Anda di halaman 1dari 32

1

BAB IV
PEMBELAJARAN KBK

A. Kondisi Pembelajaran di Perguruan Tinggi saat ini


Kondisi pembelajaran di program studi/ perguruan tinggi masih
cukup beragam. Perguruan tinggi yang telah menjalankan sistem
penjaminan mutu dengan baik dari level institusi sampai program studi
umumnya telah melaksanakan pembelajaran yang berbasiskan
capaian pembelajaran, namun dari pengalaman Tim Pengembangan
Kurikulum

Pendidikan

melaksanakan

pelatihan

Tinggi,

Direktorat

pengembangan

Pendidikan

kurikulum

di

Tinggi
seluruh

KOPERTIS di Indonesia dengan permasalahan utama, yaitu:


1. Kurangnya pemahaman tentang esensi dari

kurikulum dalam

sistem pendidikan
2. Kurangnya persiapan dosen di dalam menyiapkan perangkat
pembelajaran sebelum melakukan pembelajaran
3. Ketidakjelasan rumusan capaian pembelajaran
4. Ketidakjelasan strategi dan metode pembelajaran
5. Ketidakjelasan apakah pilihan strategi dan
pembelajaran

merupakan

pilihan

yang

tepat

metode
untuk

memunculkan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan


6. Aktivitas asesmen cenderung pada pemberian skor/nilai
kepada mahasiswa dari pada memberikan tuntunan untuk
membuka potensinya
7. Instrumen untuk melakukan asesmen cenderung mencirikan
penilaian sumatif dari pada penilaian formatif.
Hal di atas dapat mengindikasikan bahwa dalam melaksanakan
proses pembelajaran yang baik, masih ada beberapa dosen yang
kurang pemahamannya atau dosen kurang perduli terhadap capaian
pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, serta cara penilaian
yang tepat. Ada anggapan bahwa dengan tatap muka sekali dalam
satu minggu telah melakukan pembelajaran sesuai dengan tuntutan

aturan

yang

ada.

Hal

ini

dikarenakan

pemahaman

ukuran

pembelajaran yang baik adalah jumlah tatap muka di kelas.


Disamping itu, sistem penjaminan mutu pendidikan sering tidak
berfungsi dengan baik, seperti sistem pendukung terkait dengan tata
kelola sumber daya manusia, sarana prasarana dan lingkungan
pembelajaran, sistem pelayanan, monitoring dan evaluasi serta tindak
lanjut dari hasil evaluasi. Sering yang menjadi alasan tidak
berkembangnya sistem pembelajaran dengan baik adalah kurangnya
pendanaan.

Walaupun

pendanaan

merupakan

bagian

dari

perencanaan yang krusial dalam mendirikan atau mengembangkan


program studi, namun nilainilai dalam pembelajaran semestinya tetap
menjadi prioritas. Di sisi lain, tidak sedikit perguruan tinggi yang telah
menerapkan sistem penjaminan mutu pendidikan dengan baik,
mampu mengembangkan nilainilai internalnya untuk memenuhi
kebutuhan stakeholders yang dinamis. Perguruan tinggi seperti ini
dengan mudah mendapatkan pengakuan dari masyarakat lokal
sekitarnya, nasional dan bahkan internasional. Sistem pembelajaran
merupakan bagian penting untuk mampu menghasilkan lulusan yang
berdaya saing tinggi.

Sistem pembelajaran yang baik mampu

memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk membuka


potensi dirinya dalam menginternalisasikan knowledge, skills dan
attitudes

serta

pengalaman

belajar

sebelumnya.

Dengan

dikeluarkannya Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar


Nasional

Pendidikan

Tinggi,

Program

Studi

dituntut

untuk

menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kualifikasi KKNI.


Demikian pula sistem penjaminan mutu pendidikannya mesti
mampu mengendalikan proses pendidikan dengan baik merujuk pada
level kualifikasi KKNI. Selain itu materi pembelajaran umumnya
disusun tidak mengikuti taksonomi dimensi pengetahuan yang akan
dicapai

dan

dimensi

proses

kognitif

urutan

serta

penyampaiannya. Oleh karenanya, proses pembelajaran


banyak

dipraktekkan

sekarang

ini

sebagian

besar

cara
yang

berbentuk

penyampaian secara tatap muka (lecturing), atau penyampaian


secara searah (dari dosen kepada mahasiswa). Pada saat mengikuti
kuliah atau mendengarkan ceramah, mahasiswa akan kesulitan untuk
mengikuti

atau menangkap

makna esensi materi pembelajaran,

sehingga kegiatannya sebatas membuat catatan yang kebenarannya


diragukan. Disamping itu ada kecenderungan lain yaitu mahasiswa
saat ini kurang mampu menyimak. Hal ini terjadi sebagai akibat dari
ketergantungan pada bahan tayang dan fotocopy bahan tayang dari
dosen.
Mahasiswa

kurang

terbiasa

dengan

mencatat

dengan

menggunakan model mind mapping atau model taking notes


lainnya. Mereka merasa tentram karena bahan tayang dalam bentuk
power point dapat diperoleh dari dosennya. Kebiasaan semacam ini
perlu diubah, karena mahasiswa menjadi pasif. Pola proses
pembelajaran dosen aktif dengan mahasiswa pasif ini efektifitasnya
rendah, dan tidak dapat menumbuhkembangkan proses partisipasi
aktif dalam pembelajaran. Keadaan ini terjadi sebagai akibat elemen
elemen terbentuknya proses partisipasi yang berupa, (i) dorongan
untuk memperoleh harapan (effort), (ii) kemampuan mengikuti proses
pembelajaran, dan (iii) peluang untuk mengungkapkan materi
pembelajaran yang diperolehnya di dunia nyata/ masyarakat tidak ada
atau sangat terbatas. Intensitas pembelajaran mahasiswa umumnya
meningkat (tetapi tetap tidak efektif), terjadi pada saatsaat akhir
mendekati ujian. Itupun terlihat dari rajinnya mereka mengumpulkan
bahan untuk ujian. Akibatnya mutu materi dan proses pembelajaran
sangat sulit untuk diases. Dosen menjadi pusat peran dalam
pencapaian hasil pembelajaran dan seakanakan menjadi satu
satunya sumber ilmu.
Perbaikan pola
dilakukan dengan kombi
pemberian

tugas,

yang

pembelajaran ini
nasi

lecturing,

kesemuanya

telah
tanya

dilakukan

banyak
jawab,

dan

berdasarkan

pengalaman mengajar dosen yang bersangkutan dan bersifat trial

error. Luaran proses pembelajaran tetap tidak dapat diases, serta


memerlukan

waktu

lama

pelaksanaan

perbaikannya.

