Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

Demokrasi Terpimpim Di Indonesia

Oleh
Yosia Aryo Yudhanto

145120607111019

Baladhika Puji Lestari

145120607111020

I Dewa Made Werdi Gita Permata

145120607111021

Caprilya Helen Vidora

145120607111022
IPM B-4

Dosen Pengampu:
Andi Setiawan, S.IP., M.Si

ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1

Latar belakang............................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah...........................................................................2

BAB II..................................................................................................... 3
PEMBAHASAN......................................................................................... 3
2.1

Mengenal Konsep Demokrasi Terpimpin...............................................3

2.2

Presiden Era Demokrasi Terpimpin....................................................11

2.3

Pemerintahan di Era Demokrasi Terpimpin..........................................13

2.4

Peristiwa Penting Dimasa Demokrasi Terpimpin...................................22

BAB III.................................................................................................. 32
PENUTUP............................................................................................... 32
3.1

Simpulan.................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 33

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Demokrasi merupakan kata yang sudah tidak asing lagi dalam masyarakat

Indonesia maupun masyarakat dunia. Hampir seluruh negara di dunia menganut


sistem demokrasi, tetapi tentunya demokrasi yang dipraktekkan berbeda beda dari
satu negara ke negara lainnya. Secara etimologi demokrasi berasal dari kata
demos yang berarti rakyat atau penduduk di suatu tempat dan cratein yang berarti
kekuasaan atau keadualatan.1 Negara Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang berusaha untuk membangun sistem politik demokrasi sejak
menyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya pada tahun 1945. Sebagai sebuah
gagasan, demokrasi sebenarnya sudah banyak dibahas atau bahkan dicoba
diterapkan di Indonesia. Pada awal kemerdekaan Indonesia berbagai hal dengan
negaramasyarakat telah diatur dalam UUD 1945.
Pertama, pasca awal kemerdekaan periode demokrasi Parlementer 19451959, selanjutnya demokrasi Terpimpin periode 1959-1965, demokrasi Pancasila
periode 1965- 1998, dan demokrasi periode 1998 (Reformasi) hingga sekarang.
Sederhananya demokrasi Parlementer dan Terpimpin ada pada era Soekarno,
demokrasi Pancasila pada era Soeharto baik keduanya dengan problem
otoritarianisme dan kediktatoran dan terakhir model demokrasi Reformasi, 3
adalah periode pasca runtuhnya Soeharto yang di dalamnya diisi secara bergantian
pemimpin negara dari B.J. Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarno Putri, dan
sekarang Susilo Bambang Yudhoyono. Para pendiri bangsa berharap dengan
adanya demokrasi akan dapat memudahkan terwujudnya cita- cita bangsa
Indonesia yakni melindungi bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
1 Inu Kencana, 2013, Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Bumi Aksara, hlm
162

Dalam makalah ini penulis memfokuskan pembahasan pada era demokrasi


terpimpin yang berlangsung dalam periode 1959 1965. Agar kita dapat
memahami secara mendalam apa yang dimaksud dengan demokrasi terpimpin itu.
1.2Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi terpimpin?
2. Siapa presiden di era demokrasi terpimpin?
3. Bagaimana pemerintahan di era demokrasi terpimpin?
4. Apa saja peristiwa penting yang terjadi di era demokrasi terpimpin?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Mengenal Konsep Demokrasi Terpimpin


Pengertian Demokrasi Terpimpin adalah salah satu bentuk demokrasi yang

memberikan keleluasaan kepada rakyatnya namun diatur dan diarahkan oleh


pimpinan negara, bentuk ini disebut juga sebagai semi otoriter atau pimpinan
tunggal. Istilah demokrasi terpimpin dikenalkan oleh Presiden Soekarno melalui
dekrit presiden tahun 1959, yang menyatakan bahwa demokrasi terpimpin
bukanlah diktator, sentralistik, ataupun liberal, akan tetapi demokrasi terpimpin
merupakan permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, bukan
dengan perdebatan dan penyiasatan.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 mendapat dukungan komponen masyarakat ,
TNI, Mahkamah agung serta sebagaian besar anggota DPR. Hal ini disebabkan
masyarakat mendambakan stabilitas politik dan keamanan dalam rangka
pembangunan bangsa. Namun Dekrit Presiden tidak dapat dilepaskan dengan
berlakunya konsep Demokrasi Terpimpin.
Adapun sisi positif dan negatif dari dekrit tersebut Sisi positif dan negatif
Dekrit Presiden Soekarno.
A. Sisi positif berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai berikut :
Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik yang
berkepanjangan.
Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945 dari kelangsungan
hidup negara.
Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS dan lembaga
tinggi negara berupa DPAS yang selama masa Demokrasi Liberal tertunda
pembentukannya.
B. Sisi negatif berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai berikut :

Memberi kekuasaan yang besar kepada presiden, MPR, dan lembaga


tinggi negara.
Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik.
Disebut demokrasi terpimpin karena demokrasi di Indonesia pada saat itu
mengandalkan pada kepemimpinan Presiden Soekarno. Demokrasi terpimpin
merupakan reaksi terhadap demokrasi liberal/parlementer, karena pada masa
Demokrasi Parlementer kekuasaan presiden hanya terbatas sebagai kepala negara,
sedangkan kekuasaan pemerintah dilaksanakan oleh partai politik.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, kekuasaan presiden sangat besar dan
mutlak, sedangkan aktivitas partai politik dibatasi. Karena kekuasaan presiden
yang mutlak tersebut mengakibatkan penataan kehidupan politik menyimpang
dari tujuan awal, yaitu demokratisasi (menciptakan stabilitas politik yang
demokratis) menjadi sentralisasi (pemusatan kekuasaan di tangan presiden).
Pembentukan MPRS, Berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959
presiden membentuk MPRS. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD 1945,
karena berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga
tertinggi negara harus melalui pemilihan umum, sehingga partai-partai politik
yang terpilih oleh rakyat memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR. Ketua
MPRS Chairul Saleh, dengan tugas MPRS hanya terbatas pada menetapkan GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN).
Pada tanggal 10 November sampai 7 Desember 1960, MPRS mengadakan
sidang umum pertama di Bandung. Sidang umum MPRS ini menghasilkan dua
ketetapan, yaitu sebagai berikut :

Ketetapan

MPRS

Nomor

I/MPRS/1960

yang

Manifesto politik Republik Indonesia sebagai GBHN.

menetapkan

Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 tentang garis-garis besar


pola pembangunan nasional semesta berencana tahap pertama
(1961 1969).
Berdasarkan UUD 1945, kedudukan presiden berada di bawah MPR,
namun pada kenyataannya MPRS tunduk kepada presiden yang terlihat dari
tindakan presiden dalam pengangkatan ketua MPRS yang dirangkap oleh wakil
perdana menteri III, dan pengangkatan wakil ketua MPRS yang dipilih dari
pimpinan partai besar (PNI, NU, dan PKI) serta wakil ABRI yang masing-masing
diberi kedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.
Pembubaran DPR dan pembentukan DPR GR. Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) hasil Pemilihan Umum tahun 1955 dibubarkan pada tanggal 5 Maret 1960.
Karena DPR menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden
kemudian mengeluarkan penetapan presiden yang menyatakan bahwa DPR
dibubarkan dan sebagai gantinya presiden mebentuk Dewan Perwakilan Rakyat
Gotong Royong (DPR GR).
Karena bukan hasil pemilihan umum, maka semua anggota DPR GR
ditunjuk oleh Presiden Soekarno. Peraturan maupun tata tertib DPR GR
ditentukan pula oleh presiden. Akibatnya, DPR GR mengikuti kehendak serta
kebijakan pemerintah. Tindakan Presiden Soekarno tersebut bertentangan dengan
UUD 1945, sebab berdasarkan UUD 1945, presiden tidak dapat membubarkan
DPR.
Pembentukan

Dewan

Pertimbangan

Agung

Sementara.

Dewan

Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan Penetapan


Presiden No. 3 Tahun 1959. Lembaga tinggi negara ini diketuai oleh presiden
sendiri. Keanggotaan DPAS terdiri atas satu orang wakil ketua (Rusian
Abdulgani), 12 orang wakil partai politik, 8 orang utusan daerah, 24 orang wakil
golongan.

