Anda di halaman 1dari 14

Di Balik Layar

Saat layar mu tersingkap, akankah kau lari dari apa yang ada di belakangnya?
Ruangan gelap, diisi berkas matahari yang terbatas. Dara duduk meringkuk di tepi jendela,
membelakangi pintu.
Suasana sendu, hening, suram.

SATRIA
Dara..
BUNDA
apa yang kamu cari dengan menjadi seorang artis?!
AYAH
Daaaraaa... anak ayah... (dengan nada seperti orang gila)
BUNDA
Buang kertas itu!
AYAH
Aaaaaargh... siapa kamu?! Pembunuh! Pembunuh! Awas! Aaarrrrgh!!!
BUNDA
AAAAAARRRRRGHHH!!!
Suara air. Tangan dara menampung air. Dara membasuh mukanya yang terlihat lelah dan
tertekan. Satria membuat teh tak jauh dari sana. Selesai membasuh muka, Dara beranjak ke
ruang make up, diikuti Satria.
Di ruang make up, Dara mulai berdandan. Kaca masuk dengan tergesa-gesa, mukanya kusut,
kesal.
KACA
Ra, bu sut komplain tuh! Katanya performance lo turun banget.

DARA
(menoleh ke arah manager) ha? (mengalihkan pandangan muka) oh, ga apa- apa kok. Mungkin
gue lagi capek.
KACA
iya, tapi kan lo nggak boleh jadiin itu sebagi alasan. Profesional donk, Ra! Jangan kayak artis
karbitan kemarin sore! ( Dara berhenti berdandang mendengar cibiran Kaca, suasana
menegang) Gue sama pihak management kan jadi nggak enak. Kalo kontrak lo sampai dibatalin
di tengah jalan gimana? Kan kita juga yang repot.
DARA
(berusaha tetap tenang) iya, iya. Sorry, ya. gue Cuma butuh istirahat kok. Besok gue janji, ga
bakal ngecewain lo lagi.
KACA
Kalo gitu lo pulang duluan aja. Gue masih mau ngomongin perpanjangan episode nih sama
yang lain. Ntar gue info.
DARA
Oke. Thanks ya.
Dara melanjutkan kegiatannya sendiri.
Di ruang keluarga, sore hari. Dara masuk, nampak gelisah, merebahkan badan ke sofa.
Peristiwa masa lalu, pertengakaran dengan ibunya kembali mengusiknya.
Di rumah ibu Dara. Suasana tegang, terjadi pertengkaran hebat antara Dara dan ibunya.

DARA
Terserah Bunda mau ngomong apa! Dara tetap pergi!
BUNDA

Dara! Bunda ngelarang kamu juga untuk kebaikan kamu!


DARA
nggak salah? Bukannya semua Cuma demi keegoisan Bunda? Kalau bunda tahu apa yang
terbaik untuk aku, harusnya bunda bisa mengerti keinginan aku! Ini mimpi aku, Bunda!
(memegang secarik kertas hasil casting) aku berusaha keras untuk ini! aku berusaha keras
sendiri! Nggak pernah melibatkan Bunda! dan sekarang, saat kesempatan ini datang, kenapa
Bunda harus ngelarang aku? Bunda ga punya hak untuk itu!
BUNDA
Dara! Berhenti bersikap seperti anak kecil!
Dara

: Bunda yang kayak anak kecil! Apa sih yang bunda takutkan? Bunda takut aku terkenal
dan neglupain Bunda? Hah? Bunda egois!! ( pergi)
BUNDA
Da- da- ra (memegangi dada, jatuh, pingsan)
DARA
(Berbalik, kaget, takut) i-bu? (lari)

Dara tersentak. Terbangun dari mimpi buruk. Satria sudah duduk di depannya.
SATRIA
(tersenyum) Hey, udah bangun?

DARA
Satria? Kok kamu bisa di sini?

SATRIA

(masih dengan senyum yang sama) Kamu lupa ngunci pintu lagi. tadi aku udah pencet bel
berulang kali, karena nggak ada respon dari dalam, ya, aku coba masuk aja. Aku ngaggetin kamu
ya?
SATRIA
aku Cuma mau tahu kabar kamu.

