Anda di halaman 1dari 17

5

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori


2.1.1 Struktur Kepemilikan Saham
Struktur kepemilikan saham merupakan suatu daftar yang Menunjukan
besarnya tingkat presentase kepemilikan yang berbeda dari para investor pada
suatu perusahaan dimana para pemegang saham tersebut memiliki hak yang
pantas dipertimbangkan dalam literature perusahaan. Suatu perusahaan dapat
dimiliki oleh berbagai pihak mulai individu maupun secara kolektif dengan
presentase kepemilikan yang berbeda-beda (John While, 2001:252-254).
Perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas modalnya berupa saham
dan merupakan perusahaan surat berharga. Adapun beberapa karakteristik
yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan (Tjiptono Darmadji, 2001:5-6)
antara lain pertama, Limited risk, artinya pemegang saham hanya bertanggung
jawab sampai jumlah yang disetorkan ke dalam perusahaan. Kedua, Ultimate
control, artinya pemegang saham (secara kolektif) akan menentukan arah dan
tujuan perusahaan. Ketiga, Residual claim, artinya pemegang saham
merupakan pihak terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan
(dalam bentuk deviden) dan sisa asset dalam proses likuidasi perusahaan.
Pemegang saham memiliki posisi yunior disbanding pemegang obligasi atau
kreditor.
Dalam kepemilikan saham terdapat beberapa hal baik yang akan
diperoleh (Yusuf Anwar, 2005:32), misalnya oleh karena memiliki saham,
peluang memperoleh hasil cukup besar karena sebagai sekuritas, penyertaan
berhak berperan serta dalam laba residual perusahaan. Selain itu, dengan
memiliki saham dimana penghasilan berjalan diperoleh dari pembayaran

deviden, iklim investasi yang tidak menentu membuat investor meningkatkan


pembagian deviden. Kemudian, jika berinvestasi pada saham akan lebih
mudah dicairkan dan mudah diperjualbelikan dengan biaya transaksi yang
cukup rendah dan ini pun terjangkau oleh penabung dan investor individual.
Harga pasarnya pun umumnya mencerminkan laba potensial perusahaan,
maka semakin besar laba semakin besar kenaikan harga saham.
Selain memiliki beberapa hal baik dalam kepemilikan saham juga
terdapat hal-hal yang kurang baik/kurang menguntungkan. Misalnya, oleh
karena risiko yang cukup tinggi termasuk bisnis financial serta risiko daya beli
pasar, hal ini semua dapat berpengaruh negative terhadap hasil dan deviden
(Yusuf Anwar, 2005:33). Selain itu, karena factor sulitnya menilai saham dan
memilih saham yang berprestasi., hal ini akan mempengaruhi perkiraan dan
harapan tentang arah dari harga saham di masa depan. Penghasilan berjalan
dari saham pun relative rendah dibandingkan dengan bunga obligasi.
2.2 Pengertian Saham
Terdapat kesamaan dari beberapa pengertian saham menurut para pakar,
akni pertama, menurut Tjiptono Darmadji (2001:5) dikatakan bahwa saham
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah
pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
Kedua, menurut Bambang Rianto (2001:240), saham adalah tanda bukti
pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas. Bagi
perusahaan yang bersangkutan yang diterima dari hasil penjualan sahamnya
akan tetap tertanam di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun
bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah merupakan penanaman yang
permanent karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya.
Ketiga, menurut Siamat (2000:385), saham adalah bukti kepemilikan atau
tanda penyertaan seseorang atau badan atas suatu perusahaan tertentu. Jadi

pemilik suatu saham mempunyai hak dalam kepemilikan perusahaan tersebut


sebesar persentase kepemilikan sahamnya
.
2.3 Jenis-Jenis Saham
Terdapat beberapa sudut pandang untuk membedakan saham yaitu
Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham terbagi atas
(Tjiptono Darmadji, 2001:6) :
2.3.1 Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
kepemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan (Robert Ang,
2000:62). Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya
paling yunior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (Tjiptono Darmadji,
2001:6). Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam
urutan paling alhir dalam hal perusahaan dilikuidasi sehingga risikonya adalah
yang paling besar (Zaki Baridwan, 2004:390).
Adapun beberapa karakteristik yang melekat pada saham biasa (Dyah
Ratih, 2001:3-4) antara lain pertama, saham biasa berhak atas pendapatan
perusahaan yang berupa deviden. Deviden adalah bagian laba bersih setelah
bunga dan pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Deviden dapat
berbentuk tunai dan saham. Pembayaran deviden biasanya setiap tahun, tetapi
ada perusahaan yang membagikan deviden setiap kuartal atau setiap semester.
Karakteristik yang kedua adalah saham biasa berhak atas harta
perusahaan ketika perusahaan penerbitnya dilikuidasi dengan urutan sebagai
berikut : pinjaman kepada supplier, gaji karyawan, utang bank, obligasi, utang
pajak, saham biasa. Jaminan investor atas klaim harta perusahaan bisa
diketahui melalui nilai buku suatu saham. Nilai buku per lembar saham
bukanlah ukuran kinerja saham yang penting. Karena besar kecilnya nilai
buku per lembar saham tidak mempengaruhi penghasilan dan harga sahamnya.
Tetapi keamanan investor dapat tercermin dari nilai buku persaham.

