalau ada masalah, mereka
yang kurang berpengalaman bisa mengambil keputusan yang salah, ujar
Santonius.
SDM Antam sekarang mendapat acungan jempol dari TNP Sihombing,
SDM sekarang telah menempuh pendidikan yang lebih baik dan mereka
menempa diri lewat persaingan. Direksi sekarang juga perduli pada
pensiunan, dan tidak hanya sibuk mengembangkan Antam saja, kata
Sihombing.
Harapan ini didukung oleh Ir. Amaris Wahyudi Akil, Direktur Pemasaran
dan Operasi Antam (19841989). Antam dan SDM Antam harus beradaptasi
dengan tuntutan kemajuan jaman modern, kata Akil.

Proyek-proyek Pertumbuhan di Masa Datang


Proyek-proyek pertumbuhan Antam di masa depan difokuskan pada
upaya-upaya memaksimalkan pengolahan cadangan bauksit dan nikel.
Sejumlah proyek pengolahan bauksit dan nikel telah memasuki tahap-tahap
yang penting. Ini semua dilakukan agar pengembangan usaha Antam di masa
depan bisa lebih terarah dan memberikan nilai yang lebih besar kepada
segenap stakeholders.
Pengembangan inipun ditopang oleh respon Antam untuk mengantisipasi
Undang-undang Minerba yang akan diberlakukan dalam waktu dekat.
Undang-undang ini mensyaratkan bahwa perusahaan-perusahaan pertambangan di Indonesia tidak boleh lagi mengekspor bijih. Itulah sebabnya
Antam mulai berpikir ke arah pengolahan bauksit yang selama ini
diekspor dalam bentuk bijih. Seperti telah disebutkan di atas, saat ini sedang
berlangsung pembicaraan bisnis dengan mitra-mitra dari China dan Rusia
untuk mengembangkan bauksit atau cadangan bauksit yang dimiliki Antam
di Kalimantan Barat. Nantinya produk SGA akan dipasokkan ke pabrik
Inalum, produsen aluminium di Asahan yang saat ini masih mengimpor
Smelter Grade Alumina dari luar negeri.
Pertumbuhan melalui pengolahan bauksit ini dinilai bisa mendukung
kehidupan Antam di masa datang. Kalau Antam hanya mengandalkan
penjualan feronikel yang cuma 24 ribu ton pertahun serta menjual bijih nikel
dan bijih bauksit, sementara cadangan emas akan habis pada tahun 2014,
maka pada tahun 2010 atau 2011 nanti Antam sudah mulai rugi, kata Hari
Widjajanto.
Dengan harga nikel yang tidak menentu, kata Hari, industri hilir seperti
Smelter Grade Alumina dan Chemical Grade Alumina itu adalah jalur yang
tepat agar Antam bisa memastikan masa depannya. Ini ditambah lagi dengan
rencana peluncuran FeNi IV, dan pabrik yang akan menggunakan sistem
hydrometallurgy yang berbiaya lebih rendah.
Dengan cadangan bijih nikel yang berkadar rendah (antara 1,6%1,7%),
Antam akan mempergunakan teknologi China yakni blast furnace. Tahap

160

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

awal produksinya adalah NCPI. Proyek yang di Sulawesi Tenggara akan


dikembangkan ke produksi stainless steel, jelas Hari.
Bagaimana jelasnya pertumbuhan Antam di masa depan dicapai? Berikut kita
simak uraian singkat pertumbuhan yang akan ditempuh melalui komoditas
bauksit, nikel, akuisisi dan antisipasi terkait harga minyak.

Proyek Pertumbuhan Bauksit


Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan
Proyek CGA di Tayan, Kalimantan Barat pada areal Kuasa Pertambangan No. KW 98 BP 0183 seluas 36.410 hektar merupakan salah
satu proyek pertumbuhan yang diandalkan Antam di masa mendatang.
Antam akan membangun pabrik alumina dengan kapasitas 300.000 ton
CGA per tahun. Studi kelayakan pembangunan pabrik telah rampung pada
April 1998 dengan kesimpulan proyek CGA ini layak secara teknis dan
ekonomis.
Untuk mendayagunakan cadangan bauksit di wilayah Tayan, Kalimantan
Barat, Antam berencana untuk melakukan kegiatan penambangan bauksit
yang terintegrasi dengan CGA. CGA antara lain dijumpai dalam bentuk tawas,
cat, keramik, pasta gigi, wall-paper, roda pesawat dan sebagainya. Sekitar 199
produk dibuat dengan campuran CGA.
Sepanjang tahun 2004, upaya pembangunan pabrik alumina di Tayan masih
berfokus pada pembentukan perusahaan patungan dengan mitra strategis,
melakukan eksplorasi yang lebih detail dan upaya pembebasan lahan untuk
tambang dan pabrik.
Dari hasil pembicaraan dengan calon mitra strategis pada tahun 2004 telah
dihasilkan beberapa kesepakatan yang tertuang dalam Preliminary Letter of
Intent (LOI), antara lain mengenai jumlah produksi CGA, porsi kepemilikan
saham di perusahaan patungan, pendanaan proyek (debt to equity ratio),
Direksi dan Dewan Komisaris untuk perusahaan patungan yang akan dibentuk,
jasa dan teknologi penambangan, teknologi pengolahan, serta pemasaran
produk, termasuk offtake.
Pada bulan Juli 2004 Antam juga telah menunjuk Citigroup sebagai
penasehat keuangan perusahaan, berkaitan dengan proyek CGA Tayan.
Citigroup akan memberikan masukan dan ikut membantu Antam dalam
mengkaji tingkat kelayakan proyek berdasarkan tujuan perusahan maupun
tujuan ekonomis yang ada dengan menganalisis komponen utama pendanaan
proyek, seperti jumlah hutang yang diperlukan, alokasi risiko, sumber
pendanaan, biaya modal, serta bauran mata uang yang diperlukan.
Pada bulan Maret 2007 didirikan PT Indonesia Chemical Alumina (ICA)
sebagai perusahaan patungan untuk mengkaji kelayakan pembangunan
pabrik CGA di Tayan, Kalimantan Barat. Ir. Dolok Robert Silaban, M.M.,
yang adalah Kepala Proyek Tayan ditunjuk sebagai Direktur Utama ICA.
Pendirian perusahaan patungan tersebut merupakan kelanjutan dari

MENATAP MASA DEPAN

161

Ilustrasi komplek pabrik pengolahan bauksit di Tayan yang akan segera dibangun.

penandatanganan Joint Venture Agreement (JVA) pada bulan Maret 2006,


kata Dolok.
Negosiasi JVA tersebut memakan waktu yang cukup lama dan menjadi
semakin sulit seiring dengan tantangan politik dan ekonomi di Indonesia
akibat krisis ekonomi dan kejatuhan Orde Baru pada tahun 1998. Porsi
kepemilikan Antam dalam proyek Tayan adalah 49% dengan opsi untuk
menambah kepemilikan menjadi 51%, sementara mitra lain yakni Showa
Denko KK (SDK) dari Jepang memiliki 30%, Straits Trading Amalgamated
Resources Private Limited (STAR) dari Singapura memiliki 15% dan Marubeni
dari Jepang memiliki 6%.
Sepanjang tahun 2007, ICA melanjutkan negosiasi dengan para sponsor
dan pihak-pihak terkait, terutama dalam hal struktur pemegang saham dan
pendanaan. ICA juga melakukan update bankable feasibility study (BFS)
yang sebelumnya diselesaikan oleh Mizuho pada tahun 2003 dan juga
melakukan finalisasi pemilihan kontraktor Engineering, Procurement and
Construction (EPC) termasuk lingkup pekerjaan, biaya proyek dan distribusi
biaya. BFS tahun 2003 mengestimasikan produksi CGA dalam proyek Tayan
mencapai 300.000 ton dengan nilai proyek mencapai US$220250 juta
dengan internal rate of return mencapai lebih dari 15%.
Seiring dengan kenaikan biaya yang terjadi sejak tahun 2003, estimasi
biaya untuk proyek ini diperkirakan meningkat, namun diharapkan
ICA masih dapat menghasilkan imbal hasil yang memuaskan
seiring dengan harga alumina yang turut meningkat. Japan Bank for
International Cooperation (JBIC) diharapkan dapat membiayai proyek ini.
Finalisasi proses perjanjian pinjaman sangat tergantung dari finalisasi

162

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

pemilihan EPC terutama dengan salah satu calon kontraktor, yakni Kawasaki
Plant System.
Pada tahun 2007 dan awal tahun 2008, ICA melakukan pekerjaan lapangan
di Tayan, termasuk penyelesaian akses jalan dari jetty (dermaga) menuju
lokasi pabrik alumina, pembukaan lahan untuk infrastruktur, konstruksi
bangunan kantor sementara dan base camp. Pekerjaan selanjutnya
adalah persiapan lahan, jetty, gedung administrasi dan washing plant,
pembukaan akses jalan lebih lanjut, relokasi dan pembebasan lahan tambang.
Diperkirakan ICA akan memulai produksi pada akhir 2010 atau awal 2011.

Smelter Grade Alumina (SGA)


Dalam beberapa tahun ini Antam mengkaji kemungkinan membangun pabrik
smelter grade, atau metallurgical grade alumina dengan memanfaatkan
sebagian cadangan bauksit yang ada. Selama ini SGA dipergunakan
sebagai bahan untuk pembuatan aluminium dan merupakan komoditas
dibandingkan dengan CGA. Meskipun SGA lebih mudah untuk dipasarkan,
CGA memiliki margin yang lebih tinggi dan biaya modal yang lebih rendah.
Pasar CGA adalah pasar niche dan membutuhkan pengetahuan yang lebih
spesifik. Seiring dengan kerjasama yang baik dengan partner untuk CGA dan
juga skala dan biaya yang cukup tinggi untuk membangun SGA, saat ini
Antam berfokus untuk membangun cadangan bauksit dengan memproduksi
CGA, kata Ir. Arifianto Sobana Tiammar, Chief Project Manager Smelter Grade
Alumina and Iron.

Proyek SGA Mempawah, Kalimantan Barat,


dengan Hangzhou Jinjian Group dari China
Setelah terminasi kerjasama dengan Xinfa, kegiatan pengembangan SGA
difokuskan pada wilayah Kalimantan Barat. Pada lokasi Mempawah,
Antam bekerjasama dengan mitra baru yakni Hangzhou Jinjiang Group
dari China. Kepemilikan Antam pada proyek tersebut diperkirakan sebesar
55%. Nilai estimasi awal sebelum dilakukan studi kelayakan adalah sebesar
US$800 jutaUS$1 miliar dan diharapkan pabrik SGA dapat memproses
sekitar satu juta ton alumina. Antam memperkirakan BFS akan selesai pada
tahun 2008. Smelter ini diproyeksikan untuk bisa memproduksi 1 juta ton SGA
per tahun.

Proyek SGA Munggu Pasir, Kalimantan Barat,


dengan UC Rusal dari Rusia
Pada bulan September 2007, Antam menandatangani Heads of Agreement
(HoA) dengan UC Rusal, produsen aluminium terbesar Rusia untuk
melakukan kajian atas kemungkinan pemanfaatan deposit bauksit dan
membangun proyek SGA di Kalimantan Barat, Indonesia. Diperkirakan proyek
tersebut dapat memproses 3,6 juta wmt bauksit tercuci per tahun menjadi
1,2 juta ton SGA per tahun. Perkiraan biaya proyek awal adalah sekitar
US$1,2-1,5 miliar dengan perkiraan porsi kepemilikan Antam pada proyek
tersebut adalah sekitar 49% sementara UC Rusal sebesar 51%. Kajian
kelayakan akan dilakukan untuk menentukan biaya investasi, lokasi,
teknologi, lingkungan dan faktor-faktor penting lainnya sebelum tahap awal
pengembangan proyek dimulai.

MENATAP MASA DEPAN

163

Proyek Pertumbuhan Nikel


Proyek Alliance Buli, Halmahera,
Maluku Utara dengan BHP Billiton

Proyek Alliance
adalah nama
yang diberikan
untuk kerjasama
yang dilakukan
oleh Antam dan
BHP Billiton
untuk
memanfaatkan
sumberdaya
nikel laterit yang
besar di Buli.

Meskipun tahap pertumbuhan organik berikutnya


berasal dari alumina, peningkatan kapasitas
produksi nikel masih merupakan bagian dari masa
depan Antam. Proyek Alliance adalah nama yang
diberikan untuk kerjasama yang dilakukan oleh
Antam dan BHP Billiton untuk memanfaatkan
sumberdaya nikel laterit yang besar di Buli.
Seiring dengan penandatangan Heads of Agreement
(HoA) pada bulan Februari 2007 serta Alliance
Agreement dan Joint Venture Agreement pada Juni
2008, Antam dan BHP Billiton akan mengkaji
pengembangan
proses
pyrometallurgy
dan
hydrometallurgy untuk deposit Buli di Pulau
Halmahera dan Pulau Gag di Sorong.
Langkah ini sejalan dengan strategi Antam
menuju penerapan teknologi yang lebih tinggi serta
berfokus pada peningkatan aktivitas pemrosesan
logam hilir. Aliansi strategis dengan BHP Billiton
diharapkan dapat memitigasi biaya dan resiko dari
pengembangan deposit mineral.
Bagi Antam, proyek ini merupakan bagian dari
strategi bisnis dalam hal diversifikasi produk
untuk meningkatkan nilai bagi pemegang saham.
Proyek ini juga membantu pengembangan industri
Indonesia seiring dengan pemrosesan komoditas
di dalam negeri serta pada akhirnya menciptakan
nilai tambah maksimum dibandingkan hanya
dengan melakukan ekspor bijih, kata Tato Miraza,
Direktur Pengembangan Antam.

