Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Moksa.

Dalam agama Hindu kita percaya adanya Panca Srada yaitu lima keyakinan yang terdiri
dari, Brahman, Atman, Karma Pala, Reinkarnasi, dan Moksa. Moksa berasal dari bahasa
sansekreta dari akar kata "MUC" yang artinya bebas atau membebaskan. Moksa dapat juga
disebut dengan Mukti artinya mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagian rohani yang
langgeng. Jagaditha dapat juga disebut dengan Bukti artinya membina kebahagiaan,
kemakmuran kehidupan masyarakat dan negara. Jadi Moksa adalah suatu kepercayaan adanya
kebebasan yaitu bersatunya antara atman dengan brahman. Kalau orang sudah mengalami moksa
dia akan bebas dari ikatan keduniawian, bebas dari hukum karma dan bebas dari penjelmaan
kembali (reinkarnasi) dan akan mengalami Sat, Cit, Ananda (kebenaran, kesadaran, kebahagian).
Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat untuk mencapai moksa yang disebut dengan Jiwan
Mukti (Moksa semasih hidup), bukan berarti moksa hanya dapat dicapai dan dirasakan setelah
meninggal dunia, dalam kehidupan sekarangpun kita dapat merasakan moksa yaitu kebebesan
asal persyaratan2 moksa dilakukan, jadi kita mencapai moksa tidak menunggu waktu sampai
meninggal.

PENCAPAIAN MOKSA
Untuk mencapai moksa seseorang harus mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu sehingga
proses mencapai moksa dapat berjalan sesuai dengan norma-norma ajaran agama Hindu. Dalam
mencapai Moksa dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Dharma.
Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa tujuan dari
kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan
kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan
bahwa Dharma dan Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada
Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian, dimana
Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma
akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat. Dalam
zaman edan saat ini semua orang mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran dan
keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua perbuatannya dianggap
sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah berubah, Dharma telah ada pada
zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap
zaman mempunyai karateristik lain2 dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk
Kerta Yuga latihan kerohanian yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan
kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk Dwapara latihan
kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara pemujaan dan untuk Kali
Yuga latihan kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Nama Smarana yaitu mengulang
ngulang atau menyebut nama Tuhan yang suci.
2. Pendekatan kepada Yang Widhi Wasa
Untuk mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi Wasa ada beberapa cara yang dilakukan Umat
Hindu yaitu cara Darana (menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta), dan Semadi
(mengheningkan cipta). Dengan melakukan latihan rochani , terutama dengan penyelidikan
bathin, akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri

kita. Apabila sifat2 Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah dekat dengan Tuhan
Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan dikabulkan dan kita selalu dapat
perlindungan dan keselamatan.
3. Kesucian.
Untuk memperoleh pengetahuan suci, dan menghayati Yang Widhi Wasa dalam keberagaman
dinyatakan dalam doa Upanishad yang termasyur : Asatoma Satgamaya, Tamasoma Jyothir
Gamaya, Mrityorma Amritan Gamaya yang artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang
sejati, tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari kematian ke
kekekalan. Setiap kita melakukan kegiatan-kegiatan, kita biasakan untuk memohon tuntunan
kehadapan Yang Widhi Wasa agar kita selamat dan selalu dilindungi. Pekerjaan apapun kita
lakukan, apabila kita bekerja demi Tuhan dan dipersembahkan kehadapan Yang Widhi Wasa,
maka pekerjaan tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan
tersebut dengan Yang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan mempunyai kemampuan dan nilai
yang tinggi. Tujuan dari kehidupan kita adalah agar atman terbebas dari triguna dan menyatu
dengan Para atman. Didalam Weda disebut yaitu Moksartham Jaga Dhitaya Ca Iti Dharmah
yang artinya adalah tujuan agama (Dharma) kita adalah untuk mencapai moksa (moksa artham)
dan kesejahteraan umat manusia (jagadhita).
Cir-ciri orang yang telah mencapai jiwatman mukti adalah.
1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikat dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak).
Untuk mencapai moksa juga mempunyai tingkatan-tingkatan tergantung dari karma
(perbuatannya) selama hidupnya apakah sudah sesuai dengan ajaran-ajaran agama Hindu.
Tingkatan-tingkatan seseorang yang telah mencapai moksa dapat dikatagorikan sebagai berikut.

1. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rochani dengan meninggalkan mayat disebut
Moksa.
2. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rochani dengan tidak meninggalkan mayat
tetapi meninggalkan bekas-bekas misalnya abu, tulang disebut Adi Moksa.
3. Apabila seorang yang telah mencapi kebebasan rohani yang tidak meninggalkan mayat serta
tidak membekas disebut Parana Moksa.

Tingkatan Moksa ada 4 yaitu:


1. Samipya; suatu kebebasan yang dicapai oleh seseorang semasa kehidupannya di dunia
ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan para Maharsi, dimana beliau sudah dapat
mendengar wahyu dari Tuhan, dalam keadaan demikian posisi atman sangat dekat dengan
Tuhan.
2. Sarupya; suatu kebebasan yang didapat seseorang di dunia ini, karena kedudukan Atmannya merupakan pancaran dari kemahakuasaan Tuhan, seperti halnya Sri Rama, Budha
dan Sri Kresna. Walaupun atman telah mengambil perwujudan tertentu, namun iya tidak
terikat dengan segala sesuatu yang ada di dunia ini.
3. Salokya; kebebasan yang telah dicapai oleh atman, dimana atman itu sendiri telah berada
dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti ini keadaan
atman sudah mencapai tingkatan Dewa yang merupakan manifestasi dari Ida Sang
Hyang Wdhi.
4. Sayujya; tingkat kebebasan yang paling tinggi dimana atman sudah dapat bersatu dengan

Tuhan. Dalam keadaan seperti inilah disebut Brahman Atman Aikyam yang artinya
Brahman dan Atman itu tunggal.
Untuk mencapai Moksa beberapa cara yang dapat ditempuh sesuai dengan bakat dan bidang
yang digeluti saat ini yang disebut dengan Catur Marga ada juga yang menyebutkan dengan
Catur Yoga yaitu empat jalan yang ditempuh untuk mencapai Moksa. Adapun keempat Catur
Marga terdiri dari :
1. Jnana Marga Yoga.
Pada saat sekarang peranan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat menentukan dalam
pembangunan nasional disamping ilmu pengetahuan lainnya. Setiap negara akan berusaha sekuat
tenaga dengan menggunakan resource yang ada untuk berkompetisi dalam bidang IPTEK, siapa
yang menguasai IPTEK maka merekalah yang menguasai dunia ini. Kata Jnana artinya adalah
kebijaksanaan filsafat atau pengetahuan, Yoga berasal dari urat kata YUJ yang artinya
menghubungkan diri. Jadi Janana Marga Yoga artinyga jalan untuk mencapai persatuan atau
pertemuan antara Atman dengan Paramatman (Tuhan) berdasarkan atas pengetahuan
(kebijaksanaan filsafat) terutama mengenai kebenaran dan pembebasan diri dari ikatan duniawi
(maya). Dalam kehidupan ini kita memilih profesi pekerjaan kita sesuai dengan bakat yang

diberikan oleh Sangyang Widhi Wasa dan latar belakang pendidikan kita atau pekerjaan yang
sangat menarik yang kita geluti saat ini, sebab bakat yang diberikan oleh Tuhan adalah anugrah
yang sangat tinggi nilainya yang merupakan hasil Karma kita dahulu sebelum kita Reinkarnasi
sebagai manusia. Apabila kita ingin mengabdi kan diri dibidang ilmu pengetahuan, perlu
diperhatikan adalah ilmu pengetahuan yang dapat membantu umat manusia dalam mengatasi
kehidupan ini.
Sebagai ilustrasi dapat disampaikan sebagai berikut.
Pada zaman sekarang banyak manusia mengalami kesulitan dalam mengatasi penyakit, banyak
penyakit yang belum diketemukan obatnya seperti AID, lever hati, tumor, kanker dan lain
lainnya. Perkembangan ilmu kedokteran tidak dapat mengejar penyakit 2 yang timbul dalam
masyarakat, peralatan rumah sakit masih menggunakan peralatan tradisional sehingga angka
kematian di negara kita sampai sekarang masih cukup tinggi.

