Oleh
Yosia Aryo Yudhanto
145120607111019
145120607111020
145120607111021
145120607111022
IPM B-4
Dosen Pengampu:
Andi Setiawan, S.IP., M.Si
ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1
Latar belakang............................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah...........................................................................2
BAB II..................................................................................................... 3
PEMBAHASAN......................................................................................... 3
2.1
2.2
2.3
2.4
BAB III.................................................................................................. 32
PENUTUP............................................................................................... 32
3.1
Simpulan.................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Demokrasi merupakan kata yang sudah tidak asing lagi dalam masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Ketetapan
MPRS
Nomor
I/MPRS/1960
yang
menetapkan
Dewan
Pertimbangan
Agung
Sementara.
Dewan
revolusi
nasional,
melaksanakan
pembangunan,
dan
alat untuk
2 http://pengertian-isp.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-demokrasipancasila-terpimpin-liberal.html
demokrasi yang menuntun untuk mengabdi kepada negara dan bangsa, yang
beranggotakan orangorang jujur.
d) Cara yang harus ditempuh untuk melaksanakan koreksi tersebut adalah:
Mengganti sistem free fight liberalisme dengan Demokrasi Terpimpin
yang lebih sesuai dengan kepribadian bangsa.
Dewan Perancang Nasional akan membuat blue-print masyarakat adil dan
makmur.
Hendaknya Konstituante tidak menjadi tempat berdebat yang berlarut-larut
dan segera menyelesaikan pekerjaannya agar blue print yang dibuat
Depernas dapat didasarkan pada konstitusi baru yang dibuat Konstituante
Hendaknya Konstituante meninjau dan memutuslkan masalah Demokrasi
Terpimpin dan masalah kepartaian.
Perlunya penyerdehanaan sistem kepartaian dengan mencabut Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang telah memberi sistem multi
partai dan menggantikannya dengan undangundang kepartaian serta
undangundang pemilu.
Selain itu, Sukarno juga mendefinisikan Demokrasi Terpimpin adalah
demokrasi
yang
dipimpin
oleh
hikmah
kebijaksanaan
dalam
yaitu
rakyat,
Melarang propaganda anti nasakom, dan menghendaki konsultasi
sesama aliran progresif revolusioner.
10
1929.
Delapan
bulan
kemudian
baru
disidangkan.
Dalam
11
12
diikuti
dengan
munculnyapenolakan
MPR
atas
13
dan situasi politik negara Indonesia semakin buruk dan kacau. Keadaan yang
semakin bertambah kacau itu sangat membahayakan dan mengancam keutuhan
negara dan bangsa Indonesia karena selain Konstituante gagal menetapkan UUD
yang baru juga timbulnya berbagai pemberontakan di Indonesia yaittu: DI/TI di
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No 1,Maret 2015 73 Jawa
Barat, Aceh dan Sulawesi Selatan, Permesta di Sulawesi Utara, PRRI di Sumatera
dan RMS di Maluku. banyak Suasana semakin bertambah panas karena adanya
ketegangan yang diikuti dengan sikap dari setiap partai politik yang berada di
Konstituante. Rakyat sudah tidak sabar lagi dan menginginkan agar pemerintah
mengambil tindakan yang bijaksana untuk mengatasi kemacetan sidang
Konstituante namun konstituante ternyata tidak dapat diharapkan lagi. Kegagalan
Konstituante untuk melaksanakan sidang-sidangnya untuk membuat undangundang dasar baru.
UndangUndang
Dasar
yang
menjadi
dasar
hukum
pelaksanaan
14
dalam
fase
perpolitikan
Demokrasi
Terpimpin
telah
15
permasalahan
yang
timbul
di
dalam
negeri.