NCPI Pulau Obi, Maluku Utara


dengan Tsingshan
Pada tahun 2006 Antam melihat kesempatan
untuk memanfaatkan besi dari cadangan nikel
kadar rendah di Pulau Obi yang mengandung
kadar besi yang tinggi dan memulai kajian bersama
dengan sebuah perusahaan dari Eropa Timur. Dalam
perjalanannya proyek yang dinamakan Obi Island
Iron Cap tersebut terhenti. Seiring dengan kenaikan
harga dan dimulainya produksi Nickel Contained in

164

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Pig Iron (NCPI) di China, Antam kembali mengkaji kondisi ini dalam rangka
pengembangan selanjutnya. Pada tahun 2007, permintaan dari China untuk
bijih nikel kadar rendah meningkat seiring dengan digunakannya blast furnace
oleh produsen pig iron untuk memproduksi NCPI dibandingkan pig iron saja.
NCPI mengandung 3-5% nikel sementara feronikel mengandung sekitar 20%
nikel. Meskipun tidak berbiaya tinggi dan lebih mudah untuk membangun
atau mengkonversi serta tidak membutuhkan pembangkit listrik, biaya
produksi marjinal tetap tinggi yang disebabkan komponen biaya terbesar
yakni transportasi bijih. Oleh sebab itu Antam mempertimbangkan untuk
membangun blast furnace di sekitar tambang Obi dan meningkatkan efisiensi
dengan menurunkan biaya transportasi bijih dengan efektif.
Pada bulan Oktober 2007, Antam menandatangani perjanjian dengan
Tsingshan Holding Group Co. Ltd dari China untuk memulai kajian kelayakan
atas pembangunan pabrik baja nirkarat (stainless steel) terintegrasi di konsesi
nikel laterit Pulau Obi, Maluku Utara. Kajian tersebut akan mempertimbangkan pembangkit listrik, pabrik NCPI (feronikel) dan pabrik baja nirkarat serta
kapasitas dan jumlah investasi yang diperlukan. Antam dan Tsingshan akan
membentuk konsorsium untuk melakukan studi kelayakan, mengajukan
permohonan ijin yang diperlukan serta menyiapkan perjanjian-perjanjian
lebih lanjut. Biaya untuk kajian kelayakan dan pekerjaan awal diperkirakan akan mencapai tidak lebih dari US$2 juta. Berdasarkan perjanjian
tersebut, perusahaan patungan hanya akan dibentuk apabila studi kelayakan
menunjukkan hasil memuaskan. Studi kelayakan diharapkan selesai pada
tahun 2008.

NCPI Mandiodo, Sulawesi Tenggara dengan Jindal


Kemajuan baru di bidang pengembangan stainless steel tercatat pada
tanggal 12 Mei 2008, di mana Antam menandatangani Joint Venture Agreement
dengan Jindal Stainless Limited untuk membangun fasilitas peleburan nikel
dan stainless steel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Kepemilikan Antam
dalam proyek tersebut adalah sebesar 55% dan Jindal sebesar 45%.
Untuk tahap awal proyek ini direncanakan akan memiliki kapasitas
sebesar 200.000 ton per tahun nikel dalam feronikel dan sekitar 250.000 ton per
tahun high quality stainless steel seri 300 dalam bentuk stainless steel slabs
atau stainless steel long products.
Proyek patungan bernama PT Antam Jindal Stainless Indonesia akan mengawali aktivitas kontruksi pada awal 2009 dan commissioning diharapkan
dilaksanakan pada pertengahan tahun 2011. Proyek terintegrasi tersebut
akan memproses bijih nikel dari konsesi Antam di Mandiodo yang memiliki
kadar nikel rata-rata 1,5%. Selain fasilitas pengolahan nikel dan stainless
steel, proyek ini dilengkapi dengan pembangkit listrik bertenaga batubara,
sarana pengolahan aur, pelabuhan serta infrastruktur lain. Total investasi
untuk proyek ini diperkirakan US$700 juta.

MENATAP MASA DEPAN

165

Akuisisi
Akuisisi Cadangan Bauksit:
PT Borneo Edo Internasional (Antam: 60%)
dan PT Mega Citra Utama (Antam: 80%)
Pada tahun 2007, Antam melanjutkan upaya peningkatan potensi cadangan dan sumberdaya di Indonesia. Dengan berlakunya kebijakan otonomi
daerah, Antam menghadapi peningkatan persaingan domestik untuk prospek
mineral. Sepanjang tahun 2007 dan awal 2008, Antam mengakuisisi dua
perusahaan eksplorasi, yakni PT Borneo Edo International dan PT Mega Citra
Utama di Kalimantan Barat dengan kepemilikan masing-masing sebesar 60%
dan 80%. Kedua perusahaan tersebut memiliki Kuasa Pertambangan eksplorasi
untuk komoditas bauksit dengan yang memiliki prospek menarik. Antam
akan menyelesaikan dokumentasi hukum yang diperlukan dan melakukan
kegiatan eksplorasi yang lebih detil.

Proyek Pertumbuhan melalui Akuisisi-Diversifikasi


Aset dan Peningkatan Deposit Emas
Dengan posisi kas yang besar pada akhir tahun 2007 dan dengan arus kas
bebas yang diharapkan lebih substansial, Antam akan melakukan akuisisi
untuk bertumbuh dan diversifikasi. Pada tahun 2007, Antam menunjuk
Macquarie untuk memberikan pendapat dalam menentukan pilihan akuisisi
terbaik. Target akuisisi Antam berfokus pada komoditas emas seiring dengan
cadangan emas di Pongkor yang akan habis, serta diversifikasi produk selain
komoditas nikel yang mencatat 89% dari total pendapatan 2007.

Rencana Takeover Herald Resources Ltd.,


Proyek timbal/seng di Sumatera
Pada akhir bulan Desember 2007, Antam memutuskan untuk melakukan
penawaran tandingan dalam rangka ambil alih Herald Resources Ltd.,
sebuah perusahaan Australia yang tercatat di ASX yang aset terbesarnya
adalah kepemilikan proyek timbal dan seng di Indonesia, yakni PT Dairi Prima
Mineral sebesar 80%. Herald Resources Ltd. sudah bekerjasama cukup lama
dengan Antam yang memiliki 20% kepemilikan PT Dairi Prima Mineral.
Untuk menciptakan nilai yang lebih besar, Antam bekerjasama dengan
Shenzhen Zhongjin Linglan Nonfemet Co. Ltd. dari China dalam rangka
ambil-alih Herald, melalui special purpose vehicle (SPV), bernama Tango
Mining Pte. Ptd., yang dibentuk untuk keperluan akuisisi. Zhongjin
memiliki pengalaman lebih dari empat puluh tahun menjalankan tambang
dengan kadar lebih rendah dan lebih dalam di China Selatan dibandingkan
dengan tambang pada deposit Anjing Hitam yang dimiliki PT Dairi Prima
Mineral. Pada kapasitas penuh, akan diperoleh output sebesar 1 juta ton
untuk 7 tahun (320.000 ton konsentrat dan 175.000 ton logam). Cadangan

166

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

dan sumberdaya yang ada sebesar 15,3 juta ton (dengan kadar 13,4% seng
dan 7,8% timbal).
Strategi akuisisi atas Herald merupakan salah satu inisiatif diversifikasi
perusahaan. Meski demikian, setelah dilakukan studi dan pertimbangan
lebih lanjut, Antam dan Zhongjin sepakat tidak memperpanjang penawaran
senilai AS$2,80 per saham atas saham Herald karena Antam dan Zhongjin
menilai itulah harga maksimal yang dapat memberikan nilai bagi pemegang
saham Antam dan Zhongjin. Tango juga telah memutuskan untuk menerima
penawaran dari Calipso Investment Pte. Ltd. SPV yang dibentuk PT Bumi
Resources untuk mengakuisisi Herald untuk seluruh saham Herald yang
dikontrol oleh Tango yang berjumlah 38.257.618 lembar.

Antisipasi Biaya Terkait Harga Minyak


Di usia yang ke-40 tahun Antam telah mencapai kinerja keuangan yang
solid. Ini ditunjukkan melalui angka-angka kinerja keuangan per 2007 yang
mengagumkan. Penjualan bersih naik signifikan menjadi Rp12,008 triliun
yang dipicu oleh peningkatan harga komoditas dan volume penjualan. Laba
bersih Antam di tahun 2007 adalah sebesar Rp5,132 triliun, naik 231%
dari tahun sebelumnya, akibat peningkatan pendapatan yang melebihi
peningkatan biaya.
Kinerja prima ini antara lain akan dipertahankan dengan mengantisipasi
harga minyak di masa datang. Untuk mengurangi ketergantungan
terhadap MFO (Marine Fuel Oil) untuk pasokan energi, Antam perlu menempuh
berbagai strategi alternatif pengganti MFO. Yang menjadikan beban Antam
agak berat adalah energi, karena sekarang kita mempergunakan MFO. Dalam
struktur biaya Antam, biaya energi menempati hampir 37%. Nah, kalau
tetap bergantung pada MFO, maka ke depan Antam tidak akan bisa
survive. Jadi kita perlu energi alternatif, yakni dengan mengupayakan
penggunaan batubara (coal fired), misalnya. Strategi yang bisa ditempuh

Komplek PLTD III Pomalaa yang saat ini masih menggunakan bahan bakar minyak.
Kedepannya, Antam mempertimbangkan beberapa opsi penggunaan energi alternatif
untuk memenuhi kebutuhan listrik perusahaan.

MENATAP MASA DEPAN

167

adalah dengan merintis berbagai kerjasama untuk mengadakan sumber energi


batubara dan berusaha tidak bergantung pada pihak lain serta bisa punya
pemasok energi batubara sendiri, kata Hari Widjajanto.
Menekan biaya terkait harga minyak sekaligus menjalankan usaha ramah
lingkungan merupakan pilihan Antam di masa depan. Penandatanganan
perjanjian pembelian Tenaga Listrik (power purchase agreement - PPA)
dengan PT Tamboli Energi (Tamboli) merupakan salah satu wujud dari usaha
Antam tersebut. Pada bulan September 2007, PPA sudah ditandatangani
Antam dan Tamboli untuk kontrak pemasokan tenaga listrik dengan beban
puncak sebesar 15MW untuk fasilitas pabrik feronikel Antam di Pomalaa dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 4X5MW milik Tamboli.
PLTA yang terletak di wilayah Kolaka, sekitar 63 km dari Pomalaa,
tersebut adalah PLTA dengan tipe run of river (ROR). PLTA ini dibangun di aliran
sungai yang memiliki arus air yang konsisten dan stabil. Tenaga listrik
dibangkitkan dengan cara mengalihkan sebagian dari air sungai untuk
memutar turbin pembangkit listrik dengan memanfaatkan arus air yang
terjun secara natural dari tempat yang lebih tinggi. Air akan meninggalkan
stasiun pembangkit listrik dan kembali ke sungai tanpa mengubah aliran
ataupun tingkat ketinggian air sungai. PLTA jenis ini tidak atau sangat sedikit
menyebabkan pembentukan danau buatan di hulu sungai sehingga
habitat awal dari wilayah tersebut sebagian besar tidak terganggu, dan tidak
diperlukan adanya relokasi penduduk ke wilayah lain.
Antam memberikan dukungan bagi perkembangan ekonomi dan bisnis di
wilayah tempat Antam beroperasi. PPA dengan Tamboli juga memberikan
keuntungan secara bisnis bagi Antam, walaupun hanya mencakup porsi yang
relatif kecil dari keseluruhan kebutuhan tenaga listrik Antam. Perjanjian
tersebut merupakan langkah penting dan strategis untuk mengurangi
ketergantungan Antam atas bahan bakar minyak MFO sebagai sumber utama
tenaga listrik perusahaan. Dengan mulai membeli tenaga listrik dari PLTA
Tamboli dengan harga US$0,056/Kwh di tahun 2009, biaya tenaga listrik
untuk produksi feronikel Antam dapat dihemat hingga 8%-10%, yang tentu
saja akan menghemat biaya tunai produksi feronikel Antam.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, sampai saat ini Antam masih terus
mencari energi alternatif terbaik lainnya untuk menggantikan bahan bakar
minyak yang masih digunakan. Upaya-upaya efisiensi biaya dan peningkatan produktivitas tersebut merupakan salah satu strategi Antam untuk tetap
menjadi perusahaan tambang berbiaya rendah (low cost producer).

168

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Jajaran Direksi Baru, Harapan Baru


Momen ulang tahun keempat puluh Antam juga ditandai dengan penunjukan Direksi baru yang ditetapkan melalui RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham) tanggal 26 Juni 2008. Alwin Syah Loebis, Direktur Operasi Antam
(20032008) terpilih sebagai Direktur Utama. Winardi, yang semula adalah
Senior Vice President Unit Bisnis Pertambangan Emas ditunjuk sebagai
Direktur Operasi. Achmad Ardianto, yang semula adalah Deputy Senior
Vice President of Operation Unit Bisnis Pertambangan Emas terpilih
sebagai Direktur Sumberdaya Manusia, Tato Miraza yang sebelumnya
adalah Project Group Leader Nickel and Energy Development Project sebagai
Direktur Pengembangan, Denny Maulasa yang sebelumnya adalah Senior Vice
President Unit Bisnis Pertambangan Nikel ditunjuk sebagai Direktur Umum dan
CSR. Djaja M. Tambunan, yang berasal dari kalangan profesional perbankan,
ditunjuk sebagai Direktur Keuangan.
Strategi pengembangan dan pertumbuhan serta harapan-harapan terhadap
Antam di masa depan disampaikan oleh jajaran Direksi pada kesempatan
ulang tahun keempat puluh Antam sekaligus di hari-hari awal perjuangan
mereka untuk membawa Antam menjadi perusahaan yang mampu memaknai
alam lebih baik dan melintas masa depan yang lebih cerah.

Alwin Syah Loebis, Direktur Utama


Lulusan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung dan penyandang gelar
Magister Manajemen Prasetya Mulya ini telah berkarya untuk Antam sejak
1983.
Di awal jabatannya sebagai Direktur Utama Antam, Alwin percaya Antam
bisa berkembang dan menjadi perusahaan Indonesia yang berkelas dunia
(global company), paling tidak pada tahun 2015, yang akan dicapai melalui visi
Antam dengan percepatan realisasi visi tersebut. Ini ditempuh dengan
pengembangan organik seperti Tayan Chemical Grade Alumina dan proyek
energi alternatif, serta pengembangan anorganik terutama melalui akuisisi
dan merger pada portofolio emas. Dengan merger dan akuisisi kita bisa
menjalankan diversifikasi produk untuk mempertahankan kontinuitas
pertumbuhan. Jadi bila harga nikel turun, kita bisa mengantisipasinya dengan
komoditas lain seperti emas, bauksit, dan mineral lainnya, kata Alwin.
Alwin mengakui salah satu tantangan terberat jajaran Direksi baru adalah
fluktuasi harga nikel. Orang awam biasanya tidak paham kondisi perusahaan
sebenarnya. Mereka hanya tahu profit kita tahun 2007 sebesar Rp5,13 triliun.
Kalau ada penurunan mereka menganggap manajemennya tidak benar, tutur
Alwin. Meskipun demikian, Alwin tetap optimistis siklus kenaikan harga nikel
akan muncul lagi di tahun mendatang meski mungkin tidak setinggi tahun
2007. Yang penting sekarang adalah bagaimana menjelaskan kepada investor
dan publik bahwa kinerja operasi bisa kita jaga dan tingkatkan lagi. Kita tidak
bisa mengendalikan harga BBM, tapi kita mampu mengendalikan biaya. Kita
harus cari langkah-langkah untuk mengendalikan biaya, kata Alwin.

