Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah peradaban manusia selalu diawalai dengan munculnya berbagai
pemikiran dan pemikiran yang melakukan pemberontakan atas segala keadaan
pada zamannya, baik ilmuwan yang memunculkan kegelisahan dalam berbagai
situasi yang akhirnya memunculkan sejumlah pemikir cerdas yang merubah
tatanan kehidupan, mempertanyakan kebenaran yang selama ini diterima saja
menuju kemajuan peradaban manusia.
Kemajuan ini ditandai dengan adanya penemuan sains dan teknologi
sebagai salah satu keunggulan dari manusia yakni dengan munculnya zaman
modern, terutama semenjak munculnya Renaissance yang mengesampingkan
kenyataan historis selama berabad-abad sebelumnya. Modernisme ini merupakan
suatu gerakan yang diawali oleh rasionalisme yang dikokohkan oleh gerakan
pencerahan.
Hampir segenap peradaban modern ini selalu meletakkan manusia sebagai
subjek otonom, pusat kesadaran dunia yang mempunyai hak penuh secara bebas
mengembangkan kreaktivitasnya tanpa terbelenggu oleh otoritas apapun,
termasuk otoritas agama. Pada konteks inilah humanisme sebagai sebuah aliran
filsafat yang menmpatkan kebebasan manusia baik berfikir, bertindak dan bekerja
sebagai segala-galanya, berpengaruh secara signifikan terhadap munculnya
peradaban modern.
Selain itu teori humanisme juga merupakan aliran yang membentuk basis
untuk filsafat pendidikan khususnya dalam pengajaran bagian psikologi, teoriteori psikologi merupakan pandangan-pandangan dunia yang komprehensif yang
berfungsi sebagai basis bagi guru dalam pendekatan praktek pengajaran.
Orientasi-orientasi pengajaran pada umumnya berhubungan dengan pemahaman
kondisi-kondisi yang diasosiakan dengan pengajaran efektif, yang paling utama
yaitu orientasi-orientasi psikologis yang telah mempengaruhi filsafat-filsafat
pengajaran terutama psikologi humanisme.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakant di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Apa definisi teori humanisme?


Bagaimana sejarah perkembangan teori humanisme?
Bagaimana konsep pemikiran teori humanisme?
Siapa saja tokoh-tokoh teori humanisme?
Bagaimana epistimologi teori humanisme?
Apa saja tujuan pendidikan pandangan teori humanisme?
Apa saja prinsip teori humanisme?
Bagaimana implikasi pendidikan humanisme dalam proses pendidikan?
Bagaimana aplikasi teori humanisme pada pembelajaran sd?

10. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori humanisme?


C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi teori humanisme
2. Mengetahui sejarah perkembangan teori humanisme
3. Mengetahui konsep pemikiran teori humanisme
4. Mengetahui tokoh-tokoh teori humanisme
5. Mengetahui epistimologi teori humanisme
6. Mengetahui tujuan pendidikan pandangan teori humanisme
7. Mengetahui prinsip teori humanisme
8. Mengetahui implikasi pendidikan humanisme dalam proses pendidikan
9. Mengetahui aplikasi teori humanisme pada pembelajaran SD
10. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori humanisme

BAB II
1
PEMBAHASAN

A. Definisi Teori Humanisme

Humanisme berasal dari kata latin humanus dan mempunyai akar kata
homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai kodrat
manusia. Secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap
manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan
alamiyah (fisik nonfisik) secara penuh.
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang
berbeda yang memfokuskan dirinya kejalan keluar umum dalam masalah-masalah
atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Filsafat pendidikan humanisme
adalah

aliran

kemanusiaan

filsafat

pendidikan

(humanisme)

sebagai

yang

sangat

tolok

ukur

mengutamakan

ideologi

keberlangsungan

proses

pendidikan.
B. Sejarah Perkembangan Teori Humanisme
Menurut Filsafat, humanisme berasal dari masa klasik barat dan klasik
timur yang dasar pemikiran filsafat ini ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik
cina konfusius dan

pemikiran

klasik

yunani.

Perkembangan

aliran

humanisme terjadi selama 3 tahap yaitu (1) pada masa tahun 1950-an dan 1960-an
selama Renaissance di Eropa pada abad ke-16, gerakan ini muncul karena reaksi
terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad, sebagai akibat langsung dari
kekuasaan pemimpin agama yang merasa menjadi satu-satunya otoritas dalam
memberikan

intepretasi

terhadap

dogma-dogma

agama

yang

kemudian

diterjemahkan dalam segenap bidang kehidupan di Eropa.