Suasana mencair.
DARA
Sat, kita tiap hari ketemu.
SATRIA
tapi bukan berarti aku nggak boleh mastiin kamu baik-baik aja, kan? emang aku nggak boleh
care sama perempuan yang aku sayang?
DARA
(duduk di samping Satria) Cuma kamu yang bisa ngerasiain apa yang aku rasain.
SATRIA
tell me. (masih tersenyum)
DARA
aku nggak tahu harus mulai dari mana. kejadian itu mimpi buruk itu...
SATRIA
Bunda kamu? Ra, itu bukan salah kamu? Bukan salah kamu kalau kalau waktu itu Bunda kamu
meninggal karena serangan jantung.
DARA
Bukan Cuma dia. Ayah juga, teriakannya, darahnya, pisaunya. Aku takut. tapi nggak ada yang
bisa ngertiin itu selain kamu, Sat. Nggak ada yang bisa, nggak ada yang tahu. Mereka Cuma
tahu kalau aku harus perfect sesuai bayangan mereka, kalau hidup aku sempurna. Sekarang
bahkan manager aku, tim kerja aku, mereka mulai ngejauh dari aku. Aku nggak tahu. Aku nggak
tahan, Sat.

SATRIA
sstt.. udah. Kamu punya aku, Ra. Aku akan selalu di samping kamu.
DARA
aku bingung, Sat. Aku takut suatu saat nanti kamu juga bakal ninggalin aku.
SATRIA
nggak akan. Aku nggak akan ninggalin kamu. Aku juga nggak mau kehilangan kamu. Aku nggak
akan ngebiarin siapa pun misahin kita.
DARA
(menggelengkan kepala)
SATRIA
Kayaknya kamu butuh istirahat, Ra. Kalau gitu, aku pulang dulu. (berdiri)
DARA
(diam menunduk)
SATRIA
take care. I love you. (keluar)
DARA
(menoleh ke arah pintu) Sat... (kecewa saat Satria sudah menghilang)

Kembali hening. Dara sibuk dengan pikirannya.

Pagi hari. Rumah Dara. Dara sedang menikmati kopinya. Manager dengan muka kusut, masuk
tanpa mengetuk pintu dan langsung membuang beberapa foto ke meja di depan Dara. Dara
yang masih kaget dan heran meletakkan cangkir kopinya dan mengambil foto-foto itu.
DARA
Apaan sih? ini maksudnya apa?

KACA
Itu yang harusnya gue tanyain ke lo! Apa maksudnya foto- foto itu?
DARA
Gue nggak ngerti, Ca!
KACA
kemarin malam, ada orang ngirimin foto-foto itu ke rumah gue. Itu foto lo kan, Ra?!
DARA
iya. Ini gue. Terus?
KACA
dan tadi pagi, gue baca ini.
Kaca menyodorkan i-pad ke Dara. Dara mengambil i-pad dan membaca apa yang tertera di
sana dengan ekspresi tak percaya.
DARA
(tertawa sinis) ini ini gosip apa lagi sih? Dara Kianti tertangkap kamera tengah bicara sendiri di
mall?
KACA
(mengangguk) apa maksudnya itu?!
DARA
ca, ini berita yang nggak masuk akal, konyol, nggak penting. Kenapa lo mesti sesewot ini sih?
KACA
konyol? Nggak penting? (emosi) Ra! Semua berita yang bisa membahayakan karir lo itu penting!!
DARA
tuh, kan, lo mulai lagi. lo peduli banget sama apa kata orang.

Suasana memanas.

KACA
Ra, lo bukan arti kemarin sore. Gue kira lo udah ngerti BANGET kalau profesi lo itu menyangkut
pandangan orang banyak!
Keduanya terdiam mulai tersulut emosi.
KACA
(mengatur napas) sekarang gue tanya. Itu lo yang ada di foto itu?

Dara mengangguk ragu.


KACA
lo emang pernah kesana?
DARA
iya. Tapi gue nggak sendiri, Ca. Foto ini pasti diedit!
KACA
diedit gimana Ra?
DARA
ya mana gue tahu! Yang jelas, ya gue emang kesini minggu lalu. Tapi gue nggak sendiri.
KACA
terus lo sama siapa?! Hantu?!
DARA
fine! Gue sama Satria!
KACA
satria? Siapa? Kenapa gue ga pernah tahu?
DARA
nggak semua hal pribadi gue bisa lo campurin.
KACA

oke! Tapi, masalahnya, dimana satria saat itu?!


