Anda di halaman 1dari 4

Judul Buku : Critical Eleven

Penulis : Ika Natassa


Editor : Rosi L Simamora
Desain sampul: Ika Natassa
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan pertama : Juli 2015
Tebal : 344 halaman
ISBN : 978-602-031892-9
Harga : Rp 79.000,00

Rasa Manis dalam Percintaan yang Pahit


Ale dan Anya. Aldebaran Risjad, Tanya Baskoro. Ale suka toko buku karena
heterogenitasnya, Anya suka bandara karena menganggapnya sebagai tempat paling bertujuan
di dunia. Ale seorang petroleum engineer, Anya seorang management consultant. Ale yang
serius dan cool, Anya yang fun namun cerdas. Mereka bertemu secara tidak sengaja dalam
sebuah penerbangan menuju Sydney, saling menemukan ketertarikan dan berpisah begitu saja.
Demikian beberapa hal yang saya dapatkan setelah membaca sebuah cerpen karya Ika Natassa
dalam buku kumpulan cerpen berjudul Autumn Once More. Cerpen yang menarik namun
sayang ceritanya menggantung. Baru beberapa tahun kemudian, Ika mengumumkan bahwa
dirinya akan membuat versi novel dari cerpen Critical Eleven. Sebagai pembaca yang
penasaran, jelas saya menunggu-nunggu kabar ini. Ditambah lagi, Ika yang dengan sangat telaten
menyuguhkan teaser di media sosial membuat para pembaca semakin penasaran.
Cetakan pertama buku ini merupakan limited edition. Hanya ada 1.111 buku dengan
tanda tangan dan bonus luggage tag. Ironisnya, pre-order 1.111 buku itu ludes hanya dalam
waktu 11 menit dan saya tidak kebagian. Akhirnya saya harus menunggu rilisnya Critical
Eleven di took buku pada bulan Agustus 2015. Animo masyarakat nampak cukup besar
terhadap kehadiran Critical Eleven, terlihat pada minggu ke-3 perilisan penerbit sudah
melakukan cetak ulang yang ke-6.

Novel ini bercerita tentang Ale dan Anya, yang akhirnya memustuskan untuk menikah
dan melakukan hubungan jarak jauh. Jakarta - lepas pantai Teluk Meksiko. Awalnya semua
terasa indah, sampai pada suatu titik semuanya berubah. Kehidupan mereka tidak berjalan
sebagaimana mestinya semenjak kejadian itu. Anya berubah menjadi dingin dan selalu
menganggap Ale salah. Ale tidak diam begitu saja, ia melakukan segala macam cara agar Anya
mau menerimanya lagi. Kisah drama yang tidak menye, namun membuat hati sesak.
Saya sudah membaca beberapa karya Ika sebelumnya. Cerdas, lugas, santai dan juga
berkelas. Begitu juga dengan Critical Eleven. Gaya bahasanya mirip dengan pendahulunya,
tentunya dengan campuran Bahasa Indonesia dan Inggris. Ika Natassa dengan sangat piawai
membawa pembaca masuk ke dalam cerita. Meskipun Critical Eleven memiliki alur yang maju
mundur, Ika tidak akan membuat kita bingung. Semuanya sangat rapi dan tersruktur. Pembaca
akan dibawa berputar-putar dalam ruang waktu Ale dan Anya dan diberikan kejutan di beberapa
bagian.
Dari segi penokohan, novel ini terfokus kepada Ale dan Anya, tidak banyak tokoh
pembantu. Ika juga menyajikan cerita dari dua sudut pandang, Ale dan Anya. Jadi, pembaca
dapat langsung merasakan apa yang tokoh rasakan. Jika anda pernah membaca novel Antalogi
Rasa karya Ika, anda akan bertemu lagi dengan tokoh Harris dan Keara disini. Selain itu tokoh
Beno, Alex dan Arga dari Twivortiare juga hadir dalam satu adegan. Critical Eleven
mungkin memang dijadikan Ika obat rindu bagi para pembaca setianya. Namun, saya melihat
bahwa tokoh Ale memiliki kemiripan dengan tokoh Beno dan Ruly yang ada di dalam karyakarya Ika terdahulu. Begitu juga Anya yang mirip dengan tokoh Keara dan Alex. Yang membuat
Ale dan Anya berbeda hanya profesi mereka, selebihnya Ika masih berada dalam satu zona yang
sama dengan karyanya terdahulu.
, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang mebuat kita jatuh cinta atau benci
kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya, kutipan ini diambil dari sinopsis yang
berada di cover bagian belakang. Selama membaca saya yakin bahwa apa yang dikatan dalam
kutipan tersebut benar-benar terjadi. Ale dan Anya membuat jatuh cinta dan benci. Aku jatuh
cinta sekali dengan Ale yang begitu menyayangi Anya, dengan perawakan yang digambarkan
sebagai laki-kali maskulin idaman semua wanita. Begitu juga Anya yang mempunyai caranya
sendiri untuk mencintai Ale walaupun kepercayaannya terhadap Ale mulai pudar. Perbuatan

bodoh Ale yang membuat bahtera rumah tangganya mogok dan sifat Anya yang lemah namun
keras kepala membuatku benci. Mengapa? Karena semua konflik bermunculan dari situ,
Meskipun Critical Eleven menceritakan sebuah hubungan rumah tangga, tidak menutup
kemungkinan untuk siapapun yang belum berumah tangga untuk membacanya. Malahan, novel
ini bisa membuka pandangan kita bahwa pernikahan bukanlah hanya tentang dua insan yang
saling cinta menyatukan hatinya, namun bagaimana dua orang dapat saling menerima dan
menjaga satu sama lain dalam keadaan apapun. Ika Natassa menyuguhkan cerita yang sama
sekali tidak membosankan. Pembaca bisa tersenyum, tertawa, marah, atau bahkan menangis
karena kita mau tidak mau akan terhanyut dalam emosi para tokoh. Ika sangat berhasil
memerankan dua sudut pandang sehingga emosi yang digambarkan juga akan kita rasakan.
Saya yakin sekali bahwa novel ini dibuat dengan riset yang begitu dalam oleh Ika.
Penggambaran tempat, kejadian, tokoh dibuat dengan sangat detail. Pembaca akan menjadi lebih
kaya lewat detail-detail yang akan membuat pembaca Oh, ternyata kayak gitu. Saya suka
sekali dengan cara Ika menggambarkan tempat karena ia dapat membuat pembaca
membayangkannya dengan sangat jelas. Bagaimana kondisi rig Ale di lepas pantai Teluk
Meksiko, suasana apartemen kecil mereka di New York, rumah Ale dan Anya bahkan sampai ke
kamar-kamarnya, atau penampakan tempat fotokopian saksi cinta mereka dan ketoprak Ciragil
favorit Ale.
Desain sampul Critical Eleven tampak menarik dengan lukisan pesawat berlatar
belakang biru karya Ika Natassa. Desain sampulnya berhubungan erat dengan judul novel karena
Critical Eleven merupakan 11 menit paling kritis dalam dunia penerbangan. Tiga menit pertama
saat take-off dan 8 menit saat landing. Namun, judul novel tidak begitu relevan dengan isi novel
dan hanya disinggung di bab 1 saja. Tapi apalah arti sebuah judul dan relevansinya, toh Ika sudah
memilih judul yang menarik dan dapat menarik minat pembaca.
Dari segi harga memang cukup lumayan mahal bila dibandingkan dengan novel bergenre
sama, Rp 79.000,00. Harga akan terbayar dengan kepuasan setelah membaca novel ini sampai
habis. Sampai saat ini, saya belum merasa kecewa atau menyesal sudah membeli novel terbaru
Ika ini. Intinya, novel ini merupakan salah satu karya terbaik Ika Natassa. Sayang sekali jika
anda melewatkan untuk membaca Critical Eleven. Happy Reading!

Kutipan Menarik dari novel Critical Eleven :


"Kalau memang benar-benar sayang dan cinta sama perempuan, jangan bilang rela mati buat dia.
Justru harus kuat hidup untuk dia. Rela mati sih gampang, dan bego."
"Istri itu seperti biji kopi sekelas Panama Geisha dan Ethiopian Yirgacheffe, Le. Kalau kita
sebagai suami -- yang membuat kopi -- memperlakukannya tidak tepat, rasa terbaiknya tidak
akan keluar. Aroma khasnya, rasa aslinya yang seharusnya tidak akan keluar, Le. Rasanya nggak
pas."
"Dengan kamu, aku sudah bakar jembatan, Nya. I've burned my bridges. There's no turning back.
There's only going forward, with you."
In marriage, when we win, we win big. But when we lost, we lost more than everything. We lost
ourselves, and there's nothing sadder than that.

Profil penulis resensi


Nama

: Maria Ajeng Rosari

Alamat rumah : Kota Wisata, Pesona Florence H6/22 Cibubur


Nomor telpon : 081212429929
Pendidikan

: Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Univesitas Padjajaran

Anda mungkin juga menyukai