Anda di halaman 1dari 26

DR.

ANDA
Oleh:
Wisran Hadi

Di tengah pentas terletak sebuah meja tulis besar. Di atas meja terletak berbagai
perkalas; tape recorder beserta beberapa buah kaset, beberapa buah buku tebal, kertaskertas berisi berbagai tulisan, segelas air jeruk untuk penceramah, sebotol air putih dan
kipas angin.
Di sebelah kanan meja tulis ada sebuah meja untuk tempat slide projector beserta
slide-slidenya, lengkap dengan layar. Asisten I (penolong penceramah) duduk di kursi
mengganti-ganti slide selama ceramah berlangsung.
Di sebelah kiri meja tulis disediakan pula sebuah meja lain untuk meletakkan
overhead projector dan layarnya. Asisten II (penolong penceramah) duduk di kursi
bertugas mengganti-gantikan transparansi pada overhead selama ceramah berlangsung.
Pada bagian belakang meja tulis besar itu, dibentangkan layar putih (dari kertas
putih yang nanti akan ditembus kepala kerbau yang sangat besar) sehingga bayangan diri
penceramah dapat ditampung dengan sempurna. Layar putih itu nanti akan berganti-ganti
warna.
Sebelum ceramah dimulai, pada layar sebelah kanan (untuk slide projector)
terpampang lukisan Kepala karya pelukis Salvador Dali. Pada layar sebelah kiri (untuk
overhead projector) terpampang tulisan Ceramah Alamiah.
Penceramah yang kemudian disebut Dr.Anda (Dotoranda) adalah seorang
perempuan yang cantik, bersuara bersih dan sugestif. Di dadanya tergantung dua buah
kacamata yang berbeda-beda bentuknya. Dia memegang sebuah tongkat kecil untuk
penujuk gambar pada slide maupun pada overhead.
Sewaktu Dr. Anda datang, dia memandang ke arah ke dua-dua layar kemudian
meminum air jeruk yang ada di atas meja. Dengan cepat dia mengambil tape recorder dan
mengutak-atiknya. Setelah diutik-atik sedemikian rupa, tiba-tiba terdengar sebuah lagu
yang kocak. Dia terkejut. Beberapa saat disimaknya nyanyian itu, kemudian segera
mematikan tape recorder.

Ceramah dimulai

SLIDE I:
(Foto/gambar manusia seutuhnya)
DR.ANDA:
Saudara-saudara peserta ceramah yang saya hormati.
Tidak satupun teori yang dapat membantah bahwa manusia itu (menunjuk slide)
mempunyai kepala, kaki dan tangan.
TRANSPARANSI I:
(Gambar sebuah kepala, lalu diganti dengan gambar sebuah kelapa, lalu diganti lagi
dengan gambar seekor kera)
DR.ANDA:
Tugas kepala (menunjuk transparansi) hanya untuk mengangguk dan menggeleng,
mengiyakan atau menidakkan. Kepala apapun, tidak punya apa-apa untuk menerjang dan
menampar.
Sebagai sebuah kepala, tempatnya lebih tinggi dari yang lain. Bahkan dapat lebih tinggi
dari pohon kelapa, tergantung pada Eska atau Surat Ketetapan yang diberikan kepada
kepala itu.
Oleh karena kepala tidak punya anggota tubuh, seperti tangan dan kaki, kepala tetap akan
diam saja walau dipelintir seekor kera sekalipun.
TRANSPARANSI II:
(Gambar sebuah tangan, sebuah kaki dan sebuah kepala)
DR.ANDA:
Sedangkan yang ini (menunjuk gambar pada transparansi) adalah tangan. Tangan bertugas
mengantarkan makanan ke kepala. Tanganlah yang menyuapkan segala sesuatunya. Jadi,

kepala akan marah kalau tidak menerima suap. Selain itu, tangan ditugaskan pula menuding
ke sana ke mari untuk mencegah orang lain agar jangan menerima suap.
SLIDE II:
(Foto tangan menuding-nuding)
DR.ANDA:
Tangan sebagai tangan jelas tidak punya kepala sendiri. Akibatnya tangan tidak perlu punya
otak. Karena tidak ada tempat otak pada tangan. Sungguhpun begitu, tangan dapat lebih
dulu merasakan kenikmatan daripada kepala
SLIDE III:
(Foto punggung wanita cantik dibelai sebuah tangan)
DR.ANDA:
bila membelai kulit halus wanita cantik sebagaimana yang diinginkan kepala. Lalu ini,
TRANSPARANSI III:
(Kaki telanjang, kaki bersepatu, sepatu pakai pakubesi, kaki ayam)
DR.ANDA:
Ini kaki. Kaki bertugas berjalan ke sana ke mari. Menginjak apa saja yang diperintahkan
kepala. Sebagai penginjak aspal panas ataupun ranjau, kaki diberi pelindung, namanya
sepatu. Ini.
Jika kaki akan digunakan untuk menerjang biasanya telapak sepatu diberi paku besi ini.
Atau bila pergi main golf, juga hampir seperti ini. Tapi yang ini, tidak diberi sepatu,
namanya kaki ayam.
SLIDE IV:
(Foto lanskap sebuah kampung)

TRANSPARANSI IV:
(Gambar seorang guru tidak bersepatu dan gambar seorang Lurah juga tidak bersepatu)
DR.ANDA:
Di kampung-kampung seringkali kita jumpa hal semacam ini. Lihatlah. Seorang guru
sekolah dan seorang Lurah berkaki ayam. Naik tempat tidurpun mereka berkaki ayam.
Dalam perubahan sosial yang sedang berlangsung sekarang ini, ternyata, baik isteri guru
maupun isteri Lurah tidak memprotes suaminya atau tidak mau mengobati suaminya ke
doktrr kaki. Mereka lebih suka tidur seranjang dengan suami yang berkaki ayam.
TRANNSPARANSI V:
(Gambar mata tangan, mata kaki, mata kepala)
DR.ANDA:
Para kuliawan yang budiman.
Secara teoritis, kaki dan tangan punya mata sendiri-sendiri. Ini dan ini. Tapi mata tangan
dan mata kaki tidak dapat melihat sebagaimana mata kepala. Hanya mata kepala yang dapat
melihat hal-hal yang dekat dan yang jauh. Oleh karena kaki dan tangan tidak punya mata
sebagaimana mata kepala, tidak mungkin ditanyakan kepada kaki tangan segala sesuatu
yang terjadi di sekitarnya.
Secara teoritis, kaki tangan tidak punya pandangan. Kaki tangan hanya alat dan tidak
mungkin dapat berpikir. Jelas sekali, bahwa kaki tangan tidak punya otak. Karenanya,
jangan harapkan pikiran apa-apa dari kaki tangan siapapun.
Lain halnya dengan kaki tangan Belanda. Lihat.
SLIDE V:
(Foto seorang Belanda dengan jongosnya)
DR.ANDA:
Ini Belanda. Ini kaki tangannya. Jika kaki tangannya sebesar manusia, bisa dibayangkan
betapa besar kepala Belanda itu.
Yang jelas ada persamaan antara kaki tangan Belanda dengan kaki tangan kepala.
Perbedaan itu terletak pada cara mereka menyuap, menuding dan menginjak-injak.
4

Perbedaan yang prinsip adalah, kaki tangan Belanda punya peci dan celana, sedangkan kaki
tangan kepala tidak.
Dan, apakah kedua kaki tangan itu punya perasaan? Yang jelas kaki tangan Belanda dapat
mengungkapkan perasaannya melalui lagu-lagu ini. Inilah buktinya.
KASET I:
(Nyanyian berbahasa Belanda)
TRANSPARANSI VI:
(Not balok nyanyian itu)
SLIDE V:
(Foto pemusik)
SLIDE VI:
(Foto alat musik)
SLIDE VII:
(Foto seorang penyanyi)
DR.ANDA:
Para kuliawan yang penuh pengertian. Teori tentang kemanusiaan yang diterangkan ini,
tidak pernah disadari oleh orang, maupun orang-orang.
Menurut teori statistik, memang, terdapat perbedaan yang besar antara orang dengan orangorang. Dan menurut teori kedokteran, perbedaan itu terletak pada kemampuan berpikir.
Orang dapat berpikir, tetapi kalau sudah banyak, sudah disebut pikiran orang-orang, maka
pikiran orang-orang itu menjadi kacau dan semakin tidak jelas. Orang yang dapat berpikir
adalah makhluk hidup, sedangkan orang-orang adalah benda mati.
SLIDE VIII:
(Foto orang-orangan di tengah sawah)

TRANSPARANSI VII:
(Teks; Orang + orang + orang + orang = orang-orang)
DR. ANDA:
Sungguhpun orang-orang telah menjadi benda mati seperti ini, namun jika ditarik ke kiri
atau ke kanan, mereka akan dituduh sebagai ekstrim kiri atau ekstrim kanan. Tapi, jika tidak
ditarik-tarik sama sekali, mereka diam. Bila orang-orang diam, burung akan datang
memakan padi.
SLIDE IX:
(Foto burung-burung beterbangan)
DR.ANDA:
Jadi, jika orang-orang diam akan berakibat kelaparan, karena padi habis di makan burung.
Diamnya orang-orang itu, dalam teori politik modern disebut massa mengambang.
SLIDE X:
(Foto orang ramai berdiri di mana-mana)
TRANSPARANSI VIII:
(Gambar kayu yang diikat silangkan, rangka orang-orangan. Baju yang sobek-sobek.
Celana sobek)
DR.ANDA:
Orang-orang itu selalu menerima pemberian atau sumbangan berupa pakaian bekas. Sebab,
kalau tidak menerima sumbangan, pasti orang-orang itu tidak lebih dari dua potong kayu
yang diikatsilangkan.
Orang-orang itu juga punya kepala sendiri-sendiri, walaupun kepala mereka berasal dari
buah kelapa yang telah dilubangi tupai.
Orang-orang itu tidak punya tangan, namun baju yang disumbangkan kepada mereka
semuanya memakai lengan. Pakai celana walau tidak punya dua kaki.

