Anda di halaman 1dari 17

SOAL

1.

Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyambung tiang pancang kayu !

2.
3.

Jelaskan jenis-jenis tiang pancang berdasarkan :


a. Materialnya,
b.
Metode pelaksanaan.
Jelaskan bagaimana mengestimasi / memperkirakan panjang pondasi tiang berdasarkan

4.

mekanisme transfer beban !


Jelaskan apa pengaruh pemancangan terhadap kondisi tanah sekeliling jika tanah
tersebut adalah :
a. Tanah lempung
b.
Tanah pasir.

PENYELESAIAN

1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyambung tiang pancang kayu, antara lain :
-

Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua
batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak
lurus terhadap panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh
penampang tiang pancang.

Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu
atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku
yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan
kekuatan yang diperlukan.

Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat
titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.

2. A. Jenis-jenis tiang pancang berdasarkan materialnya:


-

Tiang Pancang Kayu


Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai tiang
pancang pada suatu dermaga. Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang
cabang-cabangnya telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan
pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing.
Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud khusus,
seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak
kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah

sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus
tanah keras atau tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang
pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk
apabila tiang katu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka
air tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau busuk apabila
dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti. Sedangkan
pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya akan
menunda atau memperlambat kerusakan daripada kayu, akan tetapi tetap tidak
akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang pancang kayu ini
biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton
untuk setiap tiang.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah
dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah Kalimantan, sehingga
mudah memperoleh balok/tiang kayu yang panjang dan lurus dengan diameter
yang cukup besar untuk digunakan sebagai tiang pancang.
Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah : bahan kayu
yang dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya
kayu berlian. Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi
ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. Semua kayu lunak yang
digunakan

untuk

tiang

pancang

memerlukan

pengawetan,

yang

harus

dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 86 dengan menggunakan instalasi


peresapan bertekanan.

Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan tangki


terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat
digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya,

kebutuhan untuk

mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi
pelayanan.
-

Tiang Pancang Beton


1).

Precast Reinforced Concrete Pile


Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian
setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik
beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat
sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah
dieri penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur
yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat
sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat
pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk setiap
tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang
beton precast ini panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab
kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang terpaksa harus dilakukan
penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu.

Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi


empat, segi delapan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991)


2).

Precast Prestressed Concrete Pile


Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya
prategangnya.

Gambar 2.3 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile ( Bowles,


1991 )
3).

Cast in Place Pile


Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat
dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara
mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan
tanah. Pada Cast in Place ini dapat dilaksanakan dua cara:
1.

Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi


dengan beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.

2.

Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi


dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.

Tiang Pancang Baja.


Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas
biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang
pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton
tersebut minimum harus K250.
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari
baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam
pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya
pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat
bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan
ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture
tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.
a. Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang
terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati
keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka.
b. Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena
terendam air.
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah
yang padat akan sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan pasir
tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang
pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat
dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition (keadaan
udara pada pori-pori tanah) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan
organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja
tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20 ( 60
cm) dari muka air tanah terendah. Karat /korosi yang terjadi karena udara
(atmosphere corrosion) pada bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah
dengan pengecatan seperti pada konstruksi baja biasa.

Tiang Pancang Komposit.


Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan
yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang.
Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan
bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di
atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya.
Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan
cara ini diabaikan.
1)

Water Proofed Steel and Wood Pile


Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah
permukaan air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah
mengetahui bahwa kayu akan tahan lama/awet bila terendam air, karena itu
bahan kayu disini diletakan di bagian bawah yang mana selalu terletak
dibawah air tanah.
Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang pancang ini
menerima gaya horizontal yang permanen. Adapun cara pelaksanaanya secara
singkat sebagai berikut:
a.

Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah hingga


mencapai kedalaman yang telah ditentukan untuk meletakan tiang
pancang kayu tersebut dan ini harus terletak dibawah muka air tanah
yang terendah.

b.

Kemudian core ditarik keatas dan tiang pancang kayu dimasukan dalam
casing dan terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras.

c.

Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan dan core


ditarik keluar dari casing. Kemudian beton dicor kedalam casing sampai
penuh terus dipadatkan dengan menumbukkan core ke dalam casing.

2) Composite Dropped in Shell and Wood Pile


Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe water proofed steel and wood
pile hanya bedanya di sini memakai shell yang terbuat dari bahan logam tipis
permukaannya di beri alur spiral. Secara singkat pelaksanaanya sebagai
berikut:
a.

Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai kedalaman


yang telah ditentukan di bawah muka air tanah.

b.

Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar dari


casing dan tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang
sampai mencapai lapisan tanah keras. Pada pemancangan tiang pancang
kayu ini harus diperhatikan benar-benar agar kepala tiang tidak rusak atau
pecah.

c.

Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari casing.

d.

Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan dalam
casing. Pada ujung bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk
sangkar yang mana tulangan ini dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat
masuk pada ujung atas tiang pancang kayu tersebut.

e.

Beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat
casing ditarik keluar sambil shell yang telah terisi beton tadi ditahan terisi
beton tadi ditahan dengan cara meletakkan core diujung atas shell.

3) Composit Ungased Concrete and Wood Pile.


Dasar pemilihan tiang composit tipe ini adalah:

Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak memungkinkan


untuk menggunakan cast in place concrete pile, sedangkan kalau
menggunakan precast concrete pile terlalu panjang, akibatnya akan susah
dalam transport dan mahal.

Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan tiang
pancang kayu akan memerlukan galian yang cukup dalam agar tiang
pancang kayu tersebut selalu berada dibawah permukaan air tanah
terendah.

4).

Composite Dropped Shell and Pipe Pile


Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah:

Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in place
concrete.

Muka air tanah terendah terlalu dalam kalai digunakan tiang composit
yang bagian bawahnya terbuat dari kayu.

5).

Franki Composite Pile


Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya
disini pada bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang
profil H dari baja. Adapun cara pelaksanaan tiang composit ini adalah
sebagai berikut:
a. Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa
baja dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah
keras. Cara pemasangan ini sama seperti pada tiang franki biasa.

b. Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah direncanakan,


pipa diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer
sambil pipa ditarik lagi ke atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton seperti
bola.

c. Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai
bertumpu pada bola beton pipa ditarik keluar dari tanah.

d. Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil
atau pasir.
B. Pondasi tiang pancang menurut metode pelaksanaan:
-

Tiang pancang pracetak


Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor didalam
acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan

dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri


dari :
1). Cara penumbukan
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara
penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).
2). Cara penggetaran
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara
penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).
3) Cara penanaman
Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman
tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi
dengan tanah. Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan :
a. Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah
sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.
b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah
dari bagian dalam tiang.
c. Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan kedalam tanah
dengan memberikan tekanan pada tiang.
d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang
keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan
kedalam tanah.

Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)


Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik penggaliannya
terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
1. Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah kemudian
pipa baja tersebut dicor dengan beton.
2. Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara
lain :
a. Penggalian dengan tenaga manusia
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia
adalah penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan
merupakan cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan
pondasi dalam, yang pada umumnya hanya mampu dilakukan pada
kedalaman tertentu.
b. Penggalian dengan tenaga mesin
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah
penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki
kemampuan lebih baik dan lebih canggih.

3. Cara mengestimasi / memperkirakan panjang pondasi tiang berdasarkan mekanisme


transfer beban, adalah sebagai berikut :
Memilih jenis tiang yang akan digunakan dan perkiraan panjang tiang yang
dibutuhkan bukanlah perkara mudah, sebab memerlukan suatu pengambilan keputusan
yang baik. Pada bagian terdahulu tiang dibagi atas bahannya, dan sebagai tambahan tiang
juga dapat dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan pada panjang dan mekanisme
transfer bebannya ke tanah. Ketiga kategori itu adalah: (a) point bearing piles (b) friction
piles dan (c) compaction piles.
-

Point bearing piles


Jika batuan atau mirip batuan pada lokasi berada pada kedalaman yang masuk
akal, yang dapat diketahui dari hasil pemboran, tiang dapat dibuat hingga mencapai
batuan itu (lihat Gambar 6).Dalam hal ini daya dukung batas tiang secara
keseluruhannya bergantung pada daya dukung batuan itu, sehingga tiang disebut

dengan point bearing piles yaitu daya dukung tiang merupakan daya dukung
titik.Untuk kasus semacam ini panjang tiang yang dibutuhkan dapat diketahui dengan
pasti.