Tugas DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan


mengajukan usul kepada pemerintah. Pelantikan DPAS dilakukan di Istana Negara
pada tanggal 15 Agustus 1959. Seperti MPRS dan DPR GR, DPAS menempatkan
diri di bawah pemerintah. Alasannya adalah DPAS yang mengusulkan agar pidato
presiden pada hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1959 yang
berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita yang dikenal dengan manifesto
politik (manipol) Republik Indonesia ditetapkan sebagai GBHN berdasarkan
Penpres No. 1 Tahun 1960 dan Ketetapan MPRS No. 1/MPRS/1960. Inti manipol
adalah USDEK (Undang-Undang Dasar 1945, sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin, ekonomi terpimpin, dan kepribadian Indonesia) sehingga dikenal
dengan manipol USDEK.

Pembentukan Front Nasional. Front Nasional dibentuk berdasarkan


Penetapan Presiden No. 13 Tahun 1959. Front Nasional merupakan sebuah
organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan dita-cita yang
terkandung dalam UUD 1945. Tujuan pembentukan Front Nasional adalah
menyatukan seluruh potensi nasional agar menjadi kekuatan untuk menyukseskan
pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh Presiden Soekarno yang bertugas
menyelesaikan

revolusi

nasional,

melaksanakan

pembangunan,

dan

mengembalikan Irian Barat.


Pembentukan Kabinet Kerja. Pada tanggal 9 Juli 1959, presiden
membentuk Kabinet Kerja. Dalam kabinet ini Presiden Soekarno bertindak
sebagai perdana menteri. Sedangkan Ir. Juanda menjadi menteri pertama. Kabinet
Kerja dilantik pada tanggal 10 Juli 1959 dengan programnya yang disebut Tri
Program Kabinet Kerja.

Isi Tri Program Kabinet Kerja adalah sebagai berikut :

Mencukupi kebutuhan sandang pangan.


Menyelenggarakan keamanan rakyat dan negara.
Melanjutkan perjuangan menentang imperialisme ekonomi dan
imperialisme politik (Irian Barat).
Demokrasi Terpimpin pertamatama adalah sebagai suatu

alat untuk

mengatasi perpecahan yang muncul di dataran politik Indonesia dalam kurun


waktu pertengahan tahun 1950-an. Untuk menggantikan pertentangan di parlemen
antara partai politik, suatu sistem yang lebih otoriter perlu diciptakan dimana
peran utama dimainkan oleh Presiden Sukarno (Harold Crouch1999;44)2.
Pengertian rinci tentang Demokrasi Terpimpin dapat ditemukan dalam
pidato kenegaraan Sukarno dalam rangka HUT Kemerdekaan RI tahun 1957 dan
1958, yang pokokpokoknya sebagai berikut (Soepomo Djojowadono, dalam
Mahfud MD,2000:550):
a) Ada rasa tidak puas terhadap hasilhasil yang dicapai sejak tahun 1945 karena
belum mendekati citacita dan tujuan proklamsi seperti masalah kemakmuran dan
pemerataan keadilan yang tidak terbina, belum utuhnya wilayah RI karena masih
ada wilayah yang dijajah Belanda,instabilitas nasional yang ditandai oleh jatuh
bangunnya kabinet serta pemberontakan di daerahdaerah.
b) Kegagalan tersebut disebabkan menipisnya nasionalisme, pemilihan demokrasi
liberal yang tanpa pemimpin dan tanpa disiplin, suatu demokrasi yang tidak cocok
dengan kepribadian Indonesia, serta sistem multipartai yang didasarkan pada
Maklumat Pemerintah 3 November 1945 yang ternyata partaipartai tersebut
digunakan sebagai alat perebutan kekuasaan dan bukan sebagai alat pengabdi
rakyat.
c) Suatu koreksi untuk segera kembali pada citacita dan tujuan semula harus
dilaskukan dengan cara meninjau kembali sistem politik. Harus diciptakan suatu

2 http://pengertian-isp.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-demokrasipancasila-terpimpin-liberal.html

demokrasi yang menuntun untuk mengabdi kepada negara dan bangsa, yang
beranggotakan orangorang jujur.
d) Cara yang harus ditempuh untuk melaksanakan koreksi tersebut adalah:
Mengganti sistem free fight liberalisme dengan Demokrasi Terpimpin
yang lebih sesuai dengan kepribadian bangsa.
Dewan Perancang Nasional akan membuat blue-print masyarakat adil dan
makmur.
Hendaknya Konstituante tidak menjadi tempat berdebat yang berlarut-larut
dan segera menyelesaikan pekerjaannya agar blue print yang dibuat
Depernas dapat didasarkan pada konstitusi baru yang dibuat Konstituante
Hendaknya Konstituante meninjau dan memutuslkan masalah Demokrasi
Terpimpin dan masalah kepartaian.
Perlunya penyerdehanaan sistem kepartaian dengan mencabut Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang telah memberi sistem multi
partai dan menggantikannya dengan undangundang kepartaian serta
undangundang pemilu.
Selain itu, Sukarno juga mendefinisikan Demokrasi Terpimpin adalah
demokrasi

yang

dipimpin

oleh

hikmah

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan. Meskipun definisi dari Demokrasi Terpimpin pada


hakekatnya sebagai kebijakan alternatif dalam menghadapi perpecahan bangsa
namun pada prakteknya menyimpang dari apa yang telah didefinisikan.
Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin yang diperkuat dengan TAP MPRS No.
VII/1965 menjelmakan Presiden Sukarno sebagai penguasa yang mengarah pada
kediktatoran.
Dalam rangka mengurangi peran kontrol partai politik yang menolak
Demokrasi Terpimpin, Presiden Sukarno mengeluarkan Peraturan Presiden No. 7
tahun 1959 yang berisi ketentuan kewajiban partaipartai politik mencantumkan
AD/ART(anggaran dasar/anggaran rumah tangga), dengan asas dan tujuan tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, serta membubarkan partaipartai
politik yang terlibat dalam pemberontakanpemberontakan. Aturan tersebut

mengakibatkan Partai Masyumi dan Partai Sosialis dibubarkan karena dianggap


mendukung pemberontakan PRRI/Permesta.
Konsepsi Demokrasi Terpimpin antara lain pembentukan lembaga negara
baru yang ektrakonstitusional yaitu Dewan Nasional yang diketuai Sukarno
sendiri dan bertugas memberi nasekat pada kabinet. Untuk pelaksanaannya
dibentuk kabinet baru yang melibatkan semua partai politik termasuk PKI. Pada
bulan Juli 1959, Sukarno mengumumkan kabinetnya yang bernama Kabinet Kerja
yang terdiri dari sembilan menteri disebut MenteriMenteri Kabinet Inti dan 24
menteri yang disebut Menteri Muda. Dalam Kabinet Kerja tersebut, Djuanda
diangkat sebagai menteri utama atau pertama dan semua menteri diharuskan
melepaskan ikatan kepartaian dalam membentuk pemerintahan nonpartai.
Program kerja kabinet tersebut dirumuskan dalam tiga pokok

yaitu

(Herbert Feith, 1995:75):


Sandang-pangan bagi rakyat
Pemulihan keamanan
Melanjutkan perjuangan melawan imperalis.
Dalam rangka

pelaksanaan Demokrasi Terpimpin ,Sukarno juga

membentuk DPA (Dewan Perwakilan Rakyat) serta Dewan Perancang Nasional


yang dipimpin Muhammad Yamin, serta MPRS yang diketuai Chaerul Saleh.
Namun Presiden membekukan DPR hasil pemilu 1955 disebabkan parlemen
menolak Anggaran Belanja Negara yang diajukan Presiden dan menggantikannya
dengan DPR GR(DPR Gotong-Royong). Kemudian Sukarno juga menetapkan
MPRS, dimana tokoh PKI D.N Aidit menjadi salah seorang Wakil Ketua. Tokohtokoh Masyumi ,PSI dan Muhammad Hatta menentang kebijakan Sukarno
tersebut dengan membentuk Liga Demokrasi.
MPRS yang terbentuk tanggal 22 Juli 1959, dalam Sidang Umum I MPRS
tahun 1960 menetapkan pidato kenegaraan Sukarno tanggal 17 Agustus 1959
tersebut menjadi Manifesto Politik Indonesia dan menetapkannya sebagai
9

GBHN. Selanjutnya dalam

Sidang Umumnya tahun 1963 menetapkan

mengangkat Ir. Sukarno sebagai presiden seumur hidup.


Dalam membentuk ideologi bagi Demokrasi Terpimpin, Sukarno
memperkenalkannya dalam pidato kenegaraan tanggal 17 Agustus 1959 yang
berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita yang dianggap sebagai Manifesto
Politik yang disingkat Manipol. Isi Manipol disimpulkan menjadi lima prinsip
yaitu

UUD 1945, Sosialisme Indonesia,Demokrasi Terpimpin, Ekonomi

Terpimpin dan Kepribadian Indonesia yang disingkat USDEK. Manipol-USDEK


dikaitkan dengan dasar negara Pancasila sehingga menjadi rangkaian pola
ideologi Demokrasi Terpimpin.
Sukarno menghendaki persatuan ideologi antara Nasionalisme, Islam dan
Marxis dengan doktrin Nasakom (nasionalis, agama dan komunis). Doktrin ini
mengandung arti bahwa PNI (nasionalis), Partai NU (Agama) dan PKI (komunis)
akan berperan secara bersama dalam pemerintahan disegala tingkatan sehingga
menghasilkan sistem kekuatan koalisi politik. Namun pihak militer tidak setuju
terhadap peran PKI di pemerintahan (Ricklefs,1991:406).
Beberapa ciri-ciri yang dapat kita lihat dari penerapan demokrasi
terpimpin adalah sebagai berikut :

Dominasi dari Presiden,


Terbatasnya peranan partai politik,
Berkembangnya pengaruh komunis, dan
Meluasnya peranan ABRI (TNI) sebagai unsur sosial politik.
Adanya rasa gotong royong
Tidak mencari kemenangan atas golongan lain,
Selalu melakukan sintesa untuk melaksanakan amanat penderitaan

rakyat,
Melarang propaganda anti nasakom, dan menghendaki konsultasi
sesama aliran progresif revolusioner.

10

2.2Presiden Era Demokrasi Terpimpin


Konsep dari demokrasi terpimpin ini dicetuskan oleh Ir. Soekarno, yang
kala itu menjabat sebagai presiden Indonesia. Berikut sedikit ulasan tentang
Presiden Soekarno.
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil
Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21
Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu
Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai
delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati,
Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan
Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita keturunan Jepang bernama asli
Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.
Sebenarnya nama Soekarno bukanlah nama lahirnya, ketika lahir orang tua
beliau memberi nama Kusno Sosrodihardjo. Masa kecil Soekarno hanya
dihabiskan beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Ketika SD
hingga tamat beliau di Surabaya, dengan tinggal di rumah Haji Oemar Said
Tjokroaminoto, seorang politisi pendiri Syarikat Islam. Setelah tamat dari SD
beliau melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Dan ketika belajar
di HBS itulah Soekarno telah mulai terlatih hingga menemukan jati dirinya
sebagai seseorang yang berjiwa nasionalisme. Setelah lulus dari HBS tahun 1920,
pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah
Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar Ir pada 25
Mei 1926.
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI
(Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka.
Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29
Desember

1929.

Delapan

bulan

kemudian

baru

disidangkan.

Dalam

pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan


Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

11

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli


1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung
dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali
ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun
kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang
BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar
negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang
PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden
Republik Indonesia yang pertama. Hal ini menjadi puncak karirnya,
memproklamirkan berdirinya negara Indonesia setelah beberapa abad dijajah oleh
Belanda dan Jepang.3
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian
menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau dengan
gagasan-gagasannya berusaha menghimpun bangsa-bangsa Asia-Afrika dan
Amerika Latin dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung yang digelar
pada tahun 1995, yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok. Hal
tersebut dilandasi atas rasa keprihatinannya terhadap nasib negara- negara di AsiaAfrika yang masih belum merdeka.
Pada hari Kamis malam, tanggal 30 September PKI mulai melancarkan
gerakan perebutan kekuasaan dengan nama Gerakan 30 September atau kemudian
dikenal dengan G-30-S/PKI.4Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik
hebat yang menyebabkan situasi politik di Indonesia menjadi genting. Keadaan
3 Bob Hering, 2012, Soekarno, Arsitek Bangsa, Jakarta: Kompas
4 Sekretariat Negara RI,1985, 30 Tahun Indonesia Merdeka , Jakarta:
PT.Gita Karya, hlm 43

12

semakin diperpuruk dengan adanya demonstrasi besar- besaran oleh KAMI


( Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar
Indonesia), dalam demonstrasinya mereka menyampaikan Tritura yang salah satu
isinya adalah mendesak Soekarno untuk membubarkan PKI. Namun Soekarno
menolak membubarkannya, karena akan bertentangan dengan pandangan
Nasakom (nasionalisme, Agama dan Komunisme). dengan penolakan pembubaran
PKI maka menjadikan posisinya semakin lemah di pemerintahan. Yang
selanjutnya

diikuti

dengan

munculnyapenolakan

MPR

atas

pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat


Presiden.
Kesehatan Soekarno terus memburuk, sejak bulan Agustus 1965. Beliau
dinyatakan mengidap gangguan ginjal, bahkan pernah menjalani perawatan di
Wina Austria pada tahun 1961 dan 1964. Hingga akhirnya pada hari Minggu, 21
Juni 1970 beliau meninggal dunia di RSPAD dan disemayamkan di Wisma Yaso,
Jakarta dan kemudian dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya,
Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai Pahlawan
Proklamasi.
2.3Pemerintahan di Era Demokrasi Terpimpin
Demokrasi terpimpin di Indonesia dimulai sejak dikeluarkannya Dekrit
Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 sampai dikeluarkannya SUPERSEMAR pada
tanggal 11 Maret 1966. Demokrasi terpimpin di Indonesia dimaksudkan oleh
Soekarno sebagai demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa, yang
berbeda dengan system demokrasi liberal yang merupakan produk dari barat,
tetapi pada pelaksanaannya, Demokrasi Terpimpin mengalami bentuk macam
penyimpangan.
Indonesia Tahun 1956 Konstituante tidak berhasil merumuskan UndangUndang Dasar baru. Keadaan itu semakin mengguncangkan situasi politik di
Indonesia. Bahkan, masing-masing partai politik mementingkan kepentingan
partai demi tujuan partainya tercapai. Oleh sebab itu, sejak tahun 1956 kondisi

13

dan situasi politik negara Indonesia semakin buruk dan kacau. Keadaan yang
semakin bertambah kacau itu sangat membahayakan dan mengancam keutuhan
negara dan bangsa Indonesia karena selain Konstituante gagal menetapkan UUD
yang baru juga timbulnya berbagai pemberontakan di Indonesia yaittu: DI/TI di
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No 1,Maret 2015 73 Jawa
Barat, Aceh dan Sulawesi Selatan, Permesta di Sulawesi Utara, PRRI di Sumatera
dan RMS di Maluku. banyak Suasana semakin bertambah panas karena adanya
ketegangan yang diikuti dengan sikap dari setiap partai politik yang berada di
Konstituante. Rakyat sudah tidak sabar lagi dan menginginkan agar pemerintah
mengambil tindakan yang bijaksana untuk mengatasi kemacetan sidang
Konstituante namun konstituante ternyata tidak dapat diharapkan lagi. Kegagalan
Konstituante untuk melaksanakan sidang-sidangnya untuk membuat undangundang dasar baru.
UndangUndang

Dasar

yang

menjadi

dasar

hukum

pelaksanaan

pemerintahan negara belum berhasil dibuat, sedangkan Undang-Undang Dasar


Sementara (UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap
tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam situasi dan
kondisi seperti itu, beberapa tokoh partai politik diantaranya Soewirjo ketua
umum PNI mengajukan usul kepada Presiden Soekarno agar mendekritkan
berlakunya kembali UUD 1945 dan pembubaran Konstituante. Waktu itu
pemberlakuan kembali Undang-undang Dasar 1945 dianggap sebagai langkah
terbaik untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional. Oleh karena itu, pada
tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi sebagai
berikut: (1) Pembubaran Konstituante. (2) berlakunya kembali UUD 1945 dan
tidak berlakunya UUDS 1950, (3) Pembentukkan MPRS Revolusi politik di
Indonesia pada masa itu bukan mendirikan kekuatan segolongan atasan saja juga
tidak mendirikan kekuasaan diktatorial kaum proletar, tapi harus mendirikan

14

kekuasaan gotong-royong, kekuasaan menerapkan demokrasi yang menjamin


terkonsentrasinya seluruh kekuatan nasional, seluruh kekuatan rakyat.5
Indonesia

dalam

fase

perpolitikan

Demokrasi

Terpimpin

telah

menyederhanakan struktur politik dengan memusatkan kekuatan di dua lembaga


antara Soekarno dan Angkatan Darat sedangkan PKI sebagai partai politik dengan
basis massa yang besar menjadi kekuatan ketiga. Sistem Demokrasi Terpimpin ini
kemudian dikemas dalam tiga kekuatan besar yakni Soekarno, Angkatan Darat
dan Komunis. Kemudian juga digencarkan indoktrinasi Manipol-Usdek
(Manifesto Politik, UUD 45, Sosialisme indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin) jargon politik Soekarno sebagaimana agar rakyat Indonesia
agar tidak terbius oleh retorika politik. Rakyat yakin benar bahwa Sekarno adalah
figur yang sesuai dengan kriteria-kriteria pemimpin yang dibutuhkan.6
Kondisi Indonesia pasca Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
tahun 1959 dapat dikatakan menjadikan Soekarno sebagai subjek tunggal. Rasa
kebangsaan yang kuat sebagai elemen terpenting proses pembangunan bangsa
Indonesia yang baru yang memasuki babak baru yakni sistem Demokrasi
Terpimpn.Pemikiran ini tentunya membantu melegitimasi peran para pemimpin
yang mengartikulasikan simbol-simbol nasional dengan mempersepsikan rakyat
sebagai patriotpatriot yang menolak cara-cara asing mengintervensi dan dominasi
luar negeri terhadap Bangsa Indonesia7
Pemikiran Soekarno memiliki daya persuasi sedemikian kuatnya sehingga
mampu memaksakan pemikiran-pemkirannya untuk menjadi fondasi dalam
perumusan platform politik Indonesia. Soekarno sebagai Presiden pertama sangat
5 H.Roslan.Abdulgani, 1961, Penjelasan Manipol-Usdek, Bahan-bahan
Indoktrinasi. A.Reachim. Djember: Penerbit Sumber Ilmu, hlm 149
6 Onghokham, 1978, Manusia dalam Kemelut Sejarah,Jakarta
7 Rex, Mortimer, 2011, Indonesian Communism Under Soekarno
(Idiologi dan Politik 1959-1965), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm.196

15

ideal. Soekarno menduduki tiga status istimewa. Pertama, Soekarno sebagai


sebagai institusi politik, kedua, Soekarno sebagai pemikir dan penggagas, dan
ketiga, Soekarno sebagai ideologi. Kekuatan dalam negeri yang lebih ditekankan
pada gencargencarnya Nasionalisme yang anti barat dan berpegang teguh pada
Pancasila. Soekarno sebagai aktor utama pada masa Demokrasi Terpimpin.
Kepentingan politik luar negeri pada masa Demokrasi Terpimpin dipengaruhi oleh
berbagai

permasalahan

yang

timbul

di

dalam

negeri.

Di

antara

permasalahanpermasalahan tersebut adalah masalah politik dan ekonomi. Situasi


tersebut membuat Soekarno memposisikan diri sebagai unsur politik yang
mendominasi meskipun penerapannya tidak terlepas dari pengaruh Angkatan
Darat. Kebijakan politik luar negeri Indonesia memperhatikan kepentingan
nasional, 8Rex, Mortimer, 2011, Indonesian Communism Under Soekarno
(Idiologi dan Politik 1959-1965), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm.196
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No 1,Maret 2015 75
termasuk masalah konfrontasi terhadap rencana pembentukan Federasi Malaysia.
Dari sudut pandang kepentingan nasioanal Indonesia, dapat difahami
alasan konfrontasi tersebut dilakukan. Keadaan politik dalam negeri pada masa
Demokrasi Terpimpin membuat sebagian kepentingan dalam negeri dikaitkan
dengan konfrontasi terhadap Malaysia, misalnya; konfrontasi sebagai alat
pemersatu bangsa dan sebagai alat pengalihan keterpurukan ekonomi.
Sebelum Demokrasi Terpimpin, semangat nasionalisme Indonesia yaitu kurun
waktu 1950-1957, pada masa itu, Indonesia dan motto Bhineka Tunggal Ika
mengalami berbagai ujian perpecahan kesatuan dengan munculnya berbagai
gerakan separatis yang bersifat kedaerahan. Kemudian masa Demokrasi
Terpimpin muncul berbagai konfrontasi, akan tetapi semangat persatuan tumbuh
dengan mengatas namakan kepentingan nasional. Masalah pada saat Demokrasi
Terpimpin selain perpecahan unsur politik dan militer adalah keterpurukan
ekonomi. Berbagai kebijakan ekonomi dilakukan meskipun hasilnya jauh dari
yang diharapkan. Soekarno memandang negara yang masih dalam taraf
membangun sebagai negara yang baru merdeka haruslah mengedepankan

16

kebijakan politik dan pembangunan ekonomi bukanlah suatu bagian yang paling
penting untuk proses national building.8
Semula dimaksudkan untuk menentang pengaruh liberal dalam Demokrasi
Barat. Yang bertentangan dengan azas-azas pemusyawaratan untuk mencapai
mufakat sesuai dengan pancasila. Tapi dalam pelaksanannya, pimpinan di beri hak
untuk mengambil suatu keputusan bilamana tidak tercapai persesuaian, sehingga
menjurus ke arah pemerintahan diktator, dalam demokrasi timur yang
menyimpang dari kemurnian Pancasila dan UUD 1945.9
Soekarno menyatakan bahwa generasi kepemimpinan berikutnya disebut sebagai
demokrasi Terpimpin, apa maksud dari pernyataan ini? Dalam catatan sejarah
peralihan antara demokrasi Parlementer ke demokrasi Terpimpin dituliskan sejak
tahun 1959, namun istilah demokrasi Terpimpin sudah dinyatakan oleh Presiden
Soekarno sejak tahun 1957 ketika banyak tokoh mulai gelisah tentang warna
demokrasi Indonesia.14 Dalam pidatonya dengan judul Respublika Sekali Lagi
Respublika pada sidang pleno konstituante di Bandung 22 April 1959, Soekarno
menyerang konstituante karena mempraktikkan cara-cara demokrasi Liberal,
sambil menawarkan solusi mengembalikan demokrai Indonesia pada bentuk
demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin menurut Soekarno adalah bentuk
relevan untuk Indonesia, dan bukan sebagai kamuflase kediktatoran dan
sentralisme seperti faham Komunis, dan berbeda pula dengan demokrasi Liberal.
Pondasinya sesuai pembukaan UUD 1945 Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, seperti rapat
suku yang dipimpin ketua adat, jadi tidak sekedar dalam bidang politik, melainkan
dalam sosial, dan ekonomi.
Ir. Soekarno tentunya memiliki hubungan yang sangat erat dengan
demorkasiterpimpin. Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, demokrasi
8 Soekarno, Membangun Dunia Kembali (MDK), Kempen, 1960
9 Widjaya.A.W.1984.Demokrasi Dan Aktualisasi Pancasila.Bandung.

17

terpimpinlahir pada masa kepemimpinan beliau. Demokrasi terpimpin pada saat


itu lahir atasdasar keinginan untuk mencapai stabilitas politik setelah dianggap
gagal pada saat erademokrasi liberal sebelumnya. Ada banyak hal yang dilakukan
oleh Ir. Soekarnodalam mewujudkan dan melaksanankan demokrasi terpimpin
yang diawali denganadanya pengeluaran Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Presiden
Soekarno pada saat itu jugasegera membentuk kabinet kerja deng Ir. Juanda
sebagai menteri pertamanya.Pertama-tama Ir. Soekarno membentuk Dewan
Pertimbangan Agung (DPA)yang diketuai oleh presiden yang beranggotakan 12
orang wakil politik, 8utusan/wakil daerah, 24 orang wakil golongan karya dan 1
wakil ketua. Mereka dilantik pada saat perayaan proklamasi kemerdekaan tahun
1959 dengan pidato beliau yang berupa penemuan kembali revolusi kita yang
sekaligus memperkenalkan demokrasi terpimpin. DPA pada saaat itu mengusulkan
pidato tersebut untuk menjadiGaris-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang
berjudul Manifesto Politik Indonesia(Manipol) yang berisi mengenai persoalan
pokok dan program umum revolusiIndonesia dengan inti nya yaitu USDEK (UUD
1945, Sosialisme Indonesia,Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan
Kepribadian Indoensia). Pasca di bentuknya MPRS oleh presiden Soekarno terjadi
perbedaan pendapat antar DPR dan beliau pada tahun 1960an yang kemudian
membubarkan DPR hasil pemilu 1955.
Kemudia beliau berusaha mengawinkan ketiga paham/ideology untuk
menjadi sebuah satu kesatuan yang di terapkan dalam penetapan DPR baru yaitu
DPR-GR (Gotong Royong), diberi nama gotong royong karena pada saat itu
beliau menekankan kepada musyawarah mufaka, yang ditunjuk langsung oleh Ir.
Soekarno dan berisikan fraksi-fraksi Nasionalis,Islam,dan Komunis (NASKOM)
yaitu PNI,NU, dan PKI dengan masing-masing perimbangan suara golongan
tentunya dianggap sebagai sebuah keuntungan bagi PNI dan PKI karena
sebelumnya pada DPR 1955 mereka memiliki suara yang ketimbang lebih sedikit
dari islam.10
10 Syafii Maarif, Ahmad.
1996. Islam dan Politik: Teori Belah Bambu, Masa Demokrasi Terpimpin 19591965.Jakarta: Gema Insani Press

