Gejala-gejala neurologi diawali dengan parestesia (kesemuatan dan kebas) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang tubuh dan otot wajah. Kelemahan otot dapat diikuti dengan cepat adanya paralisis yang len gkap. Saraf kranial yang paling sering terserang, yang mennjukan paralisis pada okular, wajah dan otot orofaring dan juga menyebabkan kesukaran berbicara, mengu nyah dan menelan. Disfungi autonom yang serign terjadi dan sering memperlihatkan bentuk reaksi berlebihan atau kurang bereaksinya sistem saraf simapatis dan par asimpatis, seperti dimanifestasikan oleh gangguan frekuensi jantung dan ritme, p erubahan tekanan darah ( hepertensi transien, hipotensi ortostatik), dan ganggua n fasomotor lainnya yang berfariasi. Keadaan ini juga menyebabkan nyeri berat da n menetap pada punggung dan daerah kaki. Sering kali pasien menunjukan adanya ke hilangan sensasi terhadap posisi tubuh sama seperti keterbatasan atau tidak adan ya refleks tendon. Perubahan sensori dimanifestasi dengan bentuk parestesia. Kebanyakan pasien mengalami pemulihan penuh beberapa bulan sampai satu tahun, te tapi sekitar 10% menetap dengan residu ketidakmampuan. Gejala awal antara lain adalah: rasa seperti ditusuk-tusuk jarum diujung jari kaki atau tangan atau mati rasa di bagian tubuh tersebut. Kaki terasa berat dan kaku atau mengeras, lengan terasa lemah dan telapak tangan tidak bisa menggengg am erat atau memutar seusatu dengan baik (buka kunci, buka kaleng dll) Gejala-gejala awal ini bisa hilang dalam tempo waktu beberapa minggu, penderi ta biasanya tidak merasa perlu perawatan atau susah menjelaskannya pada tim dokt er untuk meminta perawatan lebih lanjut karena gejala-gejala akan hilang pada sa at diperiksa. Gejala tahap berikutnya disaaat mulai muncul kesulitan berarti, misalnya: kak i susah melangkah, lengan menjadi sakit lemah, dan kemudian dokter menemukan sya raf refleks lengan telah hilang fungsi. Gejala klinis lainnya yaitu antara lain sebagai berikut : 1. kelumpuhan manifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot eksremitas tipe lower mo tor newron. Pada sebagian besar kellumphan di mulai dari kedua eksremitas bawah kemudian menyebar secara asenden ke badan anggota gerak atas dan saraf kranialis kadang-kadang juga bisa ke empat anggota di kenai secara anggota kemudian menye bar ke badan dan saraf kranialis. 2 gangguan sensibilitas parastesia biasanya lebih jelas pada bagian distal eksremitas, muka juga bisa di kenai dengan distribusi sirkumolar. Defesit sensori objektif biasanya minimal. Rasa nyeri otot sering di temui seperti rasa nyeri setelah suatu aktivitas fisik 3. saraf kranilis yang paling sering di kenal adalah N.VI. kelumpuhan otot sering di mulai pada sa tu sisi tapi kemudian segera menjadi bilateral sehingga bisa di temukan berat an tara kedua sisi. Semua saraf kranialis bisa di kenai kecuali N.I dan N.VIII. dip lopia bisa terjadi akibat terkena N.IV atau N.III. bila N.IX dan N.X terkena aka n menyebabkan gangguan sukar menelan disfonia dan pada kasus yang berat menyebab kab pernapasan karena paralis dan laringeus 4. gangguan fungsi otonom gangguan fungsi otonom di jumpai pada 25% penderita GBS. Gangguan tersebut berup a sinus takikardi atau lebih jarang sinus bradikardi, muka jadi merah ( facial f lushing ), hipertensi atau hipotensi yang berfluktusi, hilangnya keringat atau e pisodik profuse diphoresis. Retensi atau inkontenensia urin jarang di jumpai. Ga ngguan otonom ini jarang menetap lebih dari satu atau dua minnggu. 5. kegagalan pernapasan kegagalan pernapasan merupakan koomplikasi utam yang dapat berakibat fatal bila tidak di tangani dengan baik. Kegagalan pernapasan ini di sebabkan paralisis per napasan dan kelumpuhan otot-otot pernapasan, yang di jumpai pada 10-33% penderit a 6. papiledema kadang-kadang di jumpai papiledem, penyebabnya belum di ketahui dengan pasti di duga karena penindian kadar protein dalam otot yang menyebabkan penyumbatan arac