Para dokter yang bergerak

dibidang kesehatan harus terus menerus melakukan penelitian atau Research And Development
(R&D) sehingga semua kesulitan masyarakat dapat diatasi dengan baik dan murah dengan
diketemukan obat2 yang mujarab. Seseorang yang mempunyai profesi dalam bidang kedokteran
ini disebut dengan Jnana Marga Yoga dimana ilmu yang diabdikan demi kepentingan umat
manusia.
2. Karma Marga Yoga.
Cara atau jalan untuk mencapai moksa (bersatunya Atman dengan Brahman), dengan
selalu berbuat baik, tetapi tidak mengharapkan balasan atau hasilnya untuk kepentingan diri
sendiri (amerih sukaning awah) disebut Karma Marga Yoga. Dalam Karma Marga Yoga, kita
sebagai umat Hindu setiap tindak tanduk kita melakukan karya harus demi kepentingan
masyarakat banyak dan jangan ada suatu keinginan untuk menikmati hasilnya, sebab kalau kita
selalu berpikir hasilnya akan timbul keterikatan2, kalau keterikatan2 telah tumbuh dalam jiwa
kita, maka ketenangan akan menjauh dari kenyataan, sehingga jiwa kita akan diracuni oleh Sad
Ripu yaitu enam musuh utama manusia yang terdiri dari Kama, Lobha, Mada, Moha,Kroda,
Matsarya (napsu, loba, kemarahan, kemabukan, kebingungan,iri hati). Didalam Bhagawad Gita
disebutkan bahwa berulang kali Krisna berkata kepada Arjuna, lakukan tugasmu, lakukanlah

pekerjaan yang benar tetapi jangan ingin menikmati hasil pekerjaan itu. Tujuan Krisna
memberikan wejangan kepada Arjuna agar jangan melihat hasil nya adalah, kita sebagai pelaku
benar2 dalam bekerja semua perbuatan kita yaitu karma diubah menjadi Yoga sehingga kegiatan
tersebut membawa kita menuju persatuan dengan Tuhan maka ini disebut dengan Karma Marga
Yoga. Apabila seseorang sudah dapat melakukan pekerjaan tanpa melihat hasilnya maka ia akan
menjadi orang yang benar2 bijaksana (Stithaprajna), yang tidak terpengaruh dengan keadaan
suka dan duka atau gembira dan sedih. Perbuatan adalah karma , setiap orang lahir dari karma,
hidup dalam karma dan mati dalam karma, karma sumber dari baik dan buruk dosa atau
kebajikan, laba atau rugi, kebahagiaan atau kesedihan, sebenarnya karmalah penyebab kelahiran,
maka karma dalam kehidupan merupakan masalah yang sangat penting.
Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut.
Diumpamakan badan kita adalah sebuah jam dinding, dan nafas kita adalah pegasnya
yang menyebabkan jarum jam dapat berputar, dan baterynya adalah tenaga manusia. Tanpa nafas
dan tenaga, manusia tidak dapat berbuat apa apa yaitu berkarma, maka perbuatan (karma) sangat
tergantung dengan nafas (pegas) dan tenaga (batery). Dengan kekuatan batery (tenaga) maka
jarum jam yang terdiri dari tiga jarum yaitu jarum yang paling panjang disebut jarum detik,
jarum yang menengah disebut dengan jarum menit dan jarum yang paling pendek disebut jarum
jam. Ketiga jarum akan berputar dengan kecepatan yang berbeda beda dan saling ketergantungan
satu sama lainnya, tetapi masing2 jarum akan berputar sesuai dengan fungsinya. Apabila jarum
detik telah berputar 60 kali maka jarum menit akan mengikuti berputar hanya sekali, demikian
saat jarum menit telah berputar 60 kali maka jarum jam akan berputar sekali demikian seterusnya
dengan menggunakan kelipatan 60. Setiap gerakan jarum detik kita umpakan adalah karma
(perbuatan), untuk gerakan jarum menit kita umpamakan adalah perasaan dan untuk gerakan
jarum jam kita umpamakan adalah kebahagiaan. Untuk mencapai suatu kebahagiaan yang terus
menerus kita harus selalu berbuat (berkarma) baik, setiap tindakan kita selalu tanamkan kebaikan
yang menyebabkan perasaan kita mendapat rangsangan kebaikan tersebut sehingga kita merasa
senang.
Apabila perasaan kita telah mencapai kesenangan terus menerus akibat kita selalu berbuat
(karma) baik terhadap seseorang, maka menyebabkan kita akan mencapai kebahagiaan, sebab