Sebab besarnya nilai buku perlembar saham dapat menunjukan berapa


bagian yang akan diterima oleh investor saat emiten dilikuidasi (Sawidji
Widoatmojo, 2000:50).
Karakteristik yang ketiga adalah saham biasa berhak mengeluarkan
suara dalam RUPS. Hal ini diatur dalam UUPT No. 1/1995 pasal 45 dan 46.
Bahkan penjelasan pasal 46 ayat 3 UUPT No. 1/1995 menyebutkan bahwa
yang dimaksud saham biasa adalah saham yang memberikan hak suara untuk
mengambil keputusan dalam RUPS mengenai segala hal yang berkaitan
dengan pengurusan perseroan, hak menerima pembagian deviden dan sisa
kekayaan dalam proses likuidasi.
Karakteristik yang terakhir adalah saham biasa, hak memesan efek
terlebih dahulu (HMETD) berkaitan dengan pengeluaran saham baru dalam
rangka penambahan dana. Pengeluaran saham yang dimaksud adalah untuk
penambahan dana yang berkaitan dengan right issue. Untuk menjaga poporsi
kepemilikannya, pemegang saham lama memiliki hak memesan terlebih
dahulu (HMETD).
23.2 Saham Preferen (Preferen Stocks)
Saham prioritas adalah bentuk antara obligasi dan saham milik karena
saham tipe ini mempunyai pembayaran deviden tetap menyerupai bunga pada
obligasi, tetapi juga tidak mempunyai hari jatuh tempo seperti saham milik
(John While, 2001:251). Saham prioritas merupakan saham yang mempunyai
beberapa kelebihan, biasanya kelebihan ini dihubungkan dengan pembagian
deviden atau pembagian aktiva pada aat likuidasi (Zaki Baridwan, 2004:391)
Meskipun telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu karakteristik
saham biasa memiliki hak deviden, tetapi hanya saham preferen yang
memiliki hak dividen, tetapi hanya saham preferen yang memiliki hak lebih
dulu/pembayaran deviden diprioritaskan terlebih dahulu. Tentu saja prioritas
ini berlaku bila pemegang saham lain adalah pemegang saham biasa, dan
memang inilah preferensi yang ditawarkan (Sawidji Atmojo, 2000:89).

Karakteristik yang kedua dari saham prioritas adalah deviden yang


dibagikan jumlahnya tetap, seperti pembayaran bunga pada obligasi.
Meskipun membayar deviden dengan jumlah tetap, bukan berarti saham
preferen tidak memiliki risiko. Pemegang saham preferen memang tidak
menanggung risiko sebesar pemegang saham biasa, namun risiko pemegang
saham preferen lebih besar dibandingkan pemegang obligasi. Inilah yang
menyebabkan saham preferen memberikan deviden-yield sedikit diatas bunga
obligasi. Selain deviden, dalam hal pembagian laba, saham preferen juga
menerima penghasilan secara tetap.
Karakteristik yang ketiga adalah pada saham preferen, dapat
mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus
perusahaan. Hal ini dimaklumi oleh karena prioritas/preferensi yang dimiliki
oleh saham preferen.
Karakteristik yang keempat adalah saham preferen memiliki hak
pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah
kreditor, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Jika perusahaan tersebut
dilikuidasi, maka saham preferen memperoleh pembagian kekayaan
perusahaan di atas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban
perusahaan dilunasi.Dilihat dari cara peralihannya saham dapat dibedakan atas
(Tjiptono Darmadji, 2001:6) :
23.2.1 Saham atas Unjuk (Bearer Stocks)
Artinya pada saham tersebut tidak tertulisnama pemiliknya agar
mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor lain. Secara
hukum, siapa yang memegang saham tersebut maka dialah sebagai
pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
2.3.2.2 Saham atas nama (Registered Stocks)
Merupakan saham yang ditulis denganjelas siapa nama
pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu,
yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat

10

dalam buku perusahaan yang khusus memuat nama pemegang saham.