Kelebihan orang-orang itu adalah, mereka kukuh berdiri di tempatnya, artinya pendirian
mereka sangat teguh.
(minum air jeruk sedikit dan tersenyum)
Selanjutnya, tentu harus dijawab pula pertanyaan berikut.
TRANSPARANSI IX:
(Gambar sebuah kepala dan tanda tanya. Kaki dan tangan serta tanda tanya. Orang dan
sebuah tanda tanya. Orang-orang dan sebuah tanda tanya)
DR.ANDA:
Siapakah kepala? Siapakah kaki tangan? Dan siapakah orang? Siapa pula orang-orang?
Menurut teori ini, orang berbeda dengan orang-orang, sebagaimana perbedaan antara kami
dan kita.
TRANSPARANSI X:
(Teks: Kita semua sehat - Kami semua sehat )
DR.ANDA:
Kita yang berada dalam ruangan ini adalah orang-orang. Tapi kami bukan kita. Kami,
terdiri dari saya, suami saya dan anak saya. Ini kami.
SLIDE XI:
(Foto Dr.Anda dengan keluarganya)
DR.ANDA:
Ini keluarga kami. Ini kami sekeluarga. Tidak mungkin saya katakan, ini keluarga kita.
Begitu juga jika saya katakan, kita semuanya sehat, artinya sayapun termasuk yang sehat.
Tapi jika saya katakan, kami semuanya sehat, tentu saja yang wajib berobat adalah orangorang yang sedang berada di sini.
TRANSPARANSI XI:
(Teks:

Susu kita

Susu kami Kami susu

Kita susu )

DR.ANDA:
Dengan membaca contoh pada layar ini, tentu para kuliawan akan semakin paham beda
antara kita dan kami. Nah, dalam studi teks, hal semacam ini sangat penting untuk
diperhatikan. Lihat teks berikut ini.
TRANSPARANSI XII:
(Teks: Kami bangsa Indonesia )
DR.ANDA:
Teks ini menjelaskan bahwa kami adalah bangsa Indonesia. Jadi, saya, suami saya dan anak
saya adalah bangsa Indonesia, karena yang mengucapkannya saya sendiri. Sebagai
konsekwensi logis, tentulah anda semua bukan bangsa Indonesia.
Begitu juga kalau teks ini dilanjutkan seperti berikut.
TRANSPARANSI XIII:
(Teks; Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia)
DR.ANDA:
Bukankah itu berarti, bahwa saya yang menyatakan kemerdekaan. Saya dengan suami dan
anak saya. Bukan kita yang mengucapkannya. Bukan para kuliawan sekalian, tapi jelas,
saya. Kami yang menyatakan kemerdekaan, bukan yang lain.
Yang jelas, yang ingin merdeka adalah kami, sedangkan para kuliawan sekalian tidak ingin
sama sekali.
(Menambah gelas jeruknya dengan air putih. Setelah direguknya, dia menyeringai karena
rasanya sudah hambar)
TRANSPARANSI XIV:
(Teks: Pemindahan kekuasaan dan lain-lain)
DR.ANDA;

Jika kata dan lain-lain dalam teks ini dicoba mengartikannya kembali, maka arti kata
dan lain-lain itu memang lain. Dalam sebuah pertemuan misalnya, protokol mengatakan
para undangan dan lain-lain -, berarti kata dan lain-lain itu adalah orang-orang.
SLIDE XII:
(Foto sebuah acara resmi dan seorang protokol berdiri di mimbar)
DR.ANDA:
Jadi, - dan lain-lain itu artinya adalah orang-orang. Sehingga dalam teks pemindahan
kekuasaan dan lain-lainnya tidak hanya kekuasaan itu saja yang dipindahkan, tetapi juga
termasuk orang-orang. Jika teks itu dilanjutkan, begini..
TRANSPARANSI XV:
(Teks: Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan.
Teks: ..pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan seksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya.)
DR.ANDA:
(Mengulang membaca teks)
Maka pemindahan kekuasaan harus dilakukan kepada kami. Kami menerima kekuasaan itu.
Dan para kuliawan sekalian yang dalam hal ini termasuk dalam kata dan lain-lain
sekaligus menjadi milik kami. Artinya, saudara semua harus takluk di bawah kekuasaan
kami.
(Minum air jeruk yang hambar dan menyeringai lebih buruk. Cahaya yang menyorotnya
berubah warna dan diapun berubah gaya bicara)
Tentang penambahan air putih ke dalam gelas jerukku ini, yang mengakibatkan aku
menyeringai karena rasanya sudah berubah menjadi hambar, ya karena itu tadi. Menurut
teori, penambahan air putih ke dalam gelas jerukku, menyebabkan terjadinya perubahan
rasa. Pemindahan rasa berarti perubahan pengertian. Begitu juga pemindahan kekuasaan
akan mengubah pengertian kekuasaan itu.
SLIDE XIII:

(Foto reklame mobil balap dengan gadis cantik)


DR. ANDA:
Jadi pengertian kata kekuasaan yang saudara pahamkan selama ini, jelas jauh berbeda
dengan, (melihat layar slide dan terkejut) Asisten! Ini foto apa? Apa hubungannya
kekuasaan dengan mobil balap? Hmm..! Ganti.
SLIDE XIV:
(Foto sebuah pertempuran)
DR.ANDA:
Jauh berbeda dengan pengertian kata kekuasaan yang telah dipindahkan kepada kami.
Karena itu pula tingkah laku pemegang kekuasaan akan berbeda pula. (Melihat ke layar
slide)

