A. Judul
Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Melalui Model Course Review Horay
dalam Pembelajaran Matematika
(Penelitian Tindakan Kelas pada materi Penjumlahan Pecahan di Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Cangkingan I Tahun Ajaran 2015/2016 Kecamatan
Kedokanbunder Kabupaten Indramayu)
B. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah upaya terorganisasi, berencana dan berlangsung secara
terus-menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia
paripurna, dewasa, dan berbudaya. Untuk mencapai pembinaan ini asas
pendidikan harus berorientasi pada pengembangan seluruh aspek potensi anak
didik, diantaranya aspek kognitif, afektif dan berimplikasi pada aspek
psikomotorik. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, baik
dalam perubahan kurikulum maupun cara guru mendidik guna meningkatkan
kualitas pendidikan dan kualitas Sumber Daya Manusia menuju perkembangan
zaman yang sudah global. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa
mendapatkan ilmu secara formal. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan
membawa fitrah yang merdeka, mempunyai hak dan kebebasan yang telah
melekat pada dirinya. Oleh karena itu dalam kehidupan manusia mempunyai hak
untuk hidup, hak bersuara, hak kebebasan dan mengemukakan pendapat, dan hak
yang lainnya selama kebebasan dan hak tersebut tidak bertentangan dengan norma
social dan agama.
Pendidikan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Pendidikan pada
jenjang sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup
bermasyarakat dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian
ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat serta
pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
Penyelanggaraan pendidikan dalam hal ini kepala sekolah beserta para
guru dituntut mempunyai suatu pola dan model yang tepat dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Sedangkan siswa dituntut untuk dapat menerima
pelajaran dengan baik serta adanya dukungan dari pihak keluarga. Pihak keluarga
dengan sekolah hendaknya mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif
bagi siswa sehingga dengan timbal balik yang diciptakan antara guru dan siswa
serta orangtua secara baik, akan menghasilkan proses belajar mengajar yang
efektif. Menyimak uraian diatas, jelaslah bahwa kegiatan belajar mengajar
merupakan satu kesatuan dari kegiatan yang searah. Dalam hal ini kegiatan belajar
merupakan kegiatan primer dari kegiatan tersebut, sedangkan mengajar
merupakan kegiatan sekunder agar terjadi kegiatan belajar yang optimal. Belajar
yang optimal adalah adanya interaksi antara guru dan siswa atau sebaliknya
maupun antara siswa dengan siswa disertai dengan metode dan media yang tepat
dalam menyampaikan pelajaran. Kemudian diadakan evaluasi baik dalam proses
maupun hasilnya untuk dapat mengetahui keefektifan belajar.
Matematika merupakan bagian yang terpenting dalam bidang ilmu
pengetahuan, dalam bidang ini matematika termasuk ke dalam ilmu eksakta yang
lebih memerlukan pemahaman konsep dibandingkan hafalan. Manfaat yang
menonjol dari matematika adalah dapat membentuk pola pikir orang yang
mempelajarinya menjadi pola pikir matematis, logis, kritis dan penuh kecermatan.
Mengingat pentingnya manfaat matematika tersebut matematika telah dipelajari
dari usia sekolah dasar untuk bekal para siswa agar mampu berpikir logis, kritis
dan kreatif. Matematika sangat bermanfaat bagi proses berfikir siswa, oleh sebab
itu pembelajaran matematika menjadi penting untuk diberikan kepada siswa, akan
tetapi citra matematika bagi sebagian besar siswa menjadi mata pelajaran yang
sulit, yang menakutkan, bukan menjadi mata pelajaran yang disenangi dan hanya
beberapa siswa yang paham lah yang menyenangi mata pelajaran matematika. Hal
ini menjadi tugas tambahan bagi pendidik agar semua siswanya merubah
pemikiran tersebut, menjadi menyenangi matematika karena pembelajarannya
mudah dan tidak lagi mengalami ketakutan terhadap matematika.
ketika diberikan soal tes. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi yang belum optimal
dan cenderung masih rendah atau belum memenuhi KKM.