Pola

pembelajaran di perguruan tinggi yang berlangsung saat sekarang


perlu dikaji untuk dapat dipetakan pola keragaman penyimpangan,
besarnya penyimpangan, dan persentase dari masing masing
kelompok pola, terhadap baku proses pembelajaran yang benar.
Sementara itu di NUS Singapura, melalui Center for Development of
Teaching

and

disosialisasikan

Learning
praktek

(http://www.cdtl.nus.
pembelajaran

edu.sg)

dengan

telah

pendekatan

penyelesaian problem secara kreatif. Mahasiswa dihadapkan pada


masalah

nyata

menyelesaikannya

di

bidang

sebagai

sains
suatu

dan
cara

diberi

tugas

pembelajaran.

untuk
Dosen

diharapkan dapat menerima kesalahan dalam proses pembelajaran


sebagai hal yang wajar dan memotivasi untuk memperbaiki secara
terus menerus. Jadi proses pembelajaran yang diterapkan benar
benar menyatu dengan materi pembelajaran yang diformat sesuai
dengan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif secara
benar menurut empat pilar pembelajaran. Dengan demikian proses
pembelajaran

memiliki

karakteristik

yang

mencerminkan

sifat

interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif,


kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa.
B. Perubahan dari TCL ke arah SCL
Pola pembelajaran yang terpusat pada dosen (Teaching
Centered Learning/TCL) seperti yang dipraktekkan pada saat ini
sudah tidak memadai untuk mencapai tujuan pendidikan berbasis
capaian pembelajaran. Berbagai alasan yang dapat dikemukakan
antara lain adalah: (i) perkembangan IPTEK dan Seni yang sangat
pesat dengan berbagai kemudahan untuk mengaksesnya merupakan
materi pembelajaran yang sulit dapat dipenuhi oleh seorang dosen, (ii)
perubahan kompetensi kekaryaan yang berlangsung sangat cepat
memerlukan materi dan proses pembelajaran yang lebih fleksibel, (iii)

kebutuhan untuk mengakomodasi demokratisasi partisipatif dalam


proses

pembelajaran

di

perguruan

tinggi. Oleh

karena

itu

pembelajaran ke depan didorong menjadi berpusat pada mahasiswa


(Student

Centered

Learning/SCL)

dengan

memfokuskan

pada

capaian pembelajaran yang diharapkan. Berpusat pada mahasiswa


menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui
proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kreativitas,
kapasitas,

kepribadian,

dan

kebutuhan

mahasiswa,

serta

mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan


pengetahuan. Mahasiswa harus didorong untuk memiliki motivasi
dalam diri mereka sendiri, kemudian berupaya keras mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan.
Perubahan pendekatan dalam pembelajaran dari TCL menjadi
SCL adalah perubahan paradigma, yaitu perubahan dalam cara
memandang

beberapa

hal

dalam

pembelajaran,

yakni;

a)

pengetahuan , dari pengetahuan yang dipandang sebagai sesuatu


yang sudah jadi yang tinggal ditransfer dari dosen ke mahasiswa,
menjadi pengetahuan dipandang sebagai hasil konstruksi atau hasil
transformasi oleh pembelajar, b) belajar, belajar adalah menerima
pengetahuan (pasifreseptif) menjadi belajar adalah mencari dan
mengkonstruksi

pengetahuan,

aktif

dan

spesifik

caranya,

c)

pembelajaran, dosen menyampaikan pengetahuan atau mengajar


(ceramah

dan

kuliah)

menjadi

dosen

berpartisipasi

bersama

mahasiswa membentuk pengetahuan.


Dengan paradigma ini maka tiga prinsip yang harus ada dalam
pembelajaran SCL adalah (a) memandang pengetahuan sebagai satu
hal yang belum lengkap, (b) memandang proses belajar

sebagai

proses untuk merekonstruksi dan mencari pengetahuan yang akan


dipelajari serta (c) memandang proses pembelajaran bukan sebagai
proses pengajaran (teaching) yang dapat dilakukan secara klasikal,
dan bukan merupakan suatu proses untuk menjalankan sebuah
instruksi baku yang telah dirancang. Proses pembelajaran adalah

proses dimana dosen menyediakan berbagai macam strategi dan


metode pembelajaran dan paham akan pendekatan pembelajaran
mahasiswanya untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Perbedaan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada dosen
(TCL)

dan

pembelajaran

yang

berpusat

pada mahasiswa ( SCL) dapat dirinci pada tabel di bawah ini.

No

TRADITIONAL

NEW LEARNING (Student

TEACHING (Teaching Centre

Centre Learning)

Learning)
Transformasi pengetahuan dari

Mahasiswa aktif

dosen ke Mahasiswa.

mengembangkan pengetahuan

Mahasiswa menerima pengetahuan

dan keterampilan yang dipelajari.


Mahasiswa secara aktif terlibat

secara pasif.
Lebih menekankan pada

dalam mengelola pengetahuan.


Tidaj terfokus hanya pada

penguasaan materi.

penguasaan materi, tetapi juga

mengembangkan sikap
belajar(life long learning)
4
5

Single Media.
Fungsi dosen pemberi informasi

Multimedia.
Fungsi dosen sebagai motivator,

utama dan evaluator.


Proses pembelajaran dan penilaian

fasilitator dan evaluator.


Proses pembelajaran dan

dilakukan terpisah.

penilaian dilakukan
berkesinambungan dan

Menekankan pada jawaban yang

terintegrasi.
Penekanan pada proses

benar saja.

pengembangan pengetahuan.
Kesalahan dapat digunakan

Sesuai dengan pengembangan ilmu

sebagai sumber belajar.


Sesuai dengan pengembangan

dalam satu disiplin saja.

ilmu dengan pendekatan

Iklim belajar individual dan

interdisipliner.
Iklim yang dikembangkan bersifat

kompetitif.

kolaboratif, suportif dan

Hanya mahasiswa yang dianggap

kooperatif.
Mahasiswa dan dosen belajar

melakukan proses pembelajaran.

bersama dalam mengembangkan

Perkuliahan merupakan bagian

pengetahuan dan keterampilan.


Mahasiswa melakukan

terbesar dalam proses

pembelajaran dengan berbagai

12

pembelajaran.
Penekanan pada tuntasnya materi

model pembelajaran SCL.


Penekanan pada pencapaian

13

pembelajaran.
Penekanan pada bagaimana cara

kompetensi mahasiswa
Penekanan pada bagaimana cara

dosen melakukan pengajaran.

mahasiswa melakukan

Cenderung penekanan pada

pembelajaran.
Penekanan pada

penguasaan Hard-Skill Mahasiswa

pengusaanHard Skill dan Soft

10

11

14

Skill.