Asisten! Bagaimana ini! Foto pertempuran ini tidak ada hubungannya dengan

kekuasaan yang telah berubah arti. Ah! Ganti. Ganti. (foto berganti)
Nah, terjadinya perubahan tingkah laku kami, karena yang memegang kekuasaan itu adalah
kami, semua itu akibat dari terjadinya perubahan pengertian tadi.
Jadi, harus dipisahkan antara pengertian kata kekuasaan itu sendiri dengan kekuasaan yang
kami pegang. Artinya ini masalah kekuasaan pengertian.
Bagaimana? Kenapa diam semua? Tidak paham apa yang saya maksudkan? Teori-teori
yang mendekat pada filsafat memang agak membingungkan. Tapi hal itu sudah biasa. Itu
namanya multi disiplin.
Namun, jika masih bingung, kita ambil contoh lain. Kata Minangkabau misalnya.
TRANSPARANSI XVI:
(Teks: Minangkabau

Minang kabau)

DR.ANDA:
Minangkabau. Minang kabau. Nah, mana yang benar kedua tulisan ini? Pemisahan kata
Minang dengan kata kabau berarti Minang dan Kabau mempunyai pengertian yang
jauh berbeda.

10

TRANSPARANSI XVII:
(Teks: Minang = wilayah (daerah)

Kabau = kerbau (binatang)

DR.ANDA:
Minang adalah sebuah daerah sedangkan kerbau adalah kabau, binatang, yang dalam
bahasa Latin disebut Bos. Bos Bubalus.
SLIDE XV:
(Foto: Dua orang Minang berpakaian tradisi)
DR.ANDA:
Umumnya orang Minang sendiri menjadikannya satu kata saja Minangkabau -. Sehingga
sulit membedakan mana yang Minang dan mana yang Kabau.
Di dalam studi teks, jika mengatakan saya orang Minangkabau berarti saya berada
dalam wilayah kerbau.
SLIDE XVI:
(Foto pemandangan alam daerah Minangkabau)
TRANSPARANSI XVIII:
(Peta daerah Sumatera Barat)

DR.ANDA:
Pastilah kerbau akan marah jika ada orang yang bermukim di wilayahnya. Tentu saja
kerbau menanduk-nanduk orang itu.
SLIDE XVII:
(Foto seorang lelaki ditanduk kerbau)

11

DR.ANDA:
Maka ditanduknyalah orang Minang. Mereka yang tidak tahan ditanduk kerbau setiap hari,
terpaksa pergi ke negeri lain, merantau. Jadi salah satu sebab kenapa orang Minang pergi
merantau adalah karena tidak tahan ditanduk kerbau.
SLIDE XVIII:
(Foto: Orang naik kapal terbang)
SLIDE XIX:
(Foto: Orang-orang naik bus)
DR.ANDA:
Sebenarnya hal itu adalah konsekwensi logis tinggal dalam wilayah kerbau. Barangkali hal
ini perlu ditambahkan lagi oleh pada peneliti ilmu-ilmu sosial, sebab-sebab dari orang
Minang pergi merantau.
SLIDE XX:
(Foto: Kapal, pesawat udara, bendi)
DR.ANDA:
Dan bagaimana orang itu meratap menahan kesakitan ditanduk kerbau setiap hari, ini bukti
ratapannya.

KASET II:
(Nyanyian; Saluang jo dendang)
SLIDE XXI:
(Foto: Pendendang dan tukang saluang)
TRANSPARANSI XIX:

12

(Skema daerah rantau orang Minangkabau)


DR.ANDA:
Kuliawan yang budiman. Banyak kasus terjadi dalam masalah Minang dan kabau.
Pendekatan terhadap kasus-kasus itu sengaja saya memakai teori lain. Teori itu adalah,
KASET III:
(Suara)
Metode pendekatan yang mungkin sesuai dalam mendekati kasus-kasus yang terjadi dalam
masyarakat Afrika Tengah dan masyarakat pedalaman Eskimo adalah metode pendekatan
mendekat, artinya, mendekati sedekat-dekatnya. Pendekatan ini dalam dunia politik disebut
pendekatan melekat -. Metode ini sangat muda sekali, semacam sinkretisme dari teoriteori alami yang tidak sesuai dengan tujuan nasional, terutama dalam mencari terobosan
teori yang benar-benar teori milik kita sendiri. Teori demikian ditujukan dalam rangka
memasyarakatkan teori dan menteorikan masyarakat, sebagaimana tindak lanjut yang
berkesinambungan menteorikan teori-teori dalam era menciptakan teori milik pribumi.
Teori ini berpunca dari dua orang ahli, beliau adalah Profesor profesi dan Profesor
profesional.
Dalam perkembangannya, teori ini telah jauh menyimpang dari teori-teori grounded
research, underground approach maupun under estimate, dengan merangkum berbagai
aspek linguistik romantik dan pragmatik surrealistik. Secara harfiah, teori ini mendekat
pada falsafah yang manusiawi, dengan tidak menghilangkan nilai-nilai kodrati yang secara
psycho-matematis punya simptom-simptom Illahiat.
Oleh karena itu adagium tradisional manusia adalah khalifah Allah di muka bumi
merupakan pengejawantahan dari candra di muka maupun candra kirana. Hal ini berarti
bahwa aspek-aspek amar makruf nahi mungkar harus punya konsistensi yang tidak absurd,
sehingga eksistensi ego dapat wujud secara berkesinambungan menjadi sosok yang
duniawi, yang taksa, artinya sebagai sebuah realita yang tabloit.
DR.ANDA:

