Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gangguan pendengaran adalah masalah serius yang paling sering dihadapi
seseorang karena dapat menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi saat
bersosialisasi. Apalagi jika hal ini terjadi tanpa di sadari, sehingga mereka tetap
merasa dalam keadaan baik-baik saja. Gangguan pendengaran terutama sering
terjadi pada usia lanjut.
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode
terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh
manfaat. Batasan lansia (lanjut usia) menurut WHO meliputi, usia pertengahan
(middle age) yaitu usia antara 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (eldery) yaitu usia
antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 76 sampai 90
tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun. Menurut Depkes
RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia
lanjut (virilitas) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan
fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini (prasenium) yaitu
kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun, kelompok usia
lanjut (senium) usia 65 tahun ke atas dan usia lanjut dengan risiko tinggi yaitu
kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup
sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat.
Presbikusis adalah penurunan pendengaran alamiah yang terjadi sejalan
dengan proses penuaan dan umumnya dimulai pada umur 65 tahun. Presbikusis
terjadi pada nada tinggi dan pada pemeriksaan audiometri nada murni terlihat
berupa penurunan pendengaran jenis sensorineural yang bilateral pada kedua
telinga dan simetris yang disebabkan oleh perubahan degeneratif telinga bagian
dalam.
Perubahan patologik pada organ auditori akibat proses degenerasi pada
usia lanjut dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 1

pada kelompok geriatri umumnya tuli sensorineural, namum dapat juga berupa
tuli konduktif atau tuli campur.
Angka insidensi dari gangguan pendengaran akibat prebikusis pada lansia
di Amerika Serikat dilaporkan sebesar 25-30% untuk kelompok umur 65-70
tahun, sedangkan angka insidensi untuk umur lebih dari 75 tahun sebesar 50%.
Menurut hasil survei, jumlah pemakai alat bantu dengar sampai saat ini di
Amerika mencapai 20 juta orang.
Pendengaran yang baik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang
sangat penting bagi manusia. Jika manusia mengalami gangguan pendengaran
maka hal itu akan sangat berdampak buruk dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini
sudah tersedia teknik penanganan gangguan pendengaran yang baru dan lebih
baik. Penanganan gangguan pendengaran yang efektif telah terbukti menghasilkan
efek positif terhadap kualitas hidup.
Pemasangan alat bantu dengar (ABD) merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup terutama pada pasien presbiakusis. Tujuan utama
dari alat bantu dengar adalah untuk memaksimalkan sisa pendengaran.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi telinga ?
1.2.2 Bagaimana fisiologi pendengaran ?
1.2.3 Bagaimana definisi presbikusis ?
1.2.4 Bagaimana epidemiologi presbikusis ?
1.2.5 Bagaimana etiologi presbikusis ?
1.2.6 Bagaimana patofisiologi presbikusis ?
1.2.7 Bagaimana klasifikasi presbikusis ?
1.2.8 Bagaimana manifestasi klinis presbikusis ?
1.2.9 Bagaimana diagnosis presbikusis ?
1.2.10 Bagaimana penatalaksanaan presbikusis ?
1.2.11 Bagaimana prognosis presbikusis ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi telinga.
1.3.2 Untuk mengetahui fisiologi pendengaran.
1.3.3 Untuk mengetahui definisi presbikusis.
1.3.4 Untuk mengetahui epidemiologi presbikusis.
1.3.5 Untuk mengetahui etiologi presbikusis.
1.3.6 Untuk mengetahui patofisiologi presbikusis.
1.3.7 Untuk mengetahui klasifikasi prebikusis.
Kelainan Degeneratif Telinga

Page 2

1.3.8
1.3.9
1.3.10
1.3.11

Untuk mengetahui manifestasi klinis presbikusis.


Untuk mengetahui diagnosis presbikusis.
Untuk mengetahui penatalaksanaan presbikusis.
Untuk mengetahui prognosis presbikusis.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Umum
Makalah yang penulis buat diharapkan memberikan manfaat bagi
pembaca, agar pembaca mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang kelainan
degeneratif telinga (Presbikusis).
1.4.2

Manfaat Khusus

Makalah yang penulis buat dapat memberikan pengetahuan kepada


pembaca khususnya mahasiswa kedokteran tentang kelainan degeneratif
telinga (Presbikusis) yang merupakan pokok permasalahan task reading pada
modul Organ Indera (Mata dan THT) ini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Anatomi dan fisiologi telinga ?

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 3

Gambar : Anatomi Telinga

Telinga Luar
Telinga luar atau pinna( aurikula = daun telinga) merupakan gabungan dari

rawan diliputi kulit. Bentuk rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga
luar, harus diusahakan untuk mempertahankan bangunan ini. Kulit dapat terlepas
dari rawan dibawahnya oleh hematom atau pus, dan rawan yang nekrosis dapat
menimbulkan deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang
disebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang
dan rawan ini. Sendi temporoman dibularis dan kelenjar parotis terletak didepan
terhadap liang telinga sementara prosesus mastoideus terletak dibelakangnya.
Saraf facialis meninggalkan foramen stilomastoideus dan berjalan ke lateral
menuju prosesus stilo mastoideus di postero inferior liang telinga, dan kemudian
berjalan dibawah liang telinga untuk memasuki kelenjar karotis. Rawan liang
telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari
saraf parsial; patokan lainnya adalah sutura timpano mastoideus.

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 4

Membran Timpani
Membrana timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk

kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Membran timpani


umumnya bulat. Penting untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah
yaitu epitimpanum yang mengandung korpus maleus dan inkus, meluas
melampaui batas atas membrana timpani, dan bahwa ada bagian hipotimpanum
yang meluas melampaui batas bawah membrana timpani.
Membrana timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis dibagian luar,
lapisan fibrosa dilapisan tengah dimana tangkai maleus dilekatkan,dan lapisan
mukosa bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat diatas prosesus lateralis
maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timpani yang disebut shrapnell
menjadi lemas(plaksid).
Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :
a. Stratum kutaneum ( lapisan epitel) berasal dari liang telinga.
b. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
c. Stratum fibrosum ( lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan
mukosum.
Lamina propria yang terdiri dari dua lapisan anyaman penyabung elastis yaitu:
a. Bagian dalam sirkuler.
b. Bagian luar radier .
Secara Anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian, yaitu:
a. Pars tensa
Merupakan bagian terbesar dari membran timpani suatu permukaan yang tegang
dan bergetar sekeliling menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus
timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.
b. Pars flasida atau membran Shrapnell
Letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa dan pars flasida
dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :
1) Plika maleolaris anterior ( lipatan muka).
2) Plika maleolaris posterior ( lipatan belakang).

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 5

Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang


dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus
ini dan bagian ini disebut insisura timpanika ( Rivini).
Permukaan luar dari membrana timpani disarafi oleh cabang n. Aurikulo
temporalis dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi
oleh n. timpani cabang dari nervus glosofaringeal. Aliran darah membrana timpani
berasal dari permukaan luar dan dalam. Pembuluh-pembuluh epidermal berasal
dari aurikula yang dalam cabang dari arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa
telinga tengah didarahi oleh timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna
dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula posterior (Adam, 2014).
3

Telinga Tengah
Telinga tengah yang terisi udara dapat di bayangkan sebagai suatu kotak

dengan enam sisi. Dindin g posteriornya lebih luas daripada dindin anterior
sehingga kotak tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial
meluas ke lateral ke arah umbo dari membrana timpani sehingga kotak tersebut
lebih sempit pada bagian tengah.
Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fossa cranii
media. Pada bagian atas dinding posterior terdapat aditus ada antrum tulang
mastoid dan dibawahnya adalah saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah
saraf fasialis dan tendonnya menembus melalui suatu piramid tulang menuju ke
leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan
berjalan ke lateral depan menuju incus tetapi di medial maleus , untuk keluar dari
telinga lewat sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan
saraf lingualis dan menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke ganglion
submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari dua per tiga anterior lidah.
Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang disebelah superola
lateral menjadi sinus sigmodeus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus.
Keduanya adalah muara tuba eustakius dan otot tensor timpani yang menempati
daerah superior tuba kemudian membalik ,melingkari prosesus kokleariformis dan
berinsersi pada leher maleus.

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 6

Dinding lateral dari telinga tengah adalah dnding tulang epitimpanum di


bagian atas, membrana timpani, dan dinding tulang hipotimpanum di bagian
bawah.
Bangunan

yang

paling

menonjol

pada

dinding

medial

adalah

promontorium yang menutup lingkaran koklea yang pertama. Saraf timpanikus


berjalan melintas promontorium ini. Fenestra rotundum terletak di posterior
inferior dari promontorium, sedangkan kaki stapes terletak di atas fenestra ovalis
mulai dari prosesus kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di
posterior (Adam, 2014).
Rongga mastoid berbentukseperti piramid bersisi tiga dengan puncak
mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial
adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah
durameter pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus
ad antrum. Tonjolan kanalis semisirkularis lateralis menonjol ke dalam antrum. Di
bawah ke dua patokan ini berjalan saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk
keluar dari tulang temporal melalui foramen stilomastoideus din ujung anterior
krista yang di bentuk oleh insersio otot digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah
tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di posterior aurikula.
4

Tuba Eustachius
Tuba

Eustachius

menghubungkan

rongga telinga

tengah

dengan

nasofaring. Bagian lateral tuba eustachius adalah yang bertulang, sedangkan dua
pertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletk
disebelah atas bagian bertulang sementara canalis caroticus terletak dibagian
bawahnya.
Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk
ke faring di atas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat
dibuka melalui konstraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang
masing-masing disarafi fleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba
eustachius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi
membran timpani.