Gambar 41: Ilustrasi Pembelajaran TCL dan SCL


Pada ilustrasi di atas nampak pada TCL usaha keras dosen untuk
memberikan sejumlah pengetahuan yang dianggap penting, hanya
ditanggapi dengan kepasifan mahasiswa. Pada SCL digambarkan prinsip
belajar adalah berubah (dari gemuk ke kurus), dengan cara yang dapat
dipilih sendiri oleh mahasiswai sesuai dengan kapasitas dirinya, karena
yang menjadikan dirinya berubah (kurus) adalah dirinya sendiri. Di dalam

proses perubahan (pembelajaran) ini dapat ditanyakan: apa tugas


dosen?. Yang pasti adalah merancang berbagai metode agar peserta didik
dapat memilih cara belajaryang tepat, dan dosen juga dapat bertindak
sebagai instruktur, fasilitator, dan motivator.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, dinyatakan
bahwa Pembelajaran adalah interaksi antara pendidik, peserta didik, dan
sumber belajar, di dalam lingkungan belajar tertentu. Berdasarkan pada
pernyataan diatas maka dalam mendeskripsikan setiap unsur yang terlibat
dalam pembelajaran tersebut dapat ditengarai ciri pembelajaran yang
berpusat pada mahasiswa (student centered learning) seperti pada
Gambar:

Ciri Pembelajaran Student Centered Learning Ciri metode


pembelajaran SCL sesuai unsurnya dapat dirici sebagai berikut: dosen,
berperan

sebagai

fasilitator

dan

motivator;

mahasiswa,

harus

menunjukkan kinerja, yang bersifat kreatif yang mengintergrasikan


kemampuan kognitif, psikomotorik dan afeksi secara utuh; proses
interaksinya, menitikberatkan pada method of inquiry and discovery;

sumber belajarnya, bersifat multi demensi, artinya bisa didapat dari mana
saja; dan lingkungan belajarnya, harus terancang dan kontekstual.
Peran Dosen

dalam

Pembelajaran

SCL

Di

pembelajaran SCL, dosen masih memiliki peran yang

dalam

proses

penting dalam

pelaksanaan SCL, yaitu:


1. Bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran
2. Memahami capaian pembelajaran matakuliah yang perlu
dikuasai mahasiswa di akhir pembelajaran
3. Merancang strategi dan lingkungan pembelajaran yang
dapat
4. menyediakan beragam pengalaman belajar yang diperlukan
mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dituntut
mata kuliah
5. Membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan
memprosesnya

untuk

dimanfaatkan

permasalahan hidup seharihari


6. Mengidentifikasi dan menentukan
belajar

mahasiswa

dalam

memecahkan

pola penilaian

yang relevan

dengan

hasil
capaian

pembelajaran yang akan diukur.


Sementara itu, peran yang harus dilakukan mahasiswa dalam
pembelajaran SCL adalah:
1. Mengkaji kompetensi matakuliah yang dipaparkan dosen
2. Mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen.
3. Membuat rencana pembelajaran untuk mata kuliah yang
diikutinya.
4. Belajar secara aktif (dengan cara mendengar, membaca,
menulis, diskusi, dan terlibat dalam pemecahan masalah serta
lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berfikir tingkat tinggi,
seperti analisis, sintesis dan evaluasi), baik secara individu
maupun berkelompok.
5. Mengoptimalkan kemampuan dirinya
C. Model-model pembelajaran dalam KBK
Proses pembelajaran melalui kegiatan kurikuler wajib dilakukan secara
sistematis dan terstruktur melalui berbagai mata kuliah dengan beban

10

belajar yang terukur dan menggunakan metode pembelajaran yang efektif


sesuai dengan karakteristik mata kuliah. Metode pembelajaran yang dapat
dipilih untuk pelaksanaan pembelajaran mata kuliah antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Small Group Discussion


RolePlay & Simulation
Discovery Learning (DL)
Self Directed Learning (SDL)
Cooperative Learning (CL)
Collaborative Learning (CbL)
Contextual Instruction (CI) (
Project BasedLearning (PjBL); dan
ProblemBased. Learning and Inquiry (PBL)
Selain

kesepuluh

model

tersebut, masih banyak model

pembelajaran lain yang belum dapat disebutkan satu persatu, bahkan


setiap

pendidik/dosen

pembelajarannya

sendiri.

dapat

pula

Berikut

akan

mengembangkan
disampaikan

satu

model
persatu

kesepuluh model pembelajaran yang telah disampaikan di atas.


1. Small Group Discussion
Diskusi adalah salah satu elemen belajar secara aktif dan
merupakan bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain,
seperti CL, CbL, PBL, dan lainlain. Mahasiswa peserta kuliah
diminta membuat kelompok kecil (5 sampai 10 orang) untuk
mendiskusikan bahan yang diberikan oleh dosen atau bahan yang
diperoleh sendiri oleh anggota kelompok tersebut. Dengan aktivitas
kelompok kecil, mahasiswa akan belajar: (a) Menjadi pendengar
yang

baik;

(b)

Memberikan

Bekerjasama

untuk

tugas

bersama;

(c)

dan menerima umpan balik yang konstruktif; (d)

Menghormati perbedaan pendapat; (e) Mendukung pendapat


dengan bukti; dan (f) Menghargai sudut pandang yang bervariasi
(gender, budaya, dan lainlain). Adapun aktivitas diskusi kelompok
kecil dapat

berupa: (a) Membangkitkan ide; (b) Menyimpulkan

poin penting; (c) Mengakses tingkat skill dan pengetahuan; (d)


Mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya; (e) Menelaah latihan,
quiz, tugas menulis; (f)
akhir

kelas;(g)

Memproses outcome pembelajaran pada

Memberi

komentartentang

jalannya

kelas;(h)

11

Membandingkan teori, isu, dan interpretasi ; (i) Menyelesaikan


masalah; dan (j) Brainstroming.
2. Simulasi/Demonstrasi
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip
dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Misalnya untuk mata kuliah
aplikasi instrumentasi, mahasiswa diminta membuat perusahaan
fiktif yang bergerak di bidang aplikasi

instrumentasi, kemudian

perusahaan tersebut diminta melakukan hal yang sebagaimana


dilakukan oleh perusahaan sesungguhnya dalam memberikan jasa
kepada kliennya, misalnya melakukan proses bidding, dan
sebagainya. Simulasi dapat berbentuk: (a) Permainan peran (role
playing). Dalam contoh di atas, setiap mahasiswa dapat diberi
peran masingmasing, misalnya sebagai direktur, engineer, bagian
pemasaran dan lain lain; (b) Simulation exercices and simulation
games; dan (c) Model komputer. Simulasi dapat mengubah cara
pandang (mindset) mahasiswa, dengan jalan: (a) Mempraktekkan
kemampuan umum (misal komunikasi verbal & nonverbal); (b)
Mempraktekkan

kemampuan

khusus; (c)

Mempraktekkan

kemampuan tim; (d) Mengembangkan kemampuan menyelesaikan


masalah (problemsolving);(e) Menggunakan kemampuan sintesis;
dan (f) Mengembangkan kemampuan empati.
3. Discovery Learning (DL)
DL

adalah

metode

belajar

yang

difokuskan

pada

pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen


maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun
pengetahuan dengan cara belajar mandiri.
4. SelfDirected Learning (SDL)
SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif
individu

mahasiswa

sendiri.