13

Bagaimana kuliawan? Saudara-saudara sekalian? Bingung? Memang, teori-teori semata


memang selalu membingungkan kita.
KASET IV:
(Suara ahli teori tadi)
Kendala yang dihadapi teori ini adalah, adanya dominasi bunyi dan pengertian pada setiap
kata yang ducapkan secara emosional. Umumnya masyarakat Afrika Tengah, Timur Tengah
dan Koto Tangah, masyarakat Aborigin Timur Laut, kampung asal Rifai Marlaut sangat
memahami pengertian yang simbolistik itu yang telah kehilangan pragmatisme. Oleh
karena itu, teori yang agak relevan dengan masyarakat Minangkabau adalah dengan
memasukkan aspek-aspek dari teori pasca dialektika arobatik.
DR.ANDA:
Para kuliawan. Berdasarkan teori yang saya kutip tadi, akan dicoba menerapkannya dengan
melihat satu persatu, kasus perkasus, terutama yang menyangkut pepatah-petitih yang ada
dalam masyarakat Minangkabau itu sendiri.
Lihat dan pahami ungkapan ini.
TRANSPARANSI XX:
(Teks: Anak dipangku Kemenakan dibimbing Orang kampung dipertenggangkan )

DR.ANDA:
Ini sebuah

contoh.

Anak

dipangku

kemenakan

dibimbing,

orang

kampung

dipertenggangkan. Nah, jika pemahaman terhadap pepatah-petitih ini dilakukan dengan


teori-teori seperti yang diuraikan tadi, maka visualisasinya adalah seperti gambar berikut.
SLIDE XXII:
(Foto: Tiga orang gadis dirangkul oleh seorang lelaki)

14

DR.ANDA:
Nah kebetulan, anak, kemenakan dan orang kampung itu semuanya cewek. Tentulah ini
harus dirangkul dalam waktu yang sama. Sebagai sebuah foto memang kurang susila, tapi
sesuai dengan hasil dari pendekatan teori ini, ya kan?
TRANSPARANSI XXI:
(Gambar KARIKATUR; Seorang lelaki membungkuk dan seorang lelaki lain mengayunkan
cangkul ke punggungnya. Teks: Berladang di punggung kawan)
DR.ANDA:
Contoh berikutnya. Berladang di punggung kawan. Tindakan kriminil yang tidak dapat
dijangkau oleh tangan penegak hukum manapun. Bayangkan saja kalau kawannya ini
berladang dengan mesin traktor!
TRANSPARANSI XXII:
(Gambar KARIKATUR: Sebuah bibir dan serumpun tebu di atasnya. Teks: Bertanam tebu
di bibir)
DR.ANDA:
Nah, bagaimana kuliawan? Ada alternatif lain?
TRANSPARANSI XXIII:
(Teks: Anak bin Cacak. Anak bin Cacau )
SLIDE XXIII:
(Foto sepasang muda mudi berciuman )
DR.ANDA:
Yang laki-laki adalah anak bin cacak. Yang perempuan anak bin cacau.
Para kuliawan yang budiman. Karena terjadi penyimpangan yang begitu jauh akibat
pendekatan teori ini, terutama dalam memahami dan visualisasi dari pemahaman itu, orang

15

Minangkabau menjadi kurang suka dengan teori-teori. Dari satu sisi, mereka nampaknya
lebih suka pada hal-hal yang non-ilmiah atau sesuatu yang tidak logis. Itulah sebabnya di
Sumatera Barat tidak mau orang mendirikan fakultas filsafat. Mereka lebih menyukai
dongeng-dongeng. Menurut ahli sejarah, kecenderungan demikian adalah kecenderungan
anti sejarah dan dapat dianggap dalam dunia keilmuan sebagai tindakan kriminil.
SLIDE XXIV:
(Foto seekor kuda)
SLIDE XXV:
(Foto seekor kerbau)
SLIDE XXVI;
(Foto seekor ayam)
DR.ANDA:
Menurut dongeng orang Minangkabau itu, binatang seperti kuda, kerbau dan ayam adalah
binatang yang ikut ambil bagian dalam menentukan sejarah dan asal muasal negerinya.
Gumarang, Binuang, Kinantan, begitu nama-nama tokoh binatang ini dalam sejarah. Tetapi
sejarawan tidak sepakat untuk mengatakannya sebagai sejarah binatang. Nah, di sinilah
timbulnya dikotomi antara para sejarawan dengan kepala suku di Minangkabau.
Akan tetapi, dalam sebuah kasus lain, terbukti bahwa manusia punya hubungan dengan
binatang. Bahkan kedua-dua elemen itu satu sama lain sama pentingnya, satu sama lain
seperti dua sisi mata uang.
KASET IV:
(Lagu tradisi Minangkabau yang meriah)
DR.ANDA:

16

Di Minangkabau, kepala suku atau penghulu mempunyai kedudukan yang sangat penting,
bahkan hampir-hampir sama dengan kedudukan raja-raja kecil, walau semua penghulu itu
membantah bahwa kewenangan mereka sama dengan kewenangan seorang raja.
SLIDE XXVII:
(Foto para penghulu)
DR.ANDA:
Karena pentingnya, upacara pengangkatan seorang penghulu selalu besar, sangat meriah
walau biayanya sangat mahal.
SLIDE XXVIII:
(Foto sebuah upacara adat)
DR.ANDA:
Salah satu keharusan dalam upacara itu adalah memotong seekor kerbau. Artinya, jika tidak
ada kerbau yang dipotong, maka pengangkatan penghulu bisa dianggap tidak sah dan
mungkin sekali terpaksa ditangguhkan sampai adanya seekor kerbau.
SLIDE XXIX:
(Foto: Seekor kerbau disembelih)

TRANSPARANSI XXIV:
(Teks: Dagiang dilapah Darah dikacau Tanduak ditanam)
DR.ANDA:
Inilah adagium adatnya yang mengharuskan mereka memotong kerbau. Dalam kaitannya
dengan studi teks dan didukung oleh teori-teori tadi, ternyata ketentuan itu tidak secara
jelas menyuruh mereka untuk memotong ekrbau. Tapi harus ada sesuatu yang bertanduk,
agar tanduk itu dapat ditanam atau dikuburkan. Nah, ternyata yang bertanduk itu di
Minangkabau tidak hanya kerbau, tetapi juga perempuannya, rumah gadangnya.

17

SLIDE XXX:
(Foto: Wanita Minang berpakaian tekuluk tanduk)
DR.ANDA:
Menurut teori, perempuan ini pun punya hak untuk disembelih. Hal semacam inilah yang
menjadi sengketa kakak beradik, antara Mas Gul dengan Elkam. Sebuah kasus menarik
untuk bahan studi lanjutan.
Untuk melengkapi data, saya akan putarkan rekaman dari pertengkaran itu.
KASET V:
(Lagu tradisi Minangkabau)
TRANSPARANSI XXV:
(Teks: Data 103. Rekaman 47. SENGKETA KERBAU Antara Mas Gul dengan Elkam.
Lokasi: Di Lurah tak berangin. Waktu: Ketika Gunung Merapi sebesar telor itik.
SLIDE XXXI:
(Foto seekor itik dengan telornya)
SLIDE XXXII:
(Foto: Pemandangan alam sekitar Gunung Merapi)
SLIDE XXXIII:
(Foto: Pemandangan Ngarai)
SLIDE XXXIV:
(Foto: Seekor kerbau bunting)
DR.ANDA:
(Minum air putih. Cahaya berubah warna menyorotnya. Suara musik dan Slide serta
Transparansi menghilang)
Para Kuliawan. Nah, marilah kita pasangkan teori yang telah diterangkan tadi pada kasus
yang akan dikemukakan ini.
Nah, kita mulai.
SLIDE XXXV:
(Seorang perempuan; Elkam namanya, sedang bicara)
TRANSPARANSI XXVI:
(Teks dialog Elkam)
KASET VI:
(Suara Elkam sesuai dengan dengan teks)
Jangan karena hanya ingin jadi penghulu kerbauku dikorbankan. Berkali-kali kukatakan,
kerbauku lagi bunting. Kalau kerbau bunting dipotong untuk acara pengangkatan seorang
18

pengulu, berarti seorang penghulu telah membunuh dua ekor kerbau sekaligus. Itu tidak
sesuai dengan aturan adat. Bukankah seorang penghulu hanya boleh memotong seekor
kerbau saja?
SLIDE XXXVI:
(Foto seorang laki-laki; Mas Gul namanya, sedang bicara)
TRANSPARANSI XXVII:
(Teks dialog Mas Gul)
KASET VII:
(Suara Mas Gul sesuai dengan teks)
Elkam, adikku. Kalau ada kerbau lain yang dapat disembelih, tentu tidak perlu kerbau
buntingmu itu bagiku. Kau kan tahu, semua kerbau telah habis dipotong setiap acara
pengangkatan penghulu. Coba pikir Elkam. Mana yang penting bagi kita saat ini, kerbau
atau penghulu?
SLIDE XXXVII:
(Foto Elkam sedang bicara)
TRANSPARANSI XXVII:
(Teks dialog Elkam)
KASET VIII:
(Suara Elkam sesuai dengan teks)
Saat ini bagiku yang penting adalah kerbau. Bila kerbauku dipotong maka habislah semua
kerbau di negeri ini. Mas Gul, abangku yang akan jadi penghulu, tega kau jika di
Minangkabau ini tidak ada lagi seekor kerbau pun?
SLIDE XXXVIII:
(Foto Mas Gul sedang bicara)
TRANSPARANSI XXVIII:
(Teks dialog Mas Gul)
KASET IX:
(Suara Mas Gul sesuai dengan teks)
Ingat El. Lurah, camat, bupati, sudah setuju aku jadi penghulu! Kau kira aku mau jadi
penghulu untuk mengikuti mode atau ikut-ikutan saja? Atau hanya untuk dikatakan sebagai
orang Minang yang beradat? O, no. No! No way! Jauh dari itu. Jauh.
Kau tahu kenapa aku mau jadi penghulu? Bukan untuk memusnahkan kerbau yang ada di
Minangkabau ini. Aku hidup di rantau. Aku harus dapat sejajar dengan semua bangsawan

19

atau anak-anak raja yang ada di sana. Ini masalah bisnis, Elkam. Bisnis! Kau tahu bisnis,
kan?
SLIDE XXXIX:
(Foto Elkam sedang bicara)
TRANSPARANSI XXX:
(Teks dialog Elkam)
KASET X:
(Suara Elkam sesuai dengan teks)
Kalau Mas Gul mau jadi penghulu silahkan jadi penghulu. Jika perlu lebih banyak
penghulu dari kemenakan akan semakin lebih sempurna kekacauannya. Tapi buat apa
kepenghuluanmu digantungkan pada kerbau buntingku?
Inilah risiko yang tidak pernah dipikirkan, kalau pengangkatan seorang penghulu harus
memotong seekor kerbau. Mestinya aturan adat demikian harus punya kebijaksanaan.
Misalnya mengganti kerbau dengan kambing, atau kuda.
SLIDE XXXX:
(Foto Mas Gul marah)
TRANSPARANSI XXXI:
(Teks dialog Mas Gul)
KASET X:
(Suara Mas Gul sesuai dengan teks)
Kenapa tidak kau katakan saja sekali ayam hutan, ikan paus, gajah! Uh! Elkam, Elkam.
Apa kau mau mengganti kata Minangkabau dengan Minangkabau, Minangayam,
Minangkuda, Minangikan! Ingat El. Adat kita sangat kuat. Siapa yang kuat dialah yang
akan menang. Sudah banyak pemberontakan muncul di negeri ini, tapi setiap
pemberontakan bersenjata selalu dapat dikalahkan.
Elkam. Sekali lagi kutekankan. Bunting atau tidak buntingnya kerbaumu itu, semuanya
tentulah risiko dari kumpul kebo. Bagaimanapun juga kacaunya pengertian, bahasa, maknamakna, aku tetap harus jadi penghulu.
SLIDE XXXXI:
(Foto Elkam marah)

20

TRANSPARANSI XXXI:
(Teks dialog Elkam)
KASET XI:
(Suara Elkam sesuai dengan teks)
Mas Gul silahkan masgul! Aku mempertahankan hak kenapa dituduh memberontak! Coba
bayangkan Mas Gul. Apa lagi yang dapat diwariskan Minangkabau ini kelak, selain kerbau
buntingku itu? Ah, sebaiknya pengangkatakanmu jadi penghulu ditunda sampai kerbauku
melahirkan anaknya.
SLIDE XXXXII:
(Foto Mas Gul benar-benar masgul)
TRANSPARANSI XXXII:
(Teks dialog Mas Gul)
KASET XII:
(Suara Mas Gul sesuai dengan teks)
Apa? Ditunda? Aku harus menunggu seekor kerbau melahirkan anaknya baru aku bisa
diangkat tadi penghulu? Uh! Elkam. Betapa lucunya. Bahkan memalukan. Penghulu apa
aku jadinya kelak? Penghulu ker, (tape recorder rusak)
TRANSPARANSI XXXIII:
(Lanjutan teks dialog Mas Gul)
bau? Begitu maumu? Kau benar-benar kerbau!
SLIDE XXXXIII:
(Elkam marah sekali)
TRANSPARANSI XXXIV:
(Teks dialog Elkam)
Kau katakan aku kerbau? Uh! Kalau adiknya kerbau, kakaknya juga kerbau, tahu!
SLIDE XXXXIV:
(Mas Gul marah sekali)
DR.ANDA:
(Menyadari tape recodernya rusak dan segera mengutak atiknya. Sementara teks dan slide
terus berganti)

21

TRANSPARANSI XXXV:
(Lanjutan teks dialog Mas Gul)
Yang kerbau itu, kau! Kau, Elkam! Kerbau betina bunting!
SLIDE XXXXV:
(Elkam naik pitam)
TRANSPARANSI XXXIV:
(Teks dialog Elkam)
Diam kau, kakak kerbau bunting!!
SLIDE XXXXVI:
(Mas Gul melonjak karena marah)
TRANSPARANSI XXXVII:
(Teks dialog Mas Gul)
Ker, kabau, ka
Kabauuuuu uuuuuuuu !
DR.ANDA:
(Terus mengutak-atik tape recorder yang masih belum mau bekerja)
Para kuliawan. Dari tayangan tadi, secara dialektik, tentulah kerbau lebih penting daripada
penghulu. Tapi karena kita tetap menghormati penghulu sebagai manusia dan tidak
mungkin binatang lebih penting dari manusia, maka kita terpaksa mengatakan bahwa
penghulu lebih penting.
Dalam situasi semacam ini, tentulah yang menjadi persoalan adalah; siapakah yang
memerlukan kerbau? Calon penghulu jelas memerlukannya. Tapi apakah kerbau juga
memerlukan penghulu?
Dan lagi, (terkejut karena tiba-tiba tape recorder bekerja kembali dengan mengeluarkan
suara yang keras sekali)
KASET XIII:
(Suara Elkam meratap dalam dendang)
Simantuang di parik putuih
Jarajak di tanah taban
Kamano punai manggapai lai
Tampek bagantuang nan lah putuih
Tampek bapijak nan lah taban
Ka mano denai manggapai lai.
SLIDE XXXXVII:
(Mas Gul membujuk Elkam yang sedang menangis)

22

TRANSPARANSI XXXVII:
(Teks dialog Mas Gul sesuai dengan teks)
KASET XIV:
(Suara Mas Gul)
El. El. Elkam. Eeeelkaaaaam. Apa yang kau ratapi, ha!
KASET XV:
(Suara Elkam)
Kerbau. Kerbauku. Kerbauku mati.
KASET XVI:
(Suara Mas Gul)
Apa kubilang! Kerbau itu mati! Mati sudah! Waktuku sangat mendesak sekali untuk jadi
penghulu. Anak kerbau itu lahir apa tidak?
KASET XVII:
(Suara Elkam)
Selamat! Selamat. Jantan!
KASET XVIII:
(Suara Mas Gul)
Ya sudah. Potong saja!
KASET XV:
(Suara Elkam)
Apa? Anak kerbau yang baru lahir itu akan dipotong untuk acara pengangkatanmu menjadi
penghulu? Mas Gul. Kerbau itu masih di bawah umur. Hanya mereka yang di bawah umur
pula yang jadi penghulu boleh memotong kerbau di bawah umur.
Tapi untuk Mas Gul tidak. Tidak Mas. Tanduknya saja belum ada, apanya yang mau
ditanam?
TRANSPARANSI XXXIX:
(Teks: Dagiang dilapah. Darah dikacau. Tanduk ditanam)
KASET XIV:
(Suara Mas Gul)
Kau mau mempertahankan adat atau tidak?
DR.ANDA:
(Mengutak-atik tape recordernya yang rusak lagi. Sementara transparansi dan slide
kembali normal)
SLIDE XXXXVIII:
(Foto: Mas Gul mengayun parang)

23

TRANSPARANSI XXXX:
(Teks dialog Mas Gul: Kalau tidak ada kerbau yang dapat dipotong, kau sendiri yang
harus kusembelih!)
SLIDE XXXXIX:
(Foto: Elkam lari ketakutan)
TRANSPARANSI XXXXI:
(Teks dialog Elkam: Adat yang adat Mas Gul. Tapi yang masuk akal)
SLIDE XXXXX:
(Foto: Mas Gul mengejar Elkam)
TRANSPARANSI XXXXII:
(Teks dialog Mas Gul: Ini masalah bisnis! Bisnis!)
SLIDE XXXXXI:
(Foto: Elkam berada di atas bukit)
TRANSPARANSI XXXXIII:
(Teks dialog Elkam: Hubungan bisnis apa yang telah terjadi antara penghulu dengan
kerbau?)
DR.ANDA:
(Kesal sekali dan terus mengutak-atik tape recordernya)
Hubungan apa yang telah terjadi antara penghulu dengan kerbau? Huh! Alat inipun sudah
jadi kerbau!
(Tiba-tiba tape recorder bekerja kembali dan mengeluarkan suara yang keras)
KASET XXI:
(Suara yang keras) Kerbau!
SLIDE XXXXXII:
(Foto close up; Kepala Kerbau)
KASET XXII:
(Nyanyian yang lucu dan menyindir)
DR.ANDA:
(Memperkecil volume suara tape recorder)
Jadi, menurut teori ini, jelaslah bahwa manusia itu mempunya kepala, kaki dan tangan.
Tugas kepala,
(Heran melihat kerbau masih terpampang pada layar) Kerbau? O, jadi, bukan manusia?
Asisten! Asisten! Matikan kerbau!
(Sementara tadi dia bicara, transparansi terus diganti secara otomatis)

24

TRANSPARANSI XXXXIII:
(Angka: 5)
TRANSPARANSI XXXXIV:
(Angka: 4)
TRANSPARANSI XXXXVI:
(Angka: 3)
TRANSPARANSI XXXXVII:
(Angka: 2)
TRANSPARANSI XXXXVIII:
(Angka: 1)
TRANSPARANSI XXXXIX:
(Teks: Kerbau Keramat)
ASISTEN II:
(Terkejut karena ada transparansi lain masuk)
Waw! Ada tulisan lain!
SLIDE XXXXXV:
(Foto Kepala Kerbau yang sangat besar)
ASISTEN I:
Wah. Wah! Ada kepala kerbau lebih besar.
DR.ANDA:
(Ikut membantu Asisten I mematikan slide)
Ah, kenapa kerbau itu tidak mau mati, ha!
ASISTEN I:
Mungkin, kerbau keramat!
DR.ANDA:
Husy! Sekarang kita sedang ceramah ilmiah!
ASISTEN II:
Kerbau keramat! (Lari ketakutan)
ASISTEN I:
Pasti! (Lari ketakutan mengikuti Asisten II)
25

DR.ANDA:
(Bingung. Berganti-ganti dipandangi gambar kerbau dan tulisan itu. Makin lama diapun
mulai takut. Tiba-tiba dari tape recorder, terdengar suara lenguh kerbau yang keras dan
menakutkan.)
Jadi, ja, di, par, para, kuli, kuli, ku, li, awan (melirik gambar kerbau penuh ketakutan)
Ker, ker, kerbau (berusaha lari tapi kakinya kaku) Kerbau.
Ker, ker, keram, keram, keramat. Keramaaaaaat
(Lari ketakutan ke luar)
Tiba-tiba pada layar bagian belakang, muncul gambar kepala kerbau lebih besar.
Makin lama makin besar, makin besar. Dengan suara tape recorder yang kuat sekali,
sebuah kepala kerbau yang teramat besar merobek layar belakang dan langsung menatap
kita dengan garangnya.
- tamat Padang, 1989.

26

Anda mungkin juga menyukai