Di
antara
16
kebijakan politik dan pembangunan ekonomi bukanlah suatu bagian yang paling
penting untuk proses national building.8
Semula dimaksudkan untuk menentang pengaruh liberal dalam Demokrasi
Barat. Yang bertentangan dengan azas-azas pemusyawaratan untuk mencapai
mufakat sesuai dengan pancasila. Tapi dalam pelaksanannya, pimpinan di beri hak
untuk mengambil suatu keputusan bilamana tidak tercapai persesuaian, sehingga
menjurus ke arah pemerintahan diktator, dalam demokrasi timur yang
menyimpang dari kemurnian Pancasila dan UUD 1945.9
Soekarno menyatakan bahwa generasi kepemimpinan berikutnya disebut sebagai
demokrasi Terpimpin, apa maksud dari pernyataan ini? Dalam catatan sejarah
peralihan antara demokrasi Parlementer ke demokrasi Terpimpin dituliskan sejak
tahun 1959, namun istilah demokrasi Terpimpin sudah dinyatakan oleh Presiden
Soekarno sejak tahun 1957 ketika banyak tokoh mulai gelisah tentang warna
demokrasi Indonesia.14 Dalam pidatonya dengan judul Respublika Sekali Lagi
Respublika pada sidang pleno konstituante di Bandung 22 April 1959, Soekarno
menyerang konstituante karena mempraktikkan cara-cara demokrasi Liberal,
sambil menawarkan solusi mengembalikan demokrai Indonesia pada bentuk
demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin menurut Soekarno adalah bentuk
relevan untuk Indonesia, dan bukan sebagai kamuflase kediktatoran dan
sentralisme seperti faham Komunis, dan berbeda pula dengan demokrasi Liberal.
Pondasinya sesuai pembukaan UUD 1945 Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, seperti rapat
suku yang dipimpin ketua adat, jadi tidak sekedar dalam bidang politik, melainkan
dalam sosial, dan ekonomi.
Ir. Soekarno tentunya memiliki hubungan yang sangat erat dengan
demorkasiterpimpin. Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, demokrasi
8 Soekarno, Membangun Dunia Kembali (MDK), Kempen, 1960
9 Widjaya.A.W.1984.Demokrasi Dan Aktualisasi Pancasila.Bandung.
17
18
19
20
Dekrit yang dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959
mendapatkan sambutan dari masyarakat Republik Indonesia yang pada waktu itu
sangat menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun kekuatan dekrit tersebut
bukan hanya berasal dari sambutan yang hangat dari sebagian besar rakyat
Indonesia, tetapi terletak dalam dukungan yang diberikan oleh unsurunsur penting
negara lainnya, seperti Mahkamah Agung dan KSAD.18 Dengan dikeluarkannya
Dekrit Presiden, Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9 Juli 1959,
diganti dengan Kabinet Kerja. Dalam kabinet tersebut Presiden Soekarno
bertindak sebagai perdana menteri, sedangkan Ir. Djuanda bertindak sebagai
menteri pertama. ManipolUsdek dan Nasakom: Struktur Konstitusi dan Ideologi
Demokrasi
Terpimpin.
Demokrasi
Terpimpin
sebenarnya,
terlepas
dari
pelaksanaannya yang dianggap otoriter, dapat dianggap sebagai suatu alat untuk
mengatasi perpecahan yang muncul di dataran politik Indonesia dalam
pertengahan tahun 1950-an19 Untuk menggantikan pertentangan antara partaipartai di parlemen, suatu sistem yang lebih otoriter diciptakan dimana peran
utama dimainkan oleh Presiden Soekarno. Soekarno memberlakukan kembali
konstitusi presidensial tahun 1945 pada tahun 1959 dengan dukungan kuat dari
angkatan darat.
Akan tetapi Soekarno menyadari bahwa keterikatannya dengan tentara
dapat membahayakan kedudukannya, sehingga ia mendorong kegiatan-kegiatan
dari kelompokkelompok sipil sebagai penyeimbang terhadap militer. Dari
kelompok sipil ini yang paling utama adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
juga walau tidak begitu signifikan peranan dari golongan agama, yaitu khususnya
yang diwakili oleh NU yang tergabung dalam poros nasakom Soekarno semasa
17 Rosyada, dkk., Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Demokrasi,
Hak Asasi Manusia & Masyarakat Madani, 133.