Dalam

hal

ini,

perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar yang


telah

dijalani,

bersangkutan.

dilakukan
Sementara

semuanya
dosen

oleh

hanya

individu

bertindak

yang
sebagai

12

fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan, dan konfirmasi


terhadap

kemajuan

belajar

yang

telah

dilakukan

individu

mahasiswatersebut.
Metode belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan
memberdayakan
tanggungjawab

mahasiswa,
mereka

sendiri.

bahwa
Dengan

belajar

kata

lain,

adalah
individu

mahasiswa didorong untuk bertanggungjawab terhadap semua


fikiran dan tindakan yang dilakukannya.
Metode pembelajaran SDL dapat diterapkan apabila asumsi
berikut sudah terpenuhi, yaitu sebagai orang dewasa, kemampuan
mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada
orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri. Prinsip
yang digunakan di dalam SDL adalah: (a) Pengalaman merupakan
sumber belajar yang sangat bermanfaat; (b) Kesiapan belajar
merupakan tahap awal menjadi pembelajar mandiri; dan (c) Orang
dewasa lebih tertarik belajar dari permasalahan daripada dari isi
matakuliah Pengakuan, penghargaan, dan dukungan terhadap
proses belajar orang dewasa perlu diciptakan dalam lingkungan
belajar. Dalam hal ini, dosen dan mahasiswa harus memiliki
semangat yang saling melengkapidalam melakukan pencarian
pengetahuan.
5. Cooperative Learning (CL)
CL adalah metode belajar berkelompok yang dirancang oleh
dosen

untuk

mengerjakan

memecahkan
suatu tugas.

suatu

masalah/kasus

atau

Kelompok ini terdiri atas beberapa

orang mahasiswa, yang memiliki kemampuan akademik yang


beragam. Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan
kelompok, materi yang dibahas, langkah langkah diskusi serta
produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya ditentukan dan
dikontrol oleh dosen. Mahasiswa dalam hal ini hanya mengikuti
prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen. Pada dasarnya CL
seperti ini merupakan perpaduan antara teachercentered dan

13

student

centered

learning.

Metode

ini

bermanfaat

untuk

membantu menumbuhkan dan mengasah: (a) kebiasaan belajar


aktif pada diri mahasiswa; (b) rasa tanggung jawab individu dan
kelompok

mahasiswa;

(c)

kemampuan

dan

keterampilan

bekerjasama antar mahasiswa; dan (d) keterampilan sosial


mahasiswa.
6. Collaborative Learning (CbL)
CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada k
erjasama antar
yang

mahasiswa

dibangun

yang didasarkan pada konsensus

sendiri

oleh

anggota

kelompok.

Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat


open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada
minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat
diskusi/kerja

kelompok,

diskusi/kerja

kelompok

sampai
ingin

dengan

dinilai

oleh

bagaimana
dosen,

hasil

semuanya

ditentukan melalui konsensus bersama antar anggota kelompok.


7. Contextual Instruction (CI)
CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan
isi matakuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan seharihari
dan memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara
pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan seharihari sebagai
anggota masyarakat, pelaku kerja profesional atau manajerial,
entrepreneur,

maupun

investor.

Sebagai

contoh,

apabila

kompetensi yang dituntut matakuliah adalah mahasiswa dapat


menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi proses transaksi
jual beli, maka dalam pembelajarannya, selain konsep transaksi ini
dibahas

dalam

kelas,

juga

diberikan

contoh,

dan

mendiskusikannya. Mahasiswa juga diberi tugas dan kesempatan


untuk terjun langsung di pusat

pusat perdagangan untuk

mengamati secara langsung proses transaksi jual beli tersebut,


atau

bahkan

terlibat

langsung

sebagai

salah

satu

pelakunya, sebagai pembeli, misalnya. Pada saat itu, mahasiswa

14

dapat melakukan pengamatan

langsung, mengkajinya dengan

berbagai teori yang ada, sampai ia dapat menganalis faktorfaktor


apa saja yang mempengaruhi terjadinya proses transaksi jual beli.
Hasil keterlibatan, pengamatan dan kajiannya ini selanjutnya
dipresentasikan di dalam kelas, untuk dibahas dan menampung
saran dan masukan lain dari seluruh anggota kelas.
Pada

intinya

memanfaatkan

dengan

CI,

pengetahuan

dosen

secara

dan

mahasiswa

bersamasama,

untuk

mencapai kompetensi yang dituntut oleh matakuliah, serta


memberikan kesempatan pada semua orang yang terlibat dalam
pembelajaran untuk belajar satu sama lain.
8. ProjectBased Learning (PjBL)
PjBL
melibatkan

adalah

metode

mahasiswa

belajar

dalam

yang

belajar

sistematis,

yang

pengetahuan

dan

keterampilan melalui proses pencarian/ penggalian (inquiry) yang


panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan
kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat
hati hati.
9. ProblemBased Learning/Inquiry (PBL/I)
PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan
mahasiswa

harus

melakukan

pencarian/penggalian

informasi

(inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Pada


umumnya,

terdapat

empat

langkah

yang

perlu

dilakukan

mahasiswa dalam PBL/I, yaitu: (a) Menerima masalah yang relevan


dengan

salah

satu/

beberapa

kompetensi

yang

dituntut

matakuliah, dari dosennya; (b) Melakukan pencarian data dan


informasi yang relevan untuk memecahkan masalah; (c) Menata
data

dan

mengaitkan

data

dengan masalah;

dan (d)

Menganalis strategi pemecahan masalah PBL/I adalah belajar


dengan meman faatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan
pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan
masalah tersebut.

15

D. Kurikulum KBK
Dalam Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

pendidikan nasional kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana


dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang

digunakan

pembelajaran

sebagai

pedoman

penyelenggaraan

untuk

mencapai

tujuan

SISDIKNAS,

2003).

Kurikulum

merupakan

memberikan

pedoman

atau

pendidikan

pegangan

suatu
dalam

kegiatan

tertentu

(UU

rencana

yang

proses

belajar

mengajaruntuk mencapai kompetensi tertentu yang sudah ditetapkan.


Sedangkan,Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah sebuah bentuk
istilah yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Indonesiayang
mulai diterapkan sejak tahun2004. Istilah kurikulum berbasis kompetensi
bukan hanya dapat dipakai pada dunia pendidikan saja tetapi juga pada
pendidikan dan pelatihan.
Konsep

pembelajaran

berbasis

kompetensi

mensyaratkan

dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau


ditampilkan peserta diklat setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perumusan kompetensi menjadi acuan kegiatan pembelajaran peserta
diklat yang tersusun dalam bentuk kurikulum. Oleh karena itu,
pembelajaran berbasis kompetensi adalah program pembelajaran di mana
hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta diklat,
metode pembelajaran, bahan ajar, estimasi waktu, dan indikator
pencapaian hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan
pembelajaran dipersiapkan.
KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus
dan bermuara pada hakekat peserta diklat untuk mengembangkan
berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam
hal ini peserta diklat merupakan subjek belajar dan proses belajar
berlangsung secara alamiah melalui pengalaman belajar berdasarkan
standar kompetensi tertentu, bukan hanya transfer pengetahuan (transfer
of knowledge) dari widyaiswara ke peserta diklat tetapi lebih dari itu