karma (perbuatan), perasaan, dan kebahagian saling keterkaitan seperti ketiga jarum jam berputar
saling ketergantungan satu sama lainnya.
Makin banyak kita ber karma baik maka perasaan dan kebahagian akan selalu mengikuti seperti
perputaran jarum jam, apabila jarum detik tidak bergerak jangan harap jarum menit bergerak
apalagi jarum jam Kebahagian akan dicapai dalam kehidupan ini apabila kita selalu berkarma
baik
3. Bhakti Marga Yoga.
Jalan atau cara untuk mencapai moksa atau kebebasan, yaitu bersatunya Atman dengan
Tuhan dengan melakukan sujud bakti kehadapan Yang Widhi Wasa. Bakti adalah cinta yang
mendalam kepada Tuhan, bersifat tanpa pamerih sedikitpun dan tanpa keinginan duniawi apapun
juga. Bagi umat Hindu untuk melakukan Bakti Marga Yoga dengan menyanyikan nama2 Tuhan
secara ber ulang2, bergaul dengan orang2 Suci yang mempunyai bakti, konsentrasi pikiran setiap
saat kepada Tuhan, dan jalan Bakti ini adalah yang paling mudah dilakukan. Seperti setiap hari
kita melakukan Trisandya dengan mengucapkan Gayatri Mantra tiga kali sehari.

Untuk

menanamkan rasa Bakti kehadapan Yang Widhi Wasa , sebaiknya anak mulai kecil dididik
mengucapkan Mantra Gayatri dengan memberi penjelasan makna dan arti masing2 bait, sehingga
meresap dalam pikiran mereka dan dapat menuntun ajaran2 kebenaran (Dharma). Kalau belum
hafal sebaiknya dibaca saja dan usahakan dengan suara yang lembut sehingga benar2 meresap
dalam hati sanubari kita dan bayangkan Brahman ada dalam pikiran dan renungkan secara terus
menerus selama melagukan Gayatri Mantra Dengan selalu melantunkan Gayatri Mantra terus
menerus , maka kita seolah olah menyatu dengan Tuhan atau bersatunya Atman dengan Tuhan.,
sehingga kita mendapat ketenangan, kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan.Dalam
melakukan Bakti Marga Yoga terutama upacara piodalan di Pura2 diseluruh Indonesia,
masyarakat Hindu sudah mempunyai cara upacara bakti (persembahyangan) secara baku,
dimanapun kita melakukan persembahyangan sudah tersusun sama, dan Mantra Gayatri selalu
dilantunkan sebelum persembahyangan dimulai. Pada saat Pendeta melakukan upacara piodalan
juga dinyanyikan lagu2 warga sari sebagai pemujaan kehadapan Yang Widhi Wasa yang
mempunya makna adalah agar sebelum persembahyangan dimulai kita sudah mulai rasakan
menyatunya Atman dengan Brahman.

4. Raja Marga Yoga.


Jalan untuk mencapai moksa menurut agama Hindu dapat dilakukan melalui Tapa, Brata,
Yoga, dan Semadi. Untuk mengendalikan diri dengan melakukan latihan2 untuk mengatasi
Sadripu disebut dengan Tapa, Brata, sebab apabila Sadripu kita sudah dapat kendalikan maka
jalan mencapai moksa lebih mudah. Disamping mengendalikan Sad Ripu, kita juga melakukan
latihan2 untuk dapat menyatukan Atman dengan Tuhan yang disebut dengan Yoga dan Semadi,
dengan melakukan konsentrasi yang setepat tepatnya dalam ketenangan dan suasana syandu
sempurna sehingga kita dapat menyatu dengan Tuhan.

Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut.