MENATAP MASA DEPAN

169

Sumberdaya manusia (SDM) juga menjadi sorotan Alwin. Ia mengatakan


teknologi di dunia pertambangan tidak banyak berubah, dan Antam
sudah menguasai teknologi operasi nikel dan emas. Namun SDM yang ada
kemampuannya masih terbatas dan selama ini tak mudah merekrut SDM
yang sudah jadi. SDM memang harus diwaspadai. Kita berfokus pada pembenahan untuk menyiapkan kader-kader kita. Untuk teknologi yang belum
kita kuasai, misalnya proses hidrometalurgi untuk nikel, kita bekerjasama
dengan pihak-pihak lain yang sudah memiliki teknologi itu. Seluruh mitra
Antam harus memberi kontribusi pada SDM kita, kata Alwin.
Menyinggung soal harapan khusus Menteri Negara BUMN terhadap
jajaran Direksi baru Antam, Alwin menjelaskan bahwa Menteri menginginkan
Antam menjadi perusahaan yang menguasai aset dan operasional di Indonesia
dengan standar internasional. Saya sebenarnya ditugaskan oleh Menteri
sebagai orang yang paling tua di antara Direksi baru untuk mengawal temanteman Direksi baru agar berkiprah di Antam dengan arah yang benar. Dan ini
benar-benar merupakan tantangan bagi saya. Menteri mengatakan, dari enam
direktur, lima direktur bertugas menginjak gas, dan satu orang lagi bertugas
menginjak rem. Saya percayakan rekan-rekan Direksi untuk berinovasi dan
berkreasi pada jalur yang benar. Kalau salah arah, saya belokkan ke arah
yang benar. Ini berat, tapi inilah seninya, tutur Alwin.
Ke depan, Alwin berharap Antam tidak mudah digoyang oleh harga komoditi
dengan berkembang secara fleksibel. Saat ini Antam adalah price-taker. Di
masa datang, meski mungkin belum bisa menjadi price-maker, setidaknya
Antam tidak goyah meskipun harga pasar berubah. Ini bisa ditempuh dengan
meningkatkan kapasitas produksi nikel, yang saat ini hanya 2-3% kebutuhan
dunia, ke angka yang lebih tinggi lagi. Melalui kemitraan dengan BHP Billiton
kita bisa menjadi pemain kelas dunia, dengan meningkatkan kontribusi nikel
Antam di pasar dunia, jelas Alwin.

Winardi, Direktur Operasi


Winardi bergabung dengan Antam pada tahun 1991. Lulusan Teknik Metalurgi
Institut Teknologi Bandung, 1988 dan menyandang gelar Magister Manajemen
dari Prasetya Mulya.
Sebagai Direktur Operasi, Winardi menetapkan kontrol internal dan
peningkatan volume produksi dan penjualan sebagai strategi operasi Antam.
Dibanding tahun lalu, pada tahun 2008 ini kita mengalami tekanan yang
siginifikan di bidang harga komoditas. Itulah sebabnya kapasitas produksi
dan tenaga kerja harus kita maksimalkan. Fasilitas pabrik yang kita
miliki bisa dinaikkan 10 sampai 15%. Untuk menekan biaya, kita mencari
alternatif BBM. Kita bisa gunakan batubara atau gas sebagai pengganti
minyak. Dan yang paling penting lagi dari sisi operasi adalah kita
bisa memastikan keselamatan kerja. Keselamatan kerja adalah segalagalanya. Kita harus pastikan karyawan dalam kondisi aman dan pencemaran
lingkungan bisa dikendalikan, kata Winardi.

170

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Dari kacamata operasi, Winardi melihat Undang-Undang Otonomi Daerah


sebagai tantangan yang membuat Antam harus mampu menjalin kerjasama
yang lebih baik dengan pemerintah daerah. Ini kondisi yang lebih sulit
daripada sebelumnya karena sekarang ada kecenderungan pemerintah daerah
selalu berbeda pendapat dengan pemerintah pusat. Ini merupakan tantangan
yang tak terelakkan, ujar Winardi.
Bagi Winardi, Antam memiliki peluang dengan dukungan sumberdaya alam
Indonesia yang melimpah, dan ini didukung oleh kompetensi Antam di bidang
teknologi pengolahan nikel dan emas. Peluang lain adalah peningkatan nilai
tambah komoditas bauksit dengan mengolah bauksit menjadi alumina. Untuk
itu perlu segera ada alih teknologi melalui kerjasama dengan mitra strategis.
Ke depan, Winardi berharap Antam menjadi perusahaan pertambangan yang
dihargai di dalam dan di luar negeri. Dengan apa yang kita punya dan kita
berikan selama ini, kita akan menjadi perusahaan terpandang secara nasional
dan internasional. Kesempatan itu pasti ada, kata Winardi.

Tato Miraza, Direktur Pengembangan


Tato Miraza, lulusan Teknik Metalurgi ITB dan penyandang gelar Magister
Manajemen dari Prasetya Mulya ini bergabung dengan Antam pada tahun
1992.
Sebagai Direktur Pengembangan, Tato utamanya akan berkonsentrasi pada
nikel dan emas serta melakukan diversifikasi usaha di bidang pertambangan
yang lainnya seperti batubara dan iron ore serta logam dasar. Di bidang nikel,
kata Tato, nikel kadar rendah itu sebenarnya sudah cukup tinggi. Kita salah
persepsi. Yang jadi persoalan adalah science of production dan science of
equipment-nya. Nikel yang ada bisa diolah dengan teknologi hidrometalurgi
yang dalam skala ekonomis harus berbiaya rendah dengan kapasitas plant
yang lebih besar. Masalahnya, di dunia pada umumnya mendapatkan
energi yang murah itu sulit, saat ini rata-rata biaya energi Antam sekitar
US$16-18/KWH.
Tato juga menganggap peningkatan kualitas produk sebagai tantangan.
Itulah sebabnya ia ingin Antam memiliki dan menguasai teknologi yang bisa
mengolah semua sumberdaya yang ada dengan baik. Untuk itu bermitra
dengan pihak asing bisa dijadikan pilihan, selain karena masih dibutuhkannya
modal yang sangat besar untuk proyek-proyek pengembangan Antam.
Contohnya, kita belum menguasai teknik hidrometalurgi baik di bidang
pengelolaan nikel ataupun bauksit. Dipilihnya BHP Billiton untuk proyek
hidrometalurgi itu karena alasan alih teknologi yang akan memberikan value
terbaik bagi Antam demikian juga dipilihnya Showa Denko dan Marubeni
untuk pengembangan CGA di Tayan untuk mendapatkan proses alih teknologi
dan pasar, kata Tato.
Untuk cadangan emas, Tato akan menempuh pengembangan dengan dua
cara. Pertama, dengan pertumbuhan organik melalui investigasi geologi dan

MENATAP MASA DEPAN

171

eksplorasi. Kedua, melalui pertumbuhan anorganik dengan merger dan akuisisi


beberapa perusahaan emas.
Tato berharap ke depan Antam harus menjadi perusahaan yang berbasis
pertambangan, bukan perusahaan pertambangan semata. Antam juga harus
kompetitif di pasar global, tidak hanya di pasar dalam negeri saja. Untuk
itulah Tato berpendapat misi Antam yang ada saat ini harus disesuaikan
dengan beberapa tambahan. Kami sebagai Direksi diminta memaksimalkan
stakeholder values. Itu memang harus. Tapi bagi saya, kita masih perlu
business opportunity, dan delivery of value to the company at the right timing
melalui perumbuhan organik dan anorganik. Kita juga perlu meningkatkan
kinerja dan kompetensi karyawan sesuai dengan nilai-nilai Antam. Misi saya
adalah bagaimana Insan Antam mampu menjalankan perusahaan dengan
kompetensi yang tinggi, kata Tato.

Achmad Ardianto, Direktur Sumberdaya Manusia


Bergabung dengan Antam pada tahun 1995, Achmad Ardianto, adalah
Insinyur Pertambangan Umum Institut Teknologi Bandung dan penyandang
gelar Business Administration dari Universitas Tweente, Belanda.
Menurut Ardianto, visi Antam di bidang SDM adalah mencapai human
capital excellence seperti yang tertuang dalam Human Capital Charter Antam.
Itulah sebabnya jauh-jauh hari sudah disiapkan road-map pengembangan
SDM, mulai dari penetapan visi dan misi perusahaan, human capital
acquisition, dan development retention. Human capital excellence ini ditandai
dengan tersedianya Insan Antam yang diakui kualitasnya dalam industri
pertambangan global.
Fase pengembangan SDM ditetapkan sebagai berikut: 20072009
sebagai fase pengembangan pertama, 20092013 sebagai fase pengembangan
kedua, dan 2013-2015 sebagai fase go international. Kita sekarang berada
pada fase pertama, yakni menyiapkan tenaga-tenaga berkompeten di
bidangnya. Kita juga menyiapkan organization structure sesuai visi dan misi,
menyiapkan levelling untuk grade pekerjaan, mengidentifikasi karyawan
berdasarkan personal grade untuk melihat adanya kesesuaian antara job
grade dan personal grade. Tahap berikutnya kita mengembangkan pemimpin
berkualitas tinggi karena kita melihat karyawan bukan sebagai karyawan
semata, melainkan sebagai pemimpin, sehingga setiap karyawan akan berpikir
seperti pemimpin, kata Ardianto yang biasa dipanggil Didi ini.
Didi menilai kekuatan SDM Antam terletak pada tingginya kesiapan SDM
Antam untuk berubah dan SDM yang bersemangat tinggi. Sementara itu
kelemahan Antam adalah belum terciptanya komposisi yang berimbang antara
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki SDM Antam. Di satu sisi ada
orang yang memiliki keterampilan tinggi tapi tidak didukung pengetahuan
dibidangnya yang memadai, dan sebaliknya, kata Didi. Selain itu, ancaman
bagi Antam kedepan adalah pembajakan tenaga kerja, dimana akan hilangnya
orang-orang terbaik Antam karena ketidaksiapan perusahaan untuk
mengembangkannya.

172

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Meski baru 13 tahun berkarya untuk Antam, Didi bisa merumuskan bahwa ke
depan Antam tidak hanya akan menjadi the best local player saja melainkan
menjadi global player. Antam harus menjadi perusahaan trans-nasional.
Untuk itulah pengembangan SDM akan dikonsentrasikan ke standarisasi
Training Center, dimana diberikan pelatihan di bidang technical courses dan
technical know how courses yang didesain sesuai ciri khas dan kekuatan
masing-masing unit, ujar Didi.

Denny Maulasa, Direktur Umum dan CSR


Insinyur Teknik Mesin Universitas Hasanudin Makassar dan penyandang
gelar Magister Manajemen Prasetya Mulya ini bergabung dengan Antam pada
tahun 1986.
Denny menyatakan bidang CSR (Corporate Social Responsibility)
dikendalikan langsung oleh seorang direktur karena berbagai alasan, antara
lain karena lokasi sumberdaya alam Antam yang bersanding dengan
masyarakat lokal dan adanya undang-undang Otonomi Daerah. Sejak
bergulirnya reformasi, operasi pertambangan kerap kali diganggu. Ini tidak
bisa ditangani dengan sebelah mata. Dari segi Otonomi Daerah, permasalahan
tumpang-tindihnya pengelolaan Kuasa Pertambangan dengan kepala daerah
akan makin marak berkait dengan rencana pertumbuhan operasi nikel Antam
di masa depan, yang mengharuskan Antam untuk menangani masalah ini
melalui program-program CSR, kata Denny.
Program-program CSR Antam sejalan dengan misi Antam, yakni berkontribusi
secara signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan
peningkatan taraf hidup ini akan tumbuh empati masyarakat terhadap Antam
agar masyarakat sekitar bisa terus memberikan dukungan penuh pada
Antam.
Berkaitan dengan masalah gesekan dengan masyarakat atau tekanan dari
pemerintah daerah, Denny memandang Antam perlu menetapkan panduan
yang bisa digunakan masing-masing unit untuk menentukan tujuan-tujuan
dari visi Antam. Selama ini kita melakukan pendekatan reaksioner, setelah
masalah muncul, misalnya setelah ada desakan dari pemerintah daerah. Ini
perlu kita ubah, kata Denny.
Denny menyebutkan perhatian Antam terhadap CSR cukup besar, yang
antara lain bisa dilihat dari ditunjuknya direktur khusus untuk menangani
CSR. Program CSR Antam akan melibatkan 60% masyarakat setempat. Antam
pun membagi wilayah distribusi program CSR menjadi empat, yaitu Ring Satu
sekitar daerah operasi Antam, Ring Dua sekitar kabupaten, Ring Tiga sekitar
propinsi dan Ring Empat sekitar daerah yang berdekatan dengan propinsi.
Selebihnya Denny berharap ke depan Antam bisa lebih besar lagi dan menjadi
nomor satu terutama di bidang nikel. Karena itu kami berharap karyawan
bisa melihat niat baik perusahaan. Kalau perusahaan maju, karyawan juga
bisa menikmati hasilnya, ujar Denny.

MENATAP MASA DEPAN

173

Djaja M. Tambunan, Direktur Keuangan


Sebelum bergabung dengan Antam, lulusan Business Administration
Universitas Canberra, Australia ini memegang sejumlah posisi kunci di bidang
perbankan, antara lain sebagai Senior Vice President Korporasi HSBC dan
Executive Director JP Morgan. Djaja merupakan wajah baru di
Antam. Itulah sebabnya ia belum bisa membeberkan banyak rencana.
Ibaratnya saya ini seperti orang baru menikah. Saya masih harus mempelajari industrinya. Tanpa pengetahuan dasar tentang perusahaan, saya tidak
tahu apa yang akan saya jalankan, kata Djaja. Yang Djaja tahu persis adalah
bahwa bisnis sebuah perusahaan ada naik dan turunnya. Untuk mengantisipasi penurunan, Antam harus berjaga-jaga dengan memprioritaskan
kepentingan-kepentingan ke depan, misalnya melalui mengevaluasi ulang
cost structure, proyek-proyek ke depan, atau peningkatan pasar modal di luar.
Semuanya ditujukan untuk menjaga reputasi Antam di mata investor di
dalam dan luar negeri, ujar Djaja.
Ke depan, Djaja berharap Antam bisa menjadi major player di bidang
industri pertambangan karena Indonesia memiliki sumberdaya mineral
yang cukup strategis terhadap industri. Jangan sampai sumberdaya ini
disalahgunakan. Sebagai BUMN kita memiliki tanggungjawab kepada
masyarakat, kata Djaja.
Djaja juga melihat Antam punya potensi yang besar sekali karena punya
lahan, pengalaman dan teknologi. Kalau mau menempuh diversifikasi, kita
cari mitra sinergis yang tepat dan kita alihkan teknologinya. Yang penting
kita punya visi dan kemudian kita tetapkan road-map untuk mencapai
tujuan itu, sementara itu bagian keuangan akan mendukung karena
keuangan adalah salah satu sumber yang paling sensitif terhadap posisi
perusahaan, kata Djaja.

Harapan Masa Depan


Bagi sejumlah orang, kiprah perjalanan 40 tahun Antam sebagai perusahaan
pertambangan merupakan fenomena yang eksepsional dan memiliki masa
depan yang menjanjikan. Antam akan menjadi perusahaan yang sangat
besar. Sejak tahun 1989 saya sudah bermimpi Antam menjadi perusahaan
yang besar dan saya yakin itu, kata Dolok Robert Silaban, President Director
PT Indonesia Chemical Alumina.
Nama besar itu tentunya tak tercipta begitu saja. Ada suatu masa Antam
dipandang sebelah mata oleh perusahaan-perusahaan lain. Waktu saya
pertama kali masuk Antam, kalau saya harus pergi ke seminar-seminar atau
kursus, saya selalu menunduk kalau ketemu rekan-rekan dari perusahaan
lain, karena Antam masih di posisi low-level. Tapi sekarang, saya bangga
mengenakan seragam Antam. We are one of the best state-owned enterprises, ujar Dolok, sambil mengibaratkan bahwa Antam sudah mulai
membangun untuk menembus angkasa.

174

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Djundjungan Sinambela, Kepala Unit Pertambangan Emas Pongkor (1998),


melihat masa depan Antam dengan kacamata cadangan. Cadangan nikel
Antam aman, namun harus dijaga agar tidak digerogoti pihak luar. Itulah
sebabnya perlu program CSR yang bagus, kata Sinambela.
Kosim Gandataruna, Direktur Utama Antam 1984-1989 merumuskan 6
hal pokok untuk masa depan Antam; yakni: (1) dikembalikannya budaya
korporat positif masa lalu, yaitu kebersamaan, (2) peningkatan GCG secara
utuh, (3) pelaksanaan CSR yang konsisten, (4) peningkatan mutu sumberdaya
manusia, (5) peningkatan daya saing dengan pengembangan dan penerapan
teknologi maju, khususnya dalam menghadapi kelangkaan dan tingginya harga
energi, dan (6) peningkatan nilai tambah melalui vertical integration sampai ke
produk-produk manufacturing.
Ki Agus Umar Tochfa, Direktur Keuangan Antam (1997-2003) menjabarkan
harapannya agar Antam mampu meningkatkan nilai tambah melalui
pengembangan pengolahan. Antam harus punya kepastian kapan
berhenti menjadi penjual bijih. Bijih nikel Antam harus diolah menjadi
stainless steel dan bauksit menjadi alumina. Dengan demikian Antam akan
menjadi kuat, kata Umar.
Dedi Aditya Sumanagara, Direktur Utama Antam (19972008), menyatakan
bahwa masa depan Antam sangat bergantung pada cadangan, expertise di
bidang tambang, financing, track records, dan akses ke pasar modal. Saya
yakin Antam akan menjadi perusahaan kelas dunia yang membawa bendera
Indonesia yang kita banggakan, kata Dedi.
Harapan untuk masa depan Antam juga disampaikan oleh Komisaris
Utama Antam, Ir. Wisnu Askari Marantika secara khusus untuk Dewan
Direksi masa depan, seperti yang disampaikan dalam Sambutan Dewan
Komisaris pada Laporan Tahunan Antam 2007. Dalam pengelolaan
perusahaan, Dewan Komisaris mendorong diterapkannya Good Corporate
Governance (GCG) secara berkesinambungan di Antam dengan Pedoman
Kebijakan Perusahaan (PKP) sebagai pilar utama dalam implementasinya. Ini
ditujukan untuk meningkatkan kinerja Perseroan dan menjamin kesinambungan usaha, kata Wisnu.
Wisnu juga meminta meminta Direksi untuk terus meningkatkan fungsi
internal control dan pengelolaan risiko agar tidak ada lagi penyimpanganpenyimpangan yang dapat menambah beban biaya perusahaan dan
sekaligus mengantisipasi serta menangkal sejak awal risiko-risiko yang
mungkin timbul dan berdampak besar. Dewan Komisaris yakin, dengan
pengalaman 40 tahun, fundamental perusahaan sudah semakin kokoh untuk
menghadapi berbagai tantangan yang menghadang, dan makin berpengalaman
memanfaatkan peluang. Dengan sistem pengawasan yang baik dan berdaya
guna, maka bersama seluruh stakeholders, Antam dapat membangun masa
depan yang cemerlang, kata Wisnu.

^]
MENATAP MASA DEPAN

175

176

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Antam
Di Mata Mereka

ANTAM DI MATA MEREKA

177

^]

Apa kata orang tentang Antam


di usianya yang ke-40?
Silakan simak testimoni sejumlah
sosok berkompeten tentang
Antam pada bab ini.

^]

178

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

SOFYAN A DJALIL
Menteri Negara BUMN
Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil menilai Antam
telah memiliki perkembangan yang signifikan. Namun
demikian ia berharap Antam bisa lebih baik lagi dengan
menempuh diversifikasi usaha. Harapan ini disampaikan
Menteri berkaitan dengan concern-nya atas harga
komoditas nikel yang naik-turun. Sofyan juga memuji
langkah Antam beberapa waktu lalu untuk mengakuisisi
Herald Resources. Itu bagus. Saya suka itu karena ini
berarti BUMN bukan lagi jago kandang, tetapi sudah
berani keluar.
Sofyan melihat selama ini, dibanding BUMN lain, Antam
jauh lebih baik. Prestasi yang sudah dicapai tersebut
hendaknya tetap dipertahankan di bawah jajaran
manajemen sekarang. Direksi baru Antam terdiri dari
anak-anak muda yang bagus sekali, di bawah pimpinan
Alwin Syah Loebis sebagai tokoh yang dituakan. Saya
berharap dengan manajemen baru Antam akan lebih
progresif, kata Sofyan.
Menurut Sofyan, Antam memiliki peluang yang besar
untuk berkembang melalui cadangan nikel dan bauksit,
serta pengembangannya ke industri hilir melalui kerjasama dengan mitra-mitra strategis.
Berkaitan dengan Undang-undang Otonomi Daerah,
Sofyan
menganggap
undang-undang
ini
sebagai
tantangan. Itulah sebabnya saya berpesan kepada
Antam agar Undang-undang Otonomi Daerah bisa
disikapi secara bijaksana. Namun hak-hak Antam perlu
terus diperjuangkan dan Antam tidak boleh mengalah.
Dengan adanya undang-undang itu, Antam harus lebih
proaktif. Itulah sebabnya di jajaran direksi sekarang ada
Direktur Umum dan CSR, karena kita sadar bahwa dalam
keadaan demikian kita harus melakukan pendekatan
dengan pemerintah daerah dan masyarakat, kata
Sofyan.
Sofyan berharap Antam bisa menjadi perusahaan pertambangan yang terbaik, dapat duduk sejajar dengan
perusahaan sejenis, baik dari segi ukuran, kemampuan
teknis, income generator dan kinerja keuangan. Karena
itulah sumberdaya besar yang dimiliki harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Antam agar bisa menjadi
pemain global, atau paling tidak, pemain regional, ujar
Sofyan.

ANTAM DI MATA MEREKA

179

ROES ARYAWIJAYA
Deputi Menteri Negara BUMN, Bidang Usaha
Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan
Telekomunikasi (Dikutip dari Laporan
Tahunan Antam 2007)
Ketika ditanya pandangannya tentang Antam, Roes
Aryawijaya sebagai Kuasa Pemegang Saham Negara
Republik Indonesia mengatakan bahwa Antam telah
membukukan kinerja yang sangat baik di tahun 2007
dengan nilai pendapatan dan laba tertinggi sepanjang
sejarah perusahaan yang patut dibanggakan. Antam
dapat memanfaatkan momentum kenaikan harga
komoditas tambang dengan cara meningkatkan produksinya. Walaupun industri pertambangan Indonesia masih
menghadapi banyak tantangan di tengah euphoria
industri pertambangan global saat ini, namun saya
yakin Antam akan dapat memanfaatkan peluang yang
ada dengan baik, kata Roes.
Selain memuji keberhasilan Antam, Roes juga menyoroti
masalah biaya produksi. Kecenderungan biaya produksi
yang meningkat perlu mendapat perhatian lebih dari
manajemen. Hal ini untuk menjaga competitiveness
perusahaan di tengah arus merjer dan akuisisi di
industri pertambangan global saat ini. Selain itu, Antam
juga harus meningkatkan kompetensi SDM terutama di
bidang pertambangan dan kegiatan hilirnya sehingga
Antam dapat beradaptasi dengan cepat terhadap
perkembangan teknologi dan tren pertambangan terkini,
kata Roes.
Untuk harapan ke depan, Roes mengatakan bahwa
pihak manajemen Antam harus selalu berupaya untuk
meningkatkan nilai perusahaan dan nilai pemegang
saham, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan
rakyat Indonesia. Upaya-upaya pertumbuhan, baik
organik maupun inorganik, harus dilakukan secara cepat
dan profesional namun tetap berpegang pada prinsip
kehati-hatian dan prinsip Good Corporate Governance.
Dengan adanya proyek-proyek pertumbuhan ini,
fundamental perusahaan akan semakin kuat sehingga
mampu meningkatkan nilai berjangka panjang bagi
perusahaan maupun pemegang saham, kata Roes.

180

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

SIMON F SEMBIRING
Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Bidang Ekonomi dan Keuangan
Sebagai institusi regulator terkait, Direktorat Jenderal
Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Departemen Energi
dan Sumberdaya Mineral, tentu saja menginginkan Antam
tampil dan berkinerja lebih baik. Untuk itu ia berharap
Antam dapat bergerak lebih cepat dan antisipatif,
khususnya dalam usaha pengembangan dan pemanfaatan
lahan untuk pembukaan tambang baru.
Saya kira sejak awal Antam beroperasi, Antam telah
menunjukkan kualitasnya sebagai perusahaan tambang
Indonesia yang baik. Ini bisa dilihat saat pembangunan
pabrik FeNi I. Bangga sekali saya melihat pembangunan
FeNi I, karena ini made in Indonesia betul, yang dibangun
oleh bangsa sendiri dengan kontraktor Barata dan Wijaya
Karya. Hal yang sama sekiranya dapat terus dipertahankan hingga di masa depan, kata Simon.
Supaya kinerja Antam lebih baik lagi, Simon menyarankan agar Antam dapat lebih cepat bergerak. Ada dua
hal yang menurut Simon dapat dengan segera dibenahi.
Pertama, pemberian nilai tambah untuk bijih nikel dan
bijih bauksit yang saat ini sebagian masih diekspor,
dengan cara segera dibangun fasilitas pengolahan
kedua komoditas tersebut. Seharusnya, Antam sudah
bisa mengurangi atau bahkan tidak lagi mengekspor bijih
karena kita punya banyak teknologi pengolahan yang
murah. Apalagi nanti ada Undang-undang Minerba yang
tidak membenarkan penambang Indonesia menjual ore
ke luar negeri. Setelah Undang-undang itu berlaku, Saya
harap Antam bisa mengantisipasi ini dan menjadi leading
di bidang pengolahan, kata Simon.
Hal yang kedua adalah pembenahan di bidang SDM.
Simon juga berharap Antam bisa mengubah diri dari
berbudaya BUMN ke budaya perusahaan terbuka yang
dapat bergerak lebih dinamis melalui pengkaderan SDM
yang lebih mantap dan tanpa gap.
Dengan demikian, saya berharap Antam menjadi the
biggest mining player in Indonesia, kata Simon.

ANTAM DI MATA MEREKA

181

AGUS MARTOWARDOJO
Direktur Utama Bank Mandiri, Mitra Kerja
Perbankan Antam
Hubungan Antam dengan Bank Mandiri terjalin sejak
tahun 1975 atau sudah 33 tahun, yang dimulai sejak era
Bank Dagang Negara (BDN) yang kemudian bergabung
menjadi Bank Mandiri. Kedua perusahaan berkembang
bersama dan saling mendukung sehingga saat ini
keduanya menjadi perusahaan publik dengan aset yang
besar.
Merupakan suatu kerhormatan bagi kami bermitra
dengan Antam, perusahaan pertambangan dengan
kinerja yang cemerlang, yang pada tahun 2007 berhasil
membukukan laba bersih perseroan sebesar Rp5,13
triliun atau melonjak 3 kali dibanding tahun 2006, kata
Agus Martowardojo.
Jejak hubungan kedua perusahaan antara lain nampak
dalam hal pemilihan lokasi cabang Bank Mandiri yang
terletak di kantor pusat Antam. Di samping itu, untuk
kemudahan melayani aktivitas bisnis dan para karyawan,
lokasi cabang Bank Mandiri lainnya pun bertempat tidak
jauh dari lokasi unit usaha Antam berada.
Untuk layanan cash management, dengan mengandalkan
pada kemajuan informasi yang ada pada Bank Mandiri,
kami memberikan layanan integrated invoice collection
system, layanan electronic banking CMS Mandiri, serta
Layanan Penyediaan Electronic Bank Statement (EBS)
yang dapat memberikan kemudahan kepada Antam untuk
melakukan transaksi serta memonitor aktivitas keuangan
secara real time on line, jelas Agus.
Sementara itu, kata Agus, layanan Trade Service
bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam
menyiapkan dokumen ekspor dan kecepatan untuk
memperoleh tagihan dari buyers Antam di luar negeri.
Agus berharap hubungan yang telah terjalin dapat lebih
ditingkatkan dan Bank Mandiri siap mendukung cita-cita
Antam untuk menjadi world class mining company.
Kepada seluruh jajaran manajemen, karyawan dan
karyawati Antam, kami atas nama Direksi dan keluarga
besar Bank Mandiri mengucapkan Selamat Ulang Tahun
Antam yang ke-40. Kami berharap Antam dapat terus
berkembang menjadi perusahaan yang terkemuka, sehat,
kuat dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada
bangsa dan negara, kata Agus.

