Anda di halaman 1dari 6

ARSITEKTUR INDONESIA

PERMASALAHAN ARSITEKTUR INDONESIA

Mahasiswa :
Andreas Surya Dinata
NIM :
1304205040

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

Tinjauan pada Arsitektur Tradisional Bali

Berikut bangunan-bangunan yang terdapat pada rumah Bali pada umumnya :


1. Angkul-angkul yaitu entrance yang berfungsi seperti candi bentar pada pura yaitu
sebagai gapura jalan masuk.
2. Aling-aling adalah bagian entrance yang berfungsi sebagai pengalih jalan masuk
sehingga jalan masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini dimaksudkan agar
pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam.
3. Latar atau halaman tengah sebagai ruang luar
4. Pamerajan ini adalah tempat upacara yang dipakai untuk keluarga. Dan pada
perkampungan tradisional biasanya setiap keluarga mempunyai pamerajan yang letaknya
di Timur Laut pada sembilan petak pola ruang
5. Umah Meten yaitu ruang yang biasanya dipakai tidur kapala keluarga sehingga
posisinya harus cukup terhormat
6. Bale tiang sanga biasanya digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu
7. Bale Sakepat, bale ini biasanya digunakan untuk tempat tidur anakanak atau anggota
keluarga lain yang masih junior.
8. Bale Dangin biasanya dipakai untuk duduk-duduk membuat bendabenda seni atau
merajut pakaian bagi anak dan suaminya.
9. Paon (Dapur) yaitu tempat memasak bagi keluarga.
10. Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil kebun
lainnya.

Saat ini, sudah terjadi banyak perubahan pada rumah penduduk terutama pada daerah
perkotaan, salah satunya dapat dilihat di Denpasar, banyak rumah Bali yang telah mengalami
perubahan baik itu bentuk maupun pengalihan beberapa fungsi yang ada.
Sebagai contoh berikut adalah tinjauan rumah tradisional Bali pada salah satu sample
rumah di daerah Sesetan milik Ni Luh Gede Rodi.
Bale Dauh

Bale ini biasanya digunakan


untuk tempat tidur anak-anak
atau anggota keluarga lain yang
masih junior. Bangunan ini
mengalami renovasi pada tahun
2010, dijadikan bertingkat dua.

Bale Daja / Meten


Bale Meten terletak di bagian Utara (dajan natah umah) atau di sebelah barat tempat suci/
Sanggah. Bale Meten ini juga sering disebut dengan Bale Daja, karena tempatnya di zona
utara (kaja). Bentuk bangunan Bale Meten adalah persegi panjang, dapat
menggunakan saka/tiang yang terbuat dari kayu yang berjumlah 8 (sakutus), dan 12 (saka
roras). Fungsi Bale Meten adalah untuk tempat tidur orang tua atau Kepala Keluarga.
Bangunan ini mengalami perubahan bentuk dari bentuk awal pada tahun 1980.

Dapur
Awalnya dapur pada umah ini
mengikuti penataan sesuai Asta Kosala
Kosali. Dapur ini mengalami perubahan
posisi karena mengikuti perkembangan
jaman. Dapur pada umah ini berada
pada bagian dalam dari bale dauh.

Pada umah ini juga tidak terdapat jineng yang biasanya digunakan sebagai tempat
penyimpanan padi pada rumah Bali tradisional, hal ini karena selain terjadi penyesuaian juga
karena adanya kendala lahan pada daerah perkotaan.

Tinjauan pada Arsitektur Rumah Gadang

Disebut Rumah Gadang (Gadang= besar), bukan karena bentuk fisiknya yang besar, melainkan
karena fungsinya. Sebagaimana diungkapkan dalam syair:
Rumah gadang basa batuah,
Tiang banamo kato hakikaik,
Pintunyo basamo dalia kiasannya,
Banduanyo sambah-manyambah,

Bajanjang naiak batanggo turun,


Dindiangnyo panutuik malu,
Biliaknyo aluang bunian.