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 7

Telinga Dalam
Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut sebagai

labirin. Deriva vesikel otika membentuk suatu rongga tertutup yaitu labirin
membran yang terisi endolimfe, satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh
yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran dikelilingi oleh cairan
perilimfe (tinggi natrium, rendah kalium) yang terdapat dalam kapsula otika
bertulang. Labirin tulang dan membran memiliki memiliki bagian vestibular dan
bagian koklear (pars inferior) merupakan organ pendengaran kita.
Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu-setengah
putaran. Aksis dari spinal tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf
dan suplai arteri dari arteri vertebralis. Serabut saraf kemudian berjalan
menerobos suatu lamina tulang yaitu lamina spiralis oseus untuk mencapai sel-sel
sensorik organ corti. Rongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh
duktus koklearis yang panjangnya 35 mm dan berisi endolimfe. Bagian atas
adalah skala vestibuli, berisi perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh
membrane Reissner yang tipis. Bagian bawah adalah skala timpani juga
mengandung perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrane
basiliaris. Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis
tepat setelah ujung buntu duktus koklearis melalui celah yang dikenal sebagai
helikotrema. Membran basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar
pada apeks (nada rendah).
Terletak diatas membrane basiliaris dari basis ke apeks adalah organ corti,
yang mengandung organel organel penting untuk mekanisme saraf perifer
pendengaran. Organ korti terdiri dari satu barisan sel rambut dalam dan tiga baris
sel rambut luar. Sel sel ini menggantung lewat lubang lubang lengan
horizontal dari suatu jungkat jangkit yang dibentuk oleh sel sel penyokong.
Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada
permukaan sel sel rambut terdapat streosilia yang melekat pada suatu selubung
diatasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular, dikenal sebagai
membrane tektorial.

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 8

Bagian vestibulum telinga dalam bentuk oleh sakulus, utrikulus, dan


kanalis semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung macula yang diliputi
oleh sel sel rambut. Menutupi sel sel rambut ini adalah suatu lapisan
gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang
mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada
endolimfe.Karena

pengaruh

gravitasi,

maka

gaya

dari

otolit

akan

membengkokkan silia sel sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada sel
reseptor.
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang
juga merupakan saluran menuju endolimfatikus.Makula utrikulus terletak pada
bidang yang tegak lurus terhadap macula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis
bermuara pada utrikulus. Masing masing kanalis mempunyai suatu ujung yang
melebar membentuk ampula dan mengandung sel sel rambut Krista. Sel sel
rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam kanalis
semisirkularis

akan

menggerakkan

kupula

yang

selanjutnya

akan

membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor.


Pembuluh darah telinga ada dua yaitu arteri temporalis superior dan arteri
auricularis superior (Adam, 2014).
2.2

Fisiologi pendengaran ?
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang

suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemadatan) molekul molekul udara yang
berselang seling dengan daerah daerah bertekanan rendah karena penjarangan
(rarefaction) molekul tersebut.Suara ditandai oleh nada, intensitas, dan timbre.
Nada, suatu suara ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin tinggi frekuensi
maka semakin tinggi nada. Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara
dengan frekuensi dari 20 20.000 siklus per detik, tetapi paling peka terhadap
frekuensi antara 1000 4000 siklus per detik. Intensitas atau kepekakan suatu
suara bergantung pada amplitude gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara
daerah pemampatan yang bertekanan tinggi dan daerah penjaranganyang

