Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI KONTRUKSTIVISTIK DALAM


BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Pengampu : Dr. Suriswo, M.Pd

DISUSUN OLEH :
AYU SULISTIAN
NPM : 1114500035

YAYASAN PENDIDIKAN PANCASAKTI TEGAL

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Jalan Halmahera KM. 1 (0283) 357122
2015

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah teori
kontrukstivistik dalam belajar dan pembelajaran ini dengan tepat waktu.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen pengajar yang
telah membimbing dalam proses pembelajaran. Makalah ini disusun sebagai tugas dari
Dosen pengajar sebagai salah satu bahan penilaian agar sekiranya dapat bermaanfaat
bagi seluruh para pembaca.
Kami menyadari bahwa di dalam membuat Makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan sebagai bahan koreksi
demi kesempurnaan pembuatan Makalah selanjutnya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Tegal, 21 November 2015
Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
ABSTRAK ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

i
ii
iii
1
2

A. Latar Belakang .................................................................................


B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan...............................................................................................

2
3
3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................

1. Teori belajar konstruktivistik dan penerapannya


dalam
pembelajaran ..........................................................................
4
2. Proses belajar menurut teori konstruktivistik..............
3. Perbandingan Pembelajaran Tradisional dan
Pembelajaran

Konstruktivistik ......................................................... 8
4. Kelebihan dan Kekurangan Teori
Konstruktivistik ........................

BAB III PENUTUP........................................................................................


1.
2.

Kesimpulan.......................................................................................
Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

.........................................12

11
11
11

ABSTRAK
Pendidikan adalah hal yang paling penting dalam kemajuan sebuah bangsa atau
negara, Suatu bangsa atau negara yang ingin maju tentu saja harus mampu membangun dan
berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dunia yaitu dengan pendidikan. Jadi pendidikan
sangatlah berperan bagi negara, pendidikan adalah suatu kunci dari sebuah kehidupan , dan
tanpa kunci tersebut suatu bangsa akan mengalami kegagalan.
Dalam pendidikan, belajar sangatlah diperlukan karena belajar merupakan aktivitas
yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya. Belajar bisa
dilakukan melalui berbagai pelatihan pelatihan ataupun pengalaman pengalaman, dalam
dunia belajar tentunya ada seorang pengajar, Pengajar atau disebut juga dengan pendidik
sangat berperan panting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang baik akan mampu
membawa peserta didiknya menjadi lebih baik.
Proses belajar dan pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai macam metode,
diataranya yaitu dengan teknik teori konstruktivistik. Dimana dengan teori ini proses belajar
dan pembelajaran lebih menekankan kepeda kreatifitas dan keaktifan berfikir peserta didik
untuk mampu berfikir lebih luas dalam mengatasi sebuah permasalahan yang ada.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam berbagai negara adalah menjadi salah satu persoalan yang
sangat serius, namun dari sisi lain negara juga merasakan bahwa pendidikan
merupakan tugas negara yang sangat penting. Suatu bangsa yang ingin maju tentu saja
harus mampu membangun dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dunia yaitu
dengan pendidikan. Jadi pendidikan sangatlah berperan bagi negara, pendidikan
adalah sebagai kunci, dan tanpa kunci itu usaha mereka akan gagal.
Di era globalisasi yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan dalam
hal ini sangat dibutuhkan atau sangat berpengaruh untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang dapat untuk menghadapi tuntutan zaman. Namun, mendidik anak sejak
dini hingga menjadi individu yang berkualitas, dan mempertahankan kualitas tersebut
tidaklah hal yang mudah. Memerlukan proses yang lebih lama untuk membentuk
individu yang mampu mengikuti alur era globalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut
individu harus melakukan suatu proses yang disebut belajar.
Dalam pendidikan, belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika
tidak ada belajar maka tidak akan ada pendidikan. Dan didalam pendidikan akan
terjadi suatu pembelajaran yang akan membentuk individu yang berkualitas.
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan
dalam dirinya. Belajar bisa dilakukan melalui berbagai pelatihan pelatihan ataupun
pengalaman pengalaman. Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli
pendidikan dan psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah
laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru
dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa
sikap. Untuk mendapatkan perubahan tingkah laku tersebut, maka diperlukan tenaga
pengajar yang memadai. Pengajar atau disebut juga dengan pendidik sangat berperan
panting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang baik akan mampu membawa
peserta didiknya menjadi lebih baik.
Ilmu pembelajaran menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan pemahaman
dan memperbaiki proses pembelajaran. Untuk memperbaiki proses pembelajaran
tersebut diperlukan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi

pembelajaran. Yang dimaksud dengan kondisi pembelajaran di sini adalah tujuan


bidang studi, kendala bidang studi, dan karakteristik peserta didik yang berbeda
memerlukan model pembelajaran yang berbeda pula.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori

belajar

kontruktivistik

dan

penerapannya

dalam

pembelajaran ?
2. Bagaimana proses belajar menurut teori konstruktivistik ?
3. Apakah perbedaan pembelajaran tradisional
dan pembelajaran konstruktivistik ?
4. Kelebihan dan kelemahan teori konstruktivistik.
C. Tujuan makalah
1. Untuk mengetahui tentang teori belajar konstruktivisik dan penerapannya
dalam pembelajaran.
2. Untuk mengetahui tentang proses belajar menurut teori konstuktivistik.
3. Untuk mengetahui perbedaan pembelajaran tradisional dengan pembelajaran
konstruksivistik.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari teori konstruktivistik.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Teori belajar konstruktivistik dan penerapannya dalam


pembelajaran
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme,
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak
diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu
pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga
penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran
aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah
pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.
Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua
prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama,
pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur
kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian
melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak
secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu
pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4)
mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu
didasari pada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari
suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan
mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori
belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam
kaitannya dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan
cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih
bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa
mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu
pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler
(1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada


siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan
imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4)
memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,
(5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6)
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Selain itu Slavin menyebutkan
strategi-strategi belajar pada teori kontruktivisme adalah top-down processing( siswa
belajar dimulai dengan masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian
menemukan ketrampilan yang dibutuhkan, cooperative learning(strategi yang
digunakan untuk proses belajar, agar siswa lebih mudah dalam menghadapi problem
yang dihadapi dan generative learning(strategi yang menekankan pada integrasi yang
aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan
siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam
refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain,
siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi,
Aplikasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran :
1) Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta
lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengmbangkan ide-idenya secara lebih bebas.
2) Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk
membuat hubungan ide-ide atau gagasan-gagasan, kemudian
memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulankesimpulan.
3) Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia
adalah kompleks, dimana terjadi bermacam-macam pandangan tentang
kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi.
4) Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaianya merupakan
suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak
mudah dikelola.

2. Proses belajar menurut teori konstruktivistik


Dalam proses belajar menurut teori konstruktivistik proses belajar adalah terdapat
dariberbagai pandangan baik dari pandangan kontrukticistik ataupun dari berbagai
aspek yang dapat mempengaruhi proses belajar itu sendiri yaitu :
A. Proses belajar kontruksivistik
8

Secara konseptual, apabila proses belajar dipandang dari pendekatan kognitif,


bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke
dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa terhadap
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Proses belajar lebih
dipandang dari segi prosesnya dibandingkan dari segi perolehan pengetahuan
dari fakta - fakta yang terlepas lepas
Proses belajar konstruktivistik, menurut paham konstruktivisme, manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba, memberi
arti pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Esensi dari teori
konstruktivistik adalah siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu
informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu
menjadi milik mereka sendiri. Sehingga dalam proses belajar, siswa
membangun sendiri pengetahuan mereka dengan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Pengelolaan pembelajaran konstruktivistik harus diutamakan pada pengelolaan
siswa dalam memperoleh gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan
siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada prestasi belajarnya yang
dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijazah, dan
sebagainya. Karena ibaratnya siswa lahir dengan pengetahuan masih kosong,
mencoba melakukan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sehingga
siswa mendapat pengetahuan awal yang diproses dari pengalaman belajar
untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

B. Peranan siswa ( si belajar )


Belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Dalam
proses belajar ini siswa diwajibkan harus aktif melakukan kegiatan, berpikir,
menyusun konsep dan memberi makna tentang hal hal yang sedang
dipelajari.
Paradigma konstruktivitistik memeandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal
tersebut adalah menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru.
C. Peranan guru
Dalam proses belajar peran guru sangatlah berperan yaitu untuk membantu
agar proses pengontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak
menstranferkan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi guru membantu siswa

untuk membentuk pengetahuannya sendiri. guru dituntut untuk lebih emahami


jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Peranan kunci guru dalam
interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi :
1) Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk
mengambil keputusan dan bertindak.
2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak,
dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
3) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar
agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
D. Sarana Belajar
Pada pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan
belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas
lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi
kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang
sesuatSiswa

diberi

kebebasan

untuk

mengungkapkan

pendapat

dan

pemikirannya tentang sesuatu yaang dihadapinya. Dengan cara demikian,


siswa dapat terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah
yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung
jawabkan pemikirannya secara rasional.
E. Evaluasi Belajar
Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar yang menekankan pada
ketrampilan proses baik individu maupun kelompok. Dengan cara ini, maka
kita dapat mengetahui seberapa besar suatu pengetahuan telah dipahami oleh
siswa.

