Anda di halaman 1dari 10

KURIKULUM SEBAGAI SARANA

PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
NO
1.
2.

NAMA
DEWI ANDRIANA
NURUL HIKMAH

NIM
14050634030
14050634034

DOSEN PEMBIMBIING :
SRI ACHIR
BIYAN YESI S.Pd, M.Pd
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA RIAS
2015-2016

A. DEFINISI-DEFINISI KURIKULUM
Kurikulum dapat diartikan sebagai susunan mata pelajaran yang akan
diajarkan disetiap jenjang pendidika.
Menurut para ahli yaitu Murray Print (1993), kurikulum brarti semua
kesempatan belajar yang direncanakan untuk peserta didik di sekolah dan
institusi pendidian lainnya. Selain itu, kurikulum juga dapat dimaknai
sebagai rancangan pengalaman yang akan diperoleh peserta didik ketika
kurikulum tersebut diimplementasikan. Kurikulum juga dapat diartikan
sebagai langkah kegiatan perancangan kegiatan interaksi peserta didik
dengan

lingkungan

belajarnya

yaitu

interaksi

dengan

dirinya

sendirisebagai guru, dengan sumber belajardan lingkungan belajar lainnya.


Rancangan selalu disusun dalam dokumen tertulis dan dilaksanakan serta
dikendalikan oleh guru.
Pengertian kurikulum menurut Wina Sanjaya (2008) kurikulum yaitu
dicapai,isi materi dan pengalam belajaryang harus dilakukan oeh siswa,
strategi dan cara yang dapat dikebangkan, evaluasi yang dirancang untuk
mmengumpulkan informasi tentang pencapaian tujua, serta imlementasi
dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Selain dimaknai sebagai suatu rancanngan program, kurikulum juga
dimaknnai sebagaiproses memberikan pengalaman belajaratau materi ajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertia kurikulum yaitu pengalam
belajar peserta didik dapat diperoleh dari program yang direncanakan dan
juga yang tidak direncanakan.
B. TUJUAN KURIKULUM
Tujuan dari kurikulum dibedakan menjadi tiga, yaitu : aims, goals dan
objective (Murrav Print, 1993).
Aims merupakan rumusan tujuan yang bersifat umum dan biasanya
dirumuskan pada tingkat tujuan pendidikan nasional. Murray Print
memberikan pengertian yaitu : aims are broadly phrased statement f
educational intent. Aims state what is e hopefuly achieved by achieved by
the curiculum. They are purposely stated generally because they are
developed for a general levelof education and by society.

Goals merupakan tujuan yang lebih spesifik. Tujuan diarahkan kepada


gambaran prestasi peserta didik dengan menekankan pada konten berupa
pengetahuan dan keterampilan. Contoh rumusan goals dalam kurikulum
misalnya peserta didik dapat menunjukkan tanggung jawabnya sebagai
warga negara dilingkungan sekolah, masyarakat, negara dan dunia.
Objective adalah tujuan yang dirumuskan dala kuikulum dengan
pernyataan yang lebih spesifik lagi dari goals yaitu menyatakan dalam
bentuk tuntutan perilaku sebagai hasil belajar. Dalam kurikulum 2013
identik dengan tingkat Kompetensi Dasar.
C. PERAN DAN FUNGSI KURIKULUM
Oemar Hamalik dalam Wina Sanjaya (2008) menyebutkan tiga
peranan dalam sistem pendidikan yaitu peranan melakukan konservatif,
kreatif dan kritis (evaluatif).
Peran konservatif adalah peran memelihara nilai-nilai baik untuk terus
dikembangkan dalam kehidupan masyarakat. Peran konservatif kurikulum
jarang diperhatikan oleh tim pengembang kurikulum. Barulah kurikulum
2013 yang

mencoba merekonstuksikan kembali peran konservatif

kurikulum yaitu melalui penanaman nilai karakter. Kita telah memiliki 18


unsur pendidikan karakter seperti reigius, jujur, toleran dan seterusnya.
Nilai-nilai tersebut akan dikonservasi atau dipelihara dalam kurikulum.
Cara mengembangkannya melalui pengintegrasian dalam setiap mata
pelajaran sehingga lahir Kompetensi Inti (KI) aspek sikap spiritual dan
sosial, dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan dan
diukur dengan pendekatan penelian otentik.
Peran kreatif adalah peran untuk mengemangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi sesuai tuntutan jaman. Peran kreatif dari kurikulum telah
terlihat hasilnya. Banyak sekali inovasi yang telah diahirkan. Fenomena
kreasi darai peran kurikulum misalnya lahir mobil Esemka yang
merupakan hasil karya siswa SMK di Solo, Jawa Tengah. Walaupun
dipolitisasi namun mobil rakitan ini sempat menjadi kebanggan bangsa
Indonesia. Kreasi yang serupa misalnya Kontes Robot Indonesia (KRI)

tingkat nasional yang diharapkan dapatmndorong mahasiswa untuk


berkompetisi

dan

berprestasi.