Didalam suatu pesraman di Hutan rimba ada seorang resi yang bernama Resi Suka yang
memberikan dharma wecana kepada murid2nya yaitu yoga, semadi diantara murid2 nya ada
seorang raja bernama raja Jenaka.Raja Jenaka disamping mempunyai kerajaan yang sangat besar
dan kaya juga berkeinginan belajar spiritual (Yoga,semadi) kepada Resi Suka yang sangat
terkenal ilmu spiritualnya. Banyak ujian2 yang diberikan kepada para siswanya agar dapat
mencapai moksa dalam kehidupan ini dengan meninggalkan keduniawian dengan melepaskan
semua keterikatan2 sehingga Atman menyatu dengan Brahman.Pada suatu hari Resi Suka agak
terlambat memberikan dharma wecana sehubungan Raja Jenaka ada keperluan kerajaan yang
sangat mendesak yang tidak boleh diwakili. Resi Suka dengan sengaja menunggu Raja Jenaka,
ingin menguji kesabaran para muridnya apakah dapat mengekang sad ripu sebagai dasar
pelajaran Yoga. Dari pengamatan Resi Suka banyak para muridnya gelisah dan gusar dan
kadang2 timbul marah tidak sabar menunggu sampai ada yang protes bahwa pelajaran dimulai
saja, mengapa kita di beda2kan orang biasa dengan raja Setelah raja datang dharma wecana baru
dimulai dan resi Suka memberikan wejangan, kita harus dapat mengendalikan sad ripu sehingga
kita dapat ketenangan bathin. Setelah dharma wecana selesai maka pelajaran dilanjutkan dengan
yoga, semadi, dan pelajaran ini harus dilakukan dengan konsentrasi pikiran secara penuh.
Dengan suasana hening sepi hanya suara jengkrik yang kedengaran, para muridnya sedang asyik
melakukan yoga semadi, tiba2 Resi dengan berteriak bahwa sedang ada kebakaran di kota

kerajaan, murid2nya pada bubar berlari lari pergi ke kota kerajaan ingin menyelamatkan harta
dan rumahnya yang kebakaran. Tetapi raja Jenata tidak bergeming sedikitpun, dia telah masuk
dalam keadaan Semadi, beliau berbahagia dalam Atman. Resi mengamati wajah raja dengan
perasaan sangat gembira. Setelah beberapa murid2 yang lari kembali bahwa dikota tidak ada
kebakaran dan resipun memberikan penjelasan arti dari peristiwa tersebut. Penundaan mulainya
dharma wecana adalah untuk menghormati raja, karena beliau telah menghapuskan keakuannnya
kebanggaannya dan mempunyai kerendahan hati dan melatih mengendalikan sadripu dan
berhasil dengan baik dan ini perlu dicontoh oleh semua muridnya. Dan peristiwa kebakaran di
kota kerajaan sebenarnya tidak pernah terjadi, peristiwa kebakaran adalah rekayasa Resi dan ini
merupakan ujian dari Resi Suka.Kalau mau berhasil sebagai seorang spiritual (Yogi) harus berani
melepaskan semua keduniawian yaitu keterikatan, tanpa ada kemauan untuk menghilangkan
keterikatan2 ini tidak mungkin tercapai tujuannya yaitu sebagai seorang Yogi. Semua latihan2 ini
membutuhkan ketekunan, tulus iklas, kesujudan iman dan tanpa pamerih. Pada akhir-akhir ini
banyak generasi muda sudah melakukan latihan2 Yoga dan Semadi, dan buk-buku penuntun
untuk yang baru memulai belajar Yoga dan Semadi sudah cukup banyak beredar di toko2 buku,
dan suasana ini sangat membantu bagi umat hindu untuk belajar masalah spiritual melalui Raja
Marga Yoga.
Diantara keempat Marga Yoga tersebut diatas semuanya adalah sama tidak ada yang lebih tinggi
kedudukannya, umat Hindu dapat memilih dari keempat Marga Yoga tersebut tergantung dari
bakat masing2 dan jalan yang satu akan berhubungan dengan yang lain semuanya akan mencapai
tujuan yang