182

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

MICHAEL CHAMBERS
Head of Sales, CLSA Indonesia.
Michael Chambers, mengenal Antam sejak 1994,
tiga tahun sebelum Antam go public. CSLA adalah
securities house yang menangani berbagai saham
klien-klien perusahaan asing, perusahaan-perusahaan
asuransi, fund managers dan sebagainya. CSLA juga
memfasilitasi pertemuan-pertemuan perusahaan untuk
mengekspose kinerja perusahaan kepada calon investor
melalui berbagai macam road-show di luar negeri. Antam
adalah salah satu perusahaan yang telah menjalin
kerjasama dengan CSLA untuk berbagai road-show
untuk ekspose di sejumlah negara Asia dan Amerika.
Sebagai sebuah perusahaan pertambangan Indonesia,
terutama yang berfokus pada nikel yang sangat
prospektif, Antam memiliki banyak peluang menarik
untuk terus berkembang dan bertumbuh. Sementara
itu, sebagai sebuah perusahaan induk, Antam telah
menunjukkan kinerja manajemen yang positif, kata
Michael, pemegang honors degree bidang sejarah ekonomi
dan ilmu ekonomi lulusan Melbourne University,
Australia, yang telah bermukim di Indonesia selama 16
tahun itu.
Peluang
inilah
yang
membuat
Antam
menjadi
perusahaan yang potensiya harus dikenal baik oleh para
calon
investor.
Dalam
sejumlah
road-show di
beberapa kota besar di Amerika, pihak manajemen
Antam punya banyak kesempatan untuk menjaring lebih
banyak investor. Untuk persiapan road-show, saya juga
memberikan coaching kepada wakil-wakil Antam agar
mereka bisa mempresentasikan Antam dengan lebih baik
dan lebih nyaman di hadapan calon investor potensial
dalam berbagai konferensi. Dan presentasi-presentasi
itu senantiasa bisa dilakukan dengan baik, ujar Michael
berkisah. Dari berbagai road-show di luar negeri dan
perjalanan di dalam negeri bersama Antam, Michael
menilai pihak manajemen Antam senantiasa penuh
semangat dan proaktif.
Ketika ditanya apakah pernah muncul kesan-kesan
negatif investor di luar negeri berkenaan dengan iklim
investasi, keamanan dan stabilitas politik Indonesia,
Michael menjawab, Semula memang ada kesan negatif
terutama terkait dengan kondisi Indonesia di tahun
1998. Tapi kondisi ini telah berbalik 180 derajat. Mereka
bisa memahami gejolak di Indonesia dengan segala permasalahannya, dan mereka telah dibuat yakin bahwa

ANTAM DI MATA MEREKA

183

Indonesia mampu mengembangkan iklim investasi


dengan lebih baik seiring dengan membaiknya demokrasi.
Mereka juga memandang positif pesta demokrasi
Indonesia yang akan dilaksanakan 2009 nanti. Selain
itu, tambah Michael, Antam juga dipandang sebagai
sebuah perusahaan pertambangan Indonesia milik
pemerintah yang prospektif dengan produksi nikelnya,
yang pada gilirannya membuat para investor merasa
aman menanamkan modalnya di Indonesia.
Menyinggung tentang terdaftarnya Antam di ASX,
Michael yang pernah bekerja di National Australia
Bank
dan
Reserve
Bank
of
Australia
serta
beberapa perusahaan sekuritas di Indonesia itu,
berpendapat bahwa listing di Australia merupakan
langkah yang tepat. Bisnis harus ditempatkan di mana
bisnis itu berada, kata Michael. Selain itu, untuk
listing di ASX, suatu perusahaan harus dilengkapi
aspek-aspek transparansi. Antam dinilai telah memiliki
transparansi itu secara signifikan. Dan transparansi itu
penting untuk menumbuhkan kepercayaan. Bagi para
investor, transparansi berarti profit.

ABDUL GAFFAR SONGKENG


Penerima Manfaat Kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR)
Abdul Gaffar Songkeng (51 tahun) adalah seorang
pengusaha berskala menengah yang kini sedang
menggeluti usaha produk-produk kelautan di Dawi-Dawi,
sebuah desa nelayan di Pomalaa. Gaffar mengelola bisnis
ekspor ikan dan lobster kalengan melalui seorang pialang
di Pare-Pare. Dia juga menjual ikannya untuk konsumsi
masyarakat setempat. Sebelumnya dia hanyalah salah
seorang nelayan biasa di Dawi-Dawi.
Usaha Gaffar bermula saat ia menerima pinjaman modal
dari Antam pada tahun 1995 melalui Program Kemitraan.
Ia juga memperoleh pinjaman untuk kedua kalinya di
tahun yang sama untuk mengembangkan usahanya.
Selama beberapa tahun, bisnis Gaffar kurang
berkembang. Ia mencoba mencari lagi pinjaman modal,
kali ini kepada pihak lain. Usaha itu tidak berhasil.
Akhirnya pada tahun 2005 saya mengambil inisiatif
dengan menyerahkan aplikasi pinjaman langsung ke
Antam. Antam begitu perhatian dan tanpa prosedur yang
berbelit-belit, pinjaman tersebut disetujui dan dicairkan
pada bulan Mei tahun 2006, kata Gaffar, yang mendapatkan pinjaman modal sebesar Rp45 juta.

184

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Walaupun jumlah modal itu tidak sebesar yang ia harapkan,


dia sangat bergairah dalam menjalankan usahanya. Dengan
modal itu, usahanya makin maju dan berkembang. Untuk
proses pengalengan lobster saja, dia kini meraup keuntungan
antara Rp2,5Rp3 juta per bulan. Kini dia mempunyai 10
orang pekerja dan total penjualannya perbulan berkisar
antara Rp50 jutaRp75 juta. Gaffar mengekspor lobster
ke Singapura dan Jepang. Nilai penjualannya saya meningkat sekitar 50% dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Saya sangat berterimakasih atas bantuan Antam karena
pinjaman modal yang diberikan pada saya ternyata tidak
hanya memberikan manfaat bagi diri saya dan anggota
keluarga saya. Lebih dari itu, saya dapat membantu
mendukung kehidupan ekonomi banyak nelayan dan
mampu mempekerjakan orang lain yang pada gilirannya
mampu membangun ekonomi keluarga mereka, ujar
Gaffar.
Bagi Gaffar, berbisnis produk-produk kelautan di Pomalaa
sangatlah unik. Sebagai contoh, untuk menjamin
tersedianya ikan dan lobster dari para nelayan, dia harus
menjalin kerjasama yang erat dengan para nelayan agar
mereka mau menjual hasil tangkapan mereka kepada
Gaffar. Gaffar berusaha memecahkan setiap permasalahan
dengan inisiatifnya sendiri. Dia membeli dan menyediakan
peralatan memancing atau barang-barang lainnya yang
sangat dibutuhkan oleh para nelayan. Melalui pendekatan
ini para nelayan menjadi percaya diri dan percaya kepadanya
sebagai seseorang yang bisa diandalkan. Melalui asas saling
percaya, para nelayan mulai menyerahkan hasil tangkapan
mereka kepadanya dan sebagai timbal baliknya, Gaffar akan
menyediakan barang-barang yang mereka perlukan,
menjaga jalannya proses pengolahan dan pengalengan
lobster serta mengekspor produk mereka.
Saya juga berterimakasih kepada Antam, karena berkat
dukungan dana itu usaha saya menjadi maju, dan saya
bisa menyekolahkan anak saya ke jenjang Sekolah Menengah Atas. Gaffar mengatakan ia masih akan membutuhkan bantuan dari Antam untuk lebih memperluas
usahanya. Ia ingin lebih bisa memberikan manfaat kepada
para nelayan dengan menyediakan lapangan pekerjaan
agar mereka bisa terentas dari kemiskinan. Bagi Gaffar,
Antam sangat perduli pada usaha-usaha kecil di daerahnya
ketimbang perusahaan lain. Tanpa Antam, kami tidak akan
bisa berbuat banyak, tutur Gaffar.

ANTAM DI MATA MEREKA

185

Mereka yang
Mengharumkan
Nama Antam
Selama 40 tahun, sejumlah insan Antam
telah mengukir prestasi untuk perkembangan
dan kemajuan Antam lewat karya-karya yang
mempercantik rona dunia industri pertambangan
Indonesia. Tentu saja tidak semua nama para
pendahulu dan pekarya Antam bisa dicantumkan di
bab ini. Namun setidaknya, melalui bab ini pembaca
bisa menemukan sosok-sosok terbaik Antam yang
pernah dipercaya memimpin Antam.

Direksi Antam 1968-sekarang


Direksi Antam 19681973
Hadianto Martosubroto
Ngakan Ketut Suta
Achmad Prijono
Jani Arsadjaja
SGB Tampubolon

Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur

Utama
Produksi/Eksplorasi
Teknik
Keuangan
Pemasaran

Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur

Utama
Umum
Pemasaran
Teknik
Keuangan
Keuangan
Produksi/Eksplorasi

Direksi Antam 19731978


Hadianto Martosubroto
Ngakan K Suta
SGB Tampubolon
Ridwan Machmud
Jani Arsadjaja (19741977)
F Sabandar (19771979)
Achmad Prijono

MEREKA YANG MENGHARUMKAN NAMA ANTAM

187

Direksi Antam 19781981


Hadianto Martosubroto
Kosim Gandataruna
Atmoso Suhud
Abdul Madjid
Surachman Madjid
F Sabandar

Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur

Utama
Nikel
Aneka Mineral
Alumina
Pengadaan & Pelayanan
Keuangan

Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Umum

Utama
Nikel
Alumunium
Aneka Mineral
Keuangan
Teknik & Pelayanan

Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur

Utama
Keuangan
Umum & SDM
Umum & SDM
Pemasaran
Teknik
Pengembangan

Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur

Utama
Pemasaran
Pengembangan
Teknik
Teknik
Keuangan
Keuangan
Umum

Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur

Utama
Pembangunan
Operasi dan Produksi
Keuangan
Umum dan SDM

Direksi Antam 19811984


Hadianto Martosubroto
Kosim Gandataruna
Abdul Madjid
Atmoso Suhud
F. Sabandar
Surachman Madjid

Direksi Antam 19841989


Kosim Gandataruna
Abdul Rachman Soejoedono
T Sutoyo (1984-1988)
Anhar Singawinata (1988-1989)
AW Akil
Anton J Bruinier
Santonius Siregar

Direksi Antam 19891994


Anton J Bruinier
Darmoko Slamet
Oloan P Siahaan
Hilmi Chatib (1989-1990)
Amsaruddin Rasad (19901994)
Nuriaman (19891990)
Hilmi Chatib (1990-1994)
Aribinuko Tjiptoadhidjojo

Direksi Antam 19941997


Darmoko Slamet
D. Aditya Sumanagara
Harsojo Dihardjo
KA Umar Tochfa
Ismail Tangka

188

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Direksi Antam 19972003


D. Aditya Sumanagara
Harsojo Dihardjo
KA Umar Tochfa
Ismail Tangka
Subagyo

Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur

Utama
Operasi
Keuangan
Umum dan SDM
Pengembangan

Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur

Utama
Pengembangan
Keuangan
Operasi
Umum dan SDM

Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur
Direktur

Utama
Pengembangan
Keuangan
Operasi
Umum dan CSR
SDM

Direksi Antam 20032008


D. Aditya Sumanagara
Darma Ambiar
Kurniadi Atmosasmito
Alwin Syah Loebis
Syahrir Ika

Direksi Antam 2008sekarang


Alwin Syah Loebis
Tato Miraza
Djaja M. Tambunan
Winardi
Denny Maulasa
Achmad Ardianto

Dewan Komisaris Antam 1974-sekarang


Dewan Komisaris 19741977
Ir. Abdoel Raoef Soehoed
Dr. Wagiono Ismangil
Ir. Christian Situmorang

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris

Dewan Komisaris 19771979


Ir. Abdoel Raoef Soehoed
Dr. Wagiono Ismangil
Ir. Christian Situmorang

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris

Dewan Komisaris 19791981


Prof. Dr. Ir. Moh Sadli
Ir. Christian Situmorang
Dr. Hamonangan Hutabarat

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris

MEREKA YANG MENGHARUMKAN NAMA ANTAM

189

Dewan Komisaris 19811984


Prof. Dr. Ir. Moh. Sadli
Dr. Hamonangan Hutabarat
Ir. Kurnadi Kartaatmadja

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris

Dewan Komisaris 19841987


Ir. Kurnadi Kartaatmadja
Dr. Hamonangan Hutabarat
Drs. A. Johannas

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris

Dewan Komisaris 19871990


Ir. Kurnadi Kartaatmadja
Dr. Hamonangan Hutabarat (1987-1989)
Dr. J.B. Kristiadi Pujosukanto (1989-1990)
Drs. A. Johannas (1987-1989)
Udo Syarif S.H (1989-1990)

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Komisaris
Komisaris

Dewan Komisaris 19901994


Dr. Ir. Adjat Sudradjat, M.Sc
Ir. R. A. Sunardi, M. MET. E
Jon Soegiono Mochamad, SH
Drs. A. Gunawan Suratno

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Komisaris

Dewan Komisaris 19941997


Dr. Ir. Adjat Sudradjat
Komisaris Utama
Ir. R. A. Sunardi, M. MET. E (1994)
Komisaris
Dr. Ir. Rozik Boedioro Soetjipto (1994-1997) Komisaris
Drs. Djoko Darmono
Komisaris
Drs. A. Gunawan Suratno
Komisaris
Ir. Soelendro Atmosoetjipto
Komisaris

Dewan Komisaris 19972002


Dr. Ir. Rozik Boedioro Soetjipto
Drs. A. Gunawan Suratno
Drs. Djoko Darmono
Ir. Supriatna Suhala, M.Sc
Ir. S. Suryantoro, M.Sc