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 9

bertekanan rendah.Kepekakan dinyatakan dalam desibel(dB). Timbre atau kualitas


suara bergantung pada nada tambahan yaitu frekuensi tambahan yang menimpa
nada dasar (Sherwood, 2014).
Proses pendengaran dimulai dari masuknya gelombang suara melalui
pinna lalu dibawa ke dalam meatus auditus eksterna hingga mencapai membran
timpani. Gelombang suara yang mencapai membrane timpani akan menggetarkan
membran timpani. Telinga tengah akan memindahkan gerakan bergetar membrane
timpani ke cairan telinga dalam. Perpindahan ini dipermudah dengan adanya
rantai yang terdiri dari tulang tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes) yang
berjalan melintasi telinga tengah. Ketika membran timpani bergetar maka rantai
tulang tersebut akan melanjutkan gerakan dengan frekuensi yang sama ke jendela
oval.Tekanan di jendela oval akibat setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan
getaran seperti gelombang pada cairan telinga dalam frekuensi yang sama dengan
frekuensi gelombang suara semula. Namun, karena dibutuhkan tekanan yang lebih
besar untuk menggerakkan cairan terdapat dua mekanisme yang berkaitan dengan
system tulang pendengaran untuk memperkuat tekanan gelombang suara dari
udara untuk menggetarkan cairan di koklea. Pertama, karena luas permukaan
membran timpani jauh lebih besar dibandingkan luas permukaan dari jendela
oval, terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang bekerja di membrane timpani
disalurkan ke jendela oval.(tekanan = gaya / luas permukaan). Kedua, efek
pengungkit tulang tulang pendengaran menghasilkan keuntungan mekanis
tambahan. Kedua mekanisme ini bersama sama meningkatkan gaya yang timbul
pada jendela oval sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang suara yang
langsung mengenai jendela oval.
Stapes yang bergetar oleh karena gelombang suara akan menggetarkan
jendela oval lalu cairan perilimfe akan bergerak menuju jendela bundar melewati
helikotrema dan pada saat stapes tertarik dari jendela oval maka cairan akan
kembali menuju jendela oval dari jendela bundar. Gelombang tekanan frekuensi
yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang
tekanan di skala vestibule akan menembus membrane Reissner masuk ke dalam
duktus koklearis dan kemudian melalui membrane basiliaris ke skala timpani,

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 10

tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar masuk


bergantian. Perbedaan utama jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang tekanan
melalui membran basiliaris menyebabkan membrane ini bergerak naik turun.
Pada saat membran basiliaris bergerak naik, maka akan membuka saluran
saluran ion gerbang mekanis di sel sel rambut terbuka sehingga akan
menyebabkan Ca2+ dan K+ masuk ke dalam sel sehingga terjadi depolarisasi
sedangkan pada saat membran basiliaris bergerak turun, maka akan menutup
saluran saluran ion gerbang mekanis di sel sel rambut tertutup sehingga akan
menyebabkan Ca2+ dan K+ tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga terjadi
hiperpolarisasi.Adanya gerakan naik turun dari membran basiliaris akan
menyebabkan depolarisasi hiperpolarisasi secara bergantian sehingga timbullah
aksi potensial berjenjang pada sel sel reseptor yang akan menghasilkan
neourotansmitter yang bersinaps pada ujung ujung serat saraf aferen yang
membentuk saraf koklearis (Guyton, 2008).
Saraf koklearis akan bergabung dengan saraf vestibularis menjadi saraf
vestibulokoklearis( N.VII), dari sini aksi potensial akan disalurkan sebagian ke
inferior kollikulus dan sebagian lagi diteruskan ke medulla oblongata lalu ke
lemniskus lateralis selanjutnya ke mesensefalon dan terakhir ke korteks
pendengaran pada lobus temporalis area broadman 41. Di lobus temporalis,
informasi dari saraf akan diterjemahkan menjadi persepsi suara.
Sedangkan sumber lain menjelaskan proses mendengar diawali dengan
ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang
dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap
lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.
Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfa,
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 11

defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam
sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di
lobus temporalis (Boies, 1997).
2.3

Definisi presbikusis
Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses

degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang
terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi
serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua secara umum
(Rusmarjono, 2001).
2.4

Epidemiologi presbikusis
Berdasarkan definisinya, prevalensi presbiakusis meningkat seiring

bertambahnya usia. Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, Presbiakusis


dialami sekitar 30-35% pada populasi berusia 65-75 tahun dan 40-50% pada
populasi diatas 75 tahun. Prevalensi pada laki-laki sedikit lebih tinggi daripada
wanita. Perbedaan prevalensi presbiakusis antar ras belum diketahui secara pasti
(Rusmarjono, 2001).

2.5

Etiologi presbikusis
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses

degenerasi, namun diduga kejadian presbikusis memiliki hubungan dengan


berbagai faktor etiologi yang lain, seperti:
1. Vaskular (hipertensi dan arteriosklerosis)
Gangguan sirkulasi telah lama dihubungkan sebagai penyebab hilangnya
pendengaran pada lansia. Penyakit vaskular yang banyak dihubungkan
diantaranya adalah hipertensi, arteriosklerosis dan aterosklerosis.
2. Arteriosklerosis
Kelainan Degeneratif Telinga

Page 12

Suatu penyakit vaskular yang ditandai dengan penebalan dan kehilangan


elastisitas dinding pembuluh darah. Arteriosklerosis cukup sering terjadi pada
orang tua dan mungkin dapat menyebabkan gangguan perfusi dan oksigenasi
kokhlea. Hipoperfusi dapat menuju kepada perubahan radikal bebas yang dapat
merusak telinga dalam seiring dengan rusaknya DNA mitokondira telinga dalam.
Kerusakan ini sejalan dengan perkembangan presbikusis.
Aterosklerosis memiliki etiologi yang berbeda dengan arteriosklerosis,
aterosklerosis merupakan suatu penyakit penyempitan lumen pembuluh darah
karena pembesaran plak. Plak aterosklerosis merupakan kumpulan lemak, sel
busa, debris sel, dan kristal kolesterol. Baik arteriosklerosis maupun aterosklerosis
dapat menyebabkan hipertensi yang akan memperparah gangguan perfusi dan
oksigenasi kokhlea.
3. Diet dan metabolisme (diabetes melitus dan hiperlipidemia)
Diabetes melitus dan hiperlipidemia dapat mempercepat proses dari
aterosklerosis.
Diabetes melitus menyebabkan proliferasi difus dan hipertrofi vaskular
pada endotelia intima yang mungkin mengganggu perfusi kokhlea.
4. Genetik
Penegakan diagnosis sensorineural karena genetik sangat sulit, tetapi
genetik tetap harus dipertimbangkan sebagai salah satu faktor predisposisi dari
presbikusis. Penegakan diagnostik dapat diambil dari history taking mengenai
riwayat keluarga yang lain.8
5. Suara gaduh (bising)
Bising (frekuensi, intensitas, dan durasi paparan) memiliki hubungan
langsung dengan kerusakan organ dalam telinga, namun bising dapat
menyebabkan kerusakan organ dalam pada semua usia dan tidak terfokus hanya
pada lansia saja. Bising termasuk ke dalam salah satu penyebab yang dapat
memperparah keadaan presbikusis, kerusakan akibat bising termasuk ke dalam
kerusakan mekanik (Soepardi, 2007).
6. Efek obat ototoksik
7. Riwayat merokok
8. Stress
2.6

Patofisiologi presbikusis

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 13

Tuli sensorineural pada usia lanjut disebabkan oleh berkurangnya sel-sel


rambut dan elemen penunjang. Degenerasi yang tejadi di basal membran
menyebabkan penurunan pada frekuensi tinggi. Pada usia lanjut ditemukan atrofi
stria vaskularis yang memberikan gambaran audiometri nada murni berbentuk
flat. Kekakuan membran basal juga memberikan gambaran penurunan audiometri
nada murni yang berbentuk kurva menurun, kerusakan bisa juga mengenai nervus
koklearis. Kerusakan terjadi akibat adanya lesi yang disebabkan oleh infeksi atau
penyakit sistemik, sehingga menghambat impuls yang ditansmisikan ke otak
(Soepardi, 2007).
Faktor herediter,
hipertensi,
penyakit
sistemik,
multifaktor

Proses degenerasi
telinga
dalam
pada lansia

Bila intensitas
suara tinggi dapat
timbul nyeri,
disertai tinitus dan
vertigo

2.7

Telinga
berdenging,
pasien dapat
mendengar tapi
sulit
memahami

Perubahan
struktur koklea
dan nervus
akustik

Pendengaran
berkurang
secara
perlahan,
progresif, dan
simetris pada
kedua telinga

Atrofi dan degenerasi


sel-sel rambut
penunjang pada organ
corti, perubahan
vaskular pada stria
vakularis, jumlah dan
ukuran sel ganglion
saraf menurun

Klasifikasi prebikusis
Terdapat 4 lokasi penuaan koklea dan membagi presbikusis menjadi 4 tipe

berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan histologik ini berhubungan dengan gejala


yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik. Prevalensi terbanyak menurut
penelitian adalah jenis metabolik 34,6%, jenis lainnya neural 30,7%, mekanik
22,8% dan sensorik 11,9%.
a. Presbikusis Metabolik/ Strial presbyacusis keadaan ini dihasilkan dari atrofi stria
vaskularis. Stria vaskularis merupakan daerah metabolisme aktif pada koklea yang
bertanggung jawab terhadap sekresi dari endolimfe dan pemeliharaan gradien ion
yang melalui organ korti. Stria vaskularis normalnya berfungsi menjaga
keseimbangan bioelektrik dan kimiawi dan juga keseimbangan metabolik dari
koklea. Atrofi dari stria ini menyebabkan hilangnya pendengaran yang
Kelainan Degeneratif Telinga

Page 14

direpresentasikan melalui audiogram yang mendatar (flat) sebab seluruh koklea


terpengaruh. Diskriminasi kata-kata dijumpai. Proses ini berlangsung pada
seseorang yang berusia 30-60 tahun. Berkembang dengan sangat lambat dan
mungkin bersifat familial. Penderita dengan kasus kardiovaskular (heart attacks,
stroke, intermittent claudication) dapat mengalami prebikusis tipe ini serta
menyerang pada semua jenis kelamin namun lebih nyata pada perempuan..