Demikianlah

fungsi

kreatif

dalam

kurikulum. Jika terus dikembangkan, maka di masa depan akan lahir


kreasi-kreasi baru dalam bidang budaya, seni dan bidang lainnya.
Peran kritis (evaluatif) adalah peran dalam pengawalan
pengembangan masyarakat dalam konteks sosial, budaya, eonomi, politik
dan dimensi kehidupan lainnya. Peran kritis (evaluatif) dari kurikulum
merupakan peranan yang bersidat berkesinambungan selama prosen
pendidikan masih berjalan. Peran kritis akan dihadirkan di kelas dengan
berbagai cara. Ketika guru mengkritisi masalh banjir dan kerusakan
lingkungan maka pada saat itulah peran kritis dan evaluatif sedang
berfungsi. Memeri penghargaan terhadap peserta didik yang juara
Olimpiade Sains merupajan wujud dari peran kritis dengan tujuan
memotivasi siswa lain untuk berprestasi. Dengan demikian, kurikulum
akan berjalan dengan baik jika semua fungsi diaktifkan secara sinerg
setiap saat.
Dengan peranannya yang strategis, kurikulum perlu difungsikan di
sekolah. Para ahli banyak mengajukan gagasan tentang fungsi kurikulum.
Setidaknya ada tiga kelompok pendapat untuk mngfusikan kurikulum,
yaitu :
1. Fungsi Kurikulum Berdasarkan Stakeholdeer-nya.
2. Fungsi Kurikulum Berdasarkan Wilayah Pengembangan Peserta
Didik.
3. Fungsi Kurikulum Sebagai Pengorganisasian Proses Belajar
Pengelompokan tersebut hanya untuk memudahkan dalam
pembahasan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
1. Fungsi Kurikulum Berdasarkan Stakeholdeer-nya.
Diuraikan berdasarkan sudut pandang penggunaanya yaitu
peserta didik,pendidik, kepala sekolah, orang tua, sekolah yang
berada di atasnya, masyarakat pemakai lulusan (Abdullah Idi,
2007) :
a. Bagi peserta didik, kurikulum berfungsi sebagai bahan
pengalam belajar atau sebagai konten untuk dipelajari.
Kurikulum yang mewujud dalam ceramah guru, buku, dan

informasi lainnya menjadi pengalaman belajar bagi peserta


didikk.
b. Bagi pendidik, kurikulum berfungsi sebagai pedoman kerja
dalam mengorganisasi pengalaman belajar dan edoman untuk
mengadakan evaluasi perkembangan peserta didik.
c. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi sebagai pedoman
dalam melakukan supervisi pembelajaran, pedoman evaluasi
atas kemajuan pembelajaran, dan dijadikan bahan kajian untuk
pengembangan kurikulum di masa yang akan datang.
d. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai alat komunikasi
orang tua dengan sekolah tentang pendidikan putra putrinya.
Selain itu dapat dijadikan pedomn dalam keikutsertaannya
dalam pelaksaan kurikulum di sekolah.
e. Bagi sekolah yang berada diatasya, kurikulum berfungsi
sebagai pemelihara kesinambungan proses pembelajaran dan
dijandikan indikator untuk meningkatkan mutu pendidikan
agar peserta didik dapat meneruskan pendidikannya di
perguruan tinggi.
f. Bagi masyarakat pemakai lulusan, kurikulum berfungsi
sebagai bagian dari bukti akuntabilias sekolah kepada
pengguna

lulusan.

Dengan

adanya

kurikulum

yang

terinfomasikan, masyarakat dapat memberikan kritik dan saran


konstruktif untuk penyempurnaan program pendidikan.
2. Fungsi Kurikulum Berdasarkan Wilayah Pengembangan Peserta
Didik.
Fungsi kurikulum berdasarkan wilayah pengembangan peserta
didik dikemukakan oleh McNeil dalam Wina Sanjaya (2008) yaitu
bahwa kurikulum memiliki empat fungsi : fungsi pendidikan
umum, suplementasi, eksplorasi dan keahlian.
a. Sebagai fungsi pendidikan umum (common and generl
education), kurikulum berperan sebagai suatu komponen
kebijakan dalam meersiapkan peserta didik agar menjadi warga
negara

yang

baik.