DARA
ya, dia duduk di depan gue! Ketawa sama gue! Gue udah bilang, foto ini pasti diedit! Bisa aja,
kan mereka ngapus gambar satria?
KACA
Ra, lo punya masalah berat?

Dara hanya diam tidak mengerti.

KACA
oke. Dimana lo kenal satria? Apa dia pernah ke kantor atau lokasi syuting kita?
DARA
ya, gue kenal dia di dia ada di pemotretan waktu kita di Bali.
KACA
Bali?
DARA
iya. Di Bali, akhir tahun lalu. Dia salah satu fotografer disana.
KACA
ra, gue punya daftar semua fotografer dan asistennya. Dan gue bisa yakinkan kalau nggak ada
satu pun di antara mereka yang bernama Satria. Lo yakin dia itu nyata?

Dara nampak tidak begitu memperhatikan Kaca, bingung dengan pikirannya sendiri.
DARA
maksud lo apa?
KACA

Ra, gue nggak tahu apa yang sebernya sedang lo alami. Tapi, kalau lo nggak keberatan, gue
punya kenalan psikiater. Mungkin lo bisa konsultasi ke dia. Cerita tentang si Satria itu.
DARA
ca...
SATRIA
(berbisik di telinga Dara) jangan dengerin dia, Ra!
DARA
Satria?
KACA
Satria? Ra?!
DARA
(tetap terfokus pada satria) kok kamu bisa di sini?
SATRIA
jangan dengerin dia, Ra! Dia Cuma mau misahin kita!
KACA
Ra! Lo ngomong sama siapa?!
DARA
aku nggak ngerti, Sat. Aku bingung. Kamu..
KACA
Wah wah.. udah nggak beres lo. Ra! Lo ngomong sama siapa?!
DARA
ini Satria, ca!

kaca menatap Dara tak percaya.

DARA

Kaca, lo ga liat Satria?

kaca menggeleng ragu.


SATRIA
Ra, dia memang sengaja ngebuat kamu ragu sama aku.
DARA
(menatap Satria dan Manager bergantian, makin bingung)
KACA
Ra, ikut gue! Kita harus ngelurusin semua ini! ( menarik tangan Dara)
SATRIA
jangan, Ra! Aku nggak mau pisah dari kamu. Kamu juga nggak mau pisah dari aku kan.
DARA
(setengah berdiri) aku nggak mau pisah sama kamu sat...
KACA
Ra, nggak ada Satria di sini. Nggak pernah ada yang namanya Satria! Please ikut gue sekarang!
SATRIA
Ra, please jangan ikut dia! Ra, jangan iktuin orang yang nggak pernah ngerti kamu! Ra! Dara!
KACA
Ayo, Ra! Ra! Demi apapun, ikut gue! (terus menarik dan makin keras)
DARA
(Terduduk, menutup telinga, bingung, tertekan) stop! Please stop! Stooooppp!!!
Fade out.

Ruang isolasi Dara. Tidak banyak cahaya yang masuk kecuali dari celah tirai jendela. Dara
memakai baju rumah sakit, duduk meringkuk di bawah jendela.
Hening, sendu, suram.
DARA

Satria...
SATRIA
(berdiri di pojok ruangan) Dara...
DARA
Satria? (berdiri perlahan)
SATRIA
iya, ini aku.
DARA
(berjalan mengahmpiri Satria) kamu kemana aja?
SATRIA
ssttt... maaf, Ra. Kita nggak bisa sama-sama terus.
DARA
Kenapa?
SATRIA
Aku harus pergi. Maaf aku ingkar janji, tapi semua karena aku sayang sama kamu. Kamu harus
nemuin orang yang lebih baik dari aku, Ra. Kamu harus nemuin orang lain yang nggak ngebuat
orang- orang ninggalin kamu.
DARA
nggak, Sat! Nggak ada orang lain yang bisa mengerti aku selain kamu. Semua orang ninggalin
aku. Aku nggak punya siapa-siapa lagi. please, Sat... (gugup)
SATRIA
mungkin beberapa orang pergi, tapi akan ada yang datang lagi untuk selalu nemenin kamu.
Orang yang bisa menggantikan aku. Bahkan lebih berharga dari aku.
DARA

