Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LOKASI DAN TINJAUAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

2.1. Geologi Regional Cekungan Kutai


Secara fisiografis, Cekungan Kutai berbatasan di sebelah Utara dengan
Tinggian Mangkalihat, Zona Sesar Bengalon, dan Sangkulirang. Di sebelah Selatan
berbatasan dengan Zona Sesar Adang yang bertindak sebagai zona sumbu cekungan
sejak akhir Paleogen hingga sekarang (Moss dan Chamber, 1999). Di sebelah Barat,
cekungan ini berbatasan dengan Central Kalimantan Range yang dikenal sebagai
Kompleks Orogenesa Kuching (berupa metasedimen kapur yang telah terangkat dan
telah terdeformasi) dan di bagian Timur berbatasan dengan Selat Makassar.
Kerangka

tektonik

di

Kalimantan

bagian Timur

dipengaruhi

oleh

perkembangan tektonik regional yang melibatkan interaksi antara Lempeng Pasifik,


Lempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia, serta dipengaruhi oleh tektonik
regional di asia bagian Tenggara (Biantoro et al., 1992).
Bentukan struktur Cekungan Kutai didominasi oleh perlipatan dan
pensesaran. Secara umum, sumbu perlipatan dan pensesarannya berarah TimurlautBaratdaya dan subparalel terhadap garis pantai timur pulau Kalimantan. Di daerah ini
juga terdapat tiga jenis sesar, yaitu sesar naik, sesar turun dan sesar mendatar (Rizka
et al., 2011). Adapun struktur Cekungan Kutai dapat dilihat pada Gambar 1.
Tatanan tektonik Cekungan Kutai (Mora et al., 2003) dapat diringkas sebagai
berikut (Gambar 2):
1. Awal Synrift (Paleosen ke Awal Eosen): Sedimen tahap ini terdiri dari sedimen
aluvial mengisi topografi NE-SW dan NNE-SSW hasil dari trend rifting di
Cekungan Kutai darat. Sedimen ini mengendap di atas basemen kompresi Kapur
akhir sampai awal Tersier berupa sekuen laut dalam.
2. Akhir Synrift (Tengah sampai Akhir Eosen): Selama periode ini, sebuah
transgresi besar terjadi di Cekungan Kutai, sebagian terkait dengan pemekaran
(rifting) di Selat Makassar, dan terakumulasinya serpih bathial sisipan pasir.
3. Awal Postrift (Oligosen ke Awal Miosen): Selama periode ini, kondisi bathial
terus mendominasi dan beberapa ribu meter didominasi oleh akumulasi serpih.
1

Di

Gambar 1.

Struktur regional Kalimantan (Satyana et al., 1999) dan Cekungan


Kutai (Van de Weerd et al., 1992)

daerah structural shallow area platform karbonat berkembang.


4. Akhir Postrift (Miosen Tengah ke Kuarter): Dari Miosen Tengah dan seterusnya
sequence delta prograded secara major berkembang terus ke laut dalam Selat
Makassar, membentuk sequence Delta Mahakam, yang merupakan bagian utama
pembawa hidrokarbon pada cekungan. Berbagai jenis pengendapan delta on
dan offshore berkembang pada formasi

Gambar 2. Keadaan Tektonik Cekungan Kutai (Mora et al., 2003)


Balikpapan dan Kampungbaru, termasuk juga fasies slope laut dalam dan fasies
dasar cekungan. Dan juga hadir batuan induk dan reservoir yang sangat baik
dengan lapisan dalamnya ditutupi oleh serpih. Setelah periode ini, proses erosi
ulang sangat besar terjadi pada bagian sekuen Kutai synrift.
2.2. Stratigrafi Regional Cekungan Kutai
Cekungan Kutai yang luasnya + 50.000 km2, cekungan ini mulai diisi
sedimen pada permulaan Tersier sampai Kuarter. Dataran cekungan ini terus melebar
ke arah Timur. Pengisisan cekungan ini dimulai dari lingkungan laut sampai fluvial,
pada pengendapan lingkungan paralik banyak diendapkan batubara yang diselingi
endapan sedimen. Pada Miosen Bawah terjadi siklus regresi, lingkungan daratan
mulai melebar ke arah Timur Laut. Di atas endapan tersier diendapakan aluvium
yang terdiri dari lempung, lanau dan gambut, endapan ini mengisi bagian yang
rendah.
Stratigrafi daerah Cekungan Kutai merupakan endapan-endapan sedimen
Tersier sebagai hasil dari siklus transgresi dan regresi laut dan memiliki
kesebandingan dengan Cekungan Barito serta Cekungan Tarakan (Satyana et al.,

1999), lihat

Gambar 3. Urutan transgresif dapat ditemukan dengan baik di

sepanjang daerah pinggiran cekungan tanpa endapan klastik yang berbutir kasar dan
serpih yang diendapkan pada lingkungan paralis hingga laut dangkal.

Gambar 3. Stratigrafi Cekungan Barito, Kutai dan Tarakan (Satyana et al., 1999)
Stratigrafi Cekungan Kutai menurut Allen dan Chamber (1998) terdiri dari
dua kelompok utama yaitu:

1. Seri transgresi Paleogen


Zona ini dimulai dari tektonik ekstensional dan rift infill saat Eosen dan diakhiri
dengan ekstensional post-rift laut dalam dan karbonat platform pada kala
Oligosen Akhir.
2. Seri regresi Neogen
Zona ini dimulai Miosen Akhir hingga sekarang, yang menghasilkan deltaic
progradation. Sedimen regresi ini terdiri dari lapisan-lapisan sedimen klastik
delta hingga paralik atau laut dangkal dengan progradasi dari barat ke arah timur
dan banyak dijumpai lapisan batubara (lignit).
Batuan tertua yang ada di Cekungan Kutai berupa batuan metamorf yang
menjadi pembentuk batuan dasar dan berumur Paleozoikum dan Mesozoikum
(Satyana et al., 1999). Adapun susunan stratigrafi Cekungan Kutai dari tua ke muda
(Gambar 4) menurut Satyana et al. (1999) dalam penelitiannya adalah sebagai
berikut:
1. Formasi Mangkupa

Formasi Mangkupa berupa serpih yang diendapkan pada lingkungan laut terbuka
hingga marginal marine dan terjadi pada kala Eosen.
2. Formasi Berium

Sedimen siliklastik kasar kemudian diendapkan di atas Formasi Mangkupa, yaitu


Formasi Beriun yang berasosiasi dengan serpih pada beberapa tempat, hal ini
mengindikasikan terjadinya proses pengangkatan secara lokal. Formasi Beriun
terdiri dari batulempung, selang seling batupasir dan batugamping. Formasi
Beriun berumur Eosen Tengah Eosen Akhir dan diendapkan dalam lingkungan
fluviatil hingga litoral.
3. Formasi Atan
Setelah pengendapan Formasi Beriun, transgresi terjadi kembali dan diendapkan
Formasi Atan berupa serpih laut dalam. Formasi Atan terdiri dari batugamping
dan batupasir kuarsa. Formasi Atan berumur Oligosen Awal.
4. Formasi Marah
Formasi Marah diendapkan secara selaras diatas Formasi Atan. Formasi Marah
terdiri dari batulempung, batupasir kuarsa dan batugamping berumur Oligosen
Akhir.
5

Gambar 4. Stratigrafi Cekungan Kutai (Satyana et al., 1999)


5. Formasi Pamaluan (Tomp)
Formasi Pamaluan yang tersusun atas batulempung, serpih dengan sisipan napal,
batupasir, dan batugamping. Formasi ini terbentuk pada kala Oligosen Akhir
hingga Miosen Awal dengan lingkungan pengendapan berupa laut dalam.
Formasi Pamaluan adalah fase transgresif yang berkembang di Cekungan Kutai
dan mengalami progradasi secara cepat ke arah timur.
6. Formasi Bebulu (Tmb)
Formasi Bebulu diendapakan di atas formasi Pamaluan secara selaras, tersusun
6