3. Perbandingan

Pembelajaran

Tradisional

dan

Pembelajaran

Konstruktivistik
Proses pembelajaran akan efektif jika diketahui intikegiatan belajar yang
sesungguhnya. Pada bagian ini akan dibahas ciri ciri pembelajaran tradisional atau
behavioristik dan ciri ciri pembelajaran kontruktivistik.
Kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung, yang berpijak pada teori
behavioristik, banyak didominasi oleh guru. Guru menyampaikan materi pelajaran
melalui ceramah, dengan harapan siswa dapat memahaminya dan memberikan respon
sesuai dengan materi yang diceramahkan. Dalam pembelajaran, guru banyak
menggantungkan pada buku teks. Materi yang disampaikan sesuai dengan urutan isi
buku teks. Diharapkan siswa memiliki pandangan yang sama dengan guru, atau sama
dengan buku teks tersebut. Alternatif alternatif perbedaan interpretasi diantara siswa
10

terhadap fenomena sosial yang kompleks tidak dipertimbangkan. Siswa belajar dalam
isolasi, yang mempelajari kemampuan tingkat rendah dengan cara melengkapi buku
tugasnya setiap hari.
Berbeda dengan bentuk pembelajaran diatas, pembelajaran konstruktivistik
membantu siswa menginternalisasi dan menstransformasi informasi baru. Tranformasi
terjadi dengan menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya akan membentuk
struktur kogntif baru. Pendekatan konstruktivistik lebih luas dan sukar untuk
dipahami. Pandangan ini tidak melihat pada apa yang dapat diungkapkan kembali atau
yang dapat diulang oleh siswa terhadap pelajaran yang telah diajarkan dengan cara
menjawab soal soal tes ( sebagai imitasi ), melainkan pada apa yag dapat dihasilkan
siswa, didemonstrasikan, dan ditunjukkannya.
Secara rinci perbedaan karakteristik antara pembelajaran tradisional dan pembelajaran
kontrustivistik adalah sebagai berikut :
Pembelajaran tradisional
Pembelajaran kontrukstivistik
1. Kurikulum disajikan dari bagian
1. Kurikulum disajikan mulai dari
bagian

menuju

dengan

ke

seluruhan

keseluruhan menuju ke bagian

pada

bagian, dan lebih mendekatkan

menekankan

ketrampilan dasar.

pada konsep konsep yang lebih

2. Pembelajaran sangat taat pada


kurikulum yang telah ditetapkan.

luas.
2. Pembelajaran lebih menghargai
pada pemunculan pertnyaan dan

3. Kegiatan kurikuler lebih banyak

ide ide siswa.


3. Kegiatan kurikuler lebih banyak

mengandalkan pada buku teks dan

mengandalkan pada sumber

buku kerja.

sumber

4. Siswa dipandang sebagai kertas

data

primer

dan

manipulasi bahan.
4. Siswa dipandang sebagai pemikir

kosong yang dapat digoresi

informasi oleh guru, dan guru

memunculkan teori teori tentang

guru

dirinya.

pada

umumnya

pemikir

yang

dapat

menggunakan cara didaktik dalam


menyampaikan informasi kepada
siswa.
5. Penilaian

hasil

pengetahuan

belajar

siswa

atau

dipandang

11

5. Pengukuran

proses

dan

hasil

belajar siswa terjalin di dalam

sebagai bagian dari pembelajaran

kesatuan kegiatan pembelajaran

dan biasanya dilakukan pada akhir

dengan cara guru mengamati hal

pelajaran dengan cara testing.

hal yang sedang dilakukan siswa,


serta

6. Siswa siswa biasanya bekerja

melalui

tugas

tugas

pekerjaan
6. Siswa siswa banyak belajar dan

sendri sendiri, tanpa ada group

bekerja didalam group process

process dalam belajar.

4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivistik


a. Kelebihan :
1) Pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa
siswa sendiri.
2) Pembelajaran konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan
dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa terdorong untuk
membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang
siswa.
3) Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir
tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif,
imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan
gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
4) Pembelajaran konstruktivistik memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks.
5) Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta
memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan
mereka.

12

6) Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang


kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling
menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
b. Kelemahan :
1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga
menyebabkan miskonsepsi.
2) Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas
siswa.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang
berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan
tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan
tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional,
sikap,dan yang lainnya.belajar adalah perubahan dari yang tidak tahu menjadi
tahu. Belajar dapat menjadi cara untuk menggali potensi lebih dalam, bakat-bakat
yang terpendam dapat dimunculkan dengan belajar.
Proses belajar konstruktivistik adalah dimana proses belajar yang berlangsung
atau berjalan dalam pembelajaran. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari pikiran guru ke pikiran siswa Artinya bahwa siswa harus aktif secara

13

mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif


yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol
kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak
guru.

B. SARAN
Dalam hal ini, penyusun menyarankan kepada pembaca agar semakin giat
belajar. Dengan belajar kita dapat menambah pengetahuan serta mengubah sikap
dan perilaku menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat diteladani. Dengan belajar
pula kita dapat mengembangkan beragam kemampuan dan bakat yang ada didalam
diri. Sedangkan untuk para peserta didik, khususnya penyusun sendiri
menyarankan bahwa sebagai seorang pendidik, yang menjadi fasilisator bagi
peserta didiknya agar dapat melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya
dalam mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik dan merubah
tingkah laku peserta didik menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih Asri, 2012.belajar dan pembelajaran.jakarta: RinekaCipta.
Winkel, WS.. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi.
Bandung : Pakar Raya, 2004.

14

Anda mungkin juga menyukai