190

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Komisaris
Komisaris

Dewan Komisaris 20022008


Prof. Dr. Ir. Firman Tamboen (2002-2004)
Ir. Wisnu Askari Marantika (2004-2008)
Ir. Supriatna Suhala, M.Sc
Ir. S. Suryantoro, M.Sc
Dr. Hikman Manaf, M.E (2002-2004)
Simon F. Sembiring (2002-2003)
Yap Tjay Soen, MBA (2002-2007)
Prof.Dr.Ir. Irwandy Arif, M.Sc (2004-2008)

Komisaris
Komisaris
Komisaris
Komisaris
Komisaris
Komisaris
Komisaris
Komisaris

Utama
Utama

Independen
Independen

Dewan Komisaris 2008sekarang


Ir. Wisnu Askari Marantika
Dr. Ir. Irwan Bahar
Mahendra Siregar, SE, M.Ec
Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, M.Sc
Prof. Ir. Mahmud Hamundu, M.Sc

Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris
Komisaris Independen
Komisaris Independen

MEREKA YANG MENGHARUMKAN NAMA ANTAM

191

Profil Pimpinan Puncak Antam

Ir. Hadianto Martosoebroto, M.Sc


(Direktur Utama Antam, 19681984)
Hadianto Martosubroto, M.Sc lahir 7 November 1930.
Lulusan Colorado School of Mines, Amerika Serikat (1957),
yang pernah mengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB)
ini faham benar dunia pertambangan. Pernah menjabat
sebagai Direktur Muda Urusan Modal Asing BPU
Pertambun (19671968) dan Direktur PT INALUM (19751985). Selama menjadi Direktur Utama Antam, Hadianto
dikenal sebagai sosok yang tidak mau menonjolkan diri.
Hadianto adalah seorang pemikir, pekerja keras dan
inovatif. Ia lebih suka memberikan supervisi, bimbingan
langsung kepada para pimpinan unit produksi daripada
bergerak di belakang layar. Meskipun perkembangan
Antam sampai saat ini tercipta berkat upaya-upaya dan
perjuangannya, ia mengaku tak pernah berjuang untuk
itu. Menurutnya ia memimpin Antam dengan lenggangkangkung saja, namun ia mampu menjadikan Antam
sebagai perusahaan yang mampu menjalankan visi dan
misinya demi kepentingan bangsa dan negara.

Ir. Kosim Gandataruna


(Direktur Utama Antam, 19841989)
Ir. Kosim Gandataruna lahir 16 Juli 1936. Jabatan
penting di Antam yang pertama diemban adalah Kepala
Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel (I) di Pomalaa.
Sarjana Teknik Metalurgi, lulusan University of British
Columbia, Canada ini juga pernah menjadi Direktur
Jenderal Pertambangan Umum pada Departemen Pertambangan Republik Indonesia (1989-1993), dan Asisten
Menteri Urusan Ekonomi Regional dan Pengembangan
Pusat-pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru pada Kantor
Menteri Koordinator Produksi dan Distribusi Republik
Indonesia (1993-1997). Kosim Gandataruna dikenal
sebagai pemimpin yang memperhatikan detail, penuh
perhitungan dan sangat ilmiah. Kosim juga sangat
disayangi bawahannya. Ia dinilai banyak memberikan
bekal pengetahuan kepada direktur-direktur Antam
sesudah masa jabatannya.

192

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Ir. Anton Johannes Bruinier


(Direktur Utama Antam, 19891994)
Anton Johannes Bruinier (almarhum) lahir di Balikpapan,
31 Desember 1939. Lulus sebagai Sarjana Tambang Umum
Institut Teknologi Bandung (1967) dan mulai bekerja di
Antam pada tahun 1968 sebagai Staf Biro Penambangan
Proyek Emas Logas. Anton pernah menjabat sebagai
Direktur Teknik (1984-1989) sebelum menjadi Direktur
Utama Antam. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang
jujur, persuasif, tegas, lugas, berdisiplin dan optimistis.
Pada masa kepemimpinan Anton, Antam berhasil
menemukan cadangan emas Pongkor dan melaksanakan
perluasan penambangan di Pulau Gebe. Pada masa
kepemimpinan Anton pula pemurnian logam mulia telah
memenuhi standar internasional, yakni 99,999%. Ia
juga mengembangkan perajin emas dan perak di Jogja
dan Bali dengan sistem Bapak Angkat. Untuk ini Antam
mendapatkan penghargaan UPAKARTI dari Departemen
Perindustrian Republik Indonesia.

Ir. Darmoko Slamet


(Direktur Utama Antam, 19941997)
Ir. Darmoko Slamet (almarhum) lahir di Madiun,
3 Januari 1939. Lulusan Jurusan Tambang Umum,
FTM-ITB, 1963 ini menempuh pendidikan lanjutan di
Technische Hogeschool (THS) di Delft, Belanda, dan
lulus tahun 1968. Darmoko mulai bekerja di Antam
pada tahun 1971 sebagai staf Biro Eksplorasi Kantor
Pusat. Darmoko pernah menjabat sebagai Kepala Kantor
Perwakilan Antam di Tokyo, Jepang. Sebelum menjadi
Direktur Utama Antam, Darmoko adalah Direktur
Pemasaran dan Operasi (1989-1994). Darmoko dikenal
sebagai sosok yang sangat berkomitmen pada kemajuan
Antam. IPO Antam adalah salah satu tonggak sejarah
Antam yang berhasil dipersiapkannya dengan baik. Bagi
banyak orang, Darmoko juga adalah sosok yang humoris.

MEREKA YANG MENGHARUMKAN NAMA ANTAM

193

Ir. Dedi Aditya Sumanagara


(Direktur Utama Antam, 19972008)
Lulusan Institut Teknologi Bandung ini mengawali karir di Aneka Tambang sebagai anggota staf Divisi
Geologi pada tahun 1975. Aditya yang lahir di Jogjakarta,
5 Oktober 1947 ini menghabiskan 17 tahun pertama
karirnya di unit geologi Aneka Tambang. Pada tahun 1992
Aditya menjadi Kepala Unit Pertambangan Nikel Gebe,
dan pada tahun 1994 diangkat menjadi Direktur Pembangunan Aneka Tambang. Dua tonggak sejarah
penting Antam banyak diwarnai karya Aditya, yakni
penemuan tambang emas Pongkor (ketika menjabat
Kepala Unit Geologi) dan pelaksanaan Initial Public
Offering (IPO) yang mengantar Aneka Tambang menuju
era baru sebagai perusahaan yang berorientasi pada
pertumbuhan bisnis.

Ir. Alwin Syah Loebis, MM


(Direktur Utama Antam, 2008sekarang)
Alwin lahir di Kotanopan pada 19 April 1955, dan
bergabung dengan Antam pada tahun 1983. Sebelum
diangkat menjadi Diretur Utama, Alwin adalah
Direktur
Operasi
(20032008),
dan
sebelumnya
adalah Kuasa Direksi Unit Bisnis Pertambangan Nikel
(2003). Orang mengenal Alwin sebagai sosok yang tenang
dalam menghadapi masalah, dan low profile. Alwin lulus
dari Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung tahun 1983
dan mendapatkan gelar Magister Management bidang
Ekonomi Manajemen dari Sekolah Tinggi Manajemen
Prasetya Mulya.

194

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Penghargaan
dan Pengakuan
Eksternal
Sepanjang 40 tahun berkarya, tentu saja Antam telah
memperoleh sejumlah penghargaan atas prestasi dan
karyanya dari berbagai pihak luar. Inilah di antara
penghargaan dan pengakuan dari dalam dan luar negeri
yang berhasil dikumpulkan.

2008

Peringkat 2 kategori BUMN Non Keuangan Listed dalam Annual Report


Award 2007
PROPER Hijau untuk UBP Emas Pongkor dan Biru Minus untuk UBP Nikel
Pomalaa
League of American Communication Professionals (LACP) Vision Awards 2007
Annual Report Competition untuk Annual Report 2007
Peringkat 1 dari lebih dari 3.000 kontestan internasional
Penghargaan Platinum/ Peringkat 1 (kategori Basic Materials)
Penghargaan Platinum/ Peringkat 1 (kategori Best Report Narrative)
Asias Best Companies 2008 Financeasia
Best Managed Company (peringkat 5)
Best Corporate Governance (peringkat 2)
Best Investor Relations (peringkat 3)
Most Committed to a strong Dividend policy (peringkat 3)
Best Performance Listed Company 2008 Investor Awards

PENGHARGAAN DAN PENGAKUAN EKSTERNAL

195

The Best Corporate Governance Practices dalam kategori Small/Mid Cap di


Asia/ Pacific berdasarkan kriteria teknis IR Global Rankings 2007
The Company with The Best Corporate Image kategori Mining non Oil & Gas
IMAC Awards 2008
The Best Mining Company for Royalty Payment Growth IMU 2008 Majalah
Tambang
UBP Emas Pongkor direkomendasikan untuk mendapat sertifikasi OHSAS
18001:2007 di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2007

Juara Umum dan Juara Pertama Kategori BUMN Non Keuangan Annual
Report Award 2006
League of American Communication Professionals (LACP) Vision Awards 2006
Annual Report Competition untuk Annual Report 2006
Penghargaan Platinum (kategori Material)
Penghargaan Emas (kategori Best in-House Report)
Peringkat 11 dari lebih dari 2.500 kontestan internasional
Asias Best Companies 2007 - Finance Asia
Best Managed Company (peringkat 6)
Best Corporate Governance (peringkat 5)
Best Investor Relations (peringkat 2)
Most Committed to Strong Dividend Policy (peringkat 6)
Termasuk dalam Top 50 Reports dari seluruh dunia dalam Annual Reports
on Annual Reports, kompetisi internasional yang dilakukan oleh E.Com dari
Eropa. Antam merupakan satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk
dalam kategori ini.
The Best Corporate Governance Practices dalam kategori Small/MidCap di
Asia/Pasific berdasarkan Kriteria Teknis IR Global Rankings.
Top Performing Listed Company Investor Award 2007.
Overall Third Best Company in Indonesia Investor Award 2007.
Medali Emas dalam 2007 Internasional Conference on Quality Control Circles,
Beijing.

196

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Peringkat Pertama Kategori Perusahaan Terpercaya - Corporate Governance


Perception Index 2006
Kategori Perunggu Reklamasi 2007 untuk Unit Operasi Maluku Utara dari
Departemen Energi & Sumber Daya Mineral

2006

League of American Communication Professionals (LAPC) Vision Award 2005


Annual Report Competition untuk Annual Report 2005
Penghargaan Platinum (kategori Material)
Penghargaan Emas (kategori Report Cover)
Peringkat 16 dengan peserta lebih dari 1.900 kontestan internasional
Asias Best Companies 2006 FinanceAsia
Best Corporate Governance (Peringkat 10)
Best Investor Relations (Peringkat 8)
Best Commitment to Strong Dividends (Peringkat 6)
Anugerah Bussiness Review 2006 :
Sekretaris Perusahaan Terbaik
Program Kemitraan & Pengembangan Masyarakat Terbaik
Kinerja Keuangan, Saham dan Dewan Komisaris Terbaik (Peringkat 2)
Perusahaan Terbaik (Peringkat 3).
Best Listed Company (Peringkat 2) - Investor Award 2006
Best Website - Indonesia Sustainability Reporting Award 2006
Best Corporate Governance Practices in Small/Mid Cap Category in Asia/
Pacific - IR Global Rankings
Medali Emas dalam 2006 Internasional Conference on Quality Control Circles,
Bali.
Medali Perunggu untuk implementasi K3 - Piagam Pratama 2006 dari
Departemen Energi & Sumber Daya Mineral

PENGHARGAAN DAN PENGAKUAN EKSTERNAL

197

2005

Emiten Terbaik di Papan Utama 2005 Bisnis Indonesia Award


Asias Best Companies 2004 - Finance Asia in :
Best Investor Relations
Most Committed to Strong Dividend Policy
Asias Best Companies 2004 For Transparency - Euromoney in :
Best in Metals and Mining Sector
Most Transparent Account No. 7
League of American Communication Professionals (LAPC) Vision Award 2004
Annual Report Competition untuk Annual Report 2004
Penghargaan Platinum (kategori Materials/Natural Resources/Mining)
Peringkat 38 dengan peserta lebih dari 1.400 kontestan internasional
Safety Award dari Dirjen Mineral, Batubara, dan Panas Bumi, Departemen
Energi & Sumber Daya Mineral untuk UBP Nikel Pomalaa, UBP Emas
Pongkor, UBPP Logam Mulia dan Unit Pertambangan Pasir Besi (UBPB)
Cilacap)
Sertifikasi ISO 14001:2004 untuk UBP Emas Pongkor
PROPER Biru untuk UBP Emas Pongkor dan UBP Nikel Pomalaa

2004

Best Annual Report Award 2003

2003

Penghargaan Primaniyarta untuk ekspor non-migas dan Citra Dharma


Adikarya untuk pengelolaan terbaik.
Best BUMN in Good Corporate Governance Implementation
Best Annual Report Award 2002
Sertifikasi ISO 9001:2000 untuk UBP Emas Pongkor

198

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

2002

Best Annual Report Award 2001


Best BUMN 2002 Award untuk implementasi Good Corporate Governance
(GCG)
Best CEO 2002 dalam kegiatan BUMN Expo 2002.
UBP Emas Pongkor memperoleh sertifikasi ISO 14001 untuk Manajemen
Lingkungan.
Antam tercantum dalam daftar majalah Forbes sebagai salah satu dari 200
perusahaan terbaik di seluruh dunia dengan aset dibawah USD 1 miliar.
Penghargaan Aditma (Emas) untuk UBP Nikel Pomalaa dan Pratama
(Perunggu) untuk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor untuk K3.

2001

Green Dove Award untuk Unit Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa
atas penerapan ISO 14001 dari SGS.
Penghargaan Asias Best Companies dari majalah Finance Asia.
Investor Award 2001 for Outstanding Performance dari majalah Investor dan
Arthur Andersen.
Corporate Governance Award dari The Indonesian Institute for Corporate
Governance.
Penghargaan The Best Public Company based on Eva Concept dari Mark Plus
& Co dan Majala Swa.
Penghargaan Acceptable Corporate Governance dari Asian Development Bank
dan BES.
Piagam Emas Adikarya Aditama Keselamatan Kerja Pertambangan untuk Unit
Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa.