18

Demokrasi Terpimpin 1959-1965. Seperti disinggung di awal, Soekarno


menyatakan bahwa generasi kepemimpinan berikutnya disebut sebagai demokrasi
Terpimpin, apa maksud dari pernyataan ini? Dalam catatan sejarah peralihan
antara demokrasi Parlementer ke demokrasi Terpimpin dituliskan sejak tahun
1959, namun istilah demokrasi Terpimpin sudah dinyatakan oleh Presiden
Soekarno sejak tahun 1957 ketika banyak tokoh mulai gelisah tentang warna
demokrasi Indonesia11 Dalam pidatonya dengan judul Respublika Sekali Lagi
Respublika pada sidang pleno konstituante di Bandung 22 April 1959, Soekarno
menyerang konstituante karena mempraktikkan cara-cara demokrasi Liberal,
sambil menawarkan solusi mengembalikan demokrai Indonesia pada bentuk
demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin menurut Soekarno adalah bentuk
relevan untuk Indonesia, dan bukan sebagai kamuflase kediktatoran dan
sentralisme seperti faham Komunis, dan berbeda pula dengan demokrasi Liberal.
Pondasinya sesuai pembukaan UUD 1945 Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, seperti rapat
suku yang dipimpin ketua adat, jadi tidak sekedar dalam bidang politik, melainkan
dalam sosial, dan ekonomi12
Karena menganggap dirinya sebagai ayah dalam konteks bernegara,
sehingga Soekarno memiliki kebijakan sendiri sebagai orang yang tidak akan
berpihak pada siapapun. Sikap demikian diterapkannya dalam berpolitik tanpa
partai, dengan tujuan independensi tanpa adanya unsur-unsur mendiktenya.
Perinsip ini kemudian membuat Soekarno banyak ditentang oleh banyak lawanlawan politiknya, entah lupa atau tidak sadar, jelasnya dengan menerapkan politik
tanpa partai mengakibatkan dirinya masuk dalam lingkaran pencidera demokrasi.
Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa kesepakatan dari konstituante
ditegaskan oleh Hatta bahwa anjuran untuk bergabung dengan partai politik bagi
penghuni konstitusi negara (3 November 1946). Kritikan Hatta mendapat
11 Noer, Perkembangan Demokrasi Kita, 82.
12 Mubarak, Demokrasi dan Kediktatoran: Seketsa Pasang Surut
Demokrasi di Indonesia

19

dukungan dari M. Natsir dan Ki Hadjar Dewantara pemimpin Taman Siswa


secara pedas menyatakan demokrasi Terpimpin tidak ada bedanya dengan
liederschap (kepemimpinan). Hatta pada tahun 1961 menulis dalam bentuk
brosur dengan judul, Demokrasi Kita isinya menentang ketetapan Presiden
Soekarno tentang demokrasi Terpimpin, di dalamnya sangat banyak bertentangan
dengan asas-asas kesepakatan berdemokrasi.13 termasuk di dalamnya Soeharto
mampu menjinakkan usaha kudeta oleh Partai Komunis Indonesia tahun 1965.14
Berbondong-bondong masyarakat menumpukan harapan besar atas koreksi total
tidak hanya dalam segi politik, tapi juga sosial terlebih kembalinya kondusif hidup
beragama, berbangsa, dan bernegara.15 Semua lapisan masyarakat menyambut era
baru demokrasi, terkecuali segelintir orang Komunis yang terancam kehidupannya
karena agenda politik Soeharto menghabisi ideologi Komunis di Indonesia.16
Gebrakan mulainya Orde Baru terjadi dalam banyak sektor, paling menjadi
sorotan adalah mengembalikan fungsi UUD akibat penyelewengan masa
Soekarno, di antaranya ketetapan MPRS No. III/1963 yang menetapkan Soekarno
sebagai presiden seumur hidup telah dibatalkan, dan jabatan pemimpin negara
kembali menjadi jabatan elektif setiap lima tahun. Selain itu kebijakan-kebijakan
hasil ketentuan masa Orde Lama kembali mengalami koreksi dengan
ditetapkannya MPRS No. XIX/1966 untuk peninjauan kembali produk legislatif
demokrasi Terpimpin.17

13 Noer, Perkembangan Demokrasi Kita, 82


14 Edward Aspinal, ed., dkk., Pendahuluan, dalam Edward Aspinal,
ed., dkk., Titik Tolak Reformasi; Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto.
Penerjemah A. Wisnu Hardana (Yogyakarta: LkiS, 2000), 2.
15 Inu Kencana dkk., Sistem Politik Indonesia, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2006), 115.
16 Noer, Perkembangan Demokrasi Kita, 85.

20

Dekrit yang dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959
mendapatkan sambutan dari masyarakat Republik Indonesia yang pada waktu itu
sangat menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun kekuatan dekrit tersebut
bukan hanya berasal dari sambutan yang hangat dari sebagian besar rakyat
Indonesia, tetapi terletak dalam dukungan yang diberikan oleh unsurunsur penting
negara lainnya, seperti Mahkamah Agung dan KSAD.18 Dengan dikeluarkannya
Dekrit Presiden, Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9 Juli 1959,
diganti dengan Kabinet Kerja. Dalam kabinet tersebut Presiden Soekarno
bertindak sebagai perdana menteri, sedangkan Ir. Djuanda bertindak sebagai
menteri pertama. ManipolUsdek dan Nasakom: Struktur Konstitusi dan Ideologi
Demokrasi

Terpimpin.

Demokrasi

Terpimpin

sebenarnya,

terlepas

dari

pelaksanaannya yang dianggap otoriter, dapat dianggap sebagai suatu alat untuk
mengatasi perpecahan yang muncul di dataran politik Indonesia dalam
pertengahan tahun 1950-an19 Untuk menggantikan pertentangan antara partaipartai di parlemen, suatu sistem yang lebih otoriter diciptakan dimana peran
utama dimainkan oleh Presiden Soekarno. Soekarno memberlakukan kembali
konstitusi presidensial tahun 1945 pada tahun 1959 dengan dukungan kuat dari
angkatan darat.
Akan tetapi Soekarno menyadari bahwa keterikatannya dengan tentara
dapat membahayakan kedudukannya, sehingga ia mendorong kegiatan-kegiatan
dari kelompokkelompok sipil sebagai penyeimbang terhadap militer. Dari
kelompok sipil ini yang paling utama adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
juga walau tidak begitu signifikan peranan dari golongan agama, yaitu khususnya
yang diwakili oleh NU yang tergabung dalam poros nasakom Soekarno semasa
17 Rosyada, dkk., Pendidikan Kewargaan (Civic Education) Demokrasi,
Hak Asasi Manusia & Masyarakat Madani, 133.
18 Poesponegoro, Marwati Djoened dkk., 1993, Sejarah Nasional
Indonesia jilid VI, Jakarta: DepdikbudBalai Pustaka, hlm. 311
19 Crouch, Herbert, 1999, Militer & Politik di Indonesia, Jakarta: Sinar
Harapan, hlm.44