Apabila sertifikat hilang, maka pemilik dapat minta penggantian.Ditinjau
dari kinerja perdagangan saham dapat dikategorikan atas :
2.3.2.2.1 Blue-chip stocks
Yaitu saham biasa dari suatu peruahaan yang memiliki reputasi
tinggi sebagai leader di industri sejenis memiliki pendapatan yang
stabil dan konsisten dalam membayar deviden. (Saleh Basir, 2006:11).
2.3.2.2.2 Income stock
Yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan
pada tahun sebelumnya.
2.3.2.2.3 Growth stocks
Yaitu saham-saham dari emiten yang

memiliki pertumbuhan

pendapatan tinggi sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai


reputasi tinggi.
2.3.2.2.4 Speculative stocks
Yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten
memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun
belum pasti.
2.3.2.2.5 Counter cylical stocks
Yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro
maupun situasi bisnis secara umum.

11

2.4 Kinerja Perusahaan


Kinerja adalah hasil dari pemanfaatan secara baik atas sumber daya yang
ada dan sekaligus mencerminkan seberapa jauh sebuah keberhasilan tercapai
atau hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai olej seorang
pegawai atau perusahaan dalammelaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk
melakukan evaluasi kinerja di masa lalu, dengan melakukan berbagai analisis
sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang memiliki relistis
perusahaan dan potensi kinerja akan berlanjut.
Penelitian yang berhubungan dengan kinerja perusahaan yaitu meneliti
agency cost dan struktur kepemilikan saham dengan menggunakan ukuran
kinerja keuangan yaitu annual sales to total assets sebagai rasio efisiensi.
Rasio ini digunakan untuk mengetahui besarnya biaya keagenan yang terjadi,
the rate of return adalah ukuran kinerja perusahaan yang biasa digunakan
dalam literature ekonomi dan financial (Husein Umar, 2001:111).
2.4.1 Pengertian kinerja
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007;18) pengertian kinerja
perusahaan terkait dengan tujuan laporan keuangan, yaitu :Penghasilan bersih
(laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi
ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investement) atau
penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan
dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban.
Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban, dan karenanya juga
penghasilan bersih (laba), tergantung sebagian pada konsep modal dan
pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan
keuangannya. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002 : 17).

12

2.5 Pengertian Laporan Keuangan


Untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan, diperlukan
informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan yang memungkinkan analisis
untuk menelaah kondisi dan hasil dari suatu usaha.
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai arti dari
laporan keuangan adalah sebagai berikut : Menurut Prinsip-prinsip Akuntansi
Indonesia dikatakan bahwa : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan
yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen
industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. (Ikatan
Akuntansi Indonesia, 2002 : 2)
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan
yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan. (Zaki Baridwan, 1992 : 17)
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan
bahwa laporan keuangan adalah ringkasan dari transaksi-transaksi yang terjadi
dalam proses akuntasi yang terdiri dari neraca, laporan perhitungan rugi laba serta
laporan keuangan lainnya yang merupakan alat komunikasi antara data keuangan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
2.6 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002 :
4), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.

13

2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan


bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai
dalam

pengambilan

keputusan

ekonomi

karena

secara

umum

menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak


diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai
apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat
demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini
mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual
investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat
kembali atau mengganti manajemen.
2.7 Pemakai Laporan keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002 :
2-3), pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Investor. Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan
dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang
mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi
tersebut.

Pemegang

saham

juga

tertarik

pada

informasi

yang

memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk


membayar dividen.
2. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka
tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat
pensiun, dan kesempatan kerja.

14

3. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan


yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan
apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu
yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai
pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan
pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan
statistik lainnya.
7. Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam
berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti
pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang diperkerjakan
dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan
dapat

membantu

kecenderungan

masyarakat

(trend)

dan

dengan

menyediakan

perkembangan

terakhir

informasi
kemakmuran

perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.