PENGHARGAAN DAN PENGAKUAN EKSTERNAL

199

Piagam Perunggu Aditama Keselamatan Kerja Pertambangan untuk Unit


Bisnis Pertambangan Emas, Unit Bisnis Pertambangan Pasir Besi, Unit
Pertambangan Nikel Operasi Gebe dari Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumberdaya Mineral.

2000

Tambang Emas Pongkor memperoleh sertifikat ISO 9002 untuk Manajemen


Mutu.
Tambang Nikel Pomalaa memperoleh sertifikat ISO 14001 untuk Manajemen
Lingkungan.

1999

Logam Mulia memperoleh sertifikat LBMA (London Bullion Metal Association)


untuk produk emas dan telah tercatat dalam London Delivery List of Gold
Logam Mulia mendapat pengakuan dari Komite Akreditasi Nasional (KAN)
sebagai Laboratorum Uji yang bisa mengeluarkan sertifikat uji sesuai Standar
ISO Guide 25.

200

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Para Narasumber
Buku ini tidak akan terwujud tanpa kerelaan hati,
kesabaran dan waktu luang yang telah diberikan oleh
narasumber berikut ini melalui serangkaian wawancara
dan pemberian informasi tentang latar belakang sejarah
Antam guna penulisan buku ini. Terimakasih tak
terhingga kami sampaikan kepada para narasumber.
Nama-nama narasumber ini disusun berdasarkan
urutan alfabetis.
Narasumber dari lingkungan Antam :
Achmad Ardianto
Bergabung dengan Antam pada tahun 1995. Insinyur Pertambangan Umum
dari Institut Teknologi Bandung (1995) serta menerima gelar Business
Administration dari University of Twente the Netherlands, Belanda.
Memegang posisi kunci di Antam selama 12 tahun sebelum menjabat Asisten
Kuasa Direksi Bidang Operasi (2005) dan Deputy Senior Vice President of
Operation UBP Emas Pongkor (2005-Juni 2008). Direktur Sumber Daya
Manusia Antam sejak 26 Juni 2008.
Achmad Dohar Siregar
Insinyur Pertambangan lulusan Institut Teknologi Bandung (1973). Memulai
karir di Antam pada tahun 1973 sebagai Staf Koordinator Pelaksana UP
Emas Cikotok. Pernah menjabat sebagai Kepala Unit Pertambangan
Emas Pongkor (19921994) dan Corporate Secretary Antam (1997-2004).
Menerima Tanda Kehormatan Satya Lancana Pembangunan dari Presiden
RI pada tahun 1997. Saat ini Anggota Komite Lingkungan dan Pasca
Tambang Antam dan Komisaris Utama PT Nusa Halmahera Minerals.
Alwin Syah Loebis
Bergabung dengan Antam pada tahun 1983. Lulus Insinyur Teknik Kimia
dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1983 serta menerima gelar
Magister Manajemen dari Prasetya Mulya. Menerima penghargaan Satya
Lancana Wirakarya dari Presiden RI pada tahun 2007. Memegang posisi
kunci di Antam selama 20 tahun sebelum menjabat Kuasa Direksi Unit
Bisnis Pertambangan Nikel (2003) dan Direktur Operasi (2003Juni 2008).
Direktur Utama Antam sejak 26 Juni 2008.

Para Narasumber

201

Amaris Wahyudi Akil


Insinyur Tambang lulusan Institut Teknologi Bandung (1958). Bergabung
dengan Antam pada tahun 1958 sebagai Wakil Kepala Bagian Tambang
Emas Cirotan, Cikotok. Menduduki jabatan kunci di Pertambangan Cikotok
dan Bauksit Kijang, dan jabatan penting lainnya seperti Kepala Perwakilan
Antam di London, Inggris (1981-1984), dan Direktur Pemasaran & Operasi
Antam (19841989). Memasuki masa purnabakti pada tahun 1989.
Arifianto Sobana Tiammar
Bergabung dengan Antam pada tahun 1995 setelah lulus sebagai Insinyur
Teknik Metalurgi dari Institut Teknologi Bandung (1994). Memegang posisi
kunci di Antam sebelum menjabat Chief of Project Manager Pembangunan
Pabrik Smelter Grade Alumina and Iron mulai 2007.
Ashur Wasif
Bergabung dengan Antam pada tahun 1975. Lulusan Sarjana Ekonomi
dari Universitas Indonesia dan menerima Magister Manajemen dari
Prasetya Mulya. Memegang berbagai posisi kunci sebelum menjadi Asisten
Kuasa Direksi Bidang Keuangan UBP Nikel (20002002), Kepala Teknologi
Informasi Kantor Pusat (20032004), Senior Vice President Corporate
Secretary (20052007). Saat ini menjabat sebagai Direktur Keuangan pada
anak perusahaan Antam, yaitu Indonesia Chemical Alumina (ICA).
Bachruddin BS
Bergabung dengan Antam pada tahun 1974. Insinyur Teknik Metalurgi
dari Institut Teknologi Bandung (1974). Menerima Tanda Kehormatan
Satya Lancana Pembangunan dari Presiden RI pada tahun 1995. Pernah
memegang jabatan strategis di Antam dan jabatan terakhir adalah Project
Manager FeNi III. Memasuki masa purnabakti pada Desember 2003.
Bimo Budi Satriyo
Bergabung dengan Antam pada tahun 1990. Sarjana Hukum lulusan
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang (1990) dan Magister
Manajemen dari Prasetya Mulya (2003). Memegang berbagai posisi kunci
bidang legal di Antam. Sejak 2007 menjabat sebagai Senior Vice President
Corporate Secretary.
Darma Ambiar
Bergabung dengan Antam pada tahun 1982. Insinyur Teknik Metalurgi
dari Institut Teknologi Bandung (1981) dan penyandang gelar Magister
Manajemen dari Prasetya Mulya. Memegang posisi kunci di Antam selama
21 tahun sebelum menjabat Kuasa Direksi UBPP Logam Mulia (20012003), Kepala Perencanaan Strategis Penelitian dan Pengembangan (2003).
Menerima penghargaan Satya Lancana Pembangunan dari Presiden RI pada
tahun 2007. Direktur Pengembangan Antam (20032008).
Dedi Aditya Sumanagara
Bergabung dengan Antam pada tahun 1975. Insinyur Tambang Eksplorasi
dari Institut Teknologi Bandung (1974). Memegang posisi kunci di Antam
selama 13 tahun sebelum menjabat Kepala Kuasa Direksi Unit Geomin

202

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

(1988-1989). Kepala Unit Pertambangan Nikel Gebe (1991-1994) dan


Direktur Pembangunan (1994-1997). Direktur Utama Antam (1997-2008).
Denny Maulasa
Bergabung dengan Antam pada tahun 1986. Insinyur Teknik Mesin dari
Universitas Hasanudin (1985) dan penyandang gelar Magister Manajemen
dari Prasetya Mulya. Memegang posisi kunci di Antam selama 21 tahun
sebelum menjabat Senior Vice President UBP Nikel (2005-Juni 2008).
Menerima penghargaan Satya Lancana Pembangunan dari Presiden RI
pada tahun 2007. Direktur Umum dan CSR Antam sejak 26 Juni 2008.
Djaja M. Tambunan
Lulusan Business Administration dari University of Canberra, Australia.
Memegang berbagai posisi kunci selama 17 tahun di bidang perbankan
sebelum menjabat sebagai Senior Vice President di Hongkong Shanghai
Banking Corporation (2001-2006) dan Executive Director JP Morgan Chase
Bank, N.A. (2006-Juni 2008). Direktur Keuangan Antam sejak 26 Juni
2008.
Dolok Robert Silaban
Bergabung dengan Antam pada tahun 1987. Insinyur Teknik Metalurgi
dari Institut Teknologi Bandung (1987) serta menerima gelar Magister
Manajemen dari Prasetya Mulya. Memegang posisi kunci di Antam sebelum
menjabat Kepala Proyek Pembangunan Pabrik Alumina Tayan, dan Direktur
Utama PT Indonesia Chemical Alumina.
Djundjungan Sinambela
Alumni Universitas Padjadjaran Bandung (1975) dan menyelesaikan
pendidikan Magister Management Prasetya Mulya (1998). Mulai berkarya
untuk Antam pada tahun 1975 sebagai Staf Divisi Geologi, dan Kepala Unit
Geologi (1998). Menjadi Kepala Unit Pertambangan Emas Pongkor pada
tahun 1998. Memperoleh Tanda Kehormatan Satya Lancana Pembangunan
dari Presiden RI pada tahun 1996.
Fanani D. Abdulgani
Bergabung dengan Antam pada tgl. 1 April 1972. Insinyur Elektro jurusan
Listrik Institut Teknologi Bandung pada tahun 1969. Menerima Tanda
Kehormatan Satya Lancana Pembangunan dari Presiden RI pada tgl. 11
Agustus 1997. Pernah membantu Tim FeNi III sebagai Advisor. Jabatan
terakhir sebagai Kepala Proyek Pongkor II sebelum akhirnya memasuki
masa purnabakti pada tahun 2002.
Gumirsa Partakusuma
Bergabung dengan Antam pada tahun 1963 sebagai Kepala Bagian
Produksi/Eksplorasi Pertambangan Bauksit Kijang. Menduduki berbagai
posisi kunci di Antam, antara lain Kepala Proyek Pertambangan Pasir Besi
Cilacap (1969-1970), dan Kepada Perwakilan Antam di Tokyo, Jepang,
Direktur PT Antamdomin Sintang (1987-1988). Memasuki masa purnabakti
pada tahun 1989.

Para Narasumber

203

Hadianto Martosubroto
Master of Science bidang metalurgi lulusan Colorado School of Mines,
USA, 1957. Pernah menjabat sebagai Direktur Muda Urusan Modal Asing
BPU Pertambun (19671968), Direktur Utama Antam (19681984), dan
Direktur PT INALUM (1975-1985). Memperoleh penghargaan Satya Lancana
Wirakarya dari Presiden RI pada tahun 1971.
Hari Santosa
Bergabung dengan Antam pada tahun 1986. Lulusan Teknik Mesin
Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya (1980) ini banyak
menghabiskan waktu di bidang pemeliharaan. Pernah menjadi Kepala
Pengendalian Proyek Pembangunan Perluasan Pabrik FeNi Pomalaa (20002005). Kini Staf Bidang Teknik Mesin pada Proyek Pembangunan Pabrik
Alumina Tayan.
Hari Widjajanto
Bergabung dengan Antam pada tahun 1989. Insinyur Teknik Geologi dari
Institut Teknologi Bandung (1988) dan menerima gelar Magister Manajemen
dari Prasetya Mulya (1999). Memegang posisi kunci di Antam selama 17
tahun sebelum menjadi Senior Manager Corporate Strategic Development
Group sejak 2006.
Harsojo Dihardjo
Alumni Tambang Umum Institut Teknologi Bandung (1969) ini memulai
karirnya di Antam tahun 1976 sebagai Staf Koordinator Produksi Antam
UPN Pomalaa. Pernah menjabat sebagai Direktur Operasi dan Produksi
(19941997), dan Direktur Operasi (1997-2003). Menerima Tanda
Kehormatan Satya Lancana Pembangunan dari Presiden RI tahun 1997.
Hilmi Chatib
Hilmi Chatib bergabung dengan Antam pada 1966 sebagai Staf BPU
Pertambun. Insinyur Teknik Pertambangan dari ITB(1966), lulus Akuntansi
STIE YAI (1991), ITC/THS-Mining Exploration Geophysics Delft, Belanda
(1971) dan Magister Manajemen Keuangan Universitas Pancasila (1994).
Menjabat beberapa posisi kunci sebelum menjadi Kuasa Direksi Unit
Pertambangan Nikel Gebe (1980), Kuasa Direksi Unit Pertambangan
Bauksit Kijang (1981-1983), Direktur Teknik Antam (1989-1990), dan
Direktur Keuangan Antam (1990-1994). Memasuki masa purnabakti pada
tahun 1994.
I Gede Gunawan
Bergabung dengan Antam pada tahun 1997. Insinyur Tambang Umum/
Pertambangan dari UPN Veteran Jogjakarta (1995). Pernah menjadi
Kepala Penambangan Gebe (2003-2005), saat ini Assistant Senior Manager
Operation Support and Engineering.
Ismail Tangka
Lulus STIA/LAN tahun 1977, memulai karir di Antam tahun 1962 sebagai
Staf Bagian Pembukuan PT Nikkel Indonesia dan pada tahun 1985 sampai
1990 menjadi Kepala Divisi Kantor Pusat Jakarta. Menjabat beberapa posisi

204

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

kunci sebelum menjadi Direktur Direktur Umum dan SDM Antam (1994
2003). Memasuki masa purnabakti pada tahun 2003.
Junarso
Bergabung dengan Antam pada tahun 1981. Menghabiskan sebagian besar
dinasnya di Unit Pertambangan Pasir Besi Cilacap. Lulusan D3 Tambang
Umum UPN Veteran Yogyakarta dan Sarjana Ekonomi dari STIE Rajawali
Purworejo ini pernah menjabat sebagai Kepala Penambangan Pasir Besi
Cilacap, dan sekarang adalah Assistant Manager Post-mining Antam sejak
September 2007.
Ki Agus Umar Tochfa
Alumni Universitas Jayabaya (1976) ini juga menyelesaikan Program
Master of Business Administration di Institut Pengembangan Wiraswasta
Indonesia (1992). Memulai karir di Antam pada tahun 1968 sebagai Staf
Bagian Pengawas dan memegang berbagai posisi kunci sebelum menjadi
Direktur Keuangan Antam (19942003). Memasuki masa purnabakti pada
tahun 2003.
Kosim Gandataruna
Alumni ITB tahun 1960 ini adalah juga Sarjana Teknik Metalurgi University
of British Columbia, Canada (1963). Menduduki berbagai jabatan strategis
sebelum menjadi Direktur Utama Antam (19841989). Pernah menjabat
Direktur Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan
Energi (19891993) dan Asisten Menteri Koordinator Produksi dan Distribusi
Urusan Ekonomi Regional & Pengembangan Pusat-pusat Pertumbuhan
Ekonomi Baru. Memasuki masa purnabakti pada tahun 1997. Menerima
tanda kehormatan Satya Lancana Pembangunan (1987), Satya Lancana
Wirakarya (1991) dan Bintang Kehormatan Jasa Utama (1995) dari Presiden
RI.
Kurniadi Atmosasmito
Bergabung dengan Antam pada tahun 1980. Sarjana Ekonomi dari
Universitas Krisnadwipayana (1986) dan menerima gelar Magister
Manajemen dari LPMI pada tahun 1998. Menerima penghargaan Satya
Lancana Wirakarya dari Presiden RI pada tahun 2007. Memegang beberapa
posisi kunci di Antam selama 22 tahun sebelum menjadi Kepala SPI (20022003). Direktur Keuangan Antam (2003-2008).
La Pia Umar
Bergabung dengan Antam pada Desember 1961, jabatan terakhir di
Antam adalah Staf Ahli I Bidang Umum Subdit Administrasi Kantor Pusat.
Memasuki masa purnabakti pada Juli 1996.
Marthinus Rongre
Bergabung dengan Antam pada tahun 1986. Lulusan Teknik Elektro
Universitas Hasanuddin ini memegang beberapa jabatan penting di bidang
kelistrikan sampai menjadi Kepala Proyek Perluasan Pabrik Feronikel
Pomalaa (2003). Menerima penghargaan Satya Lancana Pembangunan
dari Presiden RI pada tahun 2007. Jabatan terakhir adalah Staf Senior

Para Narasumber

205

Bidang Pengembangan Usaha pada Direktur Pengembangan sebagai Project


Development Team Coordinator sebelum purnabakti pada Juni 2008.
Ngakan Ketut Suta
Lulusan Fakultas Teknik, Jurusan Pertambangan, Universitas Indonesia
(1957), dan Technische Hogeschool, Delft, Belanda (1966). Direktur Produksi
Antam (1968-1973), dan Direktur Umum Antam (1973-1978). Memasuki
masa purnabakti pada Maret 1983.
Nuriaman
Sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (1961) ini bergabung dengan
Antam pada tahun 1961. Menjabat beberapa posisi strategis sebelum menjadi
Kepala Perwakilan Antam di Tokyo (1983-1989) dan Direktur Keuangan
(19891990). Memasuki masa purnabakti pada Desember 1992.
Santonius Siregar
Bergabung dengan Antam pada tahun 1961. Menduduki berbagai posisi
penting di Antam sebelum menjadi Direktur Pengembangan (1984-1989).
Memasuki masa purnabakti pada November 1990.
Subagyo
Bergabung dengan Antam pada tahun 1972. Insinyur Teknik Mesin
Universitas Gajah Mada (1971). Pernah memegang jabatan strategis di
Antam dan jabatan terakhir sebagai Direktur Pengembangan (1997-2003).
Menerima Tanda Kehormatan Satya Lancana Pembangunan dari Presiden
RI pada tahun 1996. Memasuki masa purnabakti pada tahun 2003.
Sustiyah Sumardi (almarhumah)
Bergabung dengan Antam pada tahun 1961. Sarjana Ekonomi dari
Universitas Indonesia (1976) ini menduduki berbagai posisi penting di
bidang keuangan. Jabatan terakhir di Antam adalah Inspektur Perusahaan.
Memasuki masa purnabakti pada Agustus 1994.
Syahrir Ika
Bergabung dengan Antam pada tahun 2003. Sarjana Peternakan Universitas
Nusa Cendana Kupang (1983) serta menerima gelar Magister Manajemen
dari Universitas Trisakti Jakarta pada tahun 1995. Memegang beberapa
posisi kunci di Departemen Keuangan sejak tahun 1985. Asisten Komisaris
Antam (1998-2001) dan Anggota Komite Audit Antam sejak tahun 2001.
Menerima penghargaan Satya Lancana Wirakarya dari Presiden RI pada
tahun 2007. Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia Antam (20032008).
Tato Miraza
Bergabung dengan Antam pada tahun 1992. Insinyur Teknik Metalurgi
dari Institut Teknologi Bandung (1991) serta menerima gelar Magister
Manajemen dari Prasetya Mulya. Memegang posisi kunci di Antam selama
15 tahun sebelum menjabat Assistant Senior Manager Feronikel (2006) dan
Project Group Leader Nickel and Energy Development Project (2007-Juni
2008). Direktur Pengembangan Antam sejak 2008.

206

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Tjandra Djuliswar
Bergabung dengan Antam pada tahun 1987. Insinyur Teknik Kimia dari
Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (1984). Memegang posisi
kunci di Antam sebelum menjabat Staff Bidang Teknik Kimia pada Senior
Manager Corporate Strategic Development Group, Nickel and Energy
Development Project sebagai Hydrometallurgy Project Manager sejak tahun
2007.
TNP Sihombing
Alumni Institut Teknologi Bandung jurusan Tambang Umum ini bergabung
dengan Antam pada tahun 1971. Pernah menjabat sebagai Kepala Unit
Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (1986). Jabatan terakhir Staf Ahli
Bidang Tambang pada Direksi Antam. Memasuki masa purnabakti pada
tahun 1994.
Winardi
Bergabung dengan Antam pada tahun 1991. Insinyur Teknik Metalurgi dari
Institut Teknologi Bandung (1988) dan menerima gelar Magister Manajemen
dari Prasetya Mulya. Menerima penghargaan Satya Lancana Wirakarya dari
Presiden RI pada tahun 2007. Memegang posisi kunci di Antam selama
16 tahun sebelum menjabat Kuasa Direksi Unit Bisnis Pengolahan dan
Pemurnian Logam Mulia (2004-2005) dan Senior Vice President UBP Emas
Pongkor (2005-Juni 2008). Direktur Operasi Antam sejak 26 Juni 2008.
Wisnu Askari Marantika
Diangkat sebagai Komisaris Utama Antam pada tahun 2004. Lulus Insinyur
Teknik Elektro ITB (1976). Sebelumnya memegang beberapa posisi penting di
PT Telkom Tbk (1992-1997). Pernah menjadi Direktur Utama PT Elektrindo
Nusantara (1997-2000), Komisaris Utama PT Komselindo (1998-1999),
Komisaris Utama PT Indosat Tbk (2000-2002). Direktur Utama PT Infoasia
Sukses Mandiri (2003-2006) dan Komisaris PT Infokom Elektrindo (20052007). Saat ini menjabat Wakil Komisaris Utama PT Infoasia Teknologi
Global Tbk dan Komisaris Utama Antam.

Narasumber dari luar lingkungan Antam :


1.
2.
3.
4.

Abdul Gaffar Songkeng (Penerima manfaat CSR, Pomalaa)


Agus Martowardojo (Direktur Utama Bank Mandiri)
Michael Chambers (Head of Sales, CLSA Indonesia)
Roes Aryawijaya (Deputi Menteri Negara BUMN, Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi)
5. Simon F. Sembiring (Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Bidang Ekonomi dan Keuangan)
6. Sofyan A. Djalil (Menteri Negara BUMN)

Para Narasumber

207

Daftar Kepustakaan
Achmad Prijono Nitihardjo, Kisah-kisah Pengambilalihan dan Pembangunan
Proyek.
Tambang Nikel P. Maniang dan Pomalaa (1961-1964).
Antam : A Company Profile, Aneka Tambang, Jakarta.
Aneka Tambang Company Profile, Aneka Tambang, Jakarta.
Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia, Logam Mulia, Jakarta.

Terbitan Berkala :
Bulletin Media Komunikasi Internal Antam, edisi Desember 2006, Jakarta.
Buletin Purnantam, Antam, edisi XVI/Juli September 2006, Jakarta.
Buletin Purnantam, Antam, edisi XIX/April - Juni 2007, Jakarta.
Laporan Keberlanjutan 2006, Antam, Jakarta : 2007.
Laporan Keberlanjutan 2007, Antam, Jakarta : 2008.
Laporan Tahunan 1997, Antam, Jakarta : 1998.
Laporan Tahunan 1998, Antam, Jakarta : 1999.
Laporan Tahunan 1999, Antam, Jakarta : 2000.
Laporan Tahunan 2001, Antam, Jakarta : 2002.
Laporan Tahunan 2002, Antam, Jakarta : 2003.
Laporan Tahunan 2003, Antam, Jakarta : 2004.
Laporan Tahunan 2004, Antam, Jakarta : 2005.
Laporan Tahunan 2005, Antam, Jakarta : 2006.
Laporan Tahunan 2006, Antam, Jakarta : 2007.
Laporan Tahunan 2007, Antam, Jakarta : 2008.

Naskah Internal
Darmoko Slamet, Suhardjito Sidik, Setyahadi Sarino, Tiga Tahun Pertama
Operasi Pabrik Feronikel Pomalaa, Bandung, 1979.
Kronologi Aktivitas Penambangan Intan Danau Seran Kalimantan Selatan
Desember 1985 s/d Juni 1994.
Laporan Penelitian Lokasi Alumina Plant, Aneka Tambang, 1979.

208

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Laporan Pertambangan Intan.


Oloan P. Siahaan, Achmad Hassan, Aneka Tambang, Bersaing dengan Hari
Esok, Bandung :1993.
Perkembangan PT Aneka Tambang : Unit Pertambangan Bauksit Kijang.
Perkembangan Organisasi PT Aneka Tambang dan Unit-unit Produksi,
PT Aneka Tambang.
Perkembangan Perusahaan Pertambangan Aneka Tambang Ditinjau dari Segi
Status Hukum.
Pertambangan Bauksit dan Proyek Alumina.
Petunjuk Pelaksanaan Pengamanan Proyek Penambangan Intan di Banjarbaru
Banjarmasin, Kalimantan Selatan, PT Aneka Tambang (Persero). Jakarta.
Proyek Pembangunan Pabrik Ferronickel Pomalaa, PT Aneka Tambang,
Juli 1973.
Ringkasan Latar Belakang PT Antam dalam Pengusahaan Nikel Pomalaa,
Aneka Tambang, 1985.
Riwajat Tambang Logas.
Riwayat Tambang Logas.
Riwayat UPN Pomalaa, PT Aneka Tambang, 1994.
Sejarah Unit Pertambangan Emas Cikotok 1940-1994.
Sejarah Perkembangan Industri Pertambangan Nikel di Pomalaa.
Sejarah Singkat Unit Bisnis Pertambangan Pasir Besi.
Sejarah Singkat Unit Pertambangan Emas Cikotok.
Sejarah Ringkas Tambang Bauksit Kijang, P. Bintan (Prov. Kepri).
Suharna R, Preliminary Evaluation of Logas Project.
Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia,
Tambang. Jakarta : 1985.

PT (Persero) Aneka

Unit Pertambangan Nikel Pomalaa, PT Aneka Tambang (Persero), 1994.


Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia, PT Antam (Persero), 1985.

Para
Narasumber
DAFTAR
KEPUSTAKAAN

209
209

Unit Pertambangan Emas Pongkor, PT Aneka Tambang (Persero), Sorongan :


1988.

Surat Kabar :
Kompas, 25 Oktober 1976.
Kompas, 27 Desember 1991.
Kompas, 14 April 1992.
Kompas, 17 November 1993.
Kompas, 29 Januari 1994.
Kompas, 1 Maret 1994.
Kompas, 14 November 1994.
Kompas, 20 Februari 1995.
Kompas, 26 Juni 1995.
Kompas, 6 Maret 1996.
Mingguan Kontan, Nomor 44, Tahun II, 3 Agustus 1998.
Mingguan Kontan, Nomor. 7 Tahun I, 11 November 1996.
Mingguan Kontan, Nomor 8 Tahun I, 18 November 1996.
Mingguan Kontan, Nomor 37 Tahun I, 16 Juni 1997.
Mingguan Kontan, Nomor 32, Tahun III, 10 Mei 1999.
Mingguan Kontan, Nomor 44, Tahun II, 3 Agustus 1998.
Mingguan Kontan, Nomor 3, Tahun VI, 15 Oktober 2001.

Referensi Lain :
www.antam.com
www.dpr.go.id
www.wikipedia.com

210

Empat Dasawarsa PT Antam Tbk MEMAKNAI ALAM, MELINTAS MASA

Hubungi Kami
KANTOR PUSAT
Gedung Aneka Tambang
Jl. Letjend. TB Simatupang No. 1,
Lingkar Selatan, Tanjung Barat
Jakarta 12530, Indonesia
Tel.
: (62-21) 789 1234
Fax
: (62-21) 789 1224
E-mail : corsec@antam.com

UNIT BISNIS
PERTAMBANGAN NIKEL
Tambang Nikel dan
Pabrik Feronikel Pomalaa
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 5
Pomalaa, Kolaka 93652
Sulawesi Tenggara
Tel.
: (62-405) 310 171
Fax
: (62-405) 310 833

Operasi Maluku Utara


P. Buli, Maba, Halmahera Tengah
Tel./Fax : (62-21) 781 2736

Kantor Perwakilan Makassar


Jl. Dr. Sam Ratulangi No. 60
Makassar 90122
Tel.
: (62-411) 872 234,
871 648, 872 012
Fax
: (62-411) 872 237

Kantor Perwakilan Ternate


Jl. Batuangus No. 11
Ternate 97727, Maluku Utara
Tel.
: (62-921) 22 221, 21 686
Fax
: (62-921) 22 819

UNIT BISNIS
PERTAMBANGAN EMAS

UNIT BISNIS PENGOLAHAN


DAN PEMURNIAN LOGAM
MULIA
Jl. Pemuda Jl. Raya Bekasi Km. 18
Pulogadung, Jakarta 13010
Tel.
: (62-21) 475 7108

Direct Marketing :
Tel.
Fax
e-mail

: (62-21) 478 65492


: (62-21) 475 0665,
296 3043
: logammulia@antam.com,
lm@logammulia.com

UNIT BISNIS
PERTAMBANGAN BAUKSIT
Jl. Bintan, Kijang
Tanjung Pinang 29151,
Kepulauan Riau
Tel.
: (62-771) 61 177, 61 520
Fax
: (62-711) 61 921

UNIT GEOMIN
Jl. Pemuda No. 1
Pulogadung, Jakarta 13210
Tel.
: (62-21) 475 5380
Fax
: (62-21) 475 9860
e-mail : geomin@antam.com

KANTOR PERWAKILAN
ANTAM TOKYO
New Aoyama Building, East 1507
1-1, Minami Aoyama, 1-Chome
Minato-ku, Tokyo 107-0062, Japan
Tel.
: (03-3423) 8031
Fax
: (03-3423) 8033

PO Box 1, Pos Nanggung


Bogor 16650, Jawa Barat
Tel.
: (62-251) 369 999
Fax
: (62-251) 681 543
e-mail : gold.pongkor@antam.com

DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Para
HUBUNGI
Narasumber
KAMI

211
211

Anda mungkin juga menyukai