PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara dan kotak suara (laring).
Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling sering terjadi
(94%). Karsinoma sel skuamosa adalah karsinoma awal setempat yang berasal
dari epitel skuamosa serta tampak sebagai sel-sel kuboid dan keratinisasi. Jenis
lain yang jarang dijumpai adalah karsinoma anaplastik, pseudosarkoma,
adenokarsinoma, dan sarkoma.1,2
Karsinoma laring merupakan tumor ganas kepala leher yang sering
ditemukan. Karsinoma laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT.
Insiden tumor ganas laring dilaporkan lebih tinggi pada penduduk Asia dan India
dan diperkirakan dua kali lipat angka Amerika Serikat, sedangkan di RSCM
menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan
sinus paranasal.2,3,4
Etiologi Karsinoma Laring belum diketahui secara pasti, namun dikatakan
oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orangorang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. 5
Gejala terpenting pada karsinoma laring ialah suara parau dan perubahan
suara. Gejala klinis lain adalah rasa nyeri terutama waktu menelan, dan kadangkadang terjadi pembengkakan di leher.6
Untuk menegakkan diagnosa karsinoma laring masih belum memuaskan,
hal ini disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga
dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan
yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan.
Yang terpenting pada penanggulangan tumor ganas laring ialah diagnosa dini.2
Secara
umum
penatalaksanaan
karsinoma
laring
adalah
dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang
rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan
ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa.6
krikoid.
Batas depannya ialah permukaan belakang epiglotis, tuberkulum
epiglotis, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina
palsu (plika ventrikularis). Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan
disebut rima glotis, dan bidang antara plika ventrikularis kiri dan kanan
disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi
1)
Area Supraglotis
Area Glotis
3)
Area Subglotis
2.3 Definisi
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring).
Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling sering terjadi
(94%). Karsinoma sel skuamosa adalah karsinoma awal setempat yang berasal
dari epitel skuamosa serta tampak sebagai sel-sel kuboid dan keratinisasi.1,2
10
11
71,77%, diikuti oleh keganasan hidung dan paranasal 10,11%, telinga 2,11%,
orofaring/tonsil 1,69%, esophagus/bronkus 1,54%, rongga mulut 1,40% dan
parotis 0,28%.5
Di RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995 Juni 2003 dijumpai 97
kasus karsinoma laring dengan perbandingan laki dan perempuan 8 : 1. Usia
penderita berkisar antara 30 sampai 79 tahun. Dari Februari 1995 Februari 2000,
28 orang diantaranya telah dilakukan operasi laringektomi total.2
Perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 11:1, terbanyak pada usia
56-69 tahun dengan kebiasaan merokok didapatkan pada 73,94%.4
2.5 Etiologi
Etiologi karsinoma laring belum diketahui secara pasti. Dikatakan oleh
para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok-kelompok
orang-orang dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian
epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan
terjadinya karsinoma laring yang kuat ialah:
a.
Rokok
b.
Alkohol
c.
Terpajan oleh sinar radioaktif. 5
Pengumpulan data yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo
menunjukkan bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak
merokok, sedangkan resiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai
dengan kenaikkan jumlah rokok yang dihisap.5
Yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring adalah diagnosis
dini dan pengobatan atau tindakan yang tepat dan kuratif, karena tumornya masih
terisolasi dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan
bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi
serta fungsi sfingter laring.5
2.6 Histopatologi
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95% sampai 98% dari semua tumor
ganas laring. Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkatan diferensiasi :
12
karsinoma anaplastik
karsinoma pseudosarkoma
adenokarsinoma
sarkoma. 2
Karsinoma Verukosa
Adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak,
akan tetapi klinis ganas. Insidennya 1 2% dari seluruh tumor ganas
laring, lebih banyak mengenai pria dari wanita dengan perbandingan
3 : 1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar sehingga dapat
menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi metastase
regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak
efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.2
Adenokarsinoma
Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering
dari kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari
glotis. Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar, two years survival
rate-nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan adalah reseksi radikal
13
a. Supraglotis (30-35%)
b. Glotis (60-65%)
c. Subglotis (1%)
Supraglotis
Yang termasuk supraglotis adalah : permukaan posterior
epiglotis yang terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik,
aritenoid, epiglotis yang terletak di bawah os hioid, pita suara palsu,
ventrikel. Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis sampai
batas atas glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.
Glotis
Yang termasuk glotis adalah : mengenai pita suara asli,
komisura anterior dan komisura posterior. Batas inferior glotis
adalah 10 mm dibawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan
batas inferior otototot intrinsik pita suara. Batas superior adalah
ventrikel laring. Oleh karena itu, tumor glotis dapat mengenai satu
atau kedua pita suara, dapat meluas ke subglotis sejauh 10 mm, dan
dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus
vokalis kartilago aritenoid.
14
Subglotis
Yang termasuk subglotis adalah dinding subglotis. Tumbuh
lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas pita suara asli sampai batas
inferior krikoid.3,4,6,7
15
16
b.
nyeri
c.
17
d.
disfagia.7
Serak
Disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas
nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara,
ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita
suara. Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara
baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau
penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan
ligamentum krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf.
Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran
kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi
kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari
biasanya. Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan
nafas atau paralisis komplit.5
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada
letak tumor. Apabila tumor tumbuh pada pita suara asli, serak
merupakan gejala dini dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah
ventrikel laring, dibagian baeah plika ventrikularis, atau di batas
inferior pita suara, serak akan timbul kemudian. Pada tumor
supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir atau
tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak
khas dan subjektif, seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang
mengganjal di tenggorok. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara
bergumam (hot potato voice).6
Nyeri
Keluhan nyeri tenggorok dapat bervariasi dari rasa goresan
sampai rasa nyeri yang tajam.5
sekret, maupun oleh fiksasi pita suara. Pada umumnya dispnea dan
stridor adalah tanda prognosis yang kurang baik.5
Disfagia
Adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring
dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling
sering pada tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri saat menelan
(odinofagia) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai
struktur ekstra laring.5
19
2.9 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan THT rutin
c. Laringoskopi
d. Radiologi foto polos leher dan dada
e. Pemeriksaan radiologi khusus : politomografi, CT-Scan, MRI
f. Pemeriksaan hispatologi dari biopsi laring sebagai diagnosa pasti.2
Anamnesa
Didapatkan keluhan berupa suara serak, nafas berbunyi, sulit
bernafas, nyeri tenggorokkan, batuk berdarah, sulit menelan dan
anatomi.3,5
Radiologi
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan
laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologi. Foto torak diperlukan
20
untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya suatu proses spesifik
dan metastasis di paru.7 Foto polos laring frontal, lateral dapat
melihatlokasi, lingkup tumor,kondisi saluran nafas, ada tidaknya
dekstrusi kartilago tiroidea dan ada tidaknya penebalan bayangan
jaringan lunak prevertebral .3
CT Scan laring dan MRI
CT Scan laring dapat secara lebih baik menunjukkan
keberadaan tumor, tepinya, lokasinya, lingkup invasinya, jaringan
lunak atau kartilagoserta infiltrasi ke kelenjar limfe,dll, berguna
meningkatkan akurasi penentuan stadium TNM klinis. Kelebihan MRI
laring adalah daya beda terhadap jaringan lunak lebih tinggi dari CT
Scan.5,6
21
22
Amiloidosis faring
Etiologinya tidak jelas, suatu kelainan jinak. Terutama mengenai pita vestibularis dan
pita vokalis, tampak sebagai nodul submukosa atau tonjolan makular, riwayat penyakit
panjang, kondisi umum pasien baik. Diagnosis dengan sediaan patologi. 3
2.11 Penatalaksanaan
2.11.1 Penatalaksanaan Karsinoma Laring
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu
pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi daripadanya.
a. Pembedahan
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :
1) Laringektomi
a) Laringektomi parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium
I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.
b) Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari
batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea.
2) Diseksi Leher Radikal
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 T2) karena
kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan tumor
23
supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali mengadakan
metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan tindakan diseksi leher.
Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat metastase jauh.
b. Radioterapi
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1
dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan
cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan.
Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 7000 rad.
Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura,
Som, Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk
memperoleh kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat
disembuhkan pada jaringan yang melapisinya. Wang dan Schulz memberikan
45005000 rad selama 46 minggu diikuti dengan laringektomi total.
c. Sitostatika
Pemakaian sitostatika belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian
sitostatika tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk, di samping
harga obat ini yang relatif mahal, sehingga tidak terjangkau oleh pasien.5
d.Rehabilitasi
Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa
tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik.
rehabilitasi mencakup : Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan
Social Rehabilitation.2
Laringektomi yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring
menyebabkan cacat pada pasien. Dengan dilakukannya pengangkatan laring
beserta pita suara yang berada di dalamnya, maka pasien menjadi afonia dan
bernafas melalui stoma permanen di leher. 3
Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara,
yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula, ataupun
dengan suara yang dihasilkan dari esofagus melalui proses belajar. 3
Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini.
Tetapi faktor fisik dan psiko-sosial merupakan 2 faktor utama. Mungkin dengan
24
2.12 Prognosis
Prognosis keseluruhan baik dengan angka harapan hidup yang terbaik
pada pasien tumor ganas glotis dibandingkan supraglotis dan subglotis. Hal
ini dikarenakan secara anatomis, glotis tidak memiliki saluran limfe serta
vaskularisasi yang lebih sedikit dibandingkan supraglotis dan subglotis.
Selain itu prognosis juga tergantung dari stadium tumor, pilihan
pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five
years survival pada karsinoma laring stadium I 90 98% stadium II 75 85%,
stadium III 60 70% dan stadium IV 40 50%. Adanya metastase ke kelenjar
limfe regional akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%.2,8
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring).
Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling sering terjadi (94%).
Karsinoma sel skuamosa adalah karsinoma awal setempat yang berasal dari epitel
skuamosa serta tampak sebagai sel-sel kuboid dan keratinisasi.
26
36
ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi dan biopsi jarum halus pada
pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dan hasil dari patologi anatomi yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.
Stadium awal tumor kepala dan leher merupakan penyakit yang dapat
disembuhkan bila mendapatkan pengobatan yang tepat. Keputusan untuk
pengobatan, radiasi maupun operasi tergantung dari ukuran dan lokasi dari tumor
itu sendiri, keadaan pasien dan tentu saja pengetahuan dan pengalaman dokter
yang menanganinya.
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan
kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma
laring stadium I 90 98% stadium II 75 85%, stadium III 60 70% dan stadium
IV 40 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5
year survival rate sebesar 50%.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Lawrence R. Boies, Jr. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi VI. EGC. Jakarta.
1997. h. 369-447
2. Siti
Hajar
Haryuna.
http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti
Buku
Feenstra
L.
ZAKBOEK
KEEL-,
NEUS-EN
28