Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PENYAKIT BRONKITIS
Oleh :
A. Pengertian
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam
setahun selama 2 tahun berturut-turut. Kondisi ini terutama berkaitan dengan perokok sigaret
atau pemajan terhadap polutan. Pasien mengalami peningkatan kerentanan terhadap terjadinya
infeksi saluran pernafasan bawah. (Baughman, Diane C.2000:63).
Bronkitis adalah suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai oleh produksi mucus berlebihan
disaluran nafas bawah selama paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun
berturut-turut. (Corwin, Elizabeth. J. 2001:435).
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama
3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui
tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh inflamasi bronkus. Secara
klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan
batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit
yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.
B. Klasifikasi
a. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit
saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai.
b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang
Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab
dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan
atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik
dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981).
Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam
kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis
Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan
setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB.
C. Etiologi
Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari polusi.
Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.
a. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab
utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP
(volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia
kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat
menyebabkan bronkostriksi akut.
b. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus
influenza dan streptococcus pneumonie.
c. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok
resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat zat
pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
d. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita
defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan
secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan
pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
e. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin
disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
Sedangkan etiologi pada Bronkitis Kronik menurut //harnawatiaj. wordpress. Com /2008/ 03 /
27 /askep-bronkitis/ sebagai berikut :
a. Spesifik
1) Asma
tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara
lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia
dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya
sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus di bronkhus. Selain
itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit
dikeluarkan dari saluran nafas.
Mucus berfungsi sebagai tempat persemaian mikro oganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan.
Virus : (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 4 hari - Batuk (mula-mula kering
kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi
basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga
minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber :
dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)
Pathway
asap rokok,
G. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian.
Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis kronis :
a). Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari,
Ketidakmampuan untuk tidur, Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda : Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
b). Sirkulasi
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas
untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
c. Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi.
c. Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
d. Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat
lebih besar/kecil.
e. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA
Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
Diagnosa 3 : Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus.
Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.
Intervensi :
a. Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan
bernafas lebih efisien dan efektif.
b. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat
Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.
c. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan
Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.
Diagnosa 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d dispnoe, anoreksia, mual muntah.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan.
Intervensi :
a. Kaji kebiasaan diet.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
c. Berikan perawatan oral
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan
muntah.
d. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
e. Konsul ahli gizi
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi
maksimal.
Diagnosa 5 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis.
Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi
Intervensi :
a. Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.
b. Observasi warna, bau sputum.
Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.
c. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.