NGGAK! Aku Cuma butuh kamu di sini! Cuma kamu yang bisa ngertiin aku! Kamu nggak boleh
pergi! Nggak! NGGAK BISA!!
SATRIA
Maaf, Ra. Mulai sekarang terima kalau aku nggak bisa lagi ada untuk kamu. Aku harus pergi.
DARA
nggak... nggak bisa. Kita nggak bisa pisah... (melemah) nggak.. nggak bisa. Nggak bisa gini terus.
(diam)

Dara menatap mata Satria dengan tajam.


DARA
Nggak... kamu harus pergi. YA KAMU HaRUS PERGI!!

Ketegangan memuncak. Dara berteriak dan meronta.


SATRIA
Ra? Kamu kenapa? (bingung)
DARA
NGGAK!! KAMU HARUS PERGI!! KAMU JAHAT!! (meronta) KAMU YANG BUAT AKU BEGINI!
PERGI! PERGI!!
SATRIA
Ra, please jangan kayak gini. Please Ra. Jangan begini sama aku. (menahan Dara)

DARA
Pergi... nggak... pergi... nggak bisa... pergi... (melemah)
SATRIA
Ra... sampai kapan pun aku nggak akan bisa pergi jauh dari kamu... (menatap mata Dara
dengan lembut) hadapi kenyataan itu, Ra. hadapi... itu... kenyataan...

Dara hanya diam. Satria melepaskan genggaman tangannya, pergi. Terdengar suara pintu
dibuka.
Bunda Dara muncul, memeluk anaknya dari belakang.
BUNDA
Dara... (memutar badan Dara)maafin bunda, sayang. Maafin bunda nggak pernah nemuin
kamu. Maafin bunda karena membuat kamu cemas, kamu takut. Bunda di sini, sayang. Bunda
masih disini dan akan selalu di sini sama kamu. Bunda nggak mau kehilangan kamu lagi. bunda
akan terus dukung kamu. Maafin bunda, sayang (memeluk Dara sambil menangis)
Bangun, nak! Bangun.

SATRIA
Bangun, Ra. ini kenyataan. Kenyataan akan jadi semakin menyakitkan kalau kamu terus
mengingkarinya...
DARA
(meneteskan air mata) Bunda...
Fade out
Sinopsis

Dara adalah seorang gadis yang berambisi menjadi artis terkenal. Namun, saat impiannya
terwujud ia justru mengalami schizophrenia. Penyakitnya itu diturunkan oleh ayahnya yang
meninggal bunuh diri ketika ia masih kecil. Pemicunya adalah pertengakarannya dengan
ibunya yang menyebabkan ia pergi dari rumah meninggalkan ibunya yang dikiranya telah
meninggal. Ditambah tekanan dari manager dan pekerjaannya yang selalu menuntut Dara
menjadi sosok yang sempurna, kondisinya memburuk. Akibatnya, Dara mengalami delusi,
memiliki seorang laki-laki yang mencintainya Satria. Dalam dunianya ia an Satria saling
memiliki.
Mulanya, gejala- gejala schizophrenia Dara berhasil ia sembunyikan. Sampai suatu hari,
wartawan berhasil memotret Dara yang tengah bicara sendiri dan memberikannya kepada Kaca
(manager Dara). Kaca marah besar dan langsung menyerang Dara dengan pertanyaan yang

memojokkan, saat itulah Satria muncul sebagai pertahanan dirinya. Kaca yang makin khawatir
dan curiga dengan kondisi kejiwaan Dara, membawanya ke rumah sakit jiwa.
Pada akhirnya, Dara menyadari keberadaannya dan Satria. Ia berusaha keluar dari dunianya
dengan membuat dirinya dan Satria saling melepaskan. Saat itu, Ibu Dara yang ternyata masih
hidup, datang, memeluknya, dan mengembalikan Dara kepada dunia nyata.

Anda mungkin juga menyukai