Kurikulum memiliki

fungsi

untuk

memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik agar

mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan dan


memahami setiap hak dan kewajiban sebagai warga negara.
b. Sebagai fungsi suplementasi (supplementation), kurikulum
dapat menambah kemampuan peserta didik sehingga potensi,
bakat dan minatnya berkembang.
c. Sebagai fungsi eksplorasi (exploration), kurikulum dpat
dijadikan instrumen dalam memotivasi, menemukan dan
mengembangkan bakat dan minat peserta didik. Kurikulum
akan mampu memberi pelayanan pengembangan potensi dari
setiap perbedaan peserta didik.
d. Sebagai fungsi pengembangan keahlian (specialization),
kurikulum dapat mengembangkan keahian khusus peserta
didik

(spesialisasi).

Fungsi

pada

wilayah

ini

adalah

menyiapkan peserta didik untuk memiliki life skill untuk dapat


diterima di dunia kerja.
3. Fungsi Kurikulum Sebagai Pengorganisasian Proses Belajar
Fungsi kurikulum sebagai pengorganisasian proses belajar.
Pendapatnya mengacu pada Alexander Inglish dalam Abdullah Idi
(2007) yaitu bahwa kurikulum memiliki fungsi :
a. Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) yaitu fungsi
kurikulum agar peserta didik mampu menyesuaikan diri dalam
kehidupannya. Masyarakat yang terus berubah menjadi
tantangan bagi kurikulum agar dapat berfungsi sebagaimana
mestinya dalam menyiapkan peserta didik.
b. Integrasi (the integrating function) yaitu fungsi kurikulum
dalam memberi pendidikan yang utuh kepada peserta didik,
artinya tidak hanya aspek intelektualnya juga aspek sikap dan
ketrampilannya.
c. Diferensiasi (the

differentiating

function)

yaitu

fungsi

kurikulum dalam memahami perbedaan peserta didik dan


memberi

pelayanan

sesuai

kebutuhan

masing-masing.

Kurikulum harus mampu memberi pedoman agar mampu


menjadi penolong dengan sejumlah kebutuhan yang berbedabeda.

d. Persiapan (the preparation function) yaitu fungsi kurikulum


dalam menyiapkan peserta didik agar dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan atau mampu
membekali peserta untuk dapat belajar sepanjang hayat di
lingkungan masyarakatnya.
e. Pemilihan (the selevtive function) yaitu fungsi kurikulum
dalam memberi kesempatan kepada peserta didik sesuai minat
dan bakatnya. Dengan demikian kurikulum harus dirancang
secara fleksibel untuk melayani semua pesert didik.
f. Diagnostik (the diagnostic function) yaitu fungsi kurikulum
sebagai instrumen untuk mengenal berbagai kekuatan dan
kelemahan peserta didik. Dengan ini, kurikulum dapat
berperan sebagai solusi dalam mengatasi kelemahan dan
mengembangkan kekuatan ke arah yang lenih sinergi.
D. HAKEKAT TUJUAN PENDIDIKAN
Secara makro pendidikan nasional bertujuan membentuk organisasi
pendidikan yang bersifat otonom sehinga mampu melakuka inovasi dalam
pendidikan

untuk

menuju

suatu

lembaga

yang

beretika,

selalu

menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan


memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.
Secara mikro pendidikan nasional bertujua membentuk manusia
beriman dan bertakqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretiika (beradab
dan berwawasan budaya bangsa Indoneia), memiliki nalar (maju, cakap,
cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab), berkemampuan
komunikasi sosial (tertib dan sadar huku, kooperatif dan kompetitif,
demoratif) dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.
Dari acuan di atas, digunakan sebagai ciri-ciri tujuan pendidikan dari
berbagi jenjang di antaranya sebagai berikut.
1. Pendidikan Dasar
a. Tumbuh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Tumuh sikap beretika (sopan santun dan beradab).
c. Tumbuh penalaran yang baik (mau belajar, ingin tau, senang
membaca, memiliki inovasi, berinisiatif dan bertanggung jawab).