Artinya :
Rumah gadang besar bertuah,
Tiangnya bernama kata hakikat,
Pintunya bernama dalil kiasan,
Bendulnya sembah-menyembah,
Berjenjang naik, bertangga turun,
Dindingnya penutup malu,
Biliknya alung bunian.

Tinjauan denah bagi rumah tradisional Minang dapat dilihat pada rumah adatnya.
Biasanya susunan denah dibuat simetris dengan tempat masuk pada bagian tengah arah sumbu
memanjang. Jumlah ruangnya, disesuaikan dengan jumlah anak gadis atau wanita yang berdiam
dirumah tersebut, namun tetap dibuat jumlah ruang yang ganjil karena memperhatikan kesan
simetri tadi. Semua kamar didalam rumah memang diperuntukkan bagi wanita, dimana mereka
dapat menerima suami pada malam hari. Sehingga tidak dikenal adanya kamar untuk laki-laki.
Ruang duduk besar terletak dibagian muka untuk menerirna tamu dan tempat upacara adat. Ada
semacam pengertian yang tersirat dari adanya ruang duduk besar ini, bahwa orang Minang
sebenarnya sangat mengenal faham demokrasi yang diistilahkan sebagai duduk sama rendah,
berdiri sama tinggi. Ruang ini pun digunakan untuk berbincang-bincang santai, bahkan
perabotannyapun hampir tidak ada. Biasanya orang-orang duduk dibawah dengan beralaskan
tikar, demikian pula pada waktu makan, duduk dibawah pula. ruang duduk dalam, untuk
menunjang kegiatan pada ruang duduk besar.
Dapur biasanya terdapat pada belakang rumah, tidak menjadi satu dengan rumah. Namun
bila ingin meletakkan dapur didalam rumah, mereka biasanya mengambil tempat pada ruang
tengah belakang, persis pada sumbu entrance. Sedangkan kamar mandi pada rumah rumah adat

biasanya diletakkan terpisah. Pada bagian samping kiri dan kanan, biasanya terdapat ruang
khusus untuk duduk-duduk atau menenun bagi kaum wanita. Ruang ini biasanya disebut
anjuang dan lantainya agak dinaikkan sedikit dari pada ruang tengah. Diruang inilah kaum
wanita mengerjakan kerajinan tangan, apakah itu menenun, merajut, menyulam atau kegiatan
lain.

Bahan dan Tenaga


Rumah Gadang Minangkabau merupakan rumah milik bersama sebuah kaum (keluarga besar).
Oleh karena itu, pembangunan rumah yang dibangun di atas tanah kaum ini dilakukan secara
bergotong-royong. Namun demikian, yang bertanggungjawab dalam proses pembangunannya
adalah tukang ahli. Tukang yang dikatakan sebagai tukang ahli adalah tukang yang dapat
memanfaatkan setiap bahan yang tersedia menurut kondisinya atau biasanya disebut indak
tukang mambuang kayu (tidak tukang membuang kayu). Sebab, setiap kayu ada manfaatnya
dan dapat digunakan secara tepat jika tukangnya adalah tukang ahli. Adapun bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat Rumah Gadang di antaranya adalah :
Kayu.
Kayu merupakan unsur terpenting untuk membangun Rumah Gadang, khususnya untuk
tonggak tuo. Oleh karena tonggak tuo merupakan penentu kokoh tidaknya Rumah
Gadang, maka kayu yang digunakan adalah kayu-kayu pilihan yang pengadaannya selalu
didasarkan pada adat-istiadat masyarakat.
Ijuk.
Ijuk digunakan untuk membuat atap rumah
Jerami.
Selain ijuk, jerami juga digunakan untuk membuat atap rumah
Bambu.
Bambu digunakan untuk membuat dinding pada bagian belakang rumah
Papan.
Papan merupakan kayu yang dibelah tipis sekitar 3-5 cm dan digunakan untuk membuat
dinding. Dinding bagian belakang Rumah Gadang terbuat dari anyaman bambu.

Anda mungkin juga menyukai