Disusun Oleh :
Nurul Eka Ramadhini
(3335131696)
Tuti andriyani
(3335130672)
Tinjauan Pustaka
Vinyl chloride adalah senyawa organochloride dengan rumus H2C=CHCl
yang juga disebut vinylChloride monomer, VCM or chloroethene. Senyawa ini tak
berwarna dan merupakan senyawakimia penting dalam industry terutama
digunakan untuk menghasilkan polymer poly vinyl chloride (PVC). Kira-kira 13
juta ton diproduksi setiap tahun. VCM masuk dua puluh bahan petrokimia
terbesar produksi dunia. China adalah pembuat terbesar dan juga pemakai terbesar
dari VCM. Vinyl chloride adalah gas dengan bau manis, sangat beracun, mudah
terbakar, dan karsinogenik. Vinil klorida yang dilepaskan oleh industri atau
dibentuk oleh kerusakan bahan kimia yang terklorinasi bisa masuk ke udara dan
pasokan air minum. Vinyl chloride adalah kontaminan yang umum ditemukan di
dekat tempat pembuangan sampah. Pada massa lalu VCM digunakan sebagai
refrigerant.
A.
b.
c.
d.
e.
Titik lebur
Titik didih
Titik nyala
Suhu dapat
suhu kamar)
- 154C
- 14C
- 78C
472C
f.
g.
h.
i.
j.
terbakar sendiri
Tekanan uap
Kerapatan uap
Berat jenis
Ambang bau
Kelarutan
1. ETILEN
a.
Rumus molekul
: C2H4
b.
Berat molekul
: 28,05 g/mol
c.
Kenampakan
d.
e.
Massa jenis
f.
Titik lebur
g.
Titik didih
h.
Flash point
: -136 C
i.
: 542,8 C
j.
Kelarutan di air
k.
Kelarutan di etanol
: 4,22 mg/L
l.
: bagus
m.
Keasaman (pKa)
:4
a. Bentuk
: Cair
b. Bau
: menyengat
c. Warna
d. Massa jenis
: 2.13
e. Titik didih
: 85 oC
f. Titik lebur
: -20oC
: 20 mbar
:1
2. CHLORIN (Cl2)
a. Nomor atom
: 17
b. Massa atom
: 35,453 g/mol
c. Titik lebur
: -101 C
d. Titik didih
: -34,6 C
e. Radius Vanderwaals
: 0,127 nm
f. Radius ionic
g. Isotop
:4
: 1255,7 kJ/mol
: 2298 kJ/mol
: 3822 kJ/mol
k. Potensial standar
: 1,36 V
Terdapat empat metode yang dapat ditempuh untuk memproduksi VCM, yaitu:
cracking etilen dikhlorida (EDC), reaksi antara acetylene (C2H2) dengan
hydrogen chloride (HCl), reaksi methyl chloride (CH3Cl) dengan methylene
chloride
(CH2CHCl)
serta
hydrodechloronation
1-1-2
trichloroethane
(C2H3Cl3). Keempat metode tersebut akan dijelaskan secara singkat di bawah ini.
1. Reaksi Acetylene (C2H2) dengan Hydrogen Chloride (HCl)
Menurut Nexants ChemSystem Process Evaluation/ Research Planning (2007),
metode pembuatan VCM dengan mereaksikan acetylene dengan HCl merupakan
metode yang pertama kali digunakan dalam memproduksi vinyl chloride
monomer (VCM). Metode ini dilakukan dengan mereaksikan acetylene yang
berada pada fasa uapnya dengan HCl. Reaksi ini berjalan dengan bantuan mercury
chloride (HgCl2) dan karbon aktif sebagai katalis. Karbon aktif yang digunakan
sebagai carrier mercury chloride ini dapat diperoleh dari batu bara atau coke
petroleum. Pada proses ini, HCl bebas air dihasilkan dari reaksi antara gas H2 dan
gas Cl2, sedangkan asetilen dikeringkan terlebih dahulu kemudian dilewatkan
tumpukan karbon dengan tujuan untuk menghilangkan zat-zat yang dapat merusak
katalis seperti sulfida. Acetylene dan HCl dicampur dengan menggunakan mixer
untuk kemudian dipanaskan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam reaktor.