TUJUAN MANUSIA MENURUT AGAMA HINDU


Catur Purusartha
Dhrama : Tujuan manusia menurut agama Hindu disebut Catur Purusartha (empat tujuan akhir).
Tujuan hidup yang pertama adalah dharma. Sebagaimana telah dijelaskan didepan, dharma
berarti agama atau kewajiban. Pertama-tama manusia haruslah menjadi manusia beragama.
Beragama berarti hidup bermoral. Hidup bermoral merupakan landasan bagi tujuan tujuan hidup
berikutnya.
Artha : tujuan hidup kedua adalah Artha. Artha artinya materi atau secara sempit disebut uang,
secara luas artha diartikan sebagai keberhasilan atau kesuksesan. Untuk hidupnya manusia
memerlukan materi. Tanpa materi bagaimana kita menyelenggarakan kehidupan rumah tangga,
pendidikan dan kewajiban- kewajiban agama? Tapi materi atau kesuksesan itu harus dicapai
berdasarkan landasan agama dan dipergunakan sesuai dengan moral agama.
Kama : Tujuan hidup yang ketiga adalah Kama. Kama dalam arti sempit dimaksudkan
kesenangan karena aktivitas seksual. Aktivitas seksual pertama-tama berfungsi sebagai prokreasi
(regenerasi dan penerusan keturunan). Kedua aktivitas seksual berfungsi rekreasi (re=kembali,
kreasi=menciptakan), peneguhan (kembali) hubungan cinta kasih antara suami dan isteri. Sekali
lagi, kama harus dilandasi oleh dharma. Hubungan seksual itu harus dilakukan dalam kerangka
perkawinan yang sah. Dalam arti luas kama juga mencakup kesenangan-kesenangan yang lain,
misalnya yang ditimbulkan oleh keindahan dan seni.
.

Pengalaman Orang-orang yang Pernah "Mati".


Dokter Raymond A. Moody, Jr, seorang psikiater telah mengadakan pene;itian tentang orangorang yang pernah dinyatakan mati kemudian hidup kembali (near death experience atau mati
suri). Pengalaman- pengalaman dari orang- orang yang pernah mengalami kematian seperti ini
dikumpulkannya dalam bukunya yang terkenal "Life After Life" telah diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia menjadi "Hidup Sesudah Mati", diterbitkan oleh PT Gramedia. Seseorang
sedang menghadapi maut, pada saat ia mencapi puncak krisis fisiknya, ia mendengar ia
dinyatakan mati oleh dokternya. Pada saat itu ia merasa dirinya bergerak dengan cepat melalui
suatu terowongan yang gelap dan panjang. Setelah itu ia merasa tiba-tiba berada di luar jasadnya,
tapi masih tetap dalam lingkungn yang sama. Ia melihat jasadnya dari satu jarak, seolah-olah ia
seorang penonton. Ia menyaksikan usaha-usaha (dokter dan perawat) untuk menghidupkannya
kembali. Tak lama kemudian ia melihat arwah saudara- saudara dan kawan-kawannya yang
sudah meninggal, dan suatu mahluk cahaya yang penuh kehangatan dan cinta kasih belum
pernah ditemuinya muncul dihadapannya. Sebelumnya mahluk tersebut meminta ia menilai
kehidupannya dan membantunya dengan menunjukkan kilasan kejadian-kejadian penting dalam
hidupnya secara tiba-tiba. Pada suatu saat ia merasa sampai pada satu batas dan ia harus
kembali.Tapi ia tak ingin kembali. Di tempat baru ini ia ditemui oleh rasa gembira cinta dan
kedamaian yang meluap-luap. Meskipun demikian, entah bagaimana ia bersatu kembali dengan
jasadnya, dan ia hidup.
Inilah pengalaman dari orang-orang yang pernah mengalami kematian lalu hidup lagi:
"Semua rasa sakit musnah" "Ada rasa damai dan tenang yang mutlak. Tak ada rasa takut sama
sekali"
"Setelah aku kembali, aku terus menerus menangis selama kurang lebih seminggu karena aku
harus hidup di dunia ini setelah aku melihat dunia yang satu lagi". Berikut ini kita kutipkan
pernyataan-pernyataan mereeka secara lengkap.