18 Poesponegoro, Marwati Djoened dkk., 1993, Sejarah Nasional
Indonesia jilid VI, Jakarta: DepdikbudBalai Pustaka, hlm. 311
19 Crouch, Herbert, 1999, Militer & Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar
Harapan, hlm.44
21
22
23
masa tersebut dipaksakan doktrin yang seolah olah negara ada di dalam keadaan
rebolusi dan presiden sebagai kepala negara yang dianggap secara otomatis
menjadi pemimpin besar revolusi. Badan Konstiuante yang sudah terpilih melalui
pemilihan umum dilantik pada tanggal 1956. Tugas badan ini adalah bersama
dengan pemerintah menetapkan Undang Undang Dasar yang tetap dan sedianya
untuk menggantikan UUDS 1950. Besar harapan rakyat terhadap kinerja badan ini
untuk segera menghasilkan UUD baru yang mampu memberikan suatu sistem
politik yang stabil. Tetapi nampaknya harapan ini pun harus hancur di tengah
jalan. Badan Konstituante bersidang hampir dua setengah tahun dan ternyata
belum juga dapat membuat sebuah Undang Undang Dasar. Perbedaan pendapat
yang sangat mencolok, menyulitkan badan ini untuk menyetujui sebuah
kesepakatan. Konflik pendapat yang terdapat di partai partai politik itu sendiri
tidak hanya di parlemen, melainkan juga di badan badan pemerintahan. Konflik
ini semakin meluas ke instansi instansi swasta dan di masyarakat luas. Dalam
hal perbedaan pendapat ini terdapat dua kelompok yakni. Pertama kelompok yang
menghendaki kembalinya UUD 1945 yang digerakkan oleh Ir Soekarno dan A.H
Nasution. Yang kedua kelompok yang berpendapat Undang Undang Dasar yang
sesuai dengan Piagam Jakarta yang secara tidak terperinci memasukkan prinsip
prinsip Isalm. Kelompok ini digerakkan oleh Hamka dan Prawoto yang tergabung
di dalam solidaritas kelompok Islam. Untuk mengatasi masalah pertentangan ini ,
maka muncul ide untuk melaksanakan Demokrasi Terpimpin. Demokrasi jenis ini
dianggap sesuai dengan karakter dan kepribadian bangsa Indonesia. Untuk
melaksanakan Demokrasi Terpimpin ini, maka diperlukan Undang Undang
Dasar baru, karena UUDS 1950 sisteamnya menggunakan asas Demokrasi
Liberal. Maka UUDS 1950 mutlak harus diganti. Pasca Badan Konstiuante
dianggap tidak dapat bekerja dengan baik , maka Kabinet Juanda tepatnya pada
yanggal 10 Februari 195untuk melaksanakan ide Demokrasi Terpimpin, yakni
melalui cara kembali kepada UUD 1945.
Kabinet kemudian mengeluarkan keputusan resmi pada tanggal 19
Februari 1959 dengan nama: Putusan Dewan Menteri mengenai pelaksanaan
24
sidang
Konstituante
dilaksanakan.
Presiden
Soekarno
yang
25
1. Dibubarkannya Konstituante
2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS.
Berlakunya kembali UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, ternyata
diterima baik oleh rakyat Indonesia, bahkan DPR secara aklamasi menyatakan diri
bersedia untuk bekerja atas dasar UUD 1945. Dengan demikian, maka dimulailah
babak baru ketatanegaraan RI di bawah payung Demokrasi Terpimpin. Dengan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, berarti Kabinet Parlementer yang sebelumnya
memerintah di bawah pimpinan Perdana Menteri Djuanda dinyatakan demisioner
dan diganti oleh Kabinet Presidensial yang langsung dipimpin oleh Presiden
Soekarno.24
4. Politik dan Pemerintahan Masa Demokrasi Terpimpin (Dekrit 5 Juli 1959)
Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka berakhirlah Demokrasi
Liberal dan digantikan dengan Demokrasi Terpimpin. Demikian pula saat itu
sistem Kabinet Parlementer ditinggalkan dan diganti menjadi Kabinet
Presidensial. Sistem pemerintahan diselenggarakan menurut UUD 1945 dan alat
alat perlengkapannya juga disusun menurut 194525
26
27
28
mengupayakan keamanan dan ketenteraman rakyat dan negara , dan ketiga adalah
memperjuangkan Irian Barat30.
10. Manifesto Politik
Dalam rangka melaksanakan program Kabinet Kerja, Presiden Soekarno
membentuk Front Nasional yang tugasnya adalah meneruskan revolusi Indonesia,
melaksanakan pembangunan, dan memperjuangkan Irian Barat. Dalam pidato
presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi
Kita, dijelaskan bahwa revolusi belum selesai. Maka untuk melanjutkan revolusi
itu harus ada pemimpin yang menjadi bapak dari seluruh bangsa. MPRS
berikutnya menetapkan uraian pidato presiden tersebut menjadi GBHN yang
dikenal
dengan
1945,Sosialisme
Manifesto
Indonesia,
Politik
yang
Demokrasi
berdasarkan
Terpimpin,
USDEK
Ekonomi
(UUD
Terpimpin,
29
demokrasi
kekeluargaan,
yakni
demokrasi
yang
mendasar
sistem
perjuangan
menentang
imperialisme
ekonomi
dan
30
31
ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil
ARBI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak
memeimpin departemen.
C. Pembentukan MPRS yang bertentangan dengan UUD 1945. Presiden juga
membentuk MPRS berdasarkan penetapan presiden No.2 tahun 1959.
Tindakan ini bertentangan dengan UUD 1945 karena berdasarkan UUD
1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus
melalui pemilu sehingga partai yang terpilih oleh rakyat memiliki anggotaanggota yang duduk di MPR.
D. Kegagalan kontituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga
membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak
mempuyai pijakan hukum yang mantap.
E. Situasi politik yang semakin buruk.
F. Konflik antar partai yang mengganggu stabilitas nasional.
G. Banyaknya partai dalam parlemen yang saling bebeda pendapat sementara
sulit untuk mempertemukannya.
H. Masing-masing politik berusaha untuk menghalalkan segala cara agar
tujuan partainya tercapai 35.
32
BAB III
PENUTUP
3.1Simpulan
Demokrasi terpimpin merupakan sebuah sistem dimana seluruh pemikiran
maupun keputusan berpusat pada pemimpin negara. Di indonesia sendir konsep
ini diumumkan oleh presiden Indonesia yang pertama, Soekrano dalam
pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 november 1956, dan berkalu dari
1957-1965. Dimulai dari tumbangnya demokrasi liberal atau prlementer yang
ditandai denga mundurnya Ali Sastroamidjojo sebagai perdana mentri. Namun
begitu,
penegasan
pemberlakuan
demokrasi
terpimpin
dimulai
setelah
33
DAFTAR PUSTAKA
Inu Kencana, 2013, Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Bumi Aksara, hlm 162
http://pengertian-isp.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-demokrasi-pancasilaterpimpin-liberal.html, diakses pada tanggal 13 April 2016
Bob Hering, 2012, Soekarno, Arsitek Bangsa, Jakarta: Kompas
Sekretariat Negara RI,1985, 30 Tahun Indonesia Merdeka , Jakarta: PT.Gita
Karya, hlm 43
H.Roslan.Abdulgani, 1961, Penjelasan Manipol-Usdek, Bahan-bahan
Indoktrinasi. A.Reachim. Djember: Penerbit Sumber Ilmu, hlm 149
Onghokham, 1978, Manusia dalam Kemelut Sejarah,Jakarta
Rex, Mortimer, 2011, Indonesian Communism Under Soekarno (Idiologi dan
Politik 1959-1965), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm.196
Soekarno, Membangun Dunia Kembali (MDK), Kempen, 1960
Widjaya.A.W.1984.Demokrasi Dan Aktualisasi Pancasila.Bandung.
Syafii Maarif, Ahmad.
1996. Islam dan Politik: Teori Belah Bambu, Masa Demokrasi Terpimpin
1959-1965.Jakarta: Gema Insani Press
Noer, Perkembangan Demokrasi Kita, 82.
Mubarak, Demokrasi dan Kediktatoran: Seketsa Pasang Surut Demokrasi di
Indonesia
Edward Aspinal, ed., dkk., Pendahuluan, dalam Edward Aspinal, ed., dkk., Titik
Tolak Reformasi; Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto. Penerjemah A.
Wisnu Hardana (Yogyakarta: LkiS, 2000), 2.
34
35