Pelopor humanis mengatakan bahwa manusia itu bebas dan memiliki
potensi sendiri untuk menjalankan kehidupannya secara mendiri untuk berhasil di
dunia, di mana setiap individu mampu untuk mengontrol nasib mereka sendiri
melalui aplikasi kecerdasan dan pembelajaran mereka. Orang-orang membentuk
diri mereka sendiri. Istilah erat di mana kondisi-kondisi keberadaan manusia
berhubungan dengan hakekat manusia dan tindakan manusia bukannya pada
takdir atau intervensi tuhan; (2) perkembangan selajutnya terjadi pada abad ke-18
pada masa pencerahan (aufklarung), di mana tokohnya adalah J.J Rousseu yang
mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah manusia sebagai
metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan; (3) berkembang
lagi pada abad ke-20 yang disebut humanisme kontemporer, merupakan reaksi

protes terhadap dominisi kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilainilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern.
Perkembangan selajutnya adalah adanya peran dan konstribusi dari
filsafat eksistensialisme yang

cukup

memberi

konstribusi

dalam

filsafat

pendidikan humatistic yakni sebagai berikut :


1. Manusia memiliki keberadaan yang unik dalam dirinya berbeda antara
manusia satu dengan yang lain.
2. Memperhatikan makna dan tujuan hidup manusia.
3. Adanya kebebasan individu yang paling utama dan uni karena mereka
mempunyai sikap hidup, tujuan hidup dan cara hidup sendiri.
3

Hal di atas ini ditujukan melalui pengembangan konsep perkembangan


psikologi

perserta

didik

dan

metode

pengajaran

yang

sesuai

dengan

perkembangan humanistic setiap individu, di mana aliran ini memiliki pandangan


tentang manusia yang memiliki keunikan tersendiri, memiliki potensi yang perlu
diaktualisasikan dan memiliki dorongan-dorongan yang murni berasal dari
dirinya.
C. Konsep pemikiran Teori humanisme
Konsep pemikiran teori humanisme yang dikemukankan oleh filsuf
humanis meliputi beberapa hal berkut ini yaitu sebagai berikut :
1. Pandangan tentang hakekat manusia.
Hakekat manusia yaitu manusia memiliki hakekat kebaikan dalam dirinya,
dalam hal ini apabila manusia berada dalam lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan potensialitas dan diberi semacam kebebasan untuk berkembang
maka mereka akan mampu untuk mengaktualisasikan atau merealisasikan sikap
dan perilaku yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat.
2. Pandangan tentang kebebasan dan otonomi manusia.
Penganut ini memberi pandangan bahwa setiap manusia memiliki
kebebasan dan otonomi memberikan konsekuensi langsung pada pandangan
terhadap individualitas manusia dan potensialitas manusia. Individualitas manusia
yang unik dalam diri setiap pribadi harus di hormati. Berdasarkan pandangan ini,
salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan dalam
proses pendidikan untuk mencapai hasil yang maksimal adalam pemberian
kesempatan kepada perkembangannya askpek-aspek yang ada di dalam diri
individu.

Sehingga

akhir

dari

perkembangan

pribadi

manusia

adalah

mengaktualisasikan dirinya, mampu mengembangkan potensinya secara utuh,


bermakna dan berfungsi bagi kehidupan dirinya dan lingkungannya.
3. Pandangan tentang diri dan konsep diri
Diri merupakan pusat kepribadian yang perkembanganya melalui proses
aktualisasi potensi-potensi yang mereka miliki, yang di dalam diri seseorang
dengan orang lain. Di mana di dalam diri seseorang itu terdapat perasaan, sikap,
kecerdasan

intelektual,

kecerdasan

emosional,

kecerdasan

spiritual

dan

karakteristik fisik. (menurut Ellias dan Meriam). Sedangkan menurut Kendler


konsep diri merupakan keseluruhan presepsi dan penilaian subjektif yang
memiliki fungsi menentukan tingkah laku dan memiliki pengaruh yang cukup
besar untuk tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan ini
merupakan potensialitas individu untuk aktualisasi diri. Aktualisasi diri
merupakan kemampuan manusia menghadirkan diri secara nyata, yang tewujud
dalam kegiatan manusia untuk memperoleh pemenuhan diri sesuai dengan
petensi-potensi yang dimilikinya, sehingga manusia mampu mengembangkan
keunikan kemanusiaannya guna meningkatkan kualitas kehidupan serta dapat
mengubah situasi ke arah yang lebih baik. (menurut Maslow).
D. Tokoh-tokoh teori humanisme
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya
untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang
disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme
biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif
yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat
yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Tokoh-tokoh dari teori
humanisme ini adalah sebagai berikut:
1. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang
menonjol dalam psikologi humanisme. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan
berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari
teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat

dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau


menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993). Hirarki Kebutuhan Maslow:
a.
b.
c.
d.
e.

Kebutuhan aktualisasi diri


Kebutuhan untuk dihargai
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
Kebutuhan akan rasa tenteram dan aman
Kebutuhan fisiologi/dasar
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting.

Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini.


Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu
tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam
kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar.
Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas kejadian ini secara
langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya
kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa
jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup,
semalam tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang
membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
2. Arthur Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku
batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat
memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut,
bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk
mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya.
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku
batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat
memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut,
bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk
mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya.
Sesungguhnya para ahli psikologi humanisme melihat dua bagian belajar,
yaitu diperolehnya informasi baru dan personalisasi informasi baru tersebut.
Adalah keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalau bahan
pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, sebab arti dan
maknanya tidak melekat pada bahan pelajaran itu; murid sendirilah yang

mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam
dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan
pelajaran itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu murid memetik arti dan
makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut, yakni apabila murid
dapat mengaitkan bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka,
guru boleh bersenang hati bahwa misinya telah berhasil.
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat
lingkaran lingkaran (persepsi diri), semakin kurang pengaruhnya terhadap
seseorang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran,
maka semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi
jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena
sedikit sekali kaitannya dengan dirinya.
3. Carl Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanisme yang menekankan
perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Menurut Rogers yang terpenting
dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan dan pembelajaran.
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik,
namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori
humanisme Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang
berpusat pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered),
teori yang berpusat pada murid (student-centered),

teori yang berpusat pada

kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person centered
yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram
dan putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang
memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan
dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang
sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada
umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang
menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada

kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud
tertentu.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:
a. Kecenderungan formatif. Segala hal di dunia baik organik maupun nonorganik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
b. Kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk
bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap
individual

mempunyai

kekuatan

yang

kreatif

untuk

menyelesaikan

masalahnya.
4. Kolb
Pandangan Kolb tentang belajar dikenal dengan Belajar Empat Tahap
yaitu:
a. Tahap pandangan konkret: Pada tahap ini seseorang mampu atau dapat
mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya namun
belum memilki kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut,
b. Tahap pemgamatan aktif dan reflektif: Tahap ini seseorang semakin lama
akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa
yang dialaminya dan lebih berkembang.
c. Tahap konseptualisasi: Pada tahap ini seseorang mulai berupaya untuk
membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan
prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya dan cara
berpikirnya menggunakan induktif.
d. Tahap eksperimentasi aktif: Pada tahap ini seseorang sudah mampu
mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam
situasi nyata dan cara berpikirnya menggunakan deduktif.
5. Honey dan Mumford
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat
macam atau golongan, yaitu:
a. Kelompok aktivis, yaitu mereka yang senang melibatkan diri dan
berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman baru.
b. Kelompok reflector, yaitu mereka yang mempunyai kecenderungan
berlawanan dengan kelompok aktivis. Dalam melakukan suatu tindakan
kelompok ini sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan.
c. Kelompok teoris, yaitu mereka yang memiliki kecenderungan yang sangat
kritis, suka menganalisis, selalu berpikir rasional dengan menggunakan
penalarannya.

d. Kelompok pragmatis, yaitu mereka yang memiliki sifat-sifat praktis, tidak


suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-komsep, dalil-dalil, dan
sebagainya.
6. Habermas
Menurut Habernas, belajar baru akan tejadi jika ada interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu:
a. Belajar teknis (technical learning), yaitu belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
b. Belajar praktis (practical learning), yaitu belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di
sekelilingnya dengan baik.
c. Belajar emansipatoris (emancipatory

learning),

yaitu

belajar

yang

menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan


kesadaran tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dengan
lingkungan sosialnya.
7. Bloom dan Krathwohl
Bloom dan Krathmohl lebih menekankan perhatiannya pada apa yang
mesti dikuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwaperistiwa belajar. Tujuan belajarnya dikemukakan dengan sebutan Taksonomi
Bloom, yaitu:
a. Domain kognitif, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu:
1. Pengetahuan (mengingat, menghafal)
2. Pemahaman (menginterpretasikan)
3. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
4. Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian kosep menjadi suatu konsep
utuh)
6. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb.)
b. Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1. Peniruan (menirukan gerak)
2. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
5. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
c. Domain afektif terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:
1. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
2. Merespon (aktif berpartisipasi)
3. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
4. Pengorganisasian (menghubungkam nilai-nilai yang dipercayainya)
5. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya)
E. Epistimologi Teori humanisme

10

Humanisme sebagai sebuah aliran kefilsafatan yang menempatkan


kebebasan manusia, baik berfikir, bertindak dan bekerja, sebagai segalahgalanya, berpengaruh secara signifikan terhadap munculnya bangunan peradaban
modern dan yang lainnya. Epistimologi himuanisme bersandar diri pada
kemampuan rasionalitas manusia dengan segala otoritasnya, terutama pada abad
modern ini.
Kerja

dari humanisme ini

adalah

mencoba

menanusiakan

manusia

(humanisasi) sebagai manusia, yang selama ini menusia tidak lebih dipahami
sebagai seonggok objek atau minimal benda tanpa mempunyai kekuatan dan
kemampuan apa-apa melalui relitas. Dalam kamus filsafatnya, Lorens Bagus,
berpendapat bahwa humanisme merupakan sebuah filsafat yang memandang
individu rasional sebagai nilai tertinggi, menilai individu sebagai sumber nilai
tertinggi dan ditujukan untuk membina perkembangan kretif dan moral
individudengan cara yang bermakna dan rasional tanpa menunjukkan pada
konsep-konsep adikodrati. Dalam hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
sebagai individu yang rasional dan digunakan untuk memahami realitas.
Zainal Abidin memberikan penjelasan bahwa humanisme akan mudah
dipahami bila kita meninjau dari dua sisi, yakni sisi historis dan sisi aliran-aliran
dalam filsafat. Dari sisi historis, humanisme berarti suatu gerakan intelektual dan
kesusteraan yang awalnya muncul di Itali pada paruh kedua abad ke-14, gerakan
ini boleh dikatakan sebagai motor penggerak kebudayaan modern, khususnya
Eropa. Sedangkan dari sisi aliran filsafat adalah sebagai paham yang menjunjung
tinggi nilai-nilai dan martabat manusia sedemikian rupa sehingga manusia
menempati posisi yang sangat tinggi, sentral dan penting, baik dalam perenungan
teoretis-filsafati maupun dalam praktis kehidupan sehari-hari. Kedua sisi ini
merupakan dasar otonomisasi manusia sebagai ukuran setiap penilaian dan
refrensi utama dari setiap kejadian alam semesta. Di mana manusia merupakan
pusat dari realitas.
Sehingga secara historis munculnya humanisme sebagai gerakan pemikiran
bersumber pada keinginan manusia untuk mengembalikan fitrah dasar
kemanusiaan, sebagai makhluk yang otonom dengan kemampuan rasionalitasnya
dan kemerdekaan berfikirnya, gerakan ini bisa jadi juga lahir sebuah semangat

11

perlawanan setiap kekuatan yang memasung kemampuan dasar alami manusia.


Yang pada saranya lahir untuk memanusiakan manusia sebagai objek dengan
kesadarannya bukan sebagai objek tanpa kesadaran.
Frederick Edword, mengemukakan beberapa pengertian humanisme yaitu
sebagai berikut :
1. Humanisme Renaissance, sebagai semangat belajar yang mulai berkembang
pada khir abad pertengahan, ditandai dengan bangkitnya kembali karya-karya
klasik dan keyakinan yang diperbaharui atas kemampuan manusia untuk
menentukan kebenaran dan kepalsuan bagi diri mereka sendiri.
2. Humanisme Literer, yaitu penyerahan kepada budaya humanitas atau literer
3. Humanisme Cultur, adalah budaya rasional dan empiris, khususnya yang
berasal dari Romawi dan Yunani Kuno dan Revolusi sepanjang sejarah Eropa,
sekarang ini menjadi bagian yang medasar dari pendekatan Barat terhadap
ilmu pengetahuan, teori politik, etika dan hukum
4. Humanisme Filsufi, yaitu pengekspresian cara hidup yang dipusatkan pada
kebutuhan

dan

minat

manusia,

yang

meliputi humanisme

kristiani dan humanisme modern.


5. Humanisme Kristiani, yaitu filsafat yang menekankan pemenuhan diri dalam
rangka prinsip-prinsip kristiani.
6. Humanisme Modern, yaitu sebuah pemikiran filsafat yang menolak halhal supranatural, ia bersandar pada kemampuan akal dan ilmu pengetahuan,
demokrasi

dan

kasih

sayang

manusia. Humanisme ini

mempunyai

sifat sekuler dan religius.


7. Humanisme Sekuler, adalah perkambangan lanjutan dari era pencerahan adab
ke-18 dan abad ke-19
8. Humanisme Raligius,

sebagai humanisme yang

muncul

dari

budaya

etis, utilitarianisme dan universalisme.


F. Tujuan Pendidikan Pandangan Teori Humanisme
a. Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan eksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri yang
melibatkan perkembangan-pekembangan konsep diri dan sistem nilai.
b. Kaum humanis telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan
yang memperhatikan faktor perasaan, emosi, motivasi, dan minat siswa akan
mempercepat proses belajar yang bermakna dan terintegrasi secara pribadi.
c. Perhatikan kaum humanis lebih berpusat pada isi pelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki kebebasan

12

dan tanggung jawab untuk memilih dan menentukan apa, kapan dan
bagaimana ia belajar.
d. Kaum humanis berorientasi kepada upaya memelihara perasaan pribadi yang
efektif. Suatu gagasan yang menyatakan bahwa siswa mengembalikan arah
belajarnya sendiri, mengambil dan memenuhi tanggung jawab secara efektif
serta mampu memilih tentang apa yang dilakukan dan bagaimana
melakukannya.
e. Kaum humanis yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan yang
berjalan cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar pengetahuan hari
kemarin. Pendidikan humanisme mencoba mengadaptasikan siswa terhadap
perubahan-perubahan. Pendidikan melibatkan siswa dalam perubahan,
membantunya belajar tentang bagaimana belajar, bagaimana memecahkan
masalah dan bagaimana melakukan perubahan dalam kehidupan.
G. Prinsip Teori Humanisme
Dalam buku Freedom To Learn karya Carl Rogers (Soemanto, 2006:139140), terdapat sejumlah prinsip-prinsip dasar humanisme yang penting
diantaranya ialah :
1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus

13

terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses


perubahan itu.
H. Implikasi Pendidikan Humanisme Dalam Proses Pendidikan.
Belajar menurut pandangan humanisme merupakan fungsi keseluruhan
pribadi manusia yang melibatkan faktor intelektualdan emosional, motivasi
belajar harus datang dari dalam diri anak itu sendiri. Proses belajar-mengajar
menekankan pentingnya hubungan interperdonal, menerima siswa sebagai
partisipan dalam proses belajar bersama.
Pandangan utama aliran teori humanisme ini adalah proses pendidikan
berpusat pada murid. Roger berpendapat belajar akan optimal apabila siswa
terlibat secara penuh dan berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam proses
belajar. Dalam hal ini peran guru dalam proses pendidikan sebagai fasilitator baik
dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dan pembelajaran dalam konteks
proses penemuan yang bersifat mandiri. Maka untuk itu seorang pendidikan/guru
tidak perlu memaksa para siswa untuk belajar, malahan mereka harus
menciptakan suatu iklim kepercayaan dan rasa hormat yang memungkinkan siswa
belajar, mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar mandiri,
memutuskan apa dan bagaimana mereka belajar.
Proses belajar hendaknya merupakan kegiatan untuk mengesploitasi diri
yang memungkinkan pengembangan keterlibatan secara aktif subjek didik untuk
memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar. Sehingga para guru
humanisme ini mampu untuk mendorong para siswanya untuk belajar dan
tumbuh.

Di

mana

tujuan

pendidikan

menurut

pandangan humanisme di

ikhtisarkan oleh Mary Johnson yaitu :


1. Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan eksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri yang
melibatkan perkembangan konsep diri dan sistem nilai.
2. Kaum humanisme telah mengutamakan komitmen

terhadap

prinsip

pendidikan yang memperhatikan faktor persamaan, emosi, motivasi, dan


minat siswa akan mempercepat proses belajar yang bermakna dan terintegrasi
secara pribadi.
3. Perhatian kaum humanisme lebih terpusat pada isi pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki kebebasan

14

dan tanggung jawab untuk memilih dan menentukan apa, kapan dan
bagaimana ia belajar.
4. Kaum humanisme berorientasi kepada upaya memelihara perasaan pribadi
yang efektif. Suatu gagasan yang menyatakan bahwa siswa dapat
mengembalikan arah belajarnya sendiri, mengambil dan memenuhi tanggung
jawab secara efektif serta mampu memilih tentang apa yang akan dilakukan
dan bagaimana melakukannya.
5. Kaum humanisme yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan
yang berjalan cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar pengetahuan
hari kemarin. Pendidikan humanisme mencoba mengadaptasikan siswa dalam
perubahan, membantunya belajar tentang bagaimana belajar, bagaimana
memecahkan masalah dan bagaimana melakukan perubahan dalam
kehidupan.
Menurut Hanurawan (2006) salah satu sistem belajar yang cocok untuk
pendidikan humanis ini adalah Inquiry Discovery yakni belajar penyelidikan dan
penemuan. Di mana guru tidak akan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk
final, dengan kata lain guru hanya menyajikan sebagaian, selebihnya siswa yang
mencari atau menemukan sendiri. Adapun tahap dalam proses Inquiry
Discovery adalah sebagai berikut:
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), yakni memulai kegiatan PBM
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah) yakni

memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengindentifikasikan sebanyak mungkin


agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
dipilih salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3. Data collection (pengumpulan data, yakni memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
4. Data prosesing (pengolahan data), yakni mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para siswa melalui wawancara, observasi dan sebagainya lalu
ditafsirkan.

15

5. Verification (Pentahkikan), yakni melakukan pemeriksaan secara cermat


untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dihubungkan dengan data prosesing.
6. Generalization (generalisasi), yakni menarik sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum.
Melalui pembelajaran ini maka siswa akan dapat membawa pengalaman
pada diri dalam pembelajaran indentifikasi masalah, memahami masalah-masalah
yang dihadapi sehingga menemukan suatu pengetahuan yang bermakna pada
dirinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran menurut
pandangan humanisme yaitu sebagai berikut :
1. Setiap individu mempunyai bawaan untuk belajar.
2. Belajar akan bermanfaat bila siswa menyadari manfaatnya.
3. Belajar akan berarti bila dilakukan lewat pengalaman sendiri dan uji coba
sendiri.
4. Belajar dengan prakarasa sendiri penuh kesadaran dan kemampuan dapat
berlangsung lama dan menyenangkan.
5. Kreaktifitas dan kepercayaan dari orang lain tumbuh dari suasana kebebasan.
6. Belajar akan berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktif dan disiplin setiap
kegiatan belajar.
I. Aplikasi Teori humanisme pada Pembelajaran SD
Teori Humanisme sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks
yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar
menterjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang lebih kongkret dan praktis,
namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka teori
humanisme mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran
untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.
Semua komponen pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada
terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia
yang mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat peru diperhatikan
bagaimana perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya,
pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan
karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan oleh guru dalam
merencanakan pembelajaran. Karna seorang akan dapat belajar dengan baik jika

16

mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan


secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori
humanisme mampu menjelaskan bagaimana tujuan yang ideal tersebut dapat
dicapai.
Teori Humanisme akan sangat membantu para pendidik dalam memahami
arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun
dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai
tujuannya. Meskipun teori ini masih sukar diterjemahkan ke dalam langkahlangkah pembelajaran yang praktis dan oprasional, namun sumbangan teori ini
amat besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah
dirumuskan dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami apa
hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam
menentukan komponen-komponen pembelajaran, serta pengembangan alat
evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap
secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan
secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta
pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa.Dalam prakteknya teori
humanisme

ini

cenderung mengarahkan

siswa

untuk

berfikir

induktif,

mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif


dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara ekspilisit belum ada
pedoman baku tentang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan
Humanisme.
Dalam teori ini siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Ketika siswa memahami potensi
diri, diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih
kepada proses belajarnya dari pada hasil belajar. Sedangkan, proses umumnya
dilalui adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan belajar
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas, jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar
atas inisiatif sendiri.

17

4. Mendorong siswa untuk peka berfikir kritis, memaknai proses pembelajaran


secara aktif.
5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya,
melakukan apa yang diinginkan, dan menanggung resiko perilaku yang
ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa,
tidak menilai secara normatif, tetapi mendorong siswa untuk bertanggung
jawab atas segala resiko proses proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Kurikulum merupakan bagian yang penting dalam pendidikan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan , karena kurikulum merupakan landasan terbang
untuk mencapai tujuan pendidikan. Tidak ada suatu kurikulum tertentu, sistem
pengajaran, metode yang universal dalam pengajaran yang selalu tepat untuk
semua jenis sekolah. Sebab seperti halnya pengalaman, kebutuhan dan minat
individu berbeda-beda menurut tempat dan jaman khususnya kurikulum haruslah
sesuatu yang berbeda, selalu berubah dan berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudaayaan masyarakat akan pendidikan.
Dengan demikian kurikulum harus bersifat progresif dan dinamis. Oleh karena itu
kita harus mengadakan evaluasi dan revisi kurikulum. Kurikulum menurut
humanisme harus diwujudkan dengan sejumlah aktivitas sesuai dengan kehidupan
nyata supaya mereka mendapatkan pengalaman langsung, dapat menghayati dan
menerima keterangan secara langsung dari orang lain.
Model pembelajaran humanisme yang dapat dijelaskan dalam makalah ini,
sebagai berikut.
1. Humaning Of The Classroom, ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang
otoriter, tidak manusiawi, sehingga menyebabkan peserta didik putus asa
yang akhirnya mengakhiri hidupnya. Kasus ini banyak terjadi di Amerika
Serikat dan Jepang. Humaning Of The Classroom ini dicetuskan oleh Jhon P.
Miller yang terfokus pada pengembangan model pendidikan afektif.
Pendidikan model ini tertumpu pada tiga ha, yaitu: menyadari diri sebagai
suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali
konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran.

18

Perubahan yang dilakukan terbatas pada subtansi materi saja, tetapi yang
lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.
2. Active Learning dicetuskan oleh Melvin L. Siberman. Asumsi dasar yang
dibangun dari model pembelajaran ini ialah bahwa belajar bukan merupakan
konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan
belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka
mempelajari

gagasan-gagasan,

memecahkan

berbagai

masalah

dan

menerapkan apa yang mereka pelajari. Dalam Active Learning cara belajar
dengan mendengarkan saja akan sedikit ingat, dengan cara mendengarkan,
melihat dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara
mendengar,

melihat,

berdiskusi,

dan

melakukan

akan

memperoleh

pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang


terbagus ialah dengan membelajarkan.
3. Quantum Learning merupakan cara pengubahan macam-macam interaksi.
Hubungan dan inspirasi yang di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam
prakteknya, Quantum

Learning menggabungkan

sugetologi

teknik

pemercepatan belajar dan neurolenguistik dengan teori keyakinan dan metode


tertentu. Quantum Learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu
menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat
loncatan prestasi yang tidak bisa diduga sebelumnya. Dengan metode belajar
yang tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat ganda. Salah satu
konsep dasar dari metode ini ialah belajar itu harus mengasikkan dan
berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi
baru akan lebih besar dan terekam dengan baik.
4. The Accelerated Learning, merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep
dasar darai pembelajaran ini berlangsung sangat cepat, menyenangkan, dan
memuaskan. Pemilik konsep ini Dave Meiver menyarankan kepada guru agar
dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan somantic,auditory,visual
dan intellectual (SAVI). Somantic dimaksudkan sebagai learning by moving
and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning
bay talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual
diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan

19

menggambarkan). Intellectual maksudnya ialah learning by problem solving


and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).
Bobbi De Porter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan
siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang
normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang
sekilas tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan,
warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Naun
semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar
efektif.
Metode Pendidikan menurut pandangan humanisme. Metode adalah suatu
ilmu tentang prinsip-prinsip atau prosedur (cara) memecahkan masalah.
Metodologi sangat diperlukan untuk memecahkan masalah atau mengetahui
sesuatu, berhasil atau tidaknya hal tersebut tergantung pada tepat dan tidaknya
metode yang digunakan. Metode yang digunakan dalam pendidikan humanisme
menekankan pada kebebasan seseorang, yaitu.
1. Metode ceramah
Metode ceramah masih banyak dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran klasikal. Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian
bahan atau penyampaian bahan-bahan secara lisan.
2. Metode diskusi
Metode ini sering digunakan dalam kegiatan kelompok, umpamanya
menggunakan ketrampilan proses yang dimiliki oleh diri. Metode dikusi ini
merupakan cara dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu
problema atau pernyataan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau
keputusan bersama.
3. Metode eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode untuk menarik kesimpulan atau
memecahkan masalah melalui percobaan atau mencobakan sesuatu serta
mengamati, secara proses sehingga dapat ditarik kesimpulan.
4. Metode pemecahan masalah
Metode pemecahan masalah atau metode berfikir reflektif atau metode
problem solving, merupakan suatu cara untuk menarik kesimpulan dengan
cara merangsang seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam
kesatuan struktur atau situasi dimana masalah itu berada atas inisiatif sendiri.
J. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanisme

20

Kelebihan dalam teori humanisme yaitu :


1. Teori humanisme lebih cocok untuk diterapkan dalam materi pelajaran yang
bersifat pembentukan karakter.
2. Teori ini dinyatakan berhasil apabila siswa bersemangat dalam mengikuti
proses pembelajaran. Contoh kongkritnya siswa bergairah, berinisiatif dalam
belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan
sendiri.
3. Teori ini mengharapkan siswa untuk menjadi manusia yang bebas, tidak
terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar
aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
4. Teori ini mendorong guru untuk dapat lebih mengenali peserta didiknya
5. Teori ini memberikan dampak yang signifikan terhadap proses perkembangan
anak dilihat dari sisi kepribadianya
6. Teori ini lebih mengedepankan aspek memanusiakan manusia dan
pembentukan karakter.
Adapun kekurangan teori humanisme adalah sebagai berikut:
1. Siswa yang tidak menyadari dan memahami potensi dirinya akan ketinggalan
dalam proses belajar.
2. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam
proses belajar.
3. Proses pembelajaran lebih difokuskan kepada pengembangan potensi yang
dimiliki siswa, sehingga pengembangan intelektual siswa tidak terasah.

21

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Sebagai sebuah aliran kefilsafatan yang menempatkan kebebasan
manusia, baik berfikir, bertindak dan bekerja, sebagai segalah-galanya, teori
humanisme berpengaruh secara signifikan terhadap munculnya bangunan
peradaban modern dan yang lainnya. Epistimologi himuanisme bersandar diri
pada kemampuan rasionalitas manusia dengan segala otoritasnya, terutama pada
abad modern ini. Kerja dari humanisme ini adalah mencoba menanusiakan
manusia (humanisasi) sebagai manusia, yang selama ini menusia tidak lebih
dipahami sebagai seonggok objek atau minimal benda tanpa mempunyai
kekuatan dan kemampuan apa-apa melalui relitas. Pemikiran teori humanisme ini
meliputi beberapa hal yakni Pandangan tentang hakekat manusia, Pandangan
tentang kebebasan dan otonomi manusia dan Pandangan tentang diri dan konsep
diri.
Belajar menurut pandangan humanisme merupakan fungsi keseluruhan
pribadi manusia yang melibatkan faktor intelektualdan emosional, motivasi
belajar harus datang dari dalam diri anak itu sendiri. Proses belajar-mengajar

22

menekankan pentingnya hubungan interperdonal, menerima siswa sebagai


partisipan dalam proses belajar bersama.
B. Saran
Siswa itu sendiri harus lebih mengembangkan bakat yang terpendam pada
dirinya agar menjadi siswa yang berprestasi. Disamping itu, guru juga berperan
sangat penting untuk membantu anak didiknya untuk menggali kemampuan atau
potensi yang ada pada anak tersebut, dan juga untuk para wali kelas agar
memantau para siswanya di kelas agar siswanya tersebut tidak melakukan hal-hal
yang merugikan siswa itu sendiri ataupun orang lain juga harus bisa membimbing
serta mengajarkan kepada siswa-siswanya bukan hanya sekedar dalam belajar tapi
juga dalam segi etika dan sopan santun.

Daftar Pusataka
Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran,
Yogyakarta: Rineka Cipta.
23
Budiningsih, Asri. Belajar & Pembelajran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012.
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia. 2006.
Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
2006.
Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Bumi Aksara
Helen Graham. 2005. Psikologi Humanisme.Dalam Konteks Sosial, Budaya, dan
Sejarah. Jogjakarta : Penerbit Pustaka Belajar.
Herpratiwi. Teori Belajar dan Pembelajaran.Bandar lampung :
Universitas Lampung, 2009.
Karwono & mularsih heni.2010. Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan
Garis Belajar. Jakarta: Cerdas Jaya.
Lash Scott. 2000. Posmoderinisme sebagai Humanisme? Wilayah Urban dan
Teori Sosial, dalam Bryan Turner, Teori-teori Sosial Modernitas dan

23

Postmodernitas. Terj. Imam Baehaqi dan Ahmad Baidlowi, Pusataka


Pelajar : Yogyakarta
Mohammad Adib. 2011.Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistimologi, Aksiologi dan
Logika Ilmu Pengetahuan). Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Muhammad Thabroni & Arif Mustofa. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: ArRuzz Media, 2011.
Partanto, Pius A. Al-barry, Dahlan. Kamus Ilmiyah populer. Surabaya: Arloka,
2001.
Sadulloh, Uyoh, Drs. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Salahudin, Drs, M.Pd. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia
Sartre, Jean Paul. 1948. Exixtensialis and Huamnisme Terjemahan Philip Mairet;
Methuen : London
Sarwono, Sarlito W.2000. Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh
Psikologi. Jakarta : PT. Bulan Bintang
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Uyoh Sadullah. 2008. Pengantar Fi lsafat Pendidikan. Alfabeta : Bandung

24

Anda mungkin juga menyukai