Gambar 1 Dukung tiang titik [(a) dan (b)]; tiang gesek [(c)]

Disamping batuan, ada kalanya lapisan tanah yang sangat keras berada pada
kedalaman yang masuk akal, untuk ini tiang dapat diteruskan beberapa meter agar
mencapai tanah keras itu [lihat Gambar 6(b)]. Tiang dengan pedestal dapat dibuat
pada tanah seperti ini. Untuk jenis tiang seperti ini, beban batas tiang dapat
dinyatakan sebagai,

Dalam hal ini, panjang tiang yang dibutuhkan dapat juga diperkirakan dengan tepat
apabila catatan penyelidikan tanah tersedia.

Friction piles
Apabila batuan atau tanah keras tidak berada pada kedalaman yang masuk
akal, dukung tiang titik akan menjadi sangat panjang dan dengan demikian tidak
ekonomis. Untuk kondisi bawah tanah seperti ini, maka tiang dapat dimasukkan ke
dalam tanah melewati lapisan yang lunak hingga pada kedalaman tertentu [lihat
Gambar 6(c)].Beban batas untuk tiang semacam ini dapat dinyatakan seperti Pers. (5).
Namun apabila nilai Qp relatif kecil, maka

Tiang-tiang seperti ini disebut tiang gesek (friction piles)} sebab dominan dukungan
tiang berasal dari gesekan kulit tiang.Namun istilah tiang gesek, meskipun sudah
sering digunakan, bukanlah istilah yang tepat, sebab pada tanah lempung tahanan juga
ditimbulkan oleh adanya adhesion.
Panjang tiang gesek bergantung pada kuat geser tanah, beban, dan ukuran tiang.
Untuk menentukan panjang tiang yang dibutuhkan, yang dibutuhkan adalah
pengetahuan tentang interaksi tiang-tanah, judgment yang baik, dan pengalaman.
-

Tiang kompaksi
Dalam keadaan tertentu, tiang dapat disorongkan ke dalam tanah agar tanah
yang dekat dengan permukaan memadat (compaction).Tiang seperti ini disebut
dengan tiang kompaksi. Panjang tiang kompaksi bergantung pada faktor-faktor seperti
(a) kepadatan relatif tanah sebelum kompaksi, (b) kepadatan relatif yang diinginkan
setelah kompaksi, dan (c) kedalaman kompaksi yang diperlukan. Tiang-tiang ini
umumnya pendek, namun sejumlah pengujian dibutuhkan agar memperoleh gambaran
yang tepat untuk membuat keputusan tentang kedalamannya.

4. Pengaruh pemancangan terhadap kondisi tanah sekeliling jika tanah tersebut adalah
sebagai berikut :
A. Tiang Pancang Dalam Tanah Kohesif
Pengaruh pemancangan dalam tanah kohesif ( lempung dan lanau ) sangat berbeda
dengan apa yang terjadi pada tanah pasir. Pemancangan tiang di dalam tanah

kohesif,biasanya akan mengakibatkan kenaikan permukaan tanah disekitar tiang, yang


diikuti oleh konsolidasi tanah. Deformasi akibat pemancangan dapat mempengaruhi
struktur yang di dekatnya dan dapat mengakibatkan tiang yang dipancang lebih
dahulu terangkat ke atas akibat pemancangan sesudahnya. Dalam kondisi ini,
pemancangan ulang dibutuhkan dan mungkin dapat dipertimbangkan untuk
menggantinya dengan jenis tiang bor. Dari pengamatan pengamatan pemancangan
tiang pada tanah kohesif dapat disimpulkan bahwa akibat pemancangan, susunan
tanah menjadi terganggu dan terjadi penurunan kuat geser. Kenaikan kembali kuat
gesernya

terjadi

dengan

berjalannya

waktu.

Tomlinson ( 1967 ) melaporkan bahwa paling sedikit 75 % dari kapasitas


ultimit tiang dapat tercapai dalam waktu 30 hari setelah pemancangan. Penyelidikan
yang dilakukan oleh Orrje dan Brom ( 1967 ) pada tiang pancang di dalam tanah
lempung sensitive menunjukan bahwa kuat geer terdrainase ( undrained strength )
akan hampir pulih seperti kondisi semula, jika waktunya telah berjalan kira kira 9
bulan setelah pemancangan, kecuali jika tiang dipancang pada jarak kurang dari 4 kali
diameternya, dimana pada kondisi ini kenaikan kuat geser dengan berjalannya waktu
sangat kecil. Kecepatan pembentukan kembali kuat geser lempung atau adhesinya
tergantung dari kecepatan konsolidasi pada zone tertentu di sekitar tiang. Hal hal
tersebut dapat dipakai sebagai pedoman dalam mengestimasi waktu yang dibutuhkan
untuk bekerjanya kapasitas tiang secara penuh, khususnya untuk tiang tiang yang
kapasitasnya sangat dipengaruhi oleh tahanan gesek dinding tiang yang terletak dalam
tanah lempung lunak atau lanau lunak yang sensitif.
B. Tiang Pancang Dalam Tanah Granuler
Di dalam tanah granuler ( pasir ), tiang yang dipancang dengan cara dipukul atau
ditekan kedalam tanah dapat mengakibatkan perubahan susunan dan pecahnya
sebagian butiran tanah. Pada kondisi ini, tanah mengalami pemadatan atau kenaikan
berat volume dan di permukaan tanah akan terlihat tonjolan tanah. Ketika tiang
dipancang dalam tanah non kohesif yang tak padat, depresi tanah terjadi pada tanah
yang didesak oleh tiang tersebut. bila tanah padat, pemadatan yang terjadi akibat
pemancangan relative kecil dan tahanan terhadap penetrasi tiang sangat tinggi,
sehingga

tenaga

pemancangan

yang

dibutuhkan

juga

besar.

Penelitian oleh Robinsky dan Morrison ( 1964 ) menunjukan bahwa gerakan


tanah yang terjadi akibat pekerjaan pemancangan tiang pada tanah pasir yang tak

padat (kerapatan relative Dr = 17 % ), dapat berkisar pada jarak antar 3 sampai 4 kali
diameter tiang, dihitung dari sisi tiang, dan 2.5 sampai 3.5 kali diameter di bawah
dasartiang.
Dalam tanah pasir yang berkepadatan sedang, pengaruhnya lebih besar, yaitu
sekitar 4.5 sampai 5.5 kali diameter tiang dihitung dari sisinya, dan 3 sampai 4.5 kali
diameter di bawah dasar tiang akibat pemancangan, diikuti oleh gerakan pasir di
sekitar dinding tiangnya. Gerakan ini cenderung mengurangi kepadatan pasir tepat di
sisi tiang, Sehingga mengurangi sebagian keuntungan dari akibat pemadatan oleh
pengaruh pemancangan. Di dalam kelompok tiang, oleh akibat pemancangan, tanah di
sekitar dan diantara masing masing tiang menjadi sangat padat. Jika jarak tiang
dekat, kapasitas kelompok tiang dapat menjadi lebih besar daripada jumlah kapasitas
tiang tunggal. Namun, jika pasir dalam kondisi padat, tanah akan cenderung
berkurang kepadatannya akibat pemancangan. Dalam kondisi ini, kapasitas tiang
dapat berkurang akibat pemancangan. Telah diamati bahwa tiang yang dipancang
lebih akhir mempunyai kapasitas dukung lebih tinggi daripada tiang yang dipancang
lebih dulu.

TUGAS
REKAYASA PONDASI II

OLEH

NAMA : DESY Y. TUNGGA


NIM

: 1306011024

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016

TUGAS
REKAYASA PONDASI II

OLEH

NAMA : MARIA SIGIBERTHA PIDOR


NIM

: 1306012026

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016

TUGAS
REKAYASA PONDASI II

OLEH

NAMA : ALBIAN P. PRATAMA


NIM

: 1306011020

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016

Anda mungkin juga menyukai