Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
pohon per tahun. Untuk tanaman karet, 65-90 g urea, 40-65 g SP-36, dan 25-75 g
KCl, serta 15-25 g Kieserit per pohon per aplikasi. Untuk kelapa sawit, 0,9-2,2 kg
urea, 1,4-2,0 kg SP-36, dan 1,0-2,5 kg KCl, serta 0,6-1,5 kg kieserit per pohon
per aplikasi. Untuk lada, 50-600 g urea, 25-600 g SP-36, dan 25-600 g KCl, serta
50-200 g kieserit per pohon per aplikasi. Pada tanaman padi gogo dan jagung
dilakukan pengapuran 1 dan 2 t/ha masing-masing pada status kejenuhan Al
sedang dan tinggi. Sedangkan takaran kapur untuk tanaman kacang-cangan 1, 2,
dan 4 t/ha masing-masing pada status kejenuhan Al rendah, sedang, dan tinggi.
Takaran bahan organik tanah yaitu 2 dan 3 t/ha untuk tanaman padi gogo,
jagung, dan kacang-kacangan pada status hara rendah dan sedang. Teknik
konservasi tanah yang direkomendasikan adalah teras bangku pada kemiringan
lereng > 8%, dan teras gulud permanen pada kemiringan lereng 5-8%. Pada
teras bangku dan gulud dilengkapi tanaman penguat teras.
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai wilayah perbatasan daratan dengan Serawak dan
Sabah Malaysia, yaitu di bagian utara Pulau Kalimantan yang termasuk dalam
wilayah provinsi Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Ketimpangan
pengembangan wilayah antar negara di kawasan perbatasan tersebut,
mendorong semakin maraknya pembalakan dan penyelundupan kayu (illegal
logging), satwa yang dilindungi, dan semrawutnya pelintas batas. Oleh karena itu,
wilayah perbatasan tersebut perlu prioritas penanganan khusus, terutama di
bidang pembangunan pertanian.
Pengembangan komoditas pertanian di daerah perbatasan dapat bertujuan
ganda, yaitu selain meningkatkan taraf hidup penduduk setempat, juga berfungsi
mengimbangi pembangunan di negara tetangga Malaysia. Hal ini akan
mengurangi ketimpangan ekonomi dan pembangunan yang terjadi diantara
kedua bangsa. Kegiatan untuk mengatasi kerusakan hutan dan lingkungannya,
serta pembangunan berbagai sektor di kawasan perbatasan harus dilakukan
secara terintegrasi untuk meningkatkan ketahanan pangan dan keamanan
wilayah. Pelaksanaan pembangunan sektor pertanian yang terarah, dapat
mencapai hasil optimal, jika tersedia data dan informasi potensi sumberdaya
lahan yang akurat, yang diperoleh dari hasil kegiatan pemetaan dan evaluasi
lahan.
Identifikasi dan evaluasi potensi sumberdaya lahan di suatu wilayah,
merupakan kegiatan awal untuk menghasilkan data/informasi sumberdaya lahan
sebagai dasar dalam menentukan arah kebijakan pembangunan pertanian.
Potensi lahan untuk pengembangan suatu komoditas yang merupakan salah satu
usaha untuk mendapatkan produk pertanian yang berdaya saing tinggi, baik
150
151
152
hasil analisis tanah digunakan untuk pemantapan peta satuan lahan untuk
komoditas karet, kelapa sawit, kakao dan lada, serta tanaman pangan padi
sawah, gogo, dan jagung.
Status hara tanah ditetapkan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh
Balitanah (2007) dan kriteria penilaian sifat-sifat tanah (Puslit Tanah dan
Agroklimat, 1994).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan sebaran curah hujan pada wilayah penelitian dapat
dimasukan ke dalam 2 Zona Agroklimat (Oldeman, 1975), yaitu Zona A, pada
wilayah Entikong dengan bulan basah (> 200 mm) terjadi selama 10 bulan, yaitu
mulai bulan Agustus sampai Mei, dan bulan kering (<100 mm) terjadi selama satu
bulan yaitu bulan Juni dan Zona C-1, dengan bulan kering (<100 mm) sebanyak
satu bulan yaitu Agustus dan bulan basah (>200 mm) sebanyak 6 bulan yaitu
bulan Nopember Desember, Januari Maret April dan Mei. Sedangkan Klasifikasi
tipe hujan (Schmidt dan Ferguson, 1951), daerah penelitian tidak ada bulan
kering, rata-rata bulan lembab hanya satu bulan ( curah hujan 60 -100 mm), dan
rata-rata bulan basah (curah hujan >100 mm) mencapai 11 bulan, yang
menunjukan nilai Q = 10 %. Dengan demikian curah hujan daerah penelitian
tergolong dalam tipe A.