21

pemberlakuan demokrasi terpimpin. Meskipun pemimpin PKI maupun Angkatan


Darat mengaku setia kepada Presiden Soekarno, mereka sendiri masingmasing
terkurung dalam pertentangan yang tak terdamaikan. Soekarno berusaha
mengumpulkan seluruh kekuatan politik yang saling bersaing dari Demokrasi
Terpimpin dengan jalan turut membantu mengembangkan kesadaran akan tujuantujuan nasional.
Soekarno menciptakan suatu ideologi nasional yang mengharapkan
seluruh warga negara memberi dukungan kesetiaan kepada presiden. Pancasila
ditekankan dan dilengkapi dengan serangkaian doktrin seperti Manipol-Usdek dan
Nasakom. Dalam usahanya mendapatkan dukungan yang luas untuk kampanye
melawan Belanda di Irian Barat dan Inggris di Malaysia, Soekarno menyatakan
bahwa Indonesia berperan sebagai salah satu pimpinan kekuatan-kekuatan yang
sedang tumbuh di dunia, yang bertujuan untuk menghilangkan pengaruh
Nekolim (neokolonialis, kolonialis dan imperialis). Sebagai lambang dari bangsa,
Soekarno bermaksud menciptakan suatu kesadaran akan tujuan nasional yang
akan mengatasi persaingan politik yang mengancam kelangsungan hidup sistem
Demokrasi Terpimpin. Sampai dengan diberlakukannya kembali Undang-Undang
Dasar 1945 pada bulan Juli 1959, Presiden Soekarno adalah pemegang inisiatif
politik, terutama dengan tindakan dan janji-janjinya yang langsung ditujukan
kepada pembentukan kembali struktur konstitusional. Akan tetapi, tekananannya
kemudian mulai bergeser kepada tindakan simbolis dan ritual, serta khususnya
kepada perumusan ideologi dan kemudian memberikan gagasan-gagasan berulang
kali. Presiden Soekarno dalam hal ini menciptakan doktrin negara yang baru.20
2.4Peristiwa Penting Dimasa Demokrasi Terpimpin
Masa demokrasi terpimpin terjadi pada tahun 1959 1965 yang
dicetuskan oleh Presiden Indonesia pertama kita Ir Soekarno. Adapun mengapa
demokrasi terpimpin dicetuskan dikarenakan pertama banyaknya gerakan
separatis pada masa demokrasi liberal menyebabkan ketidakstabilan di bidang
20 Feith, Herbert, 1995 Soekarno-Militer Dalam Demokrasi Terpimpin,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hlm. 79

22

keamanan. Kedua terjadinya pergantian kabinet pada masa demokrasi liberal


menyebabkan program program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat
dijalankan secara utuh sehingga pembangunan ekonomi tersendat. Ketiga
konstiuante gagal dalam menyusun UUD baru untuk menggantukan UUDS
195021. Yang mendorong pergantian masa sebelum demokrasi terpimpin adalah
menurut Soekarno demokrasi liberal tidak mendorong Indonesia untuk mendekati
perubahan yang dicita citakan , yaitu berupa masyarakat adil dan makmur,
sehingga pembangunan ekonomi sulit untuk berkembang, karena setiap pihak
pegawai negeri, partai politik bahkan militer saling berebut keuntungan dengan
mengorbankan yang lain. Berikut merupakan peristiwa penting dimana demokrasi
terpimpin yang terjadi pada tahun 1959 1965.22
1.Voting untuk mengatasi pro dan kontra UUD1945
Terjadi perdebatan antara orang yang memilih untuk kembali ke UUD 1945 dan
tidak setuju untuk kembali ke UUD 1945 maka dari itu diadakan voting dengan
hasil 269 orang setuju untuk kembali ke UUD 1945 dan 119 orang tidak setuju
untuk kembali ke UUD 1945. Dan melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali
ke UUD 1945 tidak dapat diwujudkan karena disebabkan oleh jumlah anggota
Konstiuante yang menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian seperti
yang ada di pasal 137 UUDS 195023
2.Perdebatan Konstiuante dan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dekrit Presiden yakni tanggal 5 Juli 1959 , negara Indonesia tetap pada
berdasarkan UUD 1945. Pada masa ini disebut dengan masa Orde Lama. Pada
21 Amin, SM. 1967. Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin.
Jakarta: Bulan Bintang.
22 Amin, SM. 1967. Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin.
Jakarta: Bulan Bintang.
23 Amin, SM. 1967. Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin.
Jakarta: Bulan Bintang.

23

masa tersebut dipaksakan doktrin yang seolah olah negara ada di dalam keadaan
rebolusi dan presiden sebagai kepala negara yang dianggap secara otomatis
menjadi pemimpin besar revolusi. Badan Konstiuante yang sudah terpilih melalui
pemilihan umum dilantik pada tanggal 1956. Tugas badan ini adalah bersama
dengan pemerintah menetapkan Undang Undang Dasar yang tetap dan sedianya
untuk menggantikan UUDS 1950. Besar harapan rakyat terhadap kinerja badan ini
untuk segera menghasilkan UUD baru yang mampu memberikan suatu sistem
politik yang stabil. Tetapi nampaknya harapan ini pun harus hancur di tengah
jalan. Badan Konstituante bersidang hampir dua setengah tahun dan ternyata
belum juga dapat membuat sebuah Undang Undang Dasar. Perbedaan pendapat
yang sangat mencolok, menyulitkan badan ini untuk menyetujui sebuah
kesepakatan. Konflik pendapat yang terdapat di partai partai politik itu sendiri
tidak hanya di parlemen, melainkan juga di badan badan pemerintahan. Konflik
ini semakin meluas ke instansi instansi swasta dan di masyarakat luas. Dalam
hal perbedaan pendapat ini terdapat dua kelompok yakni. Pertama kelompok yang
menghendaki kembalinya UUD 1945 yang digerakkan oleh Ir Soekarno dan A.H
Nasution. Yang kedua kelompok yang berpendapat Undang Undang Dasar yang
sesuai dengan Piagam Jakarta yang secara tidak terperinci memasukkan prinsip
prinsip Isalm. Kelompok ini digerakkan oleh Hamka dan Prawoto yang tergabung
di dalam solidaritas kelompok Islam. Untuk mengatasi masalah pertentangan ini ,
maka muncul ide untuk melaksanakan Demokrasi Terpimpin. Demokrasi jenis ini
dianggap sesuai dengan karakter dan kepribadian bangsa Indonesia. Untuk
melaksanakan Demokrasi Terpimpin ini, maka diperlukan Undang Undang
Dasar baru, karena UUDS 1950 sisteamnya menggunakan asas Demokrasi
Liberal. Maka UUDS 1950 mutlak harus diganti. Pasca Badan Konstiuante
dianggap tidak dapat bekerja dengan baik , maka Kabinet Juanda tepatnya pada
yanggal 10 Februari 195untuk melaksanakan ide Demokrasi Terpimpin, yakni
melalui cara kembali kepada UUD 1945.
Kabinet kemudian mengeluarkan keputusan resmi pada tanggal 19
Februari 1959 dengan nama: Putusan Dewan Menteri mengenai pelaksanaan

24

Demokrasi Terpimpin dalam rangka kembali ke Undang-Undang Dasar 1945.


Dalam rangka memutuskan keputusan Dewan Menteri tersebut, maka pemerintah
meminta diselenggarakannya sidang pleno Badan Konstituante. Tanggal 22 April
1959,

sidang

Konstituante

dilaksanakan.

Presiden

Soekarno

yang

mengatasnamakan pemerintah, menganjurkan kepada sidang badan ini untuk


menerima berlakunya kembali UUD 1945. Amanat ini dikenal dengan judul Res
Publica, sekali lagi Res Publica. Sesudah diselenggarakan sidang ini, maka
Badan Konstituante bersidang untuk menentukan sikapnya terhadap anjuran
Presiden Soekarno. Setelah melalui pembahasan, maka akhirnya diadakanlah
pemungutan suara mengenai penerimaan kembali UUD 1945. Sidang berlangsung
sampai 3 kali, yakni pada tanggal 30 Mei 1959, 1 Juni 1959, dan 2 Juni 1959. Dari
ketiga kali sidang tersebut, ternyata tidak dapat memperoleh suara yang
diperlukan. Perbedaan pandangan antara yang setuju dan yang tidak setuju sangat
kuat sehingga suaranya seimbang, dan tidak dapat memenuhi jumlah yang
diharuskan karena banyak pula peserta yang tidak hadir dan tidak memilih.
Dengan hasil yang selalu buntu ini, banyak pernyataan dari para anggota
Konstituante yang tidak mau lagi menghadiri sidang - sidang berikutnya. Presiden
Sukarno menyatakan bahwa segala kesulitan yang dihadapi negara disebabkan
oleh banyaknya partai politik. Partai politik yang saling bersaing untuk
memperoleh kedudukan yang kuat di parlemen berpengaruh terhadap terjadinya
perpecahan dalam tubuh pemerintahan. Melihat keadaan demikian, Konstituante
yang semula menjadi harapan rakyat untuk menciptakan stabilitas politik, sudah
tidak diharapkan lagi untuk menyusun sebuah UUD menggantikan UUDS 1950.
Keadaan demikian sangat mengganggu stabilitas politik dan pemerintahan dan
dianggap sangat membahayakan bagi kelangsungan ketatanegaraan RI. Oleh
karenanya dibutuhkan model pemerintahan yang baik, yakni model demokrasi
terpimpin. Atas dasar itulah Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit pada tanggal
5 Juli 1959.
Adapun isi dari Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah sebagai berikut.