atas batugamping dengan sisipan lanau dan napal yang merupakan endapan
karbonat fasa transgresif. Formasi ini berumur Miosen Awal-akhir Miosen Awal
dengan lingkungan pengendapan laut dangkal.
7. Formasi Pulubalang (Tmpb)
Formasi Pulubalang diendapkan secara selaras di atas Formasi Bebulu. Formasi
ini tersusun atas perselingan graywacke dan batupasir kuarsa dengan sisipan
batugamping, batulempung, batubara, dan tuff dasit. Umur Formasi Pulubalang
adalah Miosen Tengah dengann lingkungan pengendapan darat hingga laut
dangkal.
8. Formasi Balikpapan (Tmbp)
Formasi Balikpapan terbentuk dalam lingkungan pengendapan delta atau litoral
hingga laut dangkal terbuka, dengan kisaran umur Miosen Tengah hingga
Miosen Akhir, diduga mempunyai ketebalan formasi 1.800 m. Terdiri dari
batupasir kuarsa, batulempung dengan sisipan batulanau, serpih, batugamping
dan batubara. Lapisan batupasir kuarsa berbutir halus sampai sedang, terpilah
cukup baik dengan kandungan mineral kuarsa sekitar 70 %, bersifat kurang
padat, bersisipan oksida besi setebal 30 cm, lignit setebal 50 cm-150 cm, dan
serpih setebal 30 cm, serta lensa-lensa batugamping setebal 10 cm - 50 cm yang
bersifat keras, pejal dan pasiran.
9. Formasi Kampung Baru (Tmkb)
Formasi Kampung Baru diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi
Balikpapan.

Terdiri

dari

lapisan

batupasir

kuarsa

bersisipan

dengan

batulempung, batulanau, konglomerat aneka bahan, lignit, gambut dan oksida


besi. Lapisan batupasir kuarsa, sedikit mengandung feldspar dan karbon,
berbutir halus sampai menengah, terpilah baik, mudah lepas ikatan antar
butirannya. Lapisan batulempung tufan, berlapis tipis, terdapat alur nodul
lempung setebal 1 cm dengan inti kuarsa. Lapisan batulanau, berwarna
kehijauan, setempat berselingan dengan gambut setebal 1 cm. Konglomerat
aneka bahan, bagian bawah terdiri atas komponen basal dan kuarsa berukuran
butir 0,5 cm sampai 2 cm serta setempat mencapai 5 cm, matriks batupasir
kuarsa, berstruktur perlapisan silang-siur, berlapisan; bagian atas komponen
makin mengecil dan batupasir makin menyolok serta berstruktur silang-siur.
7

Lapisan lignit dan gambut tersebar tidak merata dengan ketebalan mencapai 1,5
m. Oksida besi sebagai sisipan dengan ketebalan 2 cm sampai 3 cm, dan nodul
bergaris tengah 1 cm sampai 5 cm. Formasi Kampungbaru terbentuk dalam
lingkungan pengendapan delta hingga laut dangkal, dengan kisaran umur Kala
Miosen Akhir sampai Plio-Pleistosen, diduga mempunyai ketebalan formasi
berkisar antara 250 m sampai 800 m.
10. Formasi Mahakam
Formasi Mahakam terbentuk pada kala Pleistosen sekarang. Proses
pengendapannya masih berlangsung hingga saat ini, dengan ciri litologi material
lepas berukuran lempung hingga pasir halus yang terbentuk pada lingkungan
sungai, rawa, pantai, dan delta dengan hubungan yang bersifat tidak selaras
terhadap batuan di bawahnya. Endapan ini memiliki penyebaran sepanjang
pantai timur dan merupakan produk dari Delta Mahakam modern yang masih
berkembang terus hingga sekarang.
2.3.

Batubara pada Cekungan Kutai


Berdasarkan uraian sebelumnya, maka pada Cekungan Kutai ini yang formasi

yang terdapat batubara adalah:


1. Formasi Pulubalang (Tmpb)
Pada formasi Pulubalang tersusun atas perselingan graywacke dan batupasir
kuarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara, dan tuff dasit.
2. Formasi Balikpapan (Tmbp)
Pada formasi Balikpapan terdiri dari batupasir kuarsa, batulempung dengan
sisipan batulanau, serpih, batugamping dan batubara.
3. Formasi Kampung Baru (Tmkb)
Formasi Kampung Baru diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi
Balikpapan.

Terdiri

dari

lapisan

batupasir

kuarsa

bersisipan

dengan

batulempung, batulanau, konglomerat aneka bahan, lignit, gambut dan oksida


besi. Lapisan lignit dan gambut tersebar tidak merata dengan ketebalan
mencapai 1,5 m.

Anda mungkin juga menyukai