Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablettablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan,
daya hancurnya, dan daya aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet
dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat
secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna,
zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis. Tablet lain yang
penggunaannya dengan cara sublingual, bukal, atau melalui vagina tidak boleh
mengandung bahan tambahan seperti pada tablet yang digunakan secara oral.
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi (Syamsuni, 2006).
Pada terapi farmakologi suatu obat, apabila pemakaian obat harus secara
oral dalam bentuk kering, maka bentuk kapsul dan tablet yang paling sering
digunakan. Tablet merupakan sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Tablet mempunyai beberapa keuntungan diantaranya
adalah melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap
pengaruh udara, kelembaban atau cahaya, menutupi rasa dan bau tidak enak,
membuat penampilan lebih baik dan menarik, mengatur tempat pelepasan obat
dalam saluran cerna. Misalnya tablet enteric yang pecah di usus (Syamsuni,
2006).
Dalam pembuatan tablet dibutuhkan berbagai macam bahan tambahan.
Salah satu bahan tambahan yang penting dalam pembuatan tablet adalah bahan
pengikat. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada masa
serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi,
misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidone, metilselulosa, CMC, pasta pati
terhidrolisis, selulosa mikrokristal (Syamsuni, 2006).

Tablet asetosal disebut juga tablet asam asetilsalisilat atau acidi


acetylosalicylici compressi. Tablet asam asetilsalisilat mengandung asam
asetilsalisilat C9H8O4 tidak kurang dari 90.0% dan tidak lebih dari 110.0% dari
jumlah yang tertera pada etiket. Struktur asam asetilsalisilat (Depkes, 2014)
Pada proses granulasi kering dilakukan dengan mencampurkan Zat
berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat pengikat dan zat pelican
hingga menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan
tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian
digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang
diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang diinginkan
(Syamsuni, 2006).
Bahan pengikat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, povidon
(PVP), PVP sebagai bahan pengikat dengan keuntungan sebagai perekat yang
baik dalam larutan air atau alkohol, mempunyai kemampuan sebagai pengikat
kering (Banker dan Anderson, 1986). Selain itu juga dari data hasil penelitianpenelitian PVP baik untuk proses penggranulan, memiliki sifat alir yang baik,
sudut

diam

minimum,

menghasilkan

fines

lebih

sedikt

dan

daya

kompaktibilitasnya lebih baik sehingga dapat menghasilkan tablet yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh perbedaan konsentrasi PVP sebagai
bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet tablet?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi PVP sebagai bahan pengikat
terhadap sifat fisik tablet dalam pembuatan tablet asetosal metode
granulasi kering.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui kadar atau konsentrasi PVP yang baik pada pembuatan
tablet asetosal.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi sebagai sumber
bacaan mata kuliah teknologi solida bagi pihak dosen ataupun para
mahasiswa
b. Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti sebagai sumber dalam menambah
pengetahuan tentang pembuatan tablet secara granulasi basah
c. Peneliti lain
Penelitian ini mungkin dapat menjadi acuan untuk peneliti lain dalam
mengembangkan formulasi selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1994). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Banker, G. S & Anderson, N. R.1986. Tablet, Dalam Lachman , L., Lieberman,
H. A., Kanig, J. L. (Eds), Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UIPress, Halaman 645- 646,651,653, 655, 647-679, 679-699, 701-703
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi
V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai