Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara dan kotak suara (laring).
Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling sering terjadi
(94%). Karsinoma sel skuamosa adalah karsinoma awal setempat yang berasal
dari epitel skuamosa serta tampak sebagai sel-sel kuboid dan keratinisasi. Jenis
lain yang jarang dijumpai adalah karsinoma anaplastik, pseudosarkoma,
adenokarsinoma, dan sarkoma.1,2
Karsinoma laring merupakan tumor ganas kepala leher yang sering
ditemukan. Karsinoma laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT.
Insiden tumor ganas laring dilaporkan lebih tinggi pada penduduk Asia dan India
dan diperkirakan dua kali lipat angka Amerika Serikat, sedangkan di RSCM
menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan
sinus paranasal.2,3,4
Etiologi Karsinoma Laring belum diketahui secara pasti, namun dikatakan
oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orangorang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. 5
Gejala terpenting pada karsinoma laring ialah suara parau dan perubahan
suara. Gejala klinis lain adalah rasa nyeri terutama waktu menelan, dan kadangkadang terjadi pembengkakan di leher.6
Untuk menegakkan diagnosa karsinoma laring masih belum memuaskan,
hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga
dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan
yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan.
Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini.2
Secara

umum

penatalaksanaan

karsinoma

laring

adalah

dengan

pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung


stadium penyakit dan keadaan umum penderita.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang
rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan
ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa.6

Gambar 2.1 : Gambar saluran pernafasan


Laring terletak di bagian tengah depan leher setinggi korpus vertebra
servikalis IV-VI. Laring menghubungkan bagian inferior faring dengan trakea.3
Kerangka laring terdiri dari Sembilan tulang rawan yang berhubungan
melalui ligamentum dan membrana. Dari Sembilan tulang rawan terdapat tiga
yang tunggal (Kartilago tiroid, Kartilago Krikoid, Kartilago epiglotika).3
Tulang dan tulang rawan laring yaitu :
a. Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf U, mudah diraba
pada leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus
longus dibagian belakang dan prosesus brevis bagian depan.

Permukaan bagian atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah,


mandibula dan tengkorak.
b. Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar,
terdiri dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan
mengembang ke arah belakang.
c. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan
merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi
tulang rawan krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot
krikoaritenoid lateral dan di bagian belakang melekat otot
krikoaritenoid posterior.6

Gambar 2. 2 : Anatomi laring

Gambar 2.3 : Posisi Laring


2.1.1 Otot-otot Laring
Otot-otot laring terdiri dari 2 kelompok yaitu otot ekstrinsik dan
otot intrinsik. Otot ekstrinsik yang utama bekerja pada laring secara
keseluruhan, sementara otot intrinsik menyebabkan gerakan antara
berbagai struktur-struktur laring sendiri.1
a. Otot-otot ekstrinsik :
1) Otot elevator :
- M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M. Stilohioid
meluas dari Os Hioid ke mandibula, lidah dan prosesus
stiloideus pada cranium.
2) Otot depressor :
- M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid
b. Otot-otot Intrinsik :
1) Otot Adduktor dan Abduktor :
- M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid oblique dan transversum
Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis :

- M. Tiroaritenoid, M. Vokalis, M. Krikotiroid


2) Otot yang mengatur pintu masuk laring :
- M. Ariepiglotik, M. Tiroepiglotik.1

Gambar 2.4 : muskulus di laring


2.1.2 Rongga Laring

Batas atas rongga laring ialah aditus laring,

Batas bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago

krikoid.
Batas depannya ialah permukaan belakang epiglotis, tuberkulum
epiglotis, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina

kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid


Batas belakangnya ialah M. Aritenoid transversus dan lamina
kartilago krikoid.3
Pada laring terdapat pita suara asli (plika vokalis) dan pita suara

palsu (plika ventrikularis). Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan
disebut rima glotis, dan bidang antara plika ventrikularis kiri dan kanan
disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi

rongga laring dalam 3 bagian, yaitu: vestibulum laring/supraglotik (di


atas plika ventrikularis), glotik, dan subglotik (di bawah plika vokalis).3

Gambar 2.5 : Rongga Laring


2.1.3 Persarafan Laring
Saraf-saraf laring berasal dari Nervus Vagus (Nervus Kranialis
X) melalui ramus eksternus nervus laringeus superior dan nervus
laringeus rekurens. Nervus laringeus superior berakhir menjadi dua
cabang di dalam sarung karotis yaitu nervus laringeus internus (sensoris
dan otonom) dan nervus laringeus eksternus (motoris).1,3,6
Nervus laringeus rekurens mempersarafi semua otot laring
intrinsik, kecuali M. Krikotiroid yang dipersarafi oleh nervus laringeus
eksternus.
2.1.4 Perdarahan Laring
Arteri-arteri laring berasal dari cabang-cabang arteri tiroid
superior dan arteri tiroid inferior memasok darah kepada laring. Arteri
laring superior mengiringi ramus internus nervi laringealis superior
melalui

membran tiroid dan kemudian bercabang-cabang untuk

mengantar darah ke permukan dalam laring. Arteri laring inferior


mengiringi nervus laringeus inferior dan memasok darah kepada
membran mukosa dan otot-otot di aspek inferior laring.3
Perdarahan laring terdiri dari 2 cabang, yaitu :
6

a. Arteri laringis superior, merupakan cabang dari arteri tiroid


superior. Berjalan melewati bagian belakang membran
tirohioid dan menembus membran ini untuk berjalan
disubmukosa dari dinding lateral dan lantai sinus piriformis
untuk mendarahi mukosa dari otot-otot laring.
b. Arteri laringis inferior, merupakan cabang arteri tiroid
inferior. Berjalan ke belakang sendi krikotiroid, lalu masuk
laring melalui daerah pinggir bawah M. konstriktor faring
inferior dan memperdarahi mukosa dan otot laring.3
Vena-vena laring mengikuti arteri-arteri laring. Vena laring
superior biasanya bersatu dengan vena tiroid superior, lalu bermuara ke
vena jugularis interna. Vena laring inferior bersatu dengan vena tiroid
inferior atau pleksus vena-vena tiroid yang beranastomosis pada aspek
anterior trachea.3

Gambar 2.6 : Persarafan dan perdarahan Laring


2.1.5

Drainase Limfatik Laring

1)

Area Supraglotis

: kaya akan jaringan limfatik, kapiler

limfatik mengikuti pembuluh darah dan saraf laringea superior


menembus membran tirohioidea, berakhir di kelenjar limfe leher
profunda superior (kelenjar limfe area II) atau menembus
membran kortikotiroid dan lobus glandula tiroid ipsilateral masuk
ke kelenjar limfe leher profunda media (kelenjar limfe area III).
2)

Area Glotis

: nyaris tanpa sistem limfatik

3)

Area Subglotis

: jaringan limfatik lebih sedikit dibanding

areasupraglotis, drainase limfe ke kelenjar leher profunda media


(kelenjar limfe area III), kelenjar limfe leher profunda inferior
(kelenjar limfe area IV) atau kelenjar limfe para-trakea (kelenjar
limfe area VI). 3

Gambar 2. 7 : Persarafan, perdarahan dan pembuluh limfe laring


2.2 Fisiologi

Walaupun laring biasanya dianggap sebagai organ penghasil suara, namun


ternyata mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
a.
b.
c.

proteksi jalan nafas


respirasi dan
fonasi.1

a. Proteksi jalan nafas


Perlindungan jalan nafas selama aksi menelan terjadi melalui
berbagai mekanisme berbeda. Aditus laringis sendiri tertutup oleh kerja
sfingter dari otot tiroaritenoid dalam plika ariepiglotika dan korda vokalis
palsu, disamping aduksi korda vokalis sejati dan aritenoid yang
ditimbulkan oleh otot intrinsik laring lainnya. 1
b. Respirasi
Selama respirasi, tekanan intratoraks dikendalikan oleh berbagai
derajat penutupan korda vokalis sejati. Perubahan tekanan ini membantu
sistem jantung seperti juga ia mempengaruhi pengisian dan pengosongan
jantung dan paru. Selain itu, bentuk korda vokalis palsu dan sejati
memungkinkan laring berfungsi sebagai katup tekanan bila menutup,
memungkinkan peningkatan tekanan intratorakal yang diperlukan untuk
tindakan-tindakan mengejan.1
c. Fonasi
Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen
yang bergetar adalah pita suara, yang umumnya disebut tali suara. Pita
suara menonjol dari dinding lateral laring ke arah tengah dari glotis.3
Fungsi laring sebagai fonasi yaitu dengan membuat suara serta
menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh
peregangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka M.
krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan,
menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan M. krikoaritenoid
posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang.
Plika vokalis kini dalam keadaan efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya
kontraksi M. krikoaritenoid akan mendorong kartilago krikoaritenoid ke

depan, sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta


mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada.7
Fungsi laring lainnya yaitu:
a. Refleks batuk
Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat
dibatukkan keluar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret
yang berasal dari paru dapat dikeluarkan.
b. Sirkulasi
Dengan terjadi perubahan tekanan udara di dalam traktus
trakeobronkial akan mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus,
sehingga mempengaruhi sirkulasi dalam tubuh.
c. Menelan
Laring membantu menelan melalui 3 mekanisme, yaitu
gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis dan
mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak masuk
lagi ke dalam laring.
d. Emosi
Laring berfungsi mengekspresikan emosi seperti berteriak,
mengeluh, menangis, dan lain-lain.7

2.3 Definisi
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring).
Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling sering terjadi
(94%). Karsinoma sel skuamosa adalah karsinoma awal setempat yang berasal
dari epitel skuamosa serta tampak sebagai sel-sel kuboid dan keratinisasi.1,2

10

Gambar 2. 8 : Karsinoma Laring


2.4 Prevalensi
Pada tahun 2011 diperkirakan 12.740 kasus baru tumor ganas laring
di Amerika Serikat dan diperkirakan 3560 orang meninggal, sedangkan di RS
Cipto Mangunkusumo Jakarta, karsinoma laring menduduki urutan ketiga setelah
karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan sinus paranasal.5,8
Menurut data statistik dari WHO (1961) yang meliputi 35 negara, seperti
dikutip oleh Batsakis (1979), rata-rata 1,2 orang per 100.000 penduduk meninggal
oleh karsinoma laring.5
Di Departemen THT FKUI/RSCM periode 1982-1987 proporsi
karsinoma laring 13,8% dari 1030 kasus keganasan THT. Jumlah kasus rata-rata
25 pertahun. Periode 1988-1992 karsinoma laring sebesar 9,97%, menduduki
peringkat ketiga keganasan THT (712 kasus). Karsinoma nasofaring sebesar

11

71,77%, diikuti oleh keganasan hidung dan paranasal 10,11%, telinga 2,11%,
orofaring/tonsil 1,69%, esophagus/bronkus 1,54%, rongga mulut 1,40% dan
parotis 0,28%.5
Di RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995 Juni 2003 dijumpai 97
kasus karsinoma laring dengan perbandingan laki dan perempuan 8 : 1. Usia
penderita berkisar antara 30 sampai 79 tahun. Dari Februari 1995 Februari 2000,
28 orang diantaranya telah dilakukan operasi laringektomi total.2
Perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 11:1, terbanyak pada usia
56-69 tahun dengan kebiasaan merokok didapatkan pada 73,94%.4
2.5 Etiologi
Etiologi karsinoma laring belum diketahui secara pasti. Dikatakan oleh
para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok-kelompok
orang-orang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian
epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan
terjadinya karsinoma laring yang kuat ialah:
a.
Rokok
b.
Alkohol
c.
Terpajan oleh sinar radioaktif. 5
Pengumpulan data yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo
menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak
merokok, sedangkan resiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai
dengan kenaikkan jumlah rokok yang dihisap.5
Yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring adalah diagnosis
dini dan pengobatan atau tindakan yang tepat dan kuratif, karena tumornya masih
terisolasi dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan
bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi
serta fungsi sfingter laring.5
2.6 Histopatologi
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95% sampai 98% dari semua tumor
ganas laring. Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkatan diferensiasi :

12

a. berdiferensiasi baik (grade 1)


b. berdiferensiasi sedang (grade 2)
c. berdiferensiasi buruk (grade 3).
Kebanyakan tumor ganas pita suara cenderung berdiferensiasi baik. Lesi
yang mengenai hipofaring, sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang
berdiferensiasi baik.5
Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah:
a.
b.
c.
d.

karsinoma anaplastik
karsinoma pseudosarkoma
adenokarsinoma
sarkoma. 2
Karsinoma Verukosa
Adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak,
akan tetapi klinis ganas. Insidennya 1 2% dari seluruh tumor ganas
laring, lebih banyak mengenai pria dari wanita dengan perbandingan
3 : 1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar sehingga dapat
menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi metastase
regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak
efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.2

Adenokarsinoma
Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering
dari kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari
glotis. Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar, two years survival
rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan adalah reseksi radikal

dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi paska operasi.2


Kondrosarkoma
Adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid
70%, tiroid 20% dan aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 60
tahun. Terapi yang dianjurkan adalah laringektomi total.2

2.7 Klasifikasi dan Stadium


Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982,
klasifikasi dan stadium tumor ganas laring terbagi atas :

13

a. Supraglotis (30-35%)
b. Glotis (60-65%)
c. Subglotis (1%)

Supraglotis
Yang termasuk supraglotis adalah : permukaan posterior
epiglotis yang terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik,
aritenoid, epiglotis yang terletak di bawah os hioid, pita suara palsu,
ventrikel. Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis sampai
batas atas glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.

Gambar 2. 9 : tumor ganas supraglotis

Glotis
Yang termasuk glotis adalah : mengenai pita suara asli,
komisura anterior dan komisura posterior. Batas inferior glotis
adalah 10 mm dibawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan
batas inferior otototot intrinsik pita suara. Batas superior adalah
ventrikel laring. Oleh karena itu, tumor glotis dapat mengenai satu
atau kedua pita suara, dapat meluas ke subglotis sejauh 10 mm, dan
dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus
vokalis kartilago aritenoid.

14

Gambar 2. 10 : Tumor ganas glotis

Subglotis
Yang termasuk subglotis adalah dinding subglotis. Tumbuh
lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas pita suara asli sampai batas
inferior krikoid.3,4,6,7

Gambar 2. 11 : Tumor ganas subglotis


Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC :
a. Tumor primer (T)
Supraglottis :
T is : tumor insitu
T 0 : tidak jelas adanya tumor primer l
T 1 : tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal
T 1a : tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika
ariepiglotika, ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.

15

T 1b: tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga


ventrikel atau pita suara palsu
T 2 : tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya
infiltrasi ke dalam.
T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring.
Glotis :
T is : tumor insitu
T 0 : tak jelas adanya tumor primer
T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior
dan posterior) dengan pergerakan normal
T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli
T 1b : tumor mengenai kedua pita suara
T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra
glotis maupun subglotis dengan pergerakan pita suara
normal atau terganggu.
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke
dua pita suara
T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring
Subglotis :
T is : tumor insitu
T 0 : tak jelas adanya tumor primer
T 1 : tumor terbatas pada subglotis
T 1a : tumor terbatas pada satu sisi
T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi
T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau
kedua pita suara asli dengan pergerakan normal atau
terganggu
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua
pita suara

16

T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas


keluar laring.
b. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)
Nx: kelenjar tidak dapat dinilai
N0: secara klinis tidak ada kelenjar.
N1: klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter 3cm
N2: klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 <6 cm
atau klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter
6 cm
N2a: klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan diameter > 3
cm - 6 cm.
N2b: klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan
diameter 6 cm
N3: kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra
lateral
N3a: klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm
N3b :klinis terdapat kelenjar bilateral
N3c: klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral
c. Metastase jauh (M)
M0: tidak ada metastase jauh
M1: terdapat metastase jauh
d. Stadium :
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III : T3 N0 M0
T1, T2, T3, N1, M0
Stadium IV : T4, N0, M0
Setiap T, N2, M0, setiap T, setiap N , M1.5

2.8 Gejala Klinis


2.8.1 Gejala-gejala Dini
Gejala-gejala dini dari karsinoma laring ialah :
a.

suara parau (serak) dan sesuai dengan keterlibatan timbul

b.

nyeri

c.

dispnea dan akhirnya

17

d.

disfagia.7

Serak
Disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas
nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara,
ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita
suara. Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara
baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau
penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan
ligamentum krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf.
Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran
kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi
kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari
biasanya. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan
nafas atau paralisis komplit.5
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada
letak tumor. Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak
merupakan gejala dini dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah
ventrikel laring, dibagian baeah plika ventrikularis, atau di batas
inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada tumor
supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau
tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak
khas dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang
mengganjal di tenggorok. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara
bergumam (hot potato voice).6

Nyeri
Keluhan nyeri tenggorok dapat bervariasi dari rasa goresan
sampai rasa nyeri yang tajam.5

Dispnea dan stridor


Adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan
dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh
gangguan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau
18

sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada umumnya dispnea dan
stridor adalah tanda prognosis yang kurang baik.5

Disfagia
Adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring
dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling
sering pada tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri saat menelan
(odinofagia) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai
struktur ekstra laring.5

2.8.2 Gejala-gejala Lain


a. Batuk dan hemoptisis.
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya
timbul dengan tertekannya hipofaring disertai secret yang mengalir
ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan
tumor supraglotik.5
b. Nyeri alih ke telinga ipsilateral
c. Halitosis
d. penurunan berat badan
Menandakan perluasan tumor ke luar laring atau metastasis
jauh.5
e. Perbesaran kelanjar getah bening leher
Dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang
menunjukkan tumor pada stadium lanjut.5
f. Nyeri tekan laring
Adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi
supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.5
2.8.3 Gejala dan tanda sumbatan laring
Gejala dan tanda sumbatan laring yang tampak adalah : 7
a. Sesak napas (dispnea).
b. Stridor (napas berbunyi) yang terdengar pada waktu inspirasi.

19

c. Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal,


epigastrium, supraklavikula, interkostal. Cekungan itu terjadi
sebagai upaya dari otot-otot pernafasan untuk mendapatkan
oksigen yang adekuat.
d. Gelisah karena pasien haus udara (air hunger).
e. Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.

2.9 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan THT rutin
c. Laringoskopi
d. Radiologi foto polos leher dan dada
e. Pemeriksaan radiologi khusus : politomografi, CT-Scan, MRI
f. Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti.2

Anamnesa
Didapatkan keluhan berupa suara serak, nafas berbunyi, sulit
bernafas, nyeri tenggorokkan, batuk berdarah, sulit menelan dan

kadangkadang ditemukan bau mulut, penurunan berat badan.3,7


Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung
menggunakan kaca laring atau langsung dengan menggunakan
laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi tumor, penyebaran
tumor, kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi

anatomi.3,5
Radiologi
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan
laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologi. Foto torak diperlukan

20

untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya suatu proses spesifik
dan metastasis di paru.7 Foto polos laring frontal, lateral dapat
melihatlokasi, lingkup tumor,kondisi saluran nafas, ada tidaknya
dekstrusi kartilago tiroidea dan ada tidaknya penebalan bayangan
jaringan lunak prevertebral .3
CT Scan laring dan MRI
CT Scan laring dapat secara lebih baik menunjukkan
keberadaan tumor, tepinya, lokasinya, lingkup invasinya, jaringan
lunak atau kartilagoserta infiltrasi ke kelenjar limfe,dll, berguna
meningkatkan akurasi penentuan stadium TNM klinis. Kelebihan MRI
laring adalah daya beda terhadap jaringan lunak lebih tinggi dari CT
Scan.5,6

Gambar 2. 12 : Normal laring pada CT-Scan potongan Axial

21

Gambar 2. 13 : Karsinoma laring pada CT-Scan potongan Axial


Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi dari
bahan biopsi laring dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening
di leher. Dari hasil patologi anatomi terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.5

2.10 Diagnosis Banding


a. TB laring
Lesi kebanyakan di celah (kartilago aritenoid), tampak sebagai tukak dangkal tertutup
sekret purulen, umumnya di paru terdapat lesi TB. Dapat disertai batuk, nyeri
dada,demam pada sore hari, dan gejala lainnya.
b. Nodul dan polip pita suara
Umumnya terjadi pada perbatasan 1/3 anterior dan tengah pita suara.
Permukaan polip pita suara licin, berwarna putih kelabu,sering
bertangkai, bergerak sesuai nafas. Nodul pita suara seringkali bilateral,
simetris, sebesar biji beras, basisnya hiperemis.
c. Papiloma Laring
Dapat ditemukan pada anak maupun dewasa, tampak sebagai tonjolan
papilar, tunggal atau multiple. Papiloma pada dewasa harus dipandang
sebagai lesi prekanker.
d.

Keratosis dan leukoplakia laring

22

Manifestasi klinis berupa suara serak,tak enak di laring. Pada


laringoskopi indirek tampak pita suara menebal, terdapat bercak merah
jambu atau putih. Karakteristik histopatologik berupa hiperplasia epitel
dengan derajat bervariasidan timbul keratin, submukosa terdapat
sebukan sel radang. Dapat disertai keratosis tidak sempurna dan
hiperplasia papilomatoid.
e.

Amiloidosis faring
Etiologinya tidak jelas, suatu kelainan jinak. Terutama mengenai pita vestibularis dan
pita vokalis, tampak sebagai nodul submukosa atau tonjolan makular, riwayat penyakit
panjang, kondisi umum pasien baik. Diagnosis dengan sediaan patologi. 3

2.11 Penatalaksanaan
2.11.1 Penatalaksanaan Karsinoma Laring
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu
pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi daripadanya.
a. Pembedahan
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :
1) Laringektomi
a) Laringektomi parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium
I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.
b) Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari
batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.
2) Diseksi Leher Radikal
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 T2) karena
kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor

23

supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan
metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher.
Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.
b. Radioterapi
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1
dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan
cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan.
Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 7000 rad.
Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura,
Som, Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk
memperoleh kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat
disembuhkan pada jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz memberikan
45005000 rad selama 46 minggu diikuti dengan laringektomi total.
c. Sitostatika
Pemakaian sitostatika belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian
sitostatika tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk, di samping
harga obat ini yang relatif mahal, sehingga tidak terjangkau oleh pasien.5
d.Rehabilitasi
Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa
tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik.
rehabilitasi mencakup : Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan
Social Rehabilitation.2
Laringektomi yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring
menyebabkan cacat pada pasien. Dengan dilakukannya pengangkatan laring
beserta pita suara yang berada di dalamnya, maka pasien menjadi afonia dan
bernafas melalui stoma permanen di leher. 3
Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara,
yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula, ataupun
dengan suara yang dihasilkan dari esofagus melalui proses belajar. 3
Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini.
Tetapi faktor fisik dan psiko-sosial merupakan 2 faktor utama. Mungkin dengan

24

adanya wadah perkumpulan guna menghimpun pasien-pasien tuna laring guna


menyokong aspek psikis dalam lingkup yang luas dari pasien, baik sebelum
maupun sesudah operasi.3

2.12 Prognosis
Prognosis keseluruhan baik dengan angka harapan hidup yang terbaik
pada pasien tumor ganas glotis dibandingkan supraglotis dan subglotis. Hal
ini dikarenakan secara anatomis, glotis tidak memiliki saluran limfe serta
vaskularisasi yang lebih sedikit dibandingkan supraglotis dan subglotis.
Selain itu prognosis juga tergantung dari stadium tumor, pilihan
pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five
years survival pada karsinoma laring stadium I 90 98% stadium II 75 85%,
stadium III 60 70% dan stadium IV 40 50%. Adanya metastase ke kelenjar
limfe regional akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%.2,8

25

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring).
Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling sering terjadi (94%).
Karsinoma sel skuamosa adalah karsinoma awal setempat yang berasal dari epitel
skuamosa serta tampak sebagai sel-sel kuboid dan keratinisasi.

Tumor laring merupakam tumor yang cukup sering ditemui di THT.


Tumor pada laring terbagi menjadi 2, yaitu tumor laring jinak dan tumor laring
ganas. Tumor laring jinak jarang ditemukan, hanya kurang dari 5% dari seluruh
tumor laring.
Etiologi dari karsinoma laring belum diketahui secara pasti. Dikatakan
oleh beberapa ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok
orang yang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Terpajan dengan sinar
radioaktif pun dikatakan dapat menyebabkan penyakit ini.
Suara serak merupakan gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala
paling dini tumor pita suara. Dispnae dan stidor cukup sering ditemukan juga,
gejala ini disebabkan oleh sumbatan jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan
kotoran atau sekret dan fiksasi oleh pita suara. Nyeri tenggorok, disfagia, batuk,
hemoptisis, nyeri alih telinga ipsilateral, halitosis, penurunan berat badan dapat
juga terjadi pada pasien. Pembesaran kelenjar getah bening pada leher
dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukan tumor pada
stadium lanjut. Nyeri tekan laring positif bila sudah terjadi komplikasi.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anmnesis, pemeriksaan laring secara
langsung maupun tidak langsung. Pemeriksaan penunjang juga dilakukan, seperti
pemeriksaan laboratorium, foto thorak dan CT Scan laring. Diagnosis pasti

26

36

ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi dan biopsi jarum halus pada
pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dan hasil dari patologi anatomi yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.
Stadium awal tumor kepala dan leher merupakan penyakit yang dapat
disembuhkan bila mendapatkan pengobatan yang tepat. Keputusan untuk
pengobatan, radiasi maupun operasi tergantung dari ukuran dan lokasi dari tumor
itu sendiri, keadaan pasien dan tentu saja pengetahuan dan pengalaman dokter
yang menanganinya.
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan
kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma
laring stadium I 90 98% stadium II 75 85%, stadium III 60 70% dan stadium
IV 40 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5
year survival rate sebesar 50%.

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Lawrence R. Boies, Jr. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. EGC. Jakarta.
1997. h. 369-447
2. Siti
Hajar
Haryuna.

http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti

%20hajar.pdf. Diunduh pada tanggal 22 September 2012, Pukul 20.00


WIB.
3. Desen W. Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi II. FKUI. Jakarta. 2011. h.27887
4. Spector JG, Ogura JH.. Tumors of the larynx and laryngopharynx. In:
Dissease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. Ballenger JJ. Eds.
Thirteenth Edition. Baltimore, Philadelphia, Hongkong, London, Munich,
Sidney, Tokyo. Lea & Febiger 1996: p. 620-25.
5. H e r m a n i B . T u m o r L a r i n g . D a l a m S o e p a r d i E A , d k k ,
pen yu nting.

Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta:FKUI; 2009; h


194-98.
6. Broek
VP,

Feenstra

L.

ZAKBOEK

KEEL-,

NEUS-EN

OORHEELKUNDE, Edisi ke-12. Belgium. Utgeverij Acco. 2007. h. 13258.


7. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XI. EGC. Jakarta.
2007.
8. Irfandy D,

Rahman S. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor Ganas

Laring. http://jurnal.fk.unand.ac.id. 2015

28

Anda mungkin juga menyukai