Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Hampir seluruh
kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari adanya unsur air. Sumber