Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Erviana Agustin
13620836
Dosen:
Arif Nurma Etika,S.Kep,Ners,M.Kep
A. DEFINISI
Sick Building Syndrome (SBS) atau yang disebut juga dengan Tight Building
Syndrome atau Building Related Illness / Bulding Related Occupant Complaints
Syndrome adalah Situasi dimana penghuni Gedung (Bangunan) mengeluhkan
permasalahan kesehatan dan kenyamanan yang akut, yang timbul berkaitan dengan
waktu yang dihabiskan dalam suatu bangunan, namun gejalanya tidak spesifik dan
penyebabnya tidak dapat diidentifikasikan (EPA, 2010).
Menurut Aditama (2002), istilah SBS mengandung dua maksud yaitu:
a) kumpulan gejala (sindroma) yang dikeluhkan seseorang atau sekelompok orang
meliputi perasaan-perasaan tidak spesifik yang mengganggu kesehatan
berkaitan dengan kondisi gedung tertentu, dan
b) kondisi gedung tertentu berkaitan dengan keluhan atau gangguan kesehatan
tidak spesifik yang dialami penghuninya, sehingga dikatakan gedung yang
sakit.
B. PENYEBAB SICK BUILDING SYNDROME
Menurut London Hazard Center penyebab utama SBS adalah bahan kimia yang
digunakan manusia, jamur pada sirkulasi udara serta faktor fisik seperti kelembaban,
suhu dan aliran udara dalam ruangan, sehingga makin lama orang tinggal dalam
sebuah gedung yang sakit akan mudah menderita SBS.
Menurut EPA (1998) penyebab sick building syndrome adalah sebagai berikut:
a) Kualitas Ventilasi
Ventilasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menyebabkan terjadi
SBS. Standar ventilasi pada gedung yaitu kira-kira 15 kaki berbentuk kubus
sehingga udara luar dapat masuk dan menyegarkan penghuni didalamnya,
terutama tidak semata-mata untuk melemahkan dan memindahkan bau. Dengan
ventilasi yang tidak cukup, maka proses pengaturan suhu tidak secara efektif
mendistribusikan udara pada penghuni ruangan sehingga menjadi faktor pemicu
timbulnya SBS. Ketika bangunan tidak memiliki fungsi dan sistem ventilasi
yang terencana dapat menciptakan kantong penumpukan polutan. Polutan tidak
bisa keluar dari gedung akibat pertukaran dan pengaliran udara yang tidak baik.
Ventilasi yang paling ideal untuk suatu ruangan apabila ventilasi dalam keadaan
bersih, luas memenuhi syarat, sering dibuka, adanya cross ventilation.
Polutan
NO,CO,SO2,partikel
NO,CO,SO2,partikel
Formaldehid (VOCs)
Formaldehid (VOCs)
jamur
Mempengaruhi penetrasi dan dilusi dari
luar ke dalam gedung
Sistim HVAC
ventilasi
Memepengaruhi
pemanas
pelembab
Penghuni gedung
polutan
Mempunyai efek pada suhu
Berpotensi pada sumber mikroba
Virus,bakteri,asap rokok
distribusi
dan
dilusi
pegal-pegal,
sakit
leher
atau
punggung,
dalam
kurun
waktu
Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mencegah SBS. Beberapa upaya penting
yang dapat dilakukan antara lain (Boxer, 1990; Hedge, 1995; Kriess, 1989; Zweers
et al, 1992). Pencegahan SBS harus dimulai sejak perencanaan sebuah gedung untuk
suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu, penggunaan bahan bangunan mulai fondasi
bangunan, dinding, lantai, penyekat ruangan, bahan perekat (lem) dan cat dinding
yang dipergunakan, tata letak peralatan yang mengisi ruangan sampai operasional
peralatan tersebut.
Perlu kewaspadaan dalam penggunaan bahan bangunan, terutama yang berasal
dari hasil tambang, termasuk asbes. Dianjurkan agar rumah didesain berdinding tipis
serta memiliki system ventilasi yang baik. Pengurangan konsentrasi sejumlah gas,
partikel dan mikroorganisme di dalam ruangan, dapat dilakukan dengan pemberian
tekanan yang cukup besar di dalam ruangan. Peningkatan sirkulasi udara seringkali
menjadi upaya yang sangat efektif untuk mengurangi polusi di dalam ruangan.
Dalam kondisi tertentu, yaitu konsentrasi polutan saangat tinggi, dapat diupayakan
dengan ventilasi pompa keluar.
Bahan-bahan kimia tertentu yang merupakan polutan, sumbernya dapat berada
di dalam ruangan itu sendiri. Misalnya bahan perekat, bahan pembersih, pestisida
dan sebagainya. Bahan-bahan ini sebaiknya diletakkan di dalam ruangan atau di
dalam ruangan khusus yang berventilasi dan di luar ruang kerja. Karpet, yang
dipergunakan untuk pelapis dinding maupun lantai, secara rutin perlu dibersihkan
dengan penyedot debu dan apabila dianggap perlu dalam jangka waktu tertentu
dilakukan pencucian. Demikian pula pembersihan AC secara rutin harus selalu
dilakukan.
Tata letak peralatan elektronik memegang peranan penting. Tata letak yang
terkait dengan jarak pajanan peralatan penghasil radiasi elektromagnetik ini tidak
hanya dipandang dari segi ergonomic, tetapi juga kemungkinan perannya
memberikan andil dalam menimbulkan SBS.
Edukasi dan komunikasi mengenai SBS merupakan hal yang paling penting
yang perlu dimiliki oleh para pekerja. Ketika seseorang melihat ada yang tidak baik
dengan ruangan seperti ditemukan atap atau pipa ventilasi yang bocor maka
seseorang tersebut wajib untuk segera melaporkan ke bagian pemeliharaan
bangunan untuk segera ditindaklanjuti. Para pekerja juga dapat diedukasi dengan
cara memanfaatkan waktu istirahat sebaik mungkin dengan keluar dari ruangan,
sekedar berjalan-jalan keluar gedung
Pendidikan dan komunikasi merupakan bagian penting dari program
pengelolaan kualitas udara, dalam hal ini terutama kualitas udara di dalam ruangan.
Para penghuni maupun pemelihara gedung harus benar-benar mengerti masalah
yang ada dan saling berkomunikasi, sehingga dapat saling bekerja sama secara
efektif untuk mencegah SBS.Kebutuhan para penghuni ruangan untuk merokok
tidak dapat dihindari. Perlu disediakan ruangan tertentu berventilasi cukup, jika
tidak memungkinkan untuk meninggalkan gedung. Hal ini untuk mencegah
akumulasi asap rokok yang ternyata mempunyai andil dalam menimbulkan SBS.
REFERENSI
Aditama, Tjandra Yoga dan Tri Hastuti. 2002. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Enviromental Protection Agency US (EPA).1998.Indoor Air Fact No.4 (Revised): sick
Building syndrome (SBS). [Online]. 2009. [cited 2004 Jan 14]; Available from: URL:
http:// www.epa.gov/cgibin/epaprintonly.cgi.