d. Tumbuh kemampuan komunikasi/sosial (tertib, sadar aturan, dapat


bekerja sama dengan teman, dapat berkompetensi).
e. Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan badan.
2. Pendidikan Menengah Umum
a. Memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
mulai mapan.
b. Memiliki etika (sopan santun dan beradab).
c. Memiliki penalaran yang baik (dalam kajian materi kurikulum,
kreatif, inisiatif serta memili tanggung jawab) dan penalaran sebagai
penekanannya.
d. Kemampuan komunikasi/sosial (tertib, sadar aturan, dan perundangundangan, dapat bekerja sama, mampu bersaing, toleransi,
menghargai hak orang lain, dapat berkompromi).
e. Dapat mengurus dirinya dengan baik.
3. Pendidikan Menengah Kejuruan
a. Memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
mulai mapan.
b. Memiliki etika (sopan santun dan beradab).
c. Memiliki penalaran yang baik (untuk mengerjakan ketrampilan
khusus, inovatif dalam arah ertentu, kreatif di bidangnya, banyak
imisiatif di bidangnya serta bertanggung jawab terhadap karyanya)
dan terampil sebagai penekanannya.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi/sosial(tertib, sadar aturan dan
hukum, dapat bekerja sama, mampu bersaing, toleransi, menghargai
hak orang lain, dapat berkompromi).
e. Memiliki kemampuan berkompetisi secara sehat.
f. Dapat mengurus dirinya dengan baik.
4. Pendidikan Tinggi
a. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Memiliki etika (sopan santun dan beradab).
c. Memiliki penalaran yang baik terutama di bidang keahliannya
(berwawasan ke depan dan luas, mampu mengambil data dengan
akurat dan benar, mampu melakukan analisa, berani mengemukkan
pendapat, berani mengakui kesalahan beda pendapat dan mengambil
keputusan mandiri).
d. Kemampuan
berkomunikasi/sosial(tertib,

sadar

perundang-

undangan, toleransi, menghargai hak orang ain, dapat berkompromi).


e. Memiliki kemampuan berkompetisi secara sehat.

f. Dapat mengurus dirinya dengan baik.


5. Pendidikan Luar Sekolah
Meskipun pendidikan luar sekolah diarahkan untuk keterampilan
tertentu dalam berbagai tingkat usia, acuan seperti pendidikan dalam
institusi sekolah secara berjenjang dapat dirujuk untuk tujuan
pendidikannya.
6. Pendidikan Keluarga
Pendidikan pada kenyataannya lebih banyak dilakukan di lingkungan
rumah dibandingkan dengan di luar rumah. Sehubungan dengan itu
perlu pengertian orang tua tentang peranannya sebagai guru di rumah,
dan rumah sebagai :sekolah bagi anak-anaknya. Demiian pendidikan
keluarga lebih ditujukan kepada masalah keimana dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, estetika, norma (baik dan buruk),
kemampuan berkomunikasi dengan baik serta cara menjaga kesehatan
tubuh dan dirinya.
E. KONSEP KURIKULUM BERDASARKAN FILSAFAT
Proses perkembangan kurikulum, dimulai dari tahun 1945 rencana
pembelajaran dirinci dalam rencana pelajaran terurai, tahun 946 rencana
pendidikan sekolah dasar, tahun 1968 kurikulum sekolah dasar, tahun 1973
kurikulum proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP), tahun 1975
kembali lagi pada kurikulum sekolah dasar, tahun 1984 menggunakan
kurikulu 1984, ahun 1994 menggunakan kurikulum 1994, tahun 1997
menggunakan revisi kurikulum 1994, tahun 2001 rintisan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK), tahun 2006 kurikulum tingkat satuan
kependidikan (KTSP) (Kemendikbud, 2013).
Saat ini pemerintah menggunakan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013
adalah kurikulum yang lebih menekankan siswa bersifat kreatif, inovatif
dan berkarakter kuat. Kurikulum 2013 mengedepankan pengalaman
prioritas

melalui

mengamati,

menanya,

mencoba,

mengkomunikasikan.
Berikut penerapan aliran filsafat dalam Kurikulum 2013.
a. Esensialisme

menalar

dan

Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus dilandasi oleh


nilai-nilai yang ajeg, jelas dan tahan lama sehingga membangun
stabilitas nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Pendidikan
yang bersendikan pada nilai-nilai yang beruba
F. KONSEP
KURIKULUM
SESUAI
DENGAN
PENDIDIKAN YANG ADA

LEMBAGA

Anda mungkin juga menyukai