"Pada saat terluka aku merasakan suatu perasaan sakit yang sangat hebat. Tapi kemudian semua
rasa sakit lenyap. Hari terasa dingin, namun demikian sementara saya berada dalam tempat gelap
itu saya merasakan kehangatan dan suatu perasaan senang tiada taranya yang pernah saya alami
sebelumnya". Seorang wanita yang bernafas kembali setelah serangan jantung menuturkan:
"Saya mengalami perasaan yang sangat menyenangkan. Saya tidak merasakan perasaan lain
kecuali kedamaian, kesenangan, hanya ketenangan. Saya merasa semua kesulitan saya hilang dan
saya berkata kepada diri saya sendiri". "Alangkah tenang dan damainya, dan saya tidak merasa
sakit sama sekali".

Seorang laki-laki yang lain menceritakan:

"Saya merasa kesunyian dan damai yang amat

menyenangkan. Pengalaman itu sangat indah, dan saya merasakan kedamaian dalam hatiku".
Seorang pria yang "mati" setelah terluka dalam perang vietnam mengatakan ia merasakan :
"suatu perasaan lega yang luar biasa.Tak ada rasa sakit dan aku belum pernah merasa begitu
santai. Aku merasa ketentraman dan semua begitu indah".
Seorang wanita menuturkan : "Saya menunggu tante saya yang sudah tua selama sakitnya yang
terakhir. Saya membantu merawatnya dan pada waktu itu semua anggota keluarga berdo'a untuk
kesembuhannya. Nafasnya berhenti beberapa kali tapi kemudaian ia hidup lagi. Akhirnya satu
hari ia melihat saya dan berkata: "Joan, saya sudah ada di dunia sana, dan disana indah sekali.
Saya ingin tinggal disana, tapi saya tidak bisa selama kamu berdoa agar saya kembali kesini
bersama kalian. Doa kalian membuat saya tetap tinggal di sini. Tolonglah jangan berdoa lagi".
Kami semua memenuhi permintaannya berhenti berdoa, dan tak lama kemudian ia meninggal".
Dalam bagian lain Dr. Raymond A. Moody, Jr. menjelaskan: Bahkan mereka yang sebelumnya
memiliki keyakinan tradisional tentang kehidupan sesudah mati tampaknya mulai sedikit
berubah dengan keyakinannya semula setelah mereka mengalami "kematian" itu. Sesungguhnya
dalam semua laporan yang saya kumpulkan tidak seorangpun dari mereka melukiskan gambaran
mithological tentang apa yang terdapat pada kehidupan di dunia setelah mati itu.

Tidak

seorangpun menjelaskan surga para kartunis yang gerbangnya penuh permata, jalan-jalan yang

dibuat dari emas, dan malaikat-malaikat bersayap yang memainkan harpa, tidak ada neraka
dengan api berkobar-kobar dan setan-setan dengan garpu penyiksa.
Allan Pring yang pernah mendapat pengalaman melihat "dunia lain" mengatakan : "Disana tidak
ada seks, uang atau apapun yang berbau nafsu". Jika tidak ada neraka, lalu bagaimana dengan
konsep ganjaran dan hukuman yang diajarkan oleh agama-agama? Apakah semua orang, tanpa
memperhatikan perbuatannya di dunia ini akan memperoleh kebahagiaan di akhirat?.
Kemungkinan orang-orang yang pernah mengalami "kematian" yang diselidiki oleh Dr.
Raymond A. Moody adalah orang-orang yang pada umumnya telah berbuat baik di dunia. Sebab
dalam buku itu juga diceritakan bahwa orang-orang yang mencoba bunuh diri, "mati" lalu hidup
kembali mengalami keadaan yang sama sekali tidak menyenangkan.