Reaksi yang terjadi pada proes ini cukup sederhana dan dinilai cukup efektif
karena menghasilkan konversi yang cukup tinggi. Adapun reaksi yang terjadi pada
proses ini adalah sebagai berikut:
Reaksi di atas merupakan reaksi eksotermis dengan panas reaksi pada 25oC dan
tekanan 1 atm adalah sebesar -22.451.77 Kkal/Kgmol, sehingga panas yang
timbul akibat reaksi harus diserap agar reaktor tetap bekerja secara isothermal.
Reaksi ini berjalan pada temperature 90-140 0C dan tekanan 1,5 atm sampai 1,6
atm. Pada kondisi operasi tersebut, konversi reaktan adalah sebesar 80-85%.
Reaktor yang dipakai pada proses ini adalah fixed bed reactor dengan katalis yang
diletakkan di dalam pipa-pipanya.
2. Reaksi Metil Khlorid CH3Cl dengan Methylene Chloride CH2CHCl
Metode ini dilakukan dengan mereaksikan methyl chloride dan methylene
chloride yang berada pada fasa uap-nya untuk menghasilkan vinyl chloride
monomer dan asam klorida. Satu mol methyl chloride bereaksi dengan satu mol
methylene chloride untuk menghasilkan satu mol vinyl chloride monomer dan 2
mol asam klorida. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CH3Cl + H2O
CH3OH + HCl
CH3OH + CH2Cl2
CH3OCH2Cl + HCl
CH3OCH2Cl
CH2CHCl + H2O
Reaksi di atas berjalan pada temperatur 300-5000C dan tekanan 1 atm sampai 10
atm. Selektivitas pada reaksi di atas dapat ditingkatkan dengan menggunakan
beberapa katalis antara lain alumina gel, gamma-alumina, zinc chloride, zeolite
dan silicone alumunium phosphorus (Goldfarb dkk, 1980)
3. Cracking Etilen Dikhlorid (EDC)
Vinyl chloride monomer (VCM) dapat diproduksi melalui proses cracking etilen
dikhlorida (EDC). EDC sendiri diperoleh melalui dua metode, yakni direct
chlorination
(mereaksikan
etilen
dengan
asam
klorida)
dan
metode
Reaktor yang digunakan pada proses ini adalah long tubular coil yang berada di
dalam furnace. Reaktor ini terdiri dari dua bagian, yaitu pre-heat zone dan
reaction zone. Pada pre-heat zone dilakukan penyesuaian suhu hingga mencapai
480 550 oC dimana reaksi pirolisis dapat berlangsung secara optimum,
kemudian pada reaction zone terjadi reaksi pemecahan EDC menjadi VCM.
Diameter koil reaktor dirancang sedemikian rupa sehingga kecepatan gas yang
mengalir didalamnya berkisar antara 10-20 m/s dan panjang koil dirancang hingga
memungkinkan waktu tinggal selama 5-30 sekon. Pada proses ini ada banyak
impurities yang terdeteksi dalam hasil pirolisis, sehingga EDC harus dimurnikan
terlebih dahulu sebelum masuk reaktor. Pada proses ini pembentukan coke akan
sangat menganggu reaksi. Untuk mencegah terbentuknya coke, suhu reaksi harus
dijaga berada di bawah 500 0C, namun pada temperatur di bawah 5000C
kecepatan reaksi akan rendah, karena reaksi ini merupakan reaksi endotermis. Hal
ini dapat diatasi dengan penambahan aditif seperti nitromethane chloroform atau
carbon tetrachloride (Dimian and Bildea, 2008).
4. Hydrodechloronation 1-1-2 Trichloroethane (C2H2Cl3)
Menurut Choi dan Lee (2001), proses ini memanfaatkan limbah organik dari
proses pembuatan ethylene dichloride yaitu 1-1-2 trichloroethane (TCEA) untuk
membentuk vinyl chloride monomer (VCM). 1-1-2 Trichloroethane (TCEA)
direaksikan dengan H2 selama 2 jam dalam sebuah reaktor alir kontinu fixed bed
yang beroperasi pada tekanan atmosferis dan suhu 3000C. Kinetika reaksi dapat
ditingkatkan dengan menjaga perbandingan input H2 sebesar 10 kali lipat lebih
besar dari 1-1-2 trichloroethane (TCEA). Pada proses ini digunakan gas N2
sebagai pembawa gas H2. Selektivitas proses dapat ditingkatkan dengan
menggunakan Ni-
BAB II
PEMILIHAN TEKNOLOGI
Pada pembuatan VCM ada 3 proses atau teknologi yaitu :
1. Proses wacker Chemie GmbH
Pada proses ini metode produksi VCM menggunakan pirolisis dengan
pemurnian pada temperature 400C sampai 600C, Tekanan 10-36 bar absolute.
Proses pirolisis dari gas murni untuk mendapatkan 1,2 dicloroethane pada fase
liquid panas pada temperature pemanasan dan gas buang di simpan pada generate
steam. Pendinginan campuran gas pirolisis dalam stage awal dan HCL dari
pencampuran gas pirolisis disimpan dalam HCL kolom dan VCM dari
pencampuran gas pirolisis disimpan dalam VCM kolom. Energy yang dibutuhkan
dalam proses ini adalah 0,3 g. Joule dengan produk yang dihasilkan 100 kg VCM
dengan proses pirolisis. 85% panas diambil dari preheates liquid EDC, uap panas
EDC digunakan untuk temperatur pirolisis dan untuk endothermal pirolisis proses
namun 25% nya hilang karena gas buang pada pirolisis furnace. Untuk asas
ekonomi maka pabrik ini memanfaatkan panas buang dari pirolisis furnace
tersebut pada level temperatur 270-330C. Produksi VCM dari EDC dengan
proses distilasi, oxycloronation dari etilen. Pada proses pirolisis dihasilkan
dewatered EDC dari bagian bawah produk dan 40-50% EDC yang tidak bereaksi
pada reaksi pirolisis dapat digunakan kembali pada proses yang lain. Untuk tahap
piolisis EDC menggunakan steam 0,25 t per ton sedangkan produk VCM
memerlukan 0,65 steam per ton.
Kandungan panas dari gas buang dari cracking furnace yang meninggalkan
bagian konveksi dari tungku retak pada suhu 240-540C, digunakan untuk
superheating udara pembakaran, yaitu sekitar 100 untuk cracking furnace dari
suhu 200-500C dengan pendinginan simultan dari gas buang dari suhu 140180C.
(a) Pemanasan awal 1,2 dicloroethane cair pada 125-155C, dalam
cenvection section dalam cracking furnace pada tekanan cairan 15-31 bar
dengan
2CHCl + HO + q
276
kj )
a. Direct Chlorination
Proses berikut bertujuan untuk memproduksi EDC dari reaksi klorinasi
etilen pada fase gas dalam reaktor yang ditunjukkan menurut reaksi
berikut:
CH + Cl
CHCl + q
180
kj )
Untuk tahap proses berikut berlangsung pada temperatur 80-120C,
atau tergantung pada kebutuhan untuk me-recovery energi yang berasal
dari reaksi eksotermik. Dalam Teknologi Hoechst direct chlorination tidak
bergantung pada operasi oxycholirination.
b. Oxycholirination
Tujuan dari proses berikut adalah untuk memproduksi EDC, yang
merupakan hasil reaksi etilen, oksigen dan HCL yang berasal dari unit
cracking EDC dan incinerator.katalis yang digunakan disini adalah katalis
hidrogenasi khusus yang dikembangkan oleh Hoechst dan Degussa,
asetilen tersebut kemudian dikonversi menjadi etilen. Reaksi yeng
berlangsung merupakan reaksi eksotermik dengan menggunakan copper
chloride alumina dalam reaktor berjenis fludized bed.
Temperatur reaksi berkisar antara 200-230C. reaksi dapat
ditunjukan sebagai berikut:
CH + 2HCl + O CHCl + HO + q
( 239 kj )
Kelebihan Teknologi Hoechst pada unit Oxycholirination adalah:
- Tidak memerlukan caustic scrubber karena kandungan HCL dan CO
-
gas.
- Mengurangi konsumsi air segar dengan penggunaan kembali air reaksi.
c. Cracking EDC
Proses ini berlangsung pada temperatur 500C denagn konversi 60% untuk
memproduksi VCM dan HCL,
sebagai berikut:
CHCl
CHCl + HCL + q
(-71 kj )
Umpan HCL berasal dari direct chlorination yang sebelumnya dipanaskan
di EDC superheater. Gas pembakaran di furnace adalah gas alam. Gas
yang telah di-cracking kemudian dialirkan ke quencher. Dibagian atas
pemurnian
EDC. Energi
pembakaran
di-recovery dengan
empat
plant
yaitu:
proses yang terjadi adalah cracking EDC menjadi VCM dan HCL,pemurnian
VCM dan recovery EDC yang tidak terkonversi. Di incinerator plant terjadi
pembakaran limbah cair organik dan gas klorin menghasilkan HCL dan
menggenerasi panas. Panas digunakan dalam menghasilkan steam dan HCL yang
terbentuk di-recovery sebagai larutan HCL 19%.
Proses secara umum reaksi sintetis produk dari bahan baku pada pabrik
unit VCM adalah sebagai berikut:
Proses di Oxy Hydro Chlorination (OHC) plant.
Proses OHC menggunakan bahan baku CH, O dan HCL untuk
membentuk EDC, Reaksi secara umum:
CH= CH + 2HCL + O CHCCHCL + HO + q
Reaksi ini mengguanakan katalis CuCl dan KCL dengan carrier-nya
berupa clay.
Proses di liquid phase (LP) EDC plant.
EDC diproduksi di LP-EDC plant dengan menghasilkan gas Cl dan CH
dalam EDC liquid dengan menggunakan bed katalis FeCl, reaksinya
adalah:
CH = CH + Cl CHClCHCl + q
Proses cracking di vinyl chloride monomer ( VCM ) plant.
VCM di produksi dari EDC yang melalui proses cracking dengan
menggunakan gas alam, reaksinya adalah sebagai berikut:
CHClCHCl + q ClCH = CH + HCL
o Pada proses ini reaksi berlangsung pada temperatur 500C, dalam
proses apabila terjadi kelebihan panas akan menyebabkan coke
pada dinding tube dalam furnace, dengan adanya coke pada
dinding tube menyebabkan kapasitas produksi VCM akan
mengalami penurunan.
o Proses di Liquid Phase (LP) EDC Plant
EDC diproduksi di LP-EDC plant dengan menghasilkan gas Cl2 dan C2H4
dalam EDC Liquid dengan menggunakan Bed katalis Fe2Cl3. Reaksinya
yaitu:
C2H4 + Cl2
CH2ClCH2Cl + q
Proses Cracking di Vinyl Chloride Monomer (VCM) Plant
VCM diproduksi dari EDC yang melalui proses cracking dengan
menggunakan gas alam, reaksinya yaitu :
CH2ClCH2Cl + q
ClCH=CH2 + HCl
Pada proses ini reaksi berlangsung pada temperature 500 oC, dalam proses
apabila terjadi kelebihan panas akan menyebabkan coke pada dinding tube
dalam furnance, dengan adanya coke pada dindig tube menyebabkan kapasitas
produksi VCM akan mengalami penurunan.
Tabel Perbandingan Proses Pembuatan VCM dengan Teknologi Mitsui,
Hoecst dan GmbH
EDC Cracker
Konversi
Teknologi GmbH
Tekanan Tinggi
70%
EDC
Purity Produk 99.99%
Keunggulan
Pemanfaatan
Teknologi Hoecst
Tekanan Tinggi
60%
Teknologi Mitsui
Tekanan Rendah
55%
99.98%
External
99.99%
Effisiensi
Vaporization dan
yang
panas
Superheatod
dengan
EDC
mencegah
Cracker
Heat
Recovery
terjadinya Scalling
Dengan
teknologi
Queench
yang
bersuhu
panas
formasi
dari
hasil
dapat
dihasilkan tinggi
Energy
samping
dan
tanpa
mengoptimalkan
yang
dengan
buang,
untuk
menghemat
penurunan
gas
energy
kualitas
recovery
EDC preheating)
dan
tidak
distilasi
coke
perlu
untuk
dan
tars
dengan demikian
operation
System
Purity
produk
energy rendah
time-
tinggi
yang
dipakai
nya
bisa
lebih
lama
Kelemahan
Konversi
meningkat,
konsekuensi
dengan
Diperlukan
Yield
peningkatan
produksi
Cracking
maka
impurities
dari
EDC
menjadi
VCM
lebih
rendah
meningkat
Deskripsi Proses
Pra
rancangan
pabrik
VCM
menggunakan
bahan
baku
EDC
(Etylhenedicloride) yang akan bereaksi menjadi EDC, VCM dan HCl. Proses
reaksi ini akan terjadi melalui proses perengkahan pada suhu tinggi dan
memerlukan proses pemisahan yang mendukung proses perengkahan tersebut agar
produk yang dihasilkan sesuai keinginan dan berkualitas baik.
Pra rancangan pabrik ini, menggunakan metode GmbH. Pada proses ini
metode produksi VCM menggunakan pirolisis dengan pemurnian pada temperatur
450oC. Tekanan 30 atm. Proses diawali dari tangka penampungan EDC. Aliran
dialiri menuju reaktor furnance dengan menaikkan suhu aliran menggunakan HE
dan preheater agar beban furnace tidak begitu berat dan tidak membutuhkan
bahan bakar terlalu banyak. Setelah dari reaktor aliran menuju TLE untuk
menurunkan suhu, kemudian sebelum memasuki quencher, aliran diturunkan
tekanannya dengan expander. Aliran dari quencher menuju absorber dan aliran
dilarutkan ole H2O. Kemudian stream yang tidak larut akan dialirkan menuju
distilasi I dan distilasi II , VCM terpisahkan dengan EDC dan sisa HCl. Aliran
yang telah dipisahkan, dialiri menuju tangka penampungan. Keterangan dapat
dilihat pada blok diagram proses dan diagram alir proses berikut ini, dengan T
adalah kode tangka, R adalah reaktor, Q adalah quencher, A adalah absorber dan
D adalah distilasi
Gambar 1. Blok diagram massa Pra Rancangan Pabrik VCM Kapasitas 60,000
Ton/Tahun
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pra Rancangan Pabrik VCM Kapasitas 60,000
Ton/Tahun
Vinyl Chloride Monomer pada suhu tinggi yaitu 450OC, maka reaktor ditempatkan
pada furnance. Pada proses ini dihasilkan pada produk samping berupa Asam
Klorida (HCl).
Kesimpulan
Dari beberapa metode pembuatan VCM di atas, diperoleh kesimpulan bahwa
metode GmbH adalah metode yang terbaik karena memiliki keuntungan sebagai
berikut :
Proses yang lebih sederhana
Reaksinya tidak memerlukan katalis sehingga tidak diperlukan waktu
regenerasi, karena lebih rendah dilihat dari segi investasi.
Menghasilkan produk samping HCl sehingga dari segi ekonomi lebih
menguntungkan.
Membutuhkan tekanan dan temperatur yang lebih rendah yaitu 30 atm dan
450oC. Karena jika temperatur operasi diatas