25

1. Dibubarkannya Konstituante
2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950.
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS.
Berlakunya kembali UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, ternyata
diterima baik oleh rakyat Indonesia, bahkan DPR secara aklamasi menyatakan diri
bersedia untuk bekerja atas dasar UUD 1945. Dengan demikian, maka dimulailah
babak baru ketatanegaraan RI di bawah payung Demokrasi Terpimpin. Dengan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, berarti Kabinet Parlementer yang sebelumnya
memerintah di bawah pimpinan Perdana Menteri Djuanda dinyatakan demisioner
dan diganti oleh Kabinet Presidensial yang langsung dipimpin oleh Presiden
Soekarno.24
4. Politik dan Pemerintahan Masa Demokrasi Terpimpin (Dekrit 5 Juli 1959)
Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka berakhirlah Demokrasi
Liberal dan digantikan dengan Demokrasi Terpimpin. Demikian pula saat itu
sistem Kabinet Parlementer ditinggalkan dan diganti menjadi Kabinet
Presidensial. Sistem pemerintahan diselenggarakan menurut UUD 1945 dan alat
alat perlengkapannya juga disusun menurut 194525

5. Presiden dan Menteri Menteri di Masa Demokrasi Terpimpin


Presiden tidak hanya berfungsi sebagai Kepala Negara, melainkan juga berfungsi
sebagai Kepala Pemerintahan. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan
negara yang tertinggi di bawah MPR. Maka pada tanggal 10 Juli 1959 Presiden
Soekarno disumpah kembali menurut UUD 1945. Mulai saat itu presiden
24 Amin, SM. 1967. Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin.
Jakarta: Bulan Bintang.
25 Wawan Tunggul Alam (2003), Demi Bangsaku Pertentangan Sukarno
Vs. Hatta,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

26

memerintah berdasarkan UUD 1945. Dengan demikian dengan yang disusun


berdasarkan UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945 , menteri menteri diangkat dan
diberhentikan oleh presiden dan menteri menteri itu merupakan pembantu
presiden sehingga bertanggung jawab kepada presiden. Pada waktu itu, presiden
adalah mandataris MPR dan harus bertanggungjawab kepada MPR.26

6. Pembentukan DPR GR di Masa Demokrasi Terpimpin


Penerapan Demokrasi Terpimpin semakin meperlebar masalah di antara golongan
goblongan yang pro dan kontra terhadap Demokrasi Terpimpin . Hal ini semakin
diperparah ketika Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil Pemilu 1955 pada
tanggal 20 Maret 1960. Presiden kemudian membentukan Dewan Perwakilan
Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). Alasan pembubaran DPR ini ialah karena
badan legislatif piliuhan rakyat ini berani menolak RAPBN yang diajukan
pemerintah Soekarno. Keanggotaan DPRGR ditunjuk langsung oleh presiden dan
ditetapkan pada yanggal 14 Juni 1960. Anggota DPRGR seluruhnya berjumlah
283 orang. Pengangkatan anggota DPRGR ini tidak mencerminkan partai politik
saja , tetapi juga mewakili golongan golongan. Adapun tugas DPRGR ini adalah
pertama melaksanakan demokrasi terpimpin , kedua melaksakan pembaharuan ,
dan ketiga saling membantu antara DPRGR dan pemerintah.27
7. Pembentukan MPRS
Dalam rangka melaksanakn Dekrit Presiden 5 Juli 1959 , presiden mengeluarkan
Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959 tentang pembentukan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Dilanjutkan dengan ditetapkannya
Peraturan Presiden No.12 Tahun 1960 tentang susunan keanggotaan MPRS.
26 Amin, SM. 1967. Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin.
Jakarta: Bulan Bintang.
27 Amin, SM. 1967. Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin.
Jakarta: Bulan Bintang.

27

Berdasarkan Perpres tersebut keanggotaan MPRS terdiri dari utusan utusan


daerah dan golongan golongan. Jumlah keanggotaan MPRS ditetapkan oleh
presiden. Hal ini mengakibatkan MPRS tunduk kepada presiden. Kenyataan ini
dibuktikan oleh sidang sidang yang dilakukan oleh MPRS yang menetapkan
pengangkatan seumur hidup Presiden Soekarno. Tindakan ini jelas jelas telah
melanggar UUD 1945. Bhkan sampai berakhirnya jabatan Presiden Soekarno
sekalipun pelaksanaan pemilu sebagai tuntutan UUD 1945, tidak pernah
dilaksanakan28.
8. Pembentukan DPAS
Untuk melaksanakan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, presiden juga membentuk
Dewap Pertimbangan Agung Sementara (DPAS). Berdasarkan penetapan
presiden, keangggotaan DPAS diangkat oleh presiden. Jumlah anggota DPAS 44
orang yang diangkat dari partai partai politik, golongan golongan karya,
utusan utusan daerah ,dan tokoh tokoh nasional29.
9. Pembentukan Kabinet Kerja
Dengan dikeluarkannya Dekirt Presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia kembali
kepada UUD 1945, dan mulailah diterapkan Demokrasi Terpimpin. Soekarno
memimpin langsung pemerintahan. Dengan demikian, ia tidak hanya sebagai
kepala negara, tetapi juga kepala pemerintahan. Untuk mengisi kekosongan
kabinet, presiden menunjuk Juanda sebagai Perdana Menteri. Presiden memberi
nama kabinet itu adalah kabinet kerja. Adapun program pokok kabinet kerja
adalah pertama Upaya pemerintah mengenai sandang pangan rakyat, kedua

28 Slamet Mulyana. (1986). Nasionalisme Sebagai Modal Perjuangan Bangsa


Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
29 Slamet Mulyana. (1986). Nasionalisme Sebagai Modal Perjuangan
Bangsa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

28

mengupayakan keamanan dan ketenteraman rakyat dan negara , dan ketiga adalah
memperjuangkan Irian Barat30.
10. Manifesto Politik
Dalam rangka melaksanakan program Kabinet Kerja, Presiden Soekarno
membentuk Front Nasional yang tugasnya adalah meneruskan revolusi Indonesia,
melaksanakan pembangunan, dan memperjuangkan Irian Barat. Dalam pidato
presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi
Kita, dijelaskan bahwa revolusi belum selesai. Maka untuk melanjutkan revolusi
itu harus ada pemimpin yang menjadi bapak dari seluruh bangsa. MPRS
berikutnya menetapkan uraian pidato presiden tersebut menjadi GBHN yang
dikenal

dengan

1945,Sosialisme

Manifesto
Indonesia,

Politik

yang

Demokrasi

berdasarkan

Terpimpin,

USDEK

Ekonomi

(UUD

Terpimpin,

Kepribadian Indonesia).Jadi Manifesto Politik adalah GBHN-nya Demokrasi


Terpimpin31.
11.Sistem Demokrasi Terpimpin
Dalam pidato pada tanggal 17 Agustus 1959, presiden juga mengatakan bahwa
prinsip dasar demokrasi terpimpin adalah pertama tiap orang diwajibkan untuk
berbakti kepada kepentingan umum, masyarakat, berbangsa, dan bernegara.Kedua
tiap orang berhak mendapatkan penghiupan yang layak dalam masyarakat,
berbangsa , dan bernegara. Dengan hal itu Presiden Soekarno mengemukakan
beberapa definisi tentang Demokrasi Terpimpin . Salah sati definisi mengatakan
bahwa Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang sesuai UUD 1945 , yakni
demokrasi yang terpimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
dan perwakilan. Definisi lain menjelaskan bahwa Demokrasi Terpimpin adalah
30 Slamet Mulyana. (1986). Nasionalisme Sebagai Modal Perjuangan
Bangsa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
31 Slamet Mulyana. (1986). Nasionalisme Sebagai Modal Perjuangan
Bangsa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