BEBERAPA CONTOH RSI YANG TELAH MENCAPAI MOKSA

DANG HYANG DWIJENDRA


Anakku, di jaman dulu, di Kerajaan Majapahit, Jawa Timur, muncullah seorang Rsi yang sangat
terkenal. Dang Hyang Dwijendra gelar beliau. Beliau sangat dihormati oleh rakyat karena
kebesaran pengabdian memberikan kesejahteraan rohaniah dan mengatasi kesengsaraan hidup.
Beliau banyak melakukan dharmayatra (perjalanan keagamaan). Dharmayatra ini dilakukan di
Jawa Timur, Bali, Lombok dan Sumbawa. Di Bali sangat limbak Dharmayatra beliau dan beliau
di Bali dikenal dengan gelar Pedanda Sakti Wawu Rauh atau Dang Hyang Nirartha. Di Sumbawa
dikenal dengan sebutan Tuan Sumeru dan di Lombok disebut Pangeran Sangupati. Di Jawa yaitu
di Pasuruan dan Blambangan beliau juga meninggalkan keturunan sebagaimana halnya di Bali,
beliau menurunkan pendeta-pendeta yang ada di Bali.
Ketika Dharmayatra Dang Hyang Nirartha di Bali yang berkuasa waktu itu adalah raja Watu
Renggong. Raja ini menyambut kedatangan beliau dengan gembira dan sangat hormat.
Dharmayatra beliau di Bali benar-benar mengesankan memperkokoh Dharma, dan banyak purapura didirikan oleh beliau pada waktu itu, untuk membangkitkan kesadaran beragama. Pura-pura
itu antara lain Pura Purancak, Pulaki, Rambut Siwi, Batu Kelotok, Masceti, Ulu Watu dan lainlainnya. Hasil karya beliau dalam kesusastraan antara lain Sunarigama, Dharma Sunya, Jong
beru dan lain-lain.
Beliau meninggalkan dunia ini dengan mencapai kemoksaan di Ulu Watu. Bagi Beliau dibuatkan
sebuah Pelinggih sebagai tanda peringatan dari rakyat di tempat itu juga. Pura itu sampai kini
menjadi salah satu pusat tempat persembahyangan yang utama bagi umat Hindu.

RSI/EMPU KUTURAN
Anakku, akan Guru lanjutkan dengan apa yang perlu diketahui, perihal Empu Kuturan. Beliau
hidup di jaman kerajaan Airlangga. Empu Kuturan ini saudara kandung dari Empu Bharadah.
Kedua Empu ini adalah penasehat Prabu Airlangga. Ketika di Kerajaan Airlangga mulai terjadi
pertentangan-pertentangan, di mana nasehat Empu Kuturan tiada didengarkan oleh para ksatria,
maka beliau lalu mengadakan Dharmayatra mengembara demi untuk kebenaran dan akhirnya
sampai ke Bali dengan melalui pesisir utara sampai di ujung timur pulai Bali yakni Padang Bai.
Dekat Padang Bai diketemukan sebuah pura Silayukti namanya. Empu Kuturan akhirnya
menetap di Bali dan di Pura Silayukti beliau meneruskan melakukan yoga. Ajaran Dharma yang
beliau telah miliki lalu disebarkan di Bali. Beliau menciptakan adanya Pura yang disebut
Kahyangan Tiga, yaitu Puseh; Desa (Baleagung) dan Dalem, sebagai lambang Brahma, Wisnu
dan Durga (Siwa).
Ajaran Agama Hindu terus menyebar luas sehingga meningkatlah kehidupan Dharma di Bali.
Dalam babad (cerita sejarah) diceritakan bahwa beliau meninggalkan dunia fana ini dengan
mencapai moksa (mukti). Empu Kuturan adalah Maha Rsi yang besar jasanya di Bali.

RSI/BHAGAWAN WYASA
Rsi Wyasa adalah Maharsi yang mengumpulkan wahyu-wahyu suci menjadi kitab suci Weda.
Kebesaran jiwa Maharsi Wyasa ini menjiwai nenek moyang keturunan Bharata. Beliau adalah
penegak keadilan dan kebenaran sari-sari ajarannya telah dikumpulkan oleh seorang Rsi, yaitu
Rsi Wararuci dan nama pustaka itu Sarasamuccaya. Ini menjadi suatu kitab suci, sebagai

penuntun jiwa untuk mencapai kehidupan yang suci, kehidupan yang tidak terikat oleh hawa
nafsu yang akhirnya dapat mencapai kebahagiaan abadi.

Selain itu ada juga sapta rsi yang mencapai moksa yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Rsi Atri
Rsi Baraduaja
Rsi Gretsemada
Rsi Kanwa
Rsi Wasista
Rsi Wamadewa
7. Rsi Wiswamitra

Anda mungkin juga menyukai