Gambar : Audiogram Perbikusis Metabolik


b. Presbikusis Neural merupakan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat.
Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih banyak
terkena dibanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tidak didapati adanya
penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini
menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata yang secara klinik berhubungan
dengan presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan
pendengaran. Hilangnya diskriminasi tutur lebih berat daripada yang dapat
diperkirakan dari pemeriksaan ambang dengar dengan nada murni. Efeknya tidak
disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul sampai
90% neuron akhirnya hilang. Pengurangan jumlah sel-sel neuron ini sesuai
dengan normal speech discrimination. Bila jumlah neuron ini berkurang di bawah
yang dibutuhkan untuk tranmisi getaran, terjadilah neural presbyacusis.
Menurunnya jumlah neuron pada koklea lebih parah terjadi pada basal koklea.

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 15

Gambaran klasik: speech discrimination sangat berkurang dan atrofi yang luas
pada ganglion spiralis. Gambaran khas audiogram menunjukkan penurunan
ambang dengar terjadi pada frekuensi yang semakin tinggi semakin memburuk
(cookie-bite) (Rusmarjono, 2001).

Gambar: Audiogram Prebikusis Neural

c. Presbikusis Mekanik ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder dari
membran basilaris koklea. Gambaran khas nya adalah audiogram yang menurun
dan simetris (ski-slope). penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi secara
perlahan-lahan pada usia pertengahan. Secara histologi tidak ada perubahan
morfologi pada struktur koklea. Perubahan atas respon fisik khusus dari membran
basalis lebih besar di bagian basal karena lebih tebal dan jauh lebih kurang di
apikal. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan atrofi dari
ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural yang berkembang
sangat lambat

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 16

Gambar: Audiogram Presbikusis Mekanik


d. Presbikusis sensorik adalah atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel
penyokong organ corti. Proses berasal dari bagian basal koklea dan perlahanlahan menjalar ke daerah apeks. Penurunan ambang frekuensi tinggi, yang dimulai
setelah usia pertengahan. Secara histologi, atrofi dapat terbatas hanya beberapa
millimeter awal dari basal koklea dan proses berjalan dengan lambat. Ciri khas
pada audiogram adalah terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada
frekuensi tinggi (sloping down). Jenis sensori adalah tipe noise-induced hearing
loss (NIHL). Banyak terdapat pada laki-laki dengan riwayat bising.

Gambar: Audiogram Presbikusis Sensorik


2.8

Manifestasi klinis presbikusis


Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara

perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 17

pendengaran tidak diketahui pasti. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging


(tinitus nada tinggi). Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk
memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat dengan latar
belakang yang bising (cocktail party deafness). Bila intensitas suara ditinggikan
akan timbul suara nyeri di telinga, hal ini disebabakan oleh faktor kelemahan saraf
(recruitment) (Boies, 1997).
2.9

Diagnosis presbikusis
Pada anamnesis penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut,

bersifat sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya terutama


terhadap suara atau nada yang tinggi. Tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan
telinga hidung tenggorok, seringkali merupakan kelainan yang tidak disadari.
Penderita menjadi depresi dan lebih sensitif. Kadang-kadang disertai dengan
tinitus yaitu persepsi munculnya suara baik di telinga atau di kepala. Faktor risiko
presbikusis adalah: 1) Paparan bising, 2) merokok, 3) obat-obatan, 4) hipertensi,
dan 5) riwayat keluarga. Orang dengan riwayat bekerja di tempat bising, tempat
rekreasi yang bising, dan penembak (tentara) akan mengalami kehilangan
pendengaran pada frekuensi tinggi. Penggunaan obat-obatan antibiotik golongan
aminoglikosid, cisplatin, diuretik, atau anti inflamasi dapat berpengaruh terhadap
terjadinya presbikusis.
Pemeriksaan fisik pada penderita biasanya normal setelah pengambilan
serumen yang merupakan problem pada penderita usia lanjut dan penyebab
kurang pendengaran terbanyak. Pada pemeriksaan otoskopi, tampak membran
timpani normal atau bisa juga suram, dengan mobilitas yang berkurang.
Pemeriksaan tambahan tes penala Uji rinne positif Hantaran Udara Hantaran
Tulang, Uji Weber, Uji Schwabach memendek (Rusmarjono, 2001).
Audiometri murni pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan.
Pemeriksaan audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli sensorineural nada
tinggi bilateral dan simetris. Pemeriksaan audiometri nada murni ditemukan
perurunan ambang dengar nada murni yang menunjukkan gambaran tuli
sensorineural. Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 18

frekuensi 1000 Hz. Gambaran ini khas pada gangguan pendengaran jenis sensorik
dan neural. Kedua jenis ini paling sering ditemukan.
Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih
mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan.
Semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang
lebih rendah (Soepardi, 2007).
Audiometri tutur menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara
(speech discriminatin) dan biasanya keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis
jenis neural dan koklear. Pada pemeriksaan audiometri tutur pasien diminta untuk
mengulang kata yang didengar melalui kasettape recorder. Pada tuli persepti
koklea, pasien sulit untuk membedakan bunyi R, S, C, H, CH, N. Sedangkan pada
tuli retrokoklea lebih sulit lagi umtuk membedakan kata tersebut. Guna
pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan pasien dalam pembicaraan
sehari-hari, dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar.

2.10

Penatalaksanaan presbikusis
Penatalaksanaan pada pasien bertujuan untuk memperbaiki efektifitas

pasien dalam berkomunikasi dan memaksimalkan pendengaran pasien, atau yang


biasa disebut dengan rehabilitasi.
a. Hearing Aid / Alat Bantu Dengar
i. Definisi
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan
dengan batere, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga
komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari:

Komponen
Microphone

Fungsi
bagian yang berperan menerima suara dari
luar

dan

menjadi

mengubah
energi

sinyal

listrik,

meneruskannya ke amplifier.

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 19

suara

kemudian

Amplifier

berfungsi memperkeras suara dengan cara


memperbesar

energi

listrik

yang

Receiver

selanjutnya mengirimkannya ke receiver.


mengubah energi listrik yang telah

atau

diperbesar amplifier menjadi energi bunyi

loudspeaker

kembali dan meneruskannya ke liang

Baterai

telinga
sebagai sumber tenaga.

Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa


menentukan apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum
(audiologis adalah seorang profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan
menentukan beratnya gangguan fungsi pendengaran).
Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman
percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Dalam
menentukan suatu alat bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan
mempertimbangkan kemampuan mendengar penderita, aktivitas di rumah maupun
di tempat bekerja, keterbatasan fisik, keadaan medis, penampilan, harga
(Rusmarjono, 2001).
ii. Pemrosesan Suara Pada Alat Bantu Dengar
Saat ini sebagian besar alat bantu dengar sudah memakai teknologi digital,
artinya sinyal suara yang ditangkap oleh mikrofon dirubah (konversi) menjadi
kode-kode digital, yang kemudian diproses menggunakan perhitungan matematis.
Pemrosesan suara secara digital memungkinkan untuk melakukan teknik
memanipulasi sinyal contohnya : memisahkan sinyal suara percakapan dengan
sinyal bising. Sebagian besar alat bantu dengar saat ini memiliki kemampuan
(dalam memproses) lebih baik dibanding komputer desktop, tidak seperti alat
bantu dengar yang ada di beberapa tahun lalu yang tidak lebih dari sekedar
amplifier.12
Algoritma yang kompleks dapat memisahkan suara/bunyi ke beberapa
frekuensi dan mengamplifikasi

tergantung dari settingan/program yang

diberlakukan pada alat bantu dengar yang sesuai dengan kondisi gangguan
pendengaran klien. Dengan metode algoritma

juga memungkinkan untuk

membedakan jumlah amplifikasi antara suara yang pelan,sedang dan keras.

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 20

Dengan cara tersebut diharapkan suara yang pelan dapat terdengar, namun suara
yang keras tidak terasa menyakitkan telinga (over amplifikasi). Dan pemrosesan
digital memastikan replika sinyal asal secara presisi dengan distorsi yang minimal
agar menghasilkam kualitas suara yang bagus.
iii. Kandidat pemakai alat bantu dengar
Setiap orang dengan kesulitan mendengar atau memahami pembicaraan
harus mempertimbangkan penggunaan alat amplifikasi pendengaran. Hal ini
terutama sangat dianjurkan untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran,
dimana intervensi harus dianjurkan sedini mungkin. Gangguan pendengaran dapat
secara umum dikelompokkan menjadi Mild Hearing Loss (20-40 dB), Moderate
Hearing Loss (45-65 dB), Severe Hearing Loss (70-85 dB), Profound Hearing
Loss (>85 dB)
Selain tipe dan derajat ketulian, ada beberapa faktor lainnya yang perlu
diperhitungkan mengenai apakah seorang pasien membutuhkan alat bantu dengar,
antara lain umur dan kondisi kesehatan mental dan fisik pasien secara umum,
motivasi pasien (Bukan keluarga atau pihak lain), kondisi keuangan pasien,
pertimbangan kosmetis, kebutuhan pasien akan komunikasi, terutama dalam
b.

kehidupan dan pekerjaan (Soepardi, 2007).


Implan Koklea
Implan koklea merupakan perangkat elektronik yang mempunyai
kemampuan menggantikan fungsi koklea untuk meningkatkan kemampuan
mendengar dan berkomunikasi pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral.
Implan koklea sudah mulai dimanfaatkan semenjak 25 tahun yang lalu dan
berkembang pesat di negara maju. Implantasi koklea pertama kali dikerjakan di
Indonesia pada bulan Juli 2002. Selama 4 tahun terakhir telah dilakukan
implantasi koklea pada 27 anak dan 1 orang dewasa.
IMPLAN KOKLEA
Indikasi
Kontra Indikasi
keadaan tuli saraf berat bilateral tuli akibat kelainan pada jalur
atau tuli total bilateral (anak saraf pusat (tuli sentral),
proses penulangan koklea
maupun dewasa) yang tidak /
koklea tidak berkembang
sedikit
mendapat
manfaat
dengan

alat

bantu

Kelainan Degeneratif Telinga

dengar

Page 21

konvensional,
usia 12 bulan sampai 17 tahun,
tidak ada kontraindikasi medis
calon pengguna mempunyai
perkembangan kognitif yang
baik.
i. Cara kerja implan koklea
Perangkat implan koklea terdiri dari Komponen luar (Mikrofon, Speech
processor, kabel pengubung), komponen dalam (Receiver dan Multi-channel
electrode). Prinsip kerja dari cochlear implant pertama kali gelombang suara
masuk pada mikrofon yang ditempatkan pada headpiece, suara dikirim ke speech
processor melalui sebuah kabel tipis yang menghubungkan headpiece ke speech
processor, speech processor mengubah suara tersebut menjadi sebuah sinyal
khusus yang dapat ditafsirkan oleh otak. Perubahan ini diselesaikan dengan suatu
program

yang disebut speech processing strategies, sinyal khusus tersebut

dikirim kembali melalui kabel yang sama ke headpiece dan dikirim melewati
kulit melalui gelombang radio ke alat yang ditanam tersebut, sinyal tersebut
berjalan melalui barisan elektroda di dalam pusat telinga dan merangsang saraf
pendengaran. Saraf pendengaran kemudian mengirim sinyal sinyal listrik ke
otak dimana siyal sinyal listrik tersebut ditafsirkan sebagai suara.
2.11

Prognosis presbikusis
Pasien dengan presbikusis tidak dapat disembuhkan, semakin lama akan

semakin menurun fungsi pendengarannya. Penurunan fungsi dengar terjadi secara


lambat, sehingga pasien masih dapat menggunakan fungsi pendengaran yang ada.
Pasien presbikusis perlu diingatkan mengenai faktor resiko yang dapat
memperburuk keadaannya, seperti penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan
lainnya (Soepardi, 2007).

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 22

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineural pada usia lanjut
akibat proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara perlahan dan
simetris pada kedua sisi telinga.batasan usia lanjut menurut who adalah usia 60
tahun ke atas.
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses
degenerasi, namun diduga kejadian presbikusis memiliki hubungan dengan
berbagai

faktor

etiologi

yang

lain,

seperti:

vaskular

(hipertensi

dan

arteriosklerosis), arteriosclerosis, diet dan metabolisme (diabetes melitus dan


hiperlipidemia), genetik, suara gaduh (bising), efek obat ototoksik, riwayat
merokok, stress.
Presbikusis dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinan patogenesis, yaitu
degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme mokuler, seperti
faktor gen, stress oksidatif, dan gangguan transduksi sinyal.Klasifikasi presbikusis
menjadi 4 jenis: Sensori (outer hair-cell), neural (ganglion-cell), metabolik (strial
atrophy), dan koklea konduktif (stiffness of the basilar membrane). Diagnosa
ditegakkan

berdasarkan

anamnesis,

pemeriksaan

fisik

dan

pemeriksaan

penunjang.
Penatalaksanaan dari presbikusis itu sendiri adalah terutama dengan
menggunakan alat bantu dengar / Hearing Aid. Presbikusis tidak dapat

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 23

disembuhkan

dan

tujuan

penatalaksanaanya

adalah

untuk

memperbaiki

kemampuan pendengarannya dengan menggunakan alat bantu dengar.

3.2 Saran
a. Bagi mahasiswa diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dalam penyusunan makalah selanjutnya. Sehingga apabila terdapat
kekurangan

dalam

penyususnan

makalah

ini,

penulis

dapat

mempelajarinya lebih lanjut dan dapat dilakukan penyusunan makalah


yang lebih baik lagi.
b. Bagi mahasiswa diharapkan dapat mempelajari lebih dalam lagi tentang
kelainan degeneratif telinga (Presbikusis).

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 24

DAFTAR PUSTAKA

Adam W. M. Mitchell. 2014. Atlas Of Human Anatomy. Jakarta: Buku


Penerbit Kedokteran EGC.
George L Adams, Lawrence R Boies, Peter A Higler. 1997. Buku Ajar Penyakit
THT. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, A.C. and Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rusmarjono, Kartosoediro S. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga - Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2007. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kelainan Degeneratif Telinga

Page 25

Anda mungkin juga menyukai