29

demokrasi

kekeluargaan,

yakni

demokrasi

yang

mendasar

sistem

pemerintahannya kepada musyawarah dan mufakat dengan pimpinan satu


kekuasaan sentral di tangan seorang bapak yang tidak diktator, tetapi memimpin
dan mengayomi. Demokrasi Terpimpin mulai menyimpang dari konsepnya
semula karena semakin kuatnya sentralisasi kekuasaan . Hal ini dapat dilihat dari
kebijaksanaan presiden , antara lain: pertama Membubarkan Masyumi karena
dianggap penghalang revolusi , yang kedua memasyaratkan ajaran NASAKOM
( Nasionalis, Agama, dan Komunis ) demi persatuan dan kesatuan, yang ketiga
Memasyaratkan ajaran RESOPIM ( Revolusi, Sosialisme , Indonsia , dan
Pemimpin Nasional) untuk menegakkan Demokrasi Terpimpin, yang keempat
yakni pembatasan pendirian partai partai politik untuk menstabilkan
pemerintahan32.
12. Pembentukan Front Nasional
Pada tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk Kabinet Kerja. Dalam kabinet ini
Presiden Soekarno bertindak sebagai perdana menteri. Sedangkan Ir. Juanda
menjadi menteri pertama. Kabinet Kerja dilantik pada tanggal 10 Juli 1959
dengan programnya yang disebut Tri Program Kabinet Kerja.
Isi Tri Program Kabinet Kerja adalah sebagai berikut :
1. Mencukupi kebutuhan sandang pangan.
2. Menyelenggarakan keamanan rakyat dan negara.
3. Melanjutkan

perjuangan

menentang

imperialisme

ekonomi

dan

imperialisme politik (Irian Barat)33.


13. Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom
32 Amin, SM. 1967. Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin.
Jakarta: Bulan Bintang.
33 Slamet Mulyana. (1986). Nasionalisme Sebagai Modal Perjuangan
Bangsa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

30

Perbedaan ideologi dari partai-partai yang berkembang pada masa demokrasi


parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa
dan bernegara. Hal ini berdampak pada terancamnya persatuan di Indonesia. Pada
masa demokrasi terpimpin pemerintah mengambil langkah untuk menyamakan
pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menyampaikan
ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis). Tujuannya untuk
menggalang persatuan bangsa. Bagi presiden NASAKOM merupakan cerminan
paham berbagai golongan dalam masyarakat. Presiden yakin bahwa dengan
menerima dan melaksanakan Nasakom maka persatuan Indonesia akan terwujud.
Kelompok yang kritis terhadap ajaran Nasakom adalah kalangan cendekiawan dan
ABRI. Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan
mengemukakan bahwa PKI merupakan barisan terdepan pembela NASAKOM.
Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran
kehidupan berbangsa dan bernegara serta menggeser kedudukan Pancasila dan
UUD 1945 menjadi Komunis. Selain itu, PKI juga mengambil alih kedudukan dan
kekuasaan pemerintahan yang sah34.
10. Kegagalan Demokrasi Terpimpin
A. Adanya pemusatan kekuasaan di tangan presiden, menyebabkan
penyimpangan dan penyelewengan terhadap penyelewengan terhadap
undang-undang dasar 1945dan pancasila dan pada akhirnya terjadi
perebutan kekuasaan oleh PKI pada tanggal 30 September 1965
(G30S/PKI) yang merupakan bencana bagi bangsa Indonesia.
B. Kedudukan presiden yang bertentangan dengan UUD 1945. Berdasarkan
UUD 1945, kedudukan presiden berada dibawah MPR. Akan tetapi,
kenyataan bertentangan dengan UUD 1945, sebab MPRS tunduk kepada
presiden. Presiden menentukan apa yang harus di putuskan oleh MPRS.
Hal ini tampak dengan adanya tindakan presiden untuk mengangkat ketua
MPRS dirangkan oleh wakil perdana menteri III serta pengangkatan wakil
34 Yahya Muhaimin. (1971). Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia
1945-1966. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press .

31

ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil
ARBI yang masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak
memeimpin departemen.
C. Pembentukan MPRS yang bertentangan dengan UUD 1945. Presiden juga
membentuk MPRS berdasarkan penetapan presiden No.2 tahun 1959.
Tindakan ini bertentangan dengan UUD 1945 karena berdasarkan UUD
1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga tertinggi negara harus
melalui pemilu sehingga partai yang terpilih oleh rakyat memiliki anggotaanggota yang duduk di MPR.
D. Kegagalan kontituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga
membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak
mempuyai pijakan hukum yang mantap.
E. Situasi politik yang semakin buruk.
F. Konflik antar partai yang mengganggu stabilitas nasional.
G. Banyaknya partai dalam parlemen yang saling bebeda pendapat sementara
sulit untuk mempertemukannya.
H. Masing-masing politik berusaha untuk menghalalkan segala cara agar
tujuan partainya tercapai 35.

35 Amin, SM. 1967. Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin.


Jakarta: Bulan Bintang.

32

BAB III
PENUTUP
3.1Simpulan
Demokrasi terpimpin merupakan sebuah sistem dimana seluruh pemikiran
maupun keputusan berpusat pada pemimpin negara. Di indonesia sendir konsep
ini diumumkan oleh presiden Indonesia yang pertama, Soekrano dalam
pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 november 1956, dan berkalu dari
1957-1965. Dimulai dari tumbangnya demokrasi liberal atau prlementer yang
ditandai denga mundurnya Ali Sastroamidjojo sebagai perdana mentri. Namun
begitu,

penegasan

pemberlakuan

demokrasi

terpimpin

dimulai

setelah

dibubarkannya badan konstituante dan dikeluarkannya dekrit Presiden 5 Juli 1959.


Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin oleh sila keempat
Pancasila.
Soekarno merupakan sosok yang begitu dihargai dan dikenal dengan
sebutan Bapak Proklamator banyak mengalami gejolak dalam hidupnya hingga
membuatnya banyak belajar tentang perpolitikan. Soekarno lah presiden yang
memaparkan ideologi dan konsep demokrasi terpimpinnya. Pada masa
pemerintahannya dengan konsep demokrasi terpimpin banyak terjadi perubahan,
pro dan kontra, positif maupun negatif, adapun peristiwa yang penting terjadi saat
itu yaitu:
Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR GR

Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara

Pembentukan Front Nasional


Pembentukan Kabinet Kerja

33

DAFTAR PUSTAKA
Inu Kencana, 2013, Ilmu Pemerintahan, Jakarta: Bumi Aksara, hlm 162
http://pengertian-isp.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-demokrasi-pancasilaterpimpin-liberal.html, diakses pada tanggal 13 April 2016
Bob Hering, 2012, Soekarno, Arsitek Bangsa, Jakarta: Kompas
Sekretariat Negara RI,1985, 30 Tahun Indonesia Merdeka , Jakarta: PT.Gita
Karya, hlm 43
H.Roslan.Abdulgani, 1961, Penjelasan Manipol-Usdek, Bahan-bahan
Indoktrinasi. A.Reachim. Djember: Penerbit Sumber Ilmu, hlm 149
Onghokham, 1978, Manusia dalam Kemelut Sejarah,Jakarta
Rex, Mortimer, 2011, Indonesian Communism Under Soekarno (Idiologi dan
Politik 1959-1965), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm.196
Soekarno, Membangun Dunia Kembali (MDK), Kempen, 1960
Widjaya.A.W.1984.Demokrasi Dan Aktualisasi Pancasila.Bandung.
Syafii Maarif, Ahmad.
1996. Islam dan Politik: Teori Belah Bambu, Masa Demokrasi Terpimpin
1959-1965.Jakarta: Gema Insani Press
Noer, Perkembangan Demokrasi Kita, 82.
Mubarak, Demokrasi dan Kediktatoran: Seketsa Pasang Surut Demokrasi di
Indonesia
Edward Aspinal, ed., dkk., Pendahuluan, dalam Edward Aspinal, ed., dkk., Titik
Tolak Reformasi; Hari-hari Terakhir Presiden Soeharto. Penerjemah A.
Wisnu Hardana (Yogyakarta: LkiS, 2000), 2.
34

Amin, SM. 1967. Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin. Jakarta:


Bulan Bintang.
Wawan Tunggul Alam (2003), Demi Bangsaku Pertentangan Sukarno Vs.
Hatta,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Slamet Mulyana. (1986). Nasionalisme Sebagai Modal Perjuangan Bangsa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

35

Anda mungkin juga menyukai