2.8 Analisis Rasio Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai
oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti
bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan

15

untuk dua periode atau lebih, dan dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh
data yang dapat mendukung keputusan yang akan diambil.
Sebelum mengadakan analisis terhadap kondisi dari laporan keuangan
suatu perusahaan serta untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai ooleh
perusahaan, umumnya yang sering digunakan sebagai ukuran adalah analisis
rasio.
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai arti dari
analisis rasio adalah sebagai berikut :Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah
Alat yang dinyatakan dalam aritmatikal yang dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara 2 macam data finansial. (Bambang Riyanto, 1990 :
253)
Perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan
suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. (Adiningsih, 1998 :
260). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio adalah alat ukur
untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan sehingga dapat menjelaskan atau
memberi gambaran tentang posisi keuangan perusahaan kepada penganalisis.
Berdasarkan sumber datanya, dari mana rasio itu dibuat, Djarwanto
membagi rasio menjadi 3, yaitu :
1. Rasio-rasio neraca, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal
dari neraca, misalnya : rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick
ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, dan sebagainya.
2. Rasio laporan laba rugi, yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal
dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya : Net Profit Margin (NPM),
Profit On Sales, dan sebagainya.
3. Rasio-rasio antar laporan, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang
berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya : Return On
Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan sebagainya. (Djarwanto
P.S, 1984 : 136)
Berdasarkan tujuan penganalisisnya, Adiningsih membagi rasio
keuangan menjadi 6 kategori, yaitu :

16

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), bertujuan mengukur kemampuan


perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Hutang (Leverage Ratio), bertujuan mengukur seberapa besar
operasi perusahaan dibiayai dengan hutang.
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio), bertujuan mengukur efektifitas operasi
perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber dana yang ada.
4. Rasio keuntungan (Profitability Ratio), bertujuan mengukur efektifitas
operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio), bertujuan mengukur kemampuan
perusahaan dalam persaingan dengan perusahaan-perusahaan lain pada
industri yang sama.
6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio), bertujuan mengukur kemampuan
manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.
Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis pengaruh struktur
kepemilikan terhadap kinerja keuangan perusahan, karenanya dalam melakukan
analisis rasio keuangan penulis mengambil sudut pandang pemilik perusahaan
yang telah menginvestasikan modalnya bagi perusahaan. Oleh karena itu penulis
hanya akan membahas analisis rasio yang berhubungan yaitu :
2.8.1 Rasio Likuiditas
Adalah

menunjukkan

kemampuan suatu

perusahaan

untuk

memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau


kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada
saat ditagih menurut S. Munawir (1995;31).
Likuiditas

adalah tingkat

kemampuan

perusahaan

untuk

memenuhi kewajibannya yang harus segera dipenuhi Miswanto et


al (1998;83).
Likuiditas

adalah kemampuan

kewajiban-kewajibannya

perusahaan

yang segera

harus

Sutrisno (2000;18).Rasio likuiditas terdiri dari :


a. Current Ratio

untuk memenuhi
dipenuhi menurut

17

Miswanto et al (1998;83), Current Ratio adalah perbandingan antara


aktiva lancar dan utang lancar.
Rumus :

Current Ratio

Aktiva Lancar
x100%
Hutang Lancar

Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar


utangnya

yang harus

segera dipenuhi dengan mengunakan aktiva

lancar yang dimilikinya.

2.8.2 Ratio Solvabilitas


Menurut Bambang Riyanto (1995;32). Solvabilitas

suatu

perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi


segala kewajiban finansialnya apabila sekiranya perusahaan tersebut
pada saat itu dilikuidasikan.
Suatu

perusahaan yang

solvabel

belum

tentu

likuid

dan

sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvabel belum tentu ilikuid.


Dalam

hubungan antara

likuiditas

dan solvabilitas

ada empat

kemungkinan yang dapat dialami oleh perusahaan yaitu :


a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvabel
b. Perusahaan yang likuid dan solvabel
c. Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid
d. Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid

Tingkat solvabilitas diukur dengan beberapa rasio, yaitu :

18

a.

Total Debt to Total Capital Assets


Total Debt to Total Capital Assets adalah ratio yang
dihasilkan

dengan membandingkan jumlah utang ( total Debt )

di satu pihak dengan jumlah aktiva ( Total Assets) dilain pihak


Rumus :

Total Debt toTotal Capital Assets

Jumlah Hutang
x100%
Jumlah Aktiva

2.8.3 Rasio Profitabilitas


Yang terdiri dari :
a. Rasio Pengembalian Aktiva (Return On Investment)
Rasio ini sering juga disebut dengan Return On Total Assests. Rasio ini
mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber ekonomi
yang ada untuk menciptakan laba.

Re turn On Investment

Laba bersih setelah pajak


Jumlah Aktiva

2.9 Pengertian Asuransi


Menurut Greene (2002:55), asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang
bertujuan untuk mengurangi risiko dengan jalan mengkombinasikan objek-objek
yang cukup besar jumlahnya dalam satu pengelolaan sehingga kerugian tersebut
secara keseluruhan dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu.

2.10 Karakteristik asuransi

19

Menurut Ludovicus Sensi (2006:122), asuransi memiliki dua karakteristik


penting, yaitu :
a. Pemindahan risiko dari satu pihak yang memiliki risiko kepada
pihak lain yang mau menerima risiko.
b. Berbagi kerugian atas dasar keseimbangan dengan para peserta
asuransi lainnya.
2.11 Pemegang saham dalam rangka pertanggungjawaban manajemen
dalam rapat umum pemegang saham (RUPS)
Pada umumnya informasi keuangan yang disa,paikan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham terdiri dari :
a. Laporan tahunan yang didalamnya termasuk laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan
public.
b. Laporan pertanggung jawaban manajemen.

2.12

Kreditor dan pihak lain yang berkepentingan


Pada umumnya informasi keuangan kepada kreditor atau pihak lain yang

berkepentingan meliputi laporan keuangan tahunan serta informasi penting


lainnya yang dipandang perlu oleh pihak-pihak tersebut.
Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa informasi
keuangan yang disampaikan oleh perusahaan asuransi kerugian kepada pihakpihak lain harus memiliki pedoman dalam penyusunan dan pelaporan informasi
keuangan. Mengingat industri asuransi memiliki karakteristik khusus maka
pedoman penyusunan laporan keuangan pada umumnya mengikuti pedoman yang
dikeluarkan oleh lembaga berikut ini:

2.12.1 Kreditor dan pihak lain yang berkepentingan

20

Badan pengawas pasar modal telah mengeluarkan pedoman


penyajian laporan keuangan berdasarkan Surat Keputusan Ketua
Bappepam No. Kep-97/PM/1996 tanggal 28 Mei 1996 yang kemudian
disempurnakan dengan SK Bappepam No. Kep-06/PM/2000 yang
dikeluarkan tanggal 13 Mei 2000. peraturan ini merupakan penyajian
laporan keuangan bagi industri secara umum.
2.12.2 Ikatan Akuntan Indonesia
Adalah badan yang berwenang untuk menerbitkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan. IAI melalui Dewan Standar Akuntansi
Keuangan telah mengeluarkan dua standar akuntansi untuk asuransi,
yaitu : SAK No.36 tahun 2007,tentang asuransi jiwa, SAK No.28 tahun
2007, tentang asuransi kerugian.
2.12.3 Dewan Asuransi Indonesia
DAI telah mengeluarkan Pedoman Akuntansi Asuransi baik untuk
asuransi jiwa maupun untuk asuransi kerugian

2.13 Kajian Penelitian Sejenis


Dalam penulisan ilmiah ini penulis membaca hasil penelitian sejenis yakni
yang pertama oleh: Sari, Putri Gita ( 2004) Analisa hubungan struktur
kepemilikan saham dan kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Penelitian ini mencoba untuk menyelidiki apakah struktur kepemilikan saham
memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan-perusahaan di
Indonesia pada periode tahun 1993-2000. Struktur kepemilikan dalam penelitian
ini

dibedakan

menjadi

kepemilikan

yang

terkonsentrasi

dan

tipe-tipe

kepemilikannya. Literatur yang ada mengenai peranan dari pemilik-pemilik


saham besar pada corporate governance memberikan dasar teori pada penelitian
ini.

21

Kajian sejenis kedua Ariayanto, Taufik ( 2000) Struktur pemegang


saham dan pengaruhnya terhadap struktur modal perusahaan. Pemegang
saham selalu concern terhadap tingkat kesejahteraan mereka. Sebagai pemegang
saham dari sebuah perusahaan, mereka akan selalu mempengaruhi / menekan
manajemen perusahaan untuk meningkatkan value dari perusahaan (maximized
value of the firm). Dengan menggunakan dua pendekatan yaitu teori struktur
modal dan teori keagenan (agency theory), maka pemegang saham akan selalu
mempengaruhi manajemen untuk mencapai tingkat hutang yang mendekati
optimal sehingga memberikan value optimal buat perusahaan yang juga berarti
kesejahteraan yang maksimal bagi pemegang saham. Penelitian ini berupaya
untuk mengetahui pengaruh dari pemegang saham terhadap tingkat hutang
perusahaan. Selain itu, perlu juga diketahui faktor faktor lain seperti size,
profitability, investment policies dan dividen policies sebagai pertimbangan dari
manajemen.

Anda mungkin juga menyukai