Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. Pendahuluan
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada
wanita maupun pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis dan penularannya biasanya melalui hubungan
seksual.1
Trichomonas yang menghinggapi manusia terdiri dari 3 spesies yaitu
Trichomonas tenax, Trichomonas hominis dan Trichomonas vaginalis (T.
vaginalis). Hanya Trichomonas vaginalis yang dapat menyebabkan penyakit.
Trikomoniasis pada saluran urogenital dapat menyebabkam vaginitis dan
sistitis. Walaupun sebagian besar tanpa gejala, akan tetapi dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang tidak kurang pentingnya, misalnya perasaan
dispareunia,
kesukaran
melakukan
hubungan
seksual
yang
dapat
yaitu
glandula Tyson
yang
membuat
smegma.1
Duktus parauretralis berupa pipa buntu yang
teratur yang sejajar dengan bagian terakhir uretra dan
bermuara di sekitar bibir orifisium uretra eksternum.
Glans penis dan permukaan dalam preputium dilapisi
epitel gepeng.1
Gambar 1. Anatomi penis (Atlas netter hal.362)4
2.
Korpus kavernosum penis, di sebelah dorsolateral dan
kiri korpus spongiosum penis
Kedua korpus kavernosum penis di akar penis
berpencar masing-masing membentuk krus penis yang
memperoleh fiksasi pada ramus inferior osis pubis
dan ramus superior osis iskii. 1
b. Uretra
Uretra posterior
Uretra anterior
2.
transisional. 1
Uretra pars membranasea
Merupakan bagian uretra terpendek ( 1,2
cm), mulai dari ujung prostat sampai umbi zakar
dan juga dilapisi epitel transisional. Kecuali di
ostium uretra eksternum, bagian ini merupakan
bagian uretra tersempit. Di sebelah dorsolateral,
masing-masing sebelah kanan dan kiri, terletak
glandula
bulbo
uretralis
Cowper.
Pars
membranasea
ini
dilingkari
otot
lingkar
b. Vagina
Vagina adalah saluran penghubung antara vestibulum
pudendi dan serviks uteri. Panjang dinding depannya 9 cm
dan dinding belakang 14 cm, epitelnya adalah epitel gepeng
berlapis yang mengandung banyak glikogen.1
III.
Gambar 4. (A) T. vaginalis dilihat dari broth kultur. Tampak aksostil, membran
undulasi dan flagel dapat terlihat jelas. (B) T. vaginalis pada
permukaan sel epitel vagina sebelum berubah ke bentuk amebik. (C)
bentuk amebik dari T. vaginalis yang terlihat dari kultur sel.
Perhatikan pada bagian yang berlawanan dari membran
bergelombang yang melekat dengan sel epitel.5
Epidemiologi
Trikomoniasis vaginal ditemukan dimana-mana. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa parasit ini ditemukan pada semua bangsa/ras dan pada
semua musim. Sukar untuk menentukan frekuensi penyakit ini di satu daerah
atau negeri, karena kebanyakan penelitian dilakukan pada golongan tertentu
saja seperti golongan wanita hamil (18 25% di AS) dan dari klinik
ginekologi (30 40% di Eropa Timur). Angka-angka untuk Indonesia yang
diambil dari hasil penelitian di RSCM Jakarta ialah 16% dari klinik
kebidanan dan 25% dari 1146 orang wanita dari klinik ginekologi. Cara
pemeriksaan yang berbeda dapat pula memberikan hasil yang berlainan. Pada
pria umumnya angka-angka yang ditemukan lebih kecil, mungkin sekali oleh
karena parasit lebih sukar ditemuakn dan oleh karena infeksi sering
berlangsung tanpa gejala. Pada wanita parasit lebih sering ditemukan pada
kelompok usia 20 49 tahun, berkurang pada usia muda dan usia lanjut dan
jarang pada anak gadis.2
Epidemiologi T. vaginalis juga dapat ditemukan pada kelompok
populasi yang sangat berisiko seperti pada orang-orang di dalam penjara,
pengguna obat-obatan terlarang dan pekerja seksual.6
Penelitian di Kosta Peru menemukan prevalensi terinfeksi T. vaginalis
sebagian besar pada kelompok sosial wanita muda dengan penghasilan
rendah. T. vaginalis lebih sering menginfeksi wanita yang lebih tua, wanita
yang tidak menyelesaikan pendidikan SMA, wanita yang belum menikah,
wanita yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dan yang sering bergantiganti pasangan.7
V. Etiologi
Penyebab Trikomoniasis ialah T. vaginalis yang pertama kali ditemukan
oleh DONNE pada tahun 1836. Merupakan flagelaat berbentuk filiformis,
berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti
gelombang.1
Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat
hidup dalam suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50C akan mati dalam beberapa
menit, tetapi pada suhu 0C dapat bertahan sampai 5 hari. Ada dua spesies
lainnya yang dapat ditemukan pada manusia, yaitu T. tenax yang hidup dalam
rongga mulut dan Pentatrichomonas horminis yang hidup dalam kolon, yang
pada umumnya tidak menimbulkan penyakit.1
VI.
Patogenesis
T. Vaginalis adalah salah satu penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh parasit protozoa yang menginfeksi epitel vagina dan uretra
penyebab mikroulserasi. Pada wanita, organisme dapat ditemukan dalam
vagina, ureta, serviks, kelenjar bartolini dan vesika urinaria. Pada pria,
organisme hanya ditemukan pada alat genital eksterna, uretra anterior,
epididimis, prostat, dan semen. Masa inkubasi hingga menimbulkan gejala
biasanya antara 4 hingga 28 hari. Pada wanita, jarak antara manifestasi infeksi
dari asimtomatik dapat menjadi ke derajat inflamasi vaginitis. Sebenarnya,
penting bagi nutrisi parasit, sehingga dapat ditemukan lisis oleh sel darah
merah.8
PH dan hormon juga dapat berhubungan dengan gejala yang
ditimbulkan oleh Trikomoniasis, menurut penelitian gejala dapat timbul
selama masa menstruasi. Darah menstruasi sangat baik bagi tempat
reproduksi T. vaginalis, karna memiliki pH yang tinggi dibanding keadaan
vagina normal. Adanya darah dapat menimbulkan peningkatan jumlah zat
besi dimana yang dapat meningkatkan kemampuan T. vaginalis hingga ke
VII.
epitel vagina.8
Gambaran Klinis
Trikomoniasis pada wanita menyerang dinding vagina, dapat bersifat
akut maupun kronik. Pada kasus akut terlihat sekret vagina seropurulen
berwarna kekuning-kuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak (malodorous),
dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang-kadang
terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai
granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance dan
disertai
gejala
dispareuria,
perdarahan
pascakoitus
dan
perdarahan
intermenstrual. Bila sekret banyak yang keluar, dapat timbul iritasi pada lipat
paha atau di sekitar genital eksterna. Selain vaginitis dapat pula terjadi
uretritis, bartholitis, skenitis, dan sistitis yang pada umumnya tanpa keluhan.
Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak
berbusa.1
Trikomoniasis pada laki-laki yang diserang terutama uretra, kelenjar
prostat dan kadang-kadang preputium, vesikula seminalis, dan epididimis.
Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita.
Bentuk akut gejalanya mirip uretritis non gonore, misalnya disuria, poliuria,
dan sekret uretra mukoid atau mukopuruen. Urin biasanya jernih, tetapi
kadang-kadang ada benang-benang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak
khas; gatal pada uretra, disuria, dan urin keruh pada pagi hari.1
IX.
Diagnosis Banding
1.
Bakterial Vaginosis
laktobasili.
pH cairan vagina sama atau lebih dari 4,5.