Menurut Bruner (Suprijono, 2009: 24) mengenai perkembangan kognitif
menyatakan bahwa:
Perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan melalui penyusunan materi
pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan tahap perkembangan individu
tersebut. Penyusunan materi pelajaran dan penyajiannya dapat dimulai dari materi
secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama
dalam cakupan yang lebih rinci.
Dari penjelasan diatas sangat jelas bahwa kemampuan anak harus diasah
dan dilatih terus menerus namun tetap dikemas dalam kegiatan yang
menyenangkan dalam pembelajaran matematika sehingga diperlukan model
pembelajaran yang tepat dan menarik seperti Model Course Review Horay untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Berdasarkan pemaparan masalah
tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan penerapan model Course Review
Horay dalam pembelajaran matematika pada materi Penjumlahan Pecahan di
kelas IV SDN Cangkingan I Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan yang berpengaruh terhadap pemahaman konsep belajar matematika.
Identifikasi masalah diringkas menjadi empat pernyataan, yaitu:
1. Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa.
2. Kondisi Siswa
a. Keterlibatan siswa selama proses belajar mengajar masih kurang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah
dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Course Review Horay pada materi
Penjumlahan Pecahan di kelas IV SDN Cangkingan I?
2. Bagaimana pemahaman konsep siswa pada materi Penjumlahan Pecahan di
kelas IV SDN Cangkingan I?
3. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi Penjumlahan
Pecahan dengan menerapkan Model Course Review Horay di kelas IV SDN
Cangkingan I?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti menentukan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan model pembelajaran Course Review Horay pada
materi Penjumlahan Pecahan di kelas IV SDN Cangkingan I.
2. Mengetahui proses pembelajaran dengan menerapkan Model Course Review
Horay terhadap pemahaman konsep siswa pada materi Penjumlahan Pecahan
di kelas IV SDN Cangkingan I.
3. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi Penjumlahan
Pecahan dengan menerapkan Model Course Review Horay di kelas IV SDN
Cangkingan I.
10
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang terkait dalam dunia pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan
antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi Penjumlahan Pecahan
dengan menerapkan model pembelajaran Course Review Horay.
2. Manfaat Praktis
a.
Bagi siswa
1) Meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
matematika materi Penjumlahan Pecahan.
2) Menambah wawasan dan pengalaman yang menyenangkan dalam
pembelajaran matematika.
3) Mempermudah penguasaan konsep, dan memberikan pengalaman
nyata dalam pembelajaran matematika.
4) Mengurangi rasa takut terhadap matematika (math phobia).
b.
Bagi guru
1) Menjadi inspirasi dalam merancang dan menerapkan model yang
tepat
dan
menarik
dalam
pembelajaran
matematika
serta
11
Bagi sekolah
a. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah
serta kondusifnya iklim belajar di sekolah khususnya pembelajaran
Matematika dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada di SDN
Cangkingan I.
b. Memotivasi para guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas
guna meningkatkan profesionalisme sebagai pendidik.
d.
Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui penggunaan model pembelajaran yang tepat
pada pemahaman konsep penjumlahan pecahan.
G. Tinjauan Pustaka
a.
Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta
didik. Pembelajaran didalamnya mengandung makna belajar dan mengajar,
atau kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang harus
dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan
mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu
menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa,
serta antara siswa dengan siswa didalam pembelajaran matematika. Menurut
12
Susanto (2013: 183) matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada
pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara
informal. Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan belajar
matematika kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Pada usia
sekolah dasar (7-12 tahun), menurut teori kognitif Piaget termasuk pada tahap
operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia
sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami
matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya matematika relatif
tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya.
Susanto (2013: 187) juga mengemukakan bahwa :
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai
upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
matematika.
Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa
bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran
berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
mampu melibatkan siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil
dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik terlibat
secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di
13
Wragg
(Susanto,
2013:
188)
menyatakan
bahwa
14
15
dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret
dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya
abstrak. Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami
siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama
memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya.
Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui
perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta
saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.
b. Pemahaman Konsep
Istilah pemahaman berasal dari akar kata paham, yang menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak,
pendapat, aliran, mengerti benar. Adapun istilah pemahaman ini diartikan
dengan proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Dalam
pembelajaran, pemahaman dimaksudkan sebagai kemampuan siswa untuk
dapat mengerti apa yang telah diajarkan oleh guru. Dengan kata lain,
pemahaman merupakan hasil dari proses pembelajaran. Dengan demikian,
dapat dipahami bahwa pemahaman adalah suatu proses mental terjadinya
adaptasi dan transfomasi ilmu pengetahuan.
Pemahaman berbeda dengan hafalan, yakni proses pembelajaran yang
hanya memberikan pengetahuan berupa teori-teori kemudian menyimpannya
bertumpuk-tumpuk pada memori. Model pembelajaran seperti ini merupakan
model pembelajaran yang tidak efektif. Hal ini karena dalam proses
pembelajaran tidak memberikan makna bagi siswa. Keefektifan pembelajaran
16
sesuatu
yang
terkait
dengan
keduanya,
yaitu
dengan
mengerjakannya maka siswa akan menjadi lebih tahu dan lebih paham. Untuk
memahami sesuatu, menurut Bloom (Susanto, 2013: 209) siswa harus
melakukan lima tahapan berikut, yaitu: 1) receiving (menerima); 2)
responding (membanding-bandingkan); 3) valuing (menilai); 4) orgnaizing
(diatur); 5) characterization (penataan nilai).
Pada dasarnya pemahaman konsep memiliki beberapa jenis, terdapat
beberapa ahli yang membedakan jenis-jenis pemahaman. Skemp dalam
Susanto (2013: 211) menyatakan ada dua jenis pemahaman yaitu:
1) Pemahaman instrumental
2) Pemahaman relasional
Pemahaman instrumental diartikan sebagai pemahaman konsep atau
prinsip tanpa kaitan dengan yang lainnya dan dapat menerapkan
rumus sederhana. Pemahaman relasional, termuat skema atau struktur
yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas,
dapat mengaitkan suatu konsep atau prinsip dengan konsep lainnya
dan sifat pemakaiannya lebih bermakna.
(Susanto, 2013: 211)
Siswa yang memiliki pemahaman instrumental baru berada pada taraf
knowing how dan tidak menyadari proses yang dilakukannya. Dalam hal ini
yaitu siswa hafal sesuatu secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada
perhitungan rutin/sederhana dan mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja.
Adapun pemahaman relasional dapat mengerjakan suatu peehitungan secara
17
sadar dan mengerti proses yang dilakukannya, yaitu siswa dapat mengaitkan
sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang
dilakukan.
Menurut Marpaung (Susanto, 2013: 193) menyatakan bahwa problem
dalam pembelajaran matematika adalah siswa sulit memahami pelajaran
matematika. Melihat kondisi yang seperti itu, perlu kiranya melakukan
pengembangan dan peningkatan mutu dalam pembelajaran matematika, yakni
pembelajaran yang mampu mengoptimalkan interaksi setiap elemen untuk
menumbuhkembangkan kemampuan berpikir. Upaya mengembangkan
kemampuan berpikir salah satunya dapat dilakukan dengan jalan membangun
pemahaman pada diri siswa. Membangun pemahaman pada setiap kegiatan
belajar matematika akan memperluas pengetahuan yang dimiliki. Semakin
luas pengetahuan tentang ide atau gagasan matematika yang dimiliki,
semakin bermanfaat dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi.
Dengan
pemahaman
diharapkan
tumbuh
kemampuan
siswa
untuk
18
sehari-hari. Untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkahlangkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut
ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep
matematika.
Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran
suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari
konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang
dicirikan dengan kata mengenal. Pembelajaran penanaman konsep dasar
merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif
siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam
kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan
dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.
Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.
Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan
kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan.
Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan dengan
pertemuan berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep.
Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan
pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.
Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan
bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep
19
matematika.
Seperti
halnya
pada
pemahaman
konsep,
pembinaan
dalam
matematika
mengembangkan
adalah
kemampuan
penalarannya.
untuk
Pemahaman
menjelaskan,
konsep
menerangkan,
yang
mempengaruhi
terjadinya
pemahaman
adalah
sistematisasi sajian materi, karena materi akan masuk ke otak jika masuknya
teratur. Selain itu, juga karena kejelasan dari materi yang disajikan. Sebagai
indikator bahwa siswa dapat dikatakan paham terhadap konsep matematika,
menurut Salimi dalam (Susanto 2013: 209) dapat dilihat dari kemampuan
siswa dalam beberapa hal, sebagai berikut :
20
perhitungan
sederhana,
menggunakan
simbol
untuk
21
22
Ranah
kognitif
pendidikan
adalah
perilaku-perilaku
yang
Pengetahuan (Knowledge)
Pemahaman (Comprehension)
Aplikasi (Application)
Analisis (Analysis)
23
5) Sintesis (Synthesis)
6) Evaluasi (Evaluation
(Nurfarikhin, 2010: 12-13)
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan untuk mengenali dan
mengingat
peristilahan,
definisi,
fakta-fakta,
gagasan,
pola,
urutan,
24
Kata kerja
Proses Kognitif
Opreasional
Menafsirkan
Mencontohkan
Mengklasifikasikan
Memahami
Merangkum
Menyimpulkan
Membandingkan
Menjelasan
Definisi
Mengubah satu bentuk gambaran
jadi bentuk lain.
Menemukan contoh atau ilustrasi
tentang konsep atau prinsip.
Menentukan sesuatu dalam satu
kategori.
Mengabstraksikan tema umum
atau poin.
Membuat kesimpulan yang logis
dan informasi yang diterima.
Menentukan hubungan antara dua
ide, dua objek dan semacamnya.
Membuat model sebab akibat
dalam sebuah sistem.
25
e.
26
27
28
29
30
31
J. Metodologi Penelitian
1. Setting Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2015/2016
selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei sampai bulan Juli 2016.
b. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Cangkingan
I Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu. Penentuan tempat
penelitian ini karena mempertimbangkan kemudahan kerja sama antara
peneliti, pihak sekolah, dan objek yang diteliti serta penghematan waktu
dan biaya karena lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti.
32
2. Subjek Penelitian
Seluruh subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
Cangkingan I pada tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah keseluruhan 50
siswa, terdiri dari 30 laki-laki dan 20 perempuan.
3. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kemampuan
menghitung penjumlahan pecahan siswa kelas III SD Negeri Cangkingan I
tahun ajaran 2015/ 2016. Data diperoleh dari berbagai sumber data. Sumber
data terdiri dari sumber data primer dan sekunder.
a.
b.
33
yang
dapat
menghasilkan
perubahan
kemampuan
penguasaan siswa.
b) Wawancara
Lembar wawancara dalam penelitian tindakan kelas ini
digunakan untuk mengetahui lebih jauh persepsi (komentar dan
kesan) dari guru dan siswa terhadap kegiatan pembelajaran
matematika melalui penerapan pendekatan realistik. Selain itu
lembar wawancara ini digunakan untuk memperoleh data tentang
kesulitan dan hambatan yang dialami siswa selama proses
34
35
36
Memeriksa
Di lapangan
Siklus 1
Perencanaan
Langkah/Tindakan 1
Langkah/Tindakan 2
Pelaksanaan Langkah/
Tindakan 1
Langkah/Tindakan 3
Observasi/Pengaruh
Revisi Perencanaan
Reconnaissance
Diskusi Kegagalan dan
Rencana Baru
Siklus 2
Langkah/Tindakan 1
Langkah/Tindakan 2
Langkah/Tindakan 3
Observasi/Pengaruh
Pelaksanaan
Langkah/
Tindakan
Reconnaissance
Revisi Perencanaan
Siklus 3
Langkah/Tindakan 1
Langkah/Tindakan 2
Langkah/Tindakan 3
Pelaksanaan
Observasi/Pengaruh
Langkah/
Reconnaissance
Diskusi Kegagalan dan
Tindakan
37
38
kecil. Setiap kotak diisi angka 1-9 yang urutannya sesuai dengan
selera masing-masing peserta didik.
5) Guru menuliskan soal secara acak dan peserta didik mendiskusikan
jawabannya secara berkelompok, kemudian menuliskannya didalam
kotak yang bernomor sesuai dengan nomor soal.
6) Guru menjelaskan kunci jawabannya, dan peserta didik menilai
jawaban mereka dengan memberi tanda () jika benar, dan tanda ()
jika salah pada angka dalam kotak sesuai nomor soal.
7) Kelompok yang telah mendapat 3 tanda () dan membentuk garis
vertikal, atau horizontal, atau diagonal harus berteriak hore atau yelyel lainnya.
8) Guru memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai
paling tinggi.
9) Guru memberikan penguatan tentang penjumlahan pecahan.
10) Guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan.
c. Tahap Pengamatan (observation)
Tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengamati
pelaksanaan
perbaikan
pembelajaran.
Pengamat
mengisi
lembar
39
40
Expert opinion yaitu pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuantemuan peneliti kepada pakar yang professional. Dalam hal ini peneliti
mengkonsultasikan temuannya kepada dosen pembimbing. Pembimbing akan
memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian, dengan memberikan arahan
terhadap masalah-masalah penelitian yang peneliti kemukakan sehingga dapat
dipertanggungjawabkan validasi data hasil penemuan penelitian. Expert opinion
dilakukan untuk mendapat masukkan yang berarti dalam kegiatan pengumpulan
data saat penelitian, bentuk ini dipilih untuk meningkatkan derajat kepercayaan
terhadap penelitian yang dilakukan.
L. Analisis Data
Analisis data ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Analisis Hasil Pengamatan
Untuk mendapatkan gambaran aktivitas siswa dan guru pada setiap
siklus pembelajaran matematika pada materi Penjumlahan Pecahan.
Diperoleh data-data hasil observasi terhadap aktivitas siswa dengan cara
menghitung presentasi aktivitas yang siswa yang muncul dalam kegiatan
mengajar (KBM) dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah aktivitas siswa yang muncul dalam KBM
x 100%
Skor maksimum aktivitas siswa
Sedangkan data-data yang diperoleh dari hasil obeservasi terhadap
aktivitas guru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran dianalisis
secara deskriptif dengan pendekatan kualitatif (Wahidin, 2015: 150).
41
III).
Cara
penghitungannya
menggunakan
beberapa
kriteria
berikut:
a. Ketuntasan Belajar secara Individu/Perorangan
Ketuntasan belajar secara individu dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus:
Skor yang diperoleh
KBI =
x 100%
Skor maksimum
42
x 100%
Banyaknya siswa
Ketuntasan
belajar
secara
klasikal
ini
digunakan
untuk
x 100%
Skor maksimum
43
materi
Penjumlahan
Pecahan,
diperoleh
dari
rata-rata
Tabel 2.1
Klasifikasi Kemampuan Siswa
Presentase
Klasifikasi
90 A 100
Sangat Baik
80 B 89
Baik
65 C 79
Sedang/Cukup
50 D 64
Kurang
0 E 50
Buruk