16

pengembangan pengetahuan (Development of knowledge) antar peserta


dan widyaiswara.
Kunci keberhasilan pembelajaran berbasis kompetensi adalah :
1. Fokus pada kemampuan apa sebenarnya yang ingin dicapai
dalam diklat.
2. Penekanan lebih kepada pengalaman belajar.
3. Mengajarkan aplikasi secara nyata.
4. Melakukan evaluasi pembelajaran melalui observasi kinerja
peserta diklat dalam kerja-praktik.
Pembelajaran berbasis kompetensi adalah program pembelajaran
di mana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh
peserta diklat,

metode penyampaian, dan indikator pencapaian hasil

belajar dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai dalam


bentuk

rancang

bangun

program

pembelajaran

dan

rencana

pembelajaran. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mendapatkan


perumusan kompetensi yang jelas dan spesifik, antara lain dengan
melaksanakan analisis kebutuhan, analisis tugas, analisis kompetensi,
penilaian oleh profesi dan pendapat pakar mata pelajaran, pendekatan
teoritik, dan telaah buku teks yang relevan dengan materi yang dipelajari
(Smith, 2000).
Konsep

pembelajaran

berbasis

kompetensi

menyaratkan

dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau


ditampilkan peserta diklat setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Dengan tolok ukur pencapaian kompetensi maka dalam kegiatan
pembelajaran peserta diklat akan terhindar dari mempelajari materi yang
tidak perlu yaitu materi yang tidak menunjang tercapainya penguasaan
kompetensi. Pencapaian setiap kompetensi tersebut terkait erat dengan
sistem pembelajaran. Dengan demikian komponen minimal pembelajaran
berbasis kompetensi menurut Smith (2000) adalah: (1) kompetensi yang
akan dicapai; (2) Ukuran standar hasil pembelajaran (3) pengenalan
kompetensi peserta (4) penyiapan bahan ajar (5) strategi atau
penyampaian untuk mencapai kompetensi; (6) sistem evaluasi atau

17

penilaian

yang

digunakankhususnya

praktik

keterampilan

untuk

menentukan keberhasilan peserta diklat dalam mencapai kompetensi.

BAB V
PENGEMBANGAN CAPAIAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI
(PLO) DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN PERKULIAHAN (CLO) DALAM
PENGEMBANGAN DAN REVISI KURIKULUM

A. Pengantar
Perpres No.8 Tahun 2012 dan UUUPT No.12 Tahun 2012 Pasal 29
ayat (1), (2), (3) berdampak pada kurikulum dan pengelolaannya di setiap
program. Kurikulum yang pada awalnya mengacu pada pencapaian
kompetensi menjadi mengacu pada capaian pembelajaran (learning
outcome). Capaian pembelajaran program studi selain bersandar pada
hasil tracer study dan need analysis dari stakeholder, juga harus mengacu
pada deskriptor jenjeng (level) yang telah ditetapkan oleh perpres No.8
Tahun 2012 tentang KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Hal
ini dimaksudkan agar ada kesetaraan antara kompetensi yang dibentuk

18

yang dibentuk selama perkuliahan dengan kualifikasi yang dibutuhkan


pada setiap jenjang pada KKNI. Dengan demikian terjadi kesesuaian
antara kompetensi dan kualifikasi.
Garis besar pengembangan kurikulum disarankan melalui tahapan
yang dapat di urut berdasarkan diagram alir sbb :
CAPAIAN PEMBELAJARAN
UNIVERSITAS (UNIVERSITY
LEARNING OUTCOMES)
PROFIL
LULUSAN

PERUMUSAN CAPAIAN
PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI
(PROGRAM LEARNING OUTCOMES)

PERUMUSAN CAPAIAN PEMBELAJARAN


MATA KULIAH (COURSE LEARNING
OUTCOMES)

Defenisi kurikulum :
KONSEP-KONSEP KUNCI

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan


KATA KUNCI
(PLO), Isi (CLO), dan bahan
(Konsep & Kata Kunci) ajar serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran


untuk mencapai tujuan Pendidikan Tinggi. (UU No.12 Tahun 2012, Pasal
35 ayat (1)
B. Deskripsi kerja pengembangan/Revisi Kurikulum
1. Terminologi
KATA KUNCI

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) suatu jenjang pendidikan


sesuai dengan tujuan pendidikan nasional mencakup komponen
ketakwaan,

akhlak,

pengetahuan,

keterampilan,

kecakapan,

kemandirian, kreativitas, kesehatan, dan kewarganegaraan. SKL

19

dirumuskan pada tingkat program studi karena akan membentuk profil


lulusan program studi yang bersangkutan.
SKL selanjutnya dijabarkan ke dalam SK atau capaian
pembelajaran (learning outcome) program studi, dan selanjutnya KD
atau capaian pembelajaran yang diharapkan (intended learning
outcomes) atau capaian pembelajaran perkuliahan (course learning
outcome).
Standar Kompetensi (SK), atau disebut juga sebagai Kompetensi
Utama merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui,
dan mahir dilakukan oleh mahasiswa pada setiap tingkatan dari suatu
materi yang diajarkan. Standar kompetensi juga merupakan capaian
pembelajaran yang diharapkan setelah mahasiswa menyelesaikan
seluruh perkuliahan pada prodi tertentu, atau disebut juga sebagai
capaian pembelajaran prodi (PLO = Program Learning Outcomes)
SK atau KU atau PLO adalah tentang keterampilan dan
pengetahuan serta sikap yang harus dimiliki oleh seseorang untuk
mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan unjuk kerja
yang dipersyaratkan.
Kompetensi Dasar (KD) atau Kompetensi Pendukung (KP)
merupakan penjabaran SK mahasiswa yang cakupan materinya lebih
sempit

dibanding

sengan

SK

mahasiswa.

Jika

menggunakan

terminologi dalam perpres No.8 Tahun 2012 tentang KKNI, kompetensi


dasar dapat dikategorikan sebagai capaian pembelajaran yang
diharapkan (intended learning outcomes) atau capaian pembelajaran
perkuliahan CLO.
2. Capaian Pembelajaran Univeritas
Capaian pembelajaran universitas diturunkan dari visi dan misi
universitas yang mengandung profil umum lulusan sebagai competitive
dan comparative advantange dari universitas tersebut. Capaian