2.
dibuat
kalau
preparat
KOH
cairan
vagina
lisis
sel
darah
merah
dan
putih
sehingga
hamil
dan
menyusui
belum
diketahui
dengan
pemberian
metronidazole dapat mempengaruhi kehamilannya. Dari penelitian metaanalisis disimpulakan bahwa tidak ada efek teratogenik dari metronidazole
bagi wanita hamil trimester pertama. Metronidazole dapat diberikan kepada
semua ibu hamil dan menyusui. Wanita yang mengeluh adanya gejala harus
diberikan terapi setelah didiagnosis, meskipun beberapa klinisi biasanya
menunda pemberian hingga trimester kedua. Di Inggris, pemberian dosis
tinggi tidak dianjurkan. Metronidazole juga dikeluarkan melalui ASI yang
terkandung di dalamnya. Tidak dianjurkan pula untuk meningkatkan dosis
pada ibu menyusui atau untuk penggunaan metronidazole dosis tunggal,
pemberian ASI dapat ditunda hingga 12-24 jam untuk menghindari paparan
terhadap bayinya. Tinidazole dapat diberikan kepada wanita hamil dan
menyusui, walaupun dalam trimester pertama tidak dianjurkan.11
Pada pasien dengan HIV, pemberian metronidazole 2 gr dosis tunggal
dianggap tidak efektif seperti 500mg metronidazole dengan dua kali
pemberian dalam sehari selama 7 hari pada Trkomoniasis wanita dengan
HIV.11
XI.
Komplikasi
Meskipun insidens trikomoniasis melebihi gonore dan klamidia,
penyakit ini tidak menjadi perhatian utama. Upaya pencegahan terhadap
trikomoniasis tidak menjadi sasaran utama layanan kesehatan untuk
mengurangi sumber penyebaran. Sejak dahulu masih termasuk dalam kategori
minor penyakit menular seksual. Salah satu faktor predisposisi yaitu wanita
hamil yang akan mengakibatkan ruptur membran yang prematur, kelahiran
prematur dan berat badan lahir rendah. Lebih lanjut dapat mengakibatkan
penularan HIV. Dulu, organisme ini sering tidak menimbulkan gejala, dan
dapat karier tetapi berperan penting dengan penularan HIV.8
XII.
Prognosis
Prognosis baik dengan pengobatan yang sesuai. Pengobatan juga
diperlukan bagi pasangannya untuk mencegah terjadinya re-infeksi.
Walaupun infeksi persisten masih dapat diberikan metronidazole, namun
diperlukan uji sensitivitas.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Kelainan Rambut dalam Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. 2013. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
2. Ganduhusada S, Illahude HD, Pribadi W. Parasitologi Kedokteran. Edisi
ketiga. 2006. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
3. Paus R, Olsen EA, Messenger AG. Disorder of Hair and Nail dalam
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th edition. Chicago:
McGraw-Hill Company, 2008.
4. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 5 Edition. 2011. United States.
5. Petrin D, Delgaty K, Bhatt R, Garry G. Clinical and Microbiological Aspects
of Trichomonas vaginalis. Vol. 11, No.2, Edisi April 1998. (download from
http://cmr.asm.org/ on May 1, 2016)
6. Johnston VJ, Mabey DC. Global epidemiology and control of Trichomonas
vaginalis. Current Opinion in infectious Disease 2008, 21:56-64. 2008.
London: Hospital for Tropical Disease, London School of Hygiene and
Tropical Medicine.
7. Leon SR, Konda KA, Bernstein KT, et al. Trichomonas vaginalis Infection
and Associated Risk Factors in a Socially-Marginalized Female Population
in Coastal Peru. 2009. Los Angeles: University of California.
8. Sood S, Kapil A. An Update on Trichomonas vaginalis. Indian J Sex
Transmition
Disease
2008;
Vol.29,
No.1.
(download
from
http://www.ijstd.org on Monday, May 02, 2011)
9. Murtiastutik D, Ervianti E, Agusni I, Suyoso S, editor. Atlas Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi kedua. 2011. Surabaya: Airlangga University.
10. Anwar M, editor. Ilmu Kandungan. Edisi ketiga. 2011. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
11. Sherrad J, authors. United Kingdom National Guidline on the Management of
Trichomonas vaginalis 2014. 2014. UK: British Association for Sexual
Health & HIV (BASHH).