Kecamatan Entikong dan Sekayam mempunyai curah hujan cukup tinggi
yaitu 2,846-2.944 mm/tahun dengan hujan hampir merata sepanjang tahun,
daerah ini menunjukan hampir tidak mempunyai masalah kebutuhan air untuk
pengembangan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan.
Di daerah peneliltian terdapat banyak sungai, yaitu Sungai Kapuas, Sungai
Sekayam, Sungai Mengkiang, Sungai Kambing, dan Sungai Tayan melintasi
wilayah ini yang memungkinkan dibuat jaringan irigasi untuk pengembangan
tanaman pangan, khususnya padi sawah dan palawija. Pada saat ini di daerah
Pengadang sudah dibuat jaringan irigasi yang berfungsi selain untuk pengairan
tanaman padi dan jagung juga sebagai sarana mandi dan cuci warga sekitar
saluran tersebut
Landform dan Bentuk Wilayah
Analisis landform dilakukan melalui interpretasi landsat yang didukung peta
rupabumi skala 1:50.000 dan peta geologi, serta pengecekan lapang.
153
Uraian
Datar
Agak Datar
Berombak
Bergelombang
Berbukit Kecil
Berbukit
Bergunung
Escarpmen, pemukiman, tubuh air,
dan galian tambang
Luas Total
Lereng
03
2-3
38
8 15
15 - 25
25 - 40
>40
ha
677
25.102
43.082
36.978
31.654
21.501
11.881
%
0,39
14,51
24,90
21,37
18,29
12,43
6,87
2.158
1,25
173.033
100,00
Keadaan Tanah
Tanah yang terdapat di daerah penelitian, antara lain, Inceptisols, Ultisols,
dan Spodosols, ketiga ordo tersebut menurunkan 8 grup dan 11 subgrup seperti
disajikan pada Tabel 2. Sebagian besar tanah-tanah tersebut tergolong marginal,
namun dengan input dan teknologi dapat ditingkatkan kualitas dan potensinya.
Tanah di daerah upland umumnya terbentuk dari batuan sedimen batupasir dan
batuliat, yang miskin mineral primer sebagai sumber hara tanaman, sementara
hanya sedikit yang terbentuk dari bahan volkan. Di daerah lowland sepanjang
jalur aliran sungai dan pelembahan, tanah terbentuk dari endapan fluviatil yang
relatif potensial untuk pertanian.
Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor utama, yaitu: iklim,
bahan induk, topografi, vegetasi dan waktu. Kelima faktor tersebut saling
berinteraksi dan sebagai resultannya adalah adanya variasi sifat-sifat tanah.
Diantara kelima faktor tersebut, iklim, bahan induk dan topografi tampaknya lebih
berperan dalam proses pembentukan tanah.
154
Tabel 2.
Ordo
Inceptisols
Ultisols
Spodosols
Status
mg K2O/100 g tanah
Rendah
< 20
< 10
Sedang
20 40
10 20
Tinggi
> 40
> 20
155
Tabel 4.
Sifat Tanah
C (%)
N (%)
C/N
P2O5 HCl 25% (mg/100 gr)
P2O5 Bray I (ppm)
P2O5 Olsen (ppm)
K2O HCl 25% (mg/100 gr)
KTK (me/100 gr)
Susunan Kation:
- K (me/100 gr)
- Na (me/100 gr)
- Mg (me/100 gr)
- Ca (me/ 100 gr)
- Kejenuhan basa (%)
- Kejenuhan Al (%)
SR
<1,00
<0,10
<5
<10
<10
<10
<10
<5
R
S
T
1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00
0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75
5-10
11-15
16-25
10-20
21-40
41-60
10-15
16-25
26-35
10-25
26-45
46-60
10-20
21-40
41-60
5-16
17-24
25-40
<0,1
0,1-0,2
0,3-0,5
<0,1
0,1-0,3
0,4-0,7
<0,4
0,4-1,0
1,1-2,0
<2
2-5
6-10
<20
20-35
36-50
<10
10-20
21-30
Agak
Sangat
pH H2O
masam
masam masam
<4,5
4,5-5,5
5,6-6,5
Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994
0,6-1,0
0,8-1,0
2,1-8,0
11-20
51-70
31-60
netral
6,6-7,5
ST
>5,00
>0,75
>25
>60
>35
>60
>60
>40
>1,0
>1,0
>8,0
>20
>70
>60
Agak Al
alkalis kalis
7,6-8,5 >8,5
Hasil penilaian status hara tanah daerah penelitian (Tabel 5), menunjukkan
bahwa, umumnya mempunyai tingkat kesuburan tanah rendah. Hal ini dapat
dilihat dari status hara N, P, K, dan KTK tanah, sangat rendah sampai sedang,
serta kation (Ca dan Mg) tergolong sangat rendah. Hal ini memperlihatkan bahwa
secara umum tanah di daerah penelitian miskin hara, sehingga perlu
penambahan pupuk yang cukup tinggi dalam pengelolaannya, terutama pupuk N,
P, dan K. Selain itu, sifat tanah penting lainnya seperti reaksi (pH) tanah
tergolong masam, Kejenuhan Aluminium tinggi, dan C-organik sedang. Reaksi
tanah masam, dengan kejenuhan Al tinggi, merupakan kendala atau faktor
pembatas tanah, namun dapat diatasi dengan upaya pengapuran. Kondisi tanah
ini, akan mengakibatkan tanaman mengalami keracunan unsur mikro Al, Fe, dan
Mn.
Bahan organik tanah, tergolong sedang, sangat membantu dalam
memperbaiki kesuburan tanah. Bahan organik tanah selain menciptakan kondisi
yang sangat baik untuk perkembangan mikroorganisma tanah, sehingga sifat fisik
tanah menjadi semakin baik, juga mengakibatkan kondisi yang baik untuk
pelepasan-pelepasan hara dari larutan tanah untuk dimanfaatkan oleh tanaman.
156
Tabel 5.
Satuan
Lahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
C
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
R
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
N
S
S
S
R
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
R
R
R
S
R
R
R
R
S
S
R
S
S
S
R
S
R
S
S
S
P
R
R
R
S
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
Status hara
K
S
R
R
R
S
R
S
R
S
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
S
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
Ca, Mg
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
SR
KTK
R
R
R
SR
R
R
R
R
R
S
S
S
S
S
S
S
R
R
R
R
R
R
R
SR
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
Kej. Al
S
R
R
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
S
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
Rekomendasi Pemupukan
Komoditas tanaman yang rekomendasikan untuk dikembangkan di wilayah
perbatasan adalah tanaman semusim, yaitu padi sawah, padi gogo, jagung, dan
tanaman tahunan/perkebunan, adalah kakao, karet, kelapa sawit, dan lada.
Pemupukan didasarkan pada status hara tanah dari hasil analis contoh tanah
lapisan atas dan bawah dari profil pewakil di tiap-tiap satuan lahan (SL) di wilayah
penelitian. Pemberian bahan organik ditujukan untuk perbaikan fisika-kimia tanah,
157
dan pengapuran diberikan berdasarkan status kejenuhan Al. Disamping itu, untuk
tanaman perkebunan/tahunan juga dipertimbangkan umur tanaman. Takaran
pemupukan NPK, penambahan bahan organik dan pengapuran disajikan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Rekomendasi Pemupukan N, P, K, kapur dan bahan organik.
No.
Komoditas/
Jenis pupuk
Urea
SP-36 KCl
Kieserit
.kg/ha...
Status hara
1.
Padi sawah
Rendah
250
100
100
Sedang
200
75
50
Tinggi
2.
Padi gogo
Rendah
300
250
150
Sedang
200
175
100
Tinggi
3.
Jagung
Rendah
300
250
150
Sedang
200
175
100
Tinggi
4.
Kacang-kacangan
Rendah
75
300
125
Sedang
50
200
75
Tinggi
5.
Kakao
g/pohon/tahun
Umur 1 tahun
310
260
350
Umur 2 tahun
370
310
420
Umur 3 tahun
500
420
560
Umur 4 tahun
560
470
630
Umur 5 tahun
620
520
700
6.
Karet
g/pohon/aplikasi
TBM, 1 tahun
65
40
25
TBM, 2 tahun
65
65
30
TBM, 3 tahun
65
65
30
TBM, 4 tahun
85
65
35
TBM, 5 tahun
85
65
35
TM, 6-15 tahun
90
65
75
TM, > 15 tahun
75
50
65
7.
Kelapa sawit
Kg/pohon/aplikasi
TBM, 1 tahun
0,9
1,4
1,0
TBM, 2 tahun
1,5
1,7
2,8
TBM, 3 tahun
2,2
2,0
2,5
TM
2,2
2,0
2,5
8.
Lada
g/pohon/aplikasi
Umur < 1tahun
50
25
25
Umur 2 tahun
100
50
50
Umur 3 tahun
200
100
100
Umur 4 tahun
600
600
600
Keterangan: *) jerami hasil panen dikembalikan kembali ke
158
Kapur B. organik
...t/ha
-*)
-*)
1,0
2,0
2,0
3,0
1,0
2,0
2,0
3,0
2,0
2,0
4,0
3,0
kg/pohon/aplikasi
5
5
5
5
5
kg/pohon/aplikasi
15
5
20
5
25
5
25
5
25
5
20
5
20
5
kg/pohon/aplikasi
0.6
5
1,0
5
1,5
5
1,5
5
kg/pohon/aplikasi
0
5
50
5
50
5
200
5
lahan sawah.
159
160
adalah pupuk kandang dan brangkasan hasil panen. Pemberian jerami 5 t/ha
dapat menghemat pemakaian KCl sampai dengan 50 kg/ha. Sesbania
dibenamkan saat pengolahan tanah, biomasnya dapat mencapai 15 t/ha. Aplikasi
Azolla sp. 200 kg/ha dalam 25 hari dapat berkembang menjadi 20 t/ha dengan
kandungan N 40 kg/ha. Bibit Azolla sp. Disebar tiga minggu sebelum pengolahan
tanah yang telah tergenang air. Saat pengolahan tanah, Azolla sp tersebut
dibenamkan. Azolla sp dapat mensubsitusi 30% urea, 25% SP-36, dan 20% KCl.
Pupuk kandang 1-2 t/ha dapat diberikan langsung ke sawah dengan disebarkan 1
minggu sebelum pengolahan tanah.
Pada lahan kering, pupuk kandang dengan takaran 2 t/ha dan 3 t/ha
masing-masing pada status C-organik sedang dan rendah untuk tanaman jagung,
padi gogo, dan kacang-kacangan. Pupuk kandang untuk tanaman tahunan
dengan takaran 5 kg/pohon/aplikasi diberikan bersamaan dengan pemupukan 2
kali setahun. Jerami sisa panen dikembalikan ke lahan dapat sebagai mulsa atau
dicacah dan dimasukan kedalam tanah pada waktu pengolahan tanah.
Disamping pemupukan dan pemberian bahan organik, pengapuran
merupakan persyaratan penting untuk meningkatkan kesuburan tanah dan
produkivitas lahan kering, terutama untuk tanaman kacang-kacangan yang peka
terhadap kemasaan tanah. Pada tanah yang akan ditanami padi gogo dan jagung
pengapuran dilakukan dengan takaran 1, dan 2 ton masing-masing untuk status
kejenuhan Al sedang dan tinggi. Sedang pada tanah yang akan ditanami kacangkacangan pengapuran diaplikasikan dengan takaran 1, 2, dan 4 t/ha masingmasing untuk status kejenuhan Al rendah, sedang, dan tinggi.
Teknik Konservasi
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, hanya beberapa lokasi
yang telah menerapkan teknologi konservasi dengan membuat teras teras
bangku. Teknologi konservasi ini ditemukan pada kebun lada, tetapi lahan
tanaman pangan/palawija tidak ditemukan teknologi konservasi. Rekomendasi
teknik konservasi yang dapat diaplikasikan di wilayah penelitian di antaranya
dengan :
Penyempurnaan teras bangku
Teknik konservasi teras bangku diaplikasikan pada kemiringan lereng >8%.
Penyempuraan teras bangku dapat dilakukan dengan menanam tanaman
penguat teras. Rumput setaria dapat dipilih sebagai tanaman penguat bibir teras,
161
setiap jarak satu meter dalam barisan setaria, ditanam tanaman legum seperti
gamal (Gliricide). Untuk rujuan konservasi, lebih baik gamal ditanam dari biji
sehingga dapat membentuk system perakaran yang lebih kuat. Pada tampingan
ditanam rumput/tanaman yang sifatnya menjalar seperti rumput paspalum atau
legum seperti kakacangan (Arachis pintoi). Manfaat dari tanaman penguat teras
adalah: (1) membuat teras menjadi lebih stabil, (2) bertungsi sebagai filter
sedimen, (3) mendukung penyediaan pakan temak, dan (4) dengan berjalannya
waktu dapat memperbaiiki kondisi bidang olah yang miring keluar menjadi relatif
lebih datar.
Teras bangku juga harus dilengkapi dengan saluran teras, sehingga air
yang tidak meresap ke dalam tanah dapat mengalir secara lebih terkendali dan
selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan air (SPA).
Membuat gulud permanen
Teras gulud permanen diaplikasikan pada lahan dengan kemiringan lereng
5-8%. Agar gulud lebih efektif dalam mencegah erosi dan mengendalikan aliran
permukaan, maka setiap jarak tertentu (tergantung kemiringan lahan) satu gulud
(searah kontur) harus dibuat permanen. Seperti halnya teras bangku, gulud
tersebut harus dilengkapi tanaman penguat gulud dan saluran air. Gulud yang
sudah dilengkapi tanaman penguat saluran air sudah bisa dikategorikan sebagai
teras gulud.
KESIMPULAN
1.
2.
162
Status hara N, P dan K tanah berkisar dari rendah sampai sedang dengan
bahaya erosi karena lereng curam.
4.
5.
6.
163
DAFTAR PUSTAKA
Balittanah. 2002. Petunjuk teknis penyusunan peta satuan evaluasi lahan untuk
pewilayahan komoditas pertanian, skala 1:50.000, melalui analisis terrain.
LT No.2, Versi 1.0. Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Burt, R. (ed). 2004. Soil survey laboratory methods manual. Soil Surv. Invest.
Report No. 42, Vers. 4.0, Nov. 2004, USDA-NRCS.
FAO. 1990. Guidelines for soil profiles description. FAO - VN, Rome, Italy.
Marsoedi D.S., Widagdo, J. Dai, N. Suharta, S.W.P. Darul., S. Hardjowigeno, Jan
Hof, dan E. R. Jorden. 1997. Pedoman klasifikasi landform. Laporan Teknis
no.5 Versi 3. LREP II Project, CSAR, Bogor.
Oldeman, L. R. 1975. An Agroclimatic Map of Jawa and Madura. Contr. Centr.
Res. Ins. Agric. Bogor. No. 17. 22p+map.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1994. Survei dan Penelitian Tanah
Daerah Way Umpu Provinsi Lampung. Bagian Proyek Pengembangan
Lahan Tanaman Pangan. Ditjen Tanaman Pangan. Departemen Pertanian
(Tidak dipublikasikan).
Schmidt, F.H. and J. H. A. Ferguson. 1951. Rainfall Types Based on Wet and Dry
Period Ratios for Indonesia with Western New Guinea. Ver. 42. Djawatan
Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.
Soil Survey Staff. 2003. Keys to Soil Taxonomy. 9th edition. USDA Natural
Resources Conservation Service. Washington DC.
Soil Survey Division Staff. 1993. Soil Survey Manual. USDA Handbook no.436.
Washington DC.
Soekardi, M. 1994. Potensi sumberdaya lahan dan kegiatan evaluasinya di
kawasan timur Indonesia. Hal. 203-238 dalam Prosiding Temu Konsultasi
Sumberdaya Lahan untuk Pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Palu,
17-20 Januari 1994, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air, dan Pupuk. Penyunting B.H. Prasetyo, D. Santoso, dan L. R.
Widowati. 136 hal. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Steer, C. A., and B.F. Hajeek. 1979. Determination of map unit composition by
random selection of transect. Soil Sci. Soc. Am. J. 43: 156-160.
164
TANYA JAWAB
Pertanyaan Subowo, BPTP Yogjakarta:
1. Apakah rekomendasi pemupukan yang dilakukan di Kalimantan Barat
juga menggunakan rekomendasi dari Malaysia
2. Apakah ada introduksi varietas dari negara
penggunaan di wilayah perbatasan Indonesia
Malaysia
kepada
Jawab :
1. Rekomendasi pemupukan yang dilakuan pada perkebunan di Kalimantan
Barat menerapkan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh perkebunan setempat, tidak menerapkan rekomendasi
dari Malaysia,
2. Varietas yang digunakan adalah varietas unggul yang telah berkembang
di Indonesia, juga terdapat varietas dari Malaysia.
165