20

pembelajaran menampilkan softskill dibandingkan hard skill yang harus


dimiliki lulusan universitas tersebut.
3. Profil Lulusan Program Studi
Profil lulusan adalah jawaban atas pertanyaan : lulusan seperti apa
yang akan dihasilkan oleh prodi setelah mereka menyelesaikan seluruh
rangkaian pendidikannya. Rumusan profil disarankan menuliskan peran
profesional dan serangkaian kompetensi yang harus dimiliki lulusan
untuk menjalankan peran tersebut secara professional, akuntabel, dan
berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan
sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu,
teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan. (PP No.19
Tahun 2005 Pasal 26 ayat (4).
4. Perumusan Capaian Pembelajaran Program Studi
Capaian pembelajaran program studi dirumuskan

dirumuskan

berdasarkan hasil tracer study dan analisi kebutuhan dunia kerja yang
terkait dengan kompetensi yang dibangun, serta jenjang kualifikasi
yang mengacu pada KKNI.
a. Analsis KKNI dan hubungannya dengan capaian pembelajaran
Prodi
Program Diploma 3 = Jenjang Kualifikasi 5
1. Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih
metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun
belum

baku

dengan

menganalisis

data,

serta

mampu

menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur


(kemampuan bidang kerja).
2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara
umum, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah
prosedural (pengetahuan yang dikuasai)
3. Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan
tertulis secara komperhensif.(kemampuan manajerial)
4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dann dapat diberi
tanggung

jawab

atas

(kemampuan manajerial).
Analisis :

pencapaian

hasil

kerja

kelompok

21

Untuk tingkat kognitif program D3 dituntut mencapai tingkat


menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).
Demikian pula jenjang pengetahuan yang harus diberikan mengacu
pada taksonomi bloom.
Program Sarjana = Jenjang Kualifikasi 6
1. Mampu

mengaplikasikan

bidang

keahliannya

dan

memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni


pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu
beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi.
2. Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara
umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang
pengetahuan tersebut secara mendalam,

serta

mampu

memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.


3. Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis
informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam
memilih berbagai alternatif solusi secara mandiri dan kelompok.
4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.
Program Sarjana = Jenjang Kualifikasi 7
1. Mampu merencanakan dan mengelola sumberdaya di bawah
tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif
kerjanya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau

seni

untuk

menghasilkan

pengembangan strategis organisasi.


2. Mampu memecahkan permasalahan

ilmu

langkah-langkah
pengetahuan,

teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui


pendekatan monodisipliner.
3. Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis
dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua
aspek yang berada

di

bawah

tanggung

keahliannya.
Program Magister = Jenjang Kualifikasi 8

jawab bidang

22

1. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau


seni

di

dalam

bidang

keilmuannya

atau

praktek

profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya


inovatif dan teruji.
2. Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya
melalui pendekatan inter atau multidisipliner.
3. Mampu mengelola riset dan pengembangan

yang

bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu


mendapat pengakuan nasional dan internasional.
Program Doktor = Jenjang Kualifikasi 9
1. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
baru di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya
melalui riset, hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan
teruji.
2. Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/ atau seni

di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan

inter, multi, dan transdisipliner.


3. Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan
pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat
manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan
internasional.
Perumusan Capaian Pembelajaran Prodi
Pengembangan

learning

outcomes

mengacu

dalam

SK

Kepmendiknas 045/U/2002, dan PP No. 17 Tahun 2010 tentang


pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pasal 97 ayat (3) yang
menyatakan bahwa lulusan harus memenuhi 5 elemen kompetensi,
yaitu :
1.
2.
3.
4.

Landasan kepribadian (Attitude)


Pengetahuan IPTEK dan Olahraga ( Knowledge Skill)
Kemampuan dan keterampilan berkarya ( Knowledge Skill)
Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian
berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai. (Attitude)

23

5. Penguasaan kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dg


pilihan keahlian dalam berkarya. (Attitude)
Kurikulum PT dikembangkan berbasis kompetensi dan KTSP
untuk tiap prodi di PT di kembangkan dan di tetapkan oleh tiap PT
dengan mengacu pada SNP
Kelima elemen kompetensi tersebut dalam di golongkan dalam
kompetensi Knowledge (K), Skill (S), dan Attitude (A). Setiap jenjang
memiliki pola kelengkapan elemen yang berbeda, misalkan S3 akan
lebih syarat pada elemen 1,2, dan 5. Sementara S1 2,3,4. Hal ini di
pengaruhi oleh visi misi PT yang bersangkutan.
Setelah Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 2012 tentang KKNI
terbit tanggal 17 januari 2012 maka capaian pembelajaran harus
mengacu pada peraturan pemerintah ini.
Elemen kompetensi yang didasarkan pada KKNI ini terdiri dari 3
unsur capaian pembelajaran, yaitu :
1. Kemampuan bidang kerja
2. Pengetahuan yang di kuasai
3. Kemampuan menejerial

Perbedaan tujuan dan capaian pembelajaran


Tujuan (objective)
Hasil yang di inginkan (berpusat
pada dosen) dari pembelajaran,
kurikulum, program, kegiatan
Kinerja yang ditunjukkan mahasiswa
di akhir pembelajaran (isi materi
perkuliahan yang diajarkan)
3 jenis
tujuan
pemebelajaran
(kognitif, afektif, psikomotor)

Capaian (outcome)
Hasil yang di capai dari apa yang
sudah di pelajari (bukti bahwa
pembelajaran telah berlangsung).
Lebih berpusat pada mahasiswa
Lebih tepat, spesifik dan terukur

Perbedaan Tujuan Dan Sasaran


Tujuan

adalah

istilah

yang

mirip

jika

digunakan

dalam

mengggambarkan tujuan yang diinginkan, dan hasil yang diharapkan dari


kegiatan pembelajaran, serta digunakan untuk menetapkan dasar-dasar
penilaian

24

Sasaran adalah pernyataan umum tentang arah dan maksud proses


pendidikan, yang menyatakan outcomes yang diharapkan dan konsep lebih
luas.
Sasaran general, tujuan lebih spesifik
Struktur Pernyataan Capaian Pembelajaran
1. Menetapkan

tingkat,

kriteria,

atau

standar

pengetahuan,

keterampilan, atau kemampuan yang harus ditunjukkan oleh


mahasiswa.
2. Menyertakan kondisi dimana mereka harus mampu menunjukan
pengetahuan , kemampuan, dan keterampilan.
3. Mengandung kata kerja aktif
4. Terukur
5. Dinyatakan sedemikian rupa sehingga hasilnya dapat diukur oleh
lebih dari satu metode penilaian.
6. Ditulis sedemikian rupa sehingga tidak menggabungkan unsur-unsur
dalam satu pernyataan capaian pembelajaran, yang dapat dinilai
dengan metode tunggal.
Capaian pembelajaran setidaknya memiliki struktur pernyataan
sebagai berikut :
1. Kata kerja atau tindakan yang mengidentifikasi kinerja yang harus
dibuktikan
2. Pernyataan pembelajaran yang menentukn pembelajaran apa
yang dapat ditunjukkan dalam bentuk kinerja
3. Pernyataan yang lebih luas tentang kriteria atau standar kinerja
yang dapat diterima.
Contoh:
Kurang baik
Lebih bai

mahasiswa mengetahui secara historis


sistem psikologi.
mahasiswa mengetahui

pentingnya

psikoanalitik,

gestalt,

behavioris, humanistik, dan pendekatan psikologi


Terbaik

kognitif
mahasiswa

mampu

menemukenali

dan

mengartikulasikan asumsi dasar, ide inti, dan kritik


yang dominan dari psikoanalitik, gestalt, behavioris,
humanistik, dan pendekatan psikologi kognitif

25

Pedoman Untuk Menulis Laporan Capaian Pembelajara Mahasiswa


1. Harus sejalan dengan pernyataan misi institusi
2. Secara jelas menunjukkan tingkat dan jenis kompetensi yang
diperlukan untuk lulusan dari sebuah program.
3. Spesifik
4. Dibingkai dalam sebuah program bukan perkuliahan secara
individual
5. Sederhana
6. Capaian pembelajaran yang diharapkan bukan capaian aktual
7. Dinyatakan sedemikian rupa sehingga hasilnya dapat diukur oleh
lebih dari satu metode penilaian.
Perumusan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah ( Course Learning
Outcomes)
Capaian pembelajaran mata kuliah merupakan turunan dari
capaian pembelajaran prodi.
Struktur kalimat dalam perumusan capaian perkuliahan mirip
dengan capaian pembelajaran prodi, namun lebih baik ditambahkan
dengan audience (A) mana yang dituju, perilaku (Behavior= B) apa
yang dapat diunjukkan oleh mahasiswa (psikomotor), kondisi (Condition
= C) ap ayang harus diciptakan agar knowledge dan perlaku yang
diharapkan dapat dicapai. Dan tingkatan (Degree = D) apa yang harus
di capai. Tingkatan ini yang menandi jenjang (D3 S1) dimana
kompetensi di tempatkan.
CLO menggambarkan dengan jelas apa yang akan mahasiswa
ketahui dan apa yang dapat dilakukan mahasiswa di akhir perkuliahan.
CLO berbasis kinerja dan berorientasi pada hasil. CLO dalah gambaran
terkait apa yang diharapkan dapat dilakukan mahasiswa di dunia nyata.
CLO mengggambarkan apa yang dapat dilakukan mahasiswa di
akhir perkuliahan. Manakala mereka mengintegrasikan pembelajaran
dari seluruh perkuliahan diperolehnya. Setiap CLO harus sejalan
dengan satu atau lebih PLO.
Menemukenali Konsep Kunci Dan Kata Kunci Pada Capaian
Pembelajaran Mata Kuliah

26

Pernyataan konsep kunci (key concept) tidak dimaksudkan hanya


untuk concept knowledge pada ranah pengetahuan bloom, tetapi lebih
ditekankan pada content knowledge dari setiap capaian pembelajaran
mata kuliah. Konsep kunci dijadikan patokan dalam menghitung beban
kerja mahasiswa yang menjadi dasar perhitungan jumlah kredit untuk
setiap mata kuliah.
Pengembangan RPKPS
Perencanaan pembelajaran adalah determinan utama dari apa yang
diajarkan.

Kurikulum

diadaptasikan

dalam

yang
proses

dipublikasikan,
perencanaan

ditransformasikan,
dengan

dan

penambahan,

penghapusan, interpretasi, dan keputusan dosen tentang kecepatan,


urutan, dan penekanan nya.

BAB VI
MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan
Tugas pertama yang harus dikerjakan dosen dalam pembelajaran
adalah menyusun rencana pembelajarannya. Bentuk pembelajaran yang
lazim terdiri dari Garis-garis Besar Perencanaan Pengajaran (GBPP)
yang merupakan rencana kegiatan pengajaran selama satu semester dan
Satuan Acara Pengajaran (SAP) yang merupakan rincian kegiatan
disetiap minggunya atau setiap kegiatan tatap muka GBPP disusun
berdasarkan analisis intruksional yang merupakan rangkaian pencapaian
tujuan instruksional/ tujuan pengajaran.
Dalam konsep KBK yang diusulkan, perencanaan pembelajaran
didasarkan pada paradigm baru seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

27

Perbedaan yang sangat mendasar adalah proses pembelajaran tidak


terpisahkan dengan hasil belajar, tetapi menjadi siklus yang lebih pendek
yaitu dengan mengembangkan pebelajaran yang terintegrasi. Sehingga
ujian akhir semester yang dinilai sebagai hasil belajar menjadi tidak
penting lagi, karena dikembangkan bentuk assesment yang lebih
menekankan pada proses dan sekaligus hasil belajar.
Terkait dengan struktur kurikulum yang telah tersusun sebelumnya,
maka suatu mata kuliah telah ditetapkan posisi semesternya, beban sks
serta kompetensi-kompetensi yang dibebankan atau harus dicapai oleh
mahasiswa setelah pembelajaran suatu mata kuliah akan memuat : (a)
rumusan kemampuan akhir yang harus dicapai disetiap tahapan
pembelajaran yang bila semua tahap telah dilakukan diharapkan
kompetensinya bisa tercapai; (b) waktu yang disediakan untuk
mendapatkan kemampuan tahapan tadi; (c) strategi/ bentuk
pembelajaran yang diterapkan untuk mencapai kemampuan akhir tiap
tahapan; (d) bahan kajian tiap tahap; (e) kriteria penilaian yang terkait
dengan kemampuan akhir yang diharapkan untuk setiap kegiatan
pembelajaran dan (f) bobot nilai ditiap tahapan pembelajaran. Contoh
format rencana pembelajaran ini dapat disimak pada gambar 11 dibawah
ini.

RENCANA PEMBELAJARAN KBK


Mata Kuliah :
Jurusan

Sem:

Kode:

sks:

Kompetensi :
(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Minggu

Kemampuan

Materi

Bentuk

Kriteria

Bobot

ke

akhir yang

Instrumen

Nilai

diharapkan

Pembelajaran Pembelajaran

Penilaian

28

Gambar. Format Rencana Pelaksanaan KBK

Disamping rancangan pembelajaran satu semester seperti diatas,


diperlukan perencanaan atau panduan tugas-tugas yang harus dikerjakan
oleh mahasiswa dalam mencapai suatu kemampuan tertentu yang
ditetapkan dalam suatu tahapan pembelajaran seperti format di bawah ini

FORMAT RANCANGAN TUGAS


MATA KULIAH

SEMESTER

: . Sks :

MINGGU KE

: . Tugas ke :

1. Tujuan Tugas :
2. Uraian Tugas :
a. Objek Garapan :
b. Yang harus dikerjakan dan bahasan-bahasan
c. Metode cara pengerjaan acuan yang digunakan
d. Deskripsi uraian tugas yang dikerjakan
3. Kriteria Penilian :
a. . %
b. . %

29

c. . %

1. Tujuan Tugas :
adalah rumusan

kemampuan

yang

diharapkan

dicapai

oleh

mahasiswa bila ia berhasil mengerjakan tugas ini (hard skill dan soft
skill).
2. Uraian Tugas :
a. Objek garapan : berisi deskripsi objek material yang akan distudi
dalam tugas ini (missal tentang penyakit kuliat/ menajemen RS/
narkoba/ bayi/ perawatan darurat/ dll).
b. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan:
Uraian besaran, tingkat kerumitan dan keluasan masalah dari
objek material yang harus distudi, tingkat ketajaman dan
kedalaman studi yang distandarkan. (missal tentang perawatan
bayi prematur, studi tentang hal yang perlu diperhatikan, syaratsyarat yang harus dipenuhi- kecermatan. Kecepatan, kebenaran,
prosedur, dll).
c. Metode/ cara pengerjaan tugas:
Berupa petunjuk tentang teori/ teknik/ alat yang sebaiknya
digunakan, alternative langkah-langkah yang bisa ditempuh, data
buku acuan yang wajib dan yang disarankan untuk digunakan
ketentuan dikerjakan secara kelompok/individu
d. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan:
Adalah uraian tentang bentuk hasil studi/ kinerja yang harus
ditunjukan/ disajikan (misal hasil studi tersaji dalam paper
minimum 20 halaman termasuk skema, tabel dan gambar dengan
ukuran kertas kuarto, diketik dengan type dan besaran huruf yang
tertentu, dan mungkin dilengkapi sajian dalam bentuk SD dengan
format powerpoint.
3. Kriteria Penilaian :
Berisi butir-butir indikator

yang

dapat

menunjukan

tingkat

keberhasilan mahasiswa dalam usaha mencapai kompetensi yang


telah dirumuskan.
B. Memilih Metode Pembelajaran Dengan Pendekatan SCL

30

Pada dasarnya proses membuat rancangan pembelajaran adalah


memilih metode pembelajaran yang tepat agar mencapai kompetensi
yang ditetapkan. Dalam memilih metode pembelajaran perlu diperhatikan
kaitan antara unsur-unsur berikut, yaitu: (1) mahasiswa; (2) materi ajar/
bahan kajian dan (3) sarana atau alat pembelajaran.
Kompetensi dalam proses pendidikan dipahami sebagai gabungan
kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif yang tercermin dalam prilaku.
Atau dalam dunia kerja digunakan istilah gabungan hard skills dan soft
skills dimana hard skill dimaksudkan sebagai kemampuan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (kemampuan teknis), sedangkan
soft skill dimaknai sebagai kemampuan interpersonal dan intrapersonal
(non teknis).
C. Alternatif Penilaian Kemampuan Anak didik
Penilaian adalah tugas dosen yang dipandang cukup sulit bagi
dosen, beberapa permasalahan sering muncul dalam proses penilaian
diantaranya adalah:
1) Pemberian angka pada hasil belajar mahasiswa apakah termasuk
penilaian? Banyak diantara dosen yang terjebak hanya memberikan
angka pada proses penilaiannya. Padahal esensi dari penilaian
adalah memberikan umpan balik pada kinerja/ kopetensi yang
ditunjukan mahasiswa agar dapat mengarah pada ketercapaian
output dan outcome pembelajaran. Angka bukanlah tujuan akhir
penilaian.
2) Jenis kemampuan apa yang kita nilai dari mahasiswa? Dosen sering
mengalami kesulitan untuk menilai kemampuan mahasiswa. Tidak
jarang dosen tidak mampu membedakan kemampuan akhir yang
akan dinilainya. Sebagai contoh, pada saat dosen menilai kognitif,
sering dipengaruhi oleh kemampuan afeksi mahasiswa seperti sikap
dan kemampuan mahasiswa.
3) Apakah teknik penilaian yang kita jalankan sudah tepat sesuai
kemampuan mahasiswa secara nyata dan benar? Dosen juga
sering mengalami kesulitan dalam menentukan metode penilaian
yang tepat untuk menilai kopetensi tertentu. Misalnya pada saat

31

dosen menilai psikomotor, masih sering dilakukan secara ujian


tertulis.
4) Bagaimana cara penilaian: paper/karangan, syair, matematika,
maket, patung, ujian tulis/uraian apakah sama caranya?
5) Apakah tes dan ujian tulis merupakan satu-satunya cara yang tepat
untuk melihat kemampuan/ kopetensi mahasiswa? Masih banyak
diantara dosen yang selalu menggunakan metode ujian tertulis
mulai dari awal penilaian sampai ujian akhir.
Melihat sedemikian rumitnya permasalahan penilaian, maka
didalam pembelajaran SCL untuk mencapai kompetensi maka diajukan
model penilaian secara rubrik. Rubrik merupakan panduan assesmen
yang menggambarkan criteria yang digunakan dosen dalam menilai dan
member tingkatan dari hasil pekerjaan mahasiswa. Rubrik perlu memuat
daftar karakteristik yang dinginkan yang perlu ditunujak dalam suatu
pekerjaan mahasiswa dengan panduan untuk mengevaluasi masingmasing karekteristik tersebut. Manfaat pemakaian rubric didalam proses
penilian adalah:
1. Rubrik menjelaskan deskripsi tugas
2. Rubrik memberikan informasi bobot
3. Mahasiswa memperoleh umpan balik yang cepat dan akurat
4. Penilaian lebih objektif dan konsisten
D. Menentukan Skala
Tingkat pencapaian hasil kerja mahasiswa untuk setiap dimensi
ditunjukan dengan skala penilaian. Jumlah skala yang dianjurkan sesuai
dengan tingkat penilaian yang ada diprogram studi masing-masing,
misalnya penilaian sampai skala 5, yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang
baik dan sangat kurang. Semakin banyak skala yang dipergunakan
semakin tidak mudah membedakan tolak ukur setiap dimensi sehingga
dapat menimbulkan subjektif.
Tingkat skala yang digunakan harus jelas dan relevan untuk dosen
dan mahasiswa. Berikut beberapa contoh nama tingkat skala penilaian:
(a) melebihi standar, memenuhi standar, mendekati standar, dibawah
standar; (b) bukti yang lengkap, bukti cukup, bukti yang minimal. Tidak
ada bukti; (c) baik sekali, sangat baik, cukup, belum cukup dan

32

seterusnya. Adapun nama yang digunakan setiap tingkatan skala, dosen


dan mahasiswa mengerti dengan jelas, skala yang mencerminkan hasil
kerja mahasiswa yang dapat diterima.
E. Membuat Tolak Ukur pada Rubrik Deskriptif
Pada penyusunan rubrik deskriptif, setelah skala penilaian
didefinisikan, langkah selanjutnya adalah membuat deskripsi dimensi
(tolak ukur dimensi) untuk setiap skala tahapan pembuatan tolak ukur
dimensi:
1) Tolak ukur dimensi skala tertinggi sudah dibuat sebelumnya, yaitu
daftar-daftar yang telah dibuat saat pada proses pembuatan
dimensi. Daftar tersebut berupa harapan-harapan dosen pada
tugas mahasiswa.
2) Membuat tlak dimensi untuk skala terendah, pembuatannya mudah
karena merupakan kebalikan tolak ukur untuk dimensi dengan
skala tertinggi.
3) Membuat deskripsi dimensi untuk skala pertengahan.
Semakin banyak skala yang digunakan, semakin sulit membedakan
dan menyatakan secara tepat tolak ukur dimensi yang dapat dimasukan
dalam suatu skala nilai. Jika menggunakan lebih dari tiga skala, tolak ukur
dimensi yang dibuat terlebih dahulu adalah yang paling luar atau lebih
dekat ke skala tertinggi atau terendah. Rubrik dan segala bentuk
penilaiannya diharapkan dapat diketahui secara terbuka oleh mahasiswa
diawal semester. Oleh karenanya, pada saat proses perencanaan studi
(pengisian KRS), semua perencanaan dan alat pembelajaran harus telah
diterimakan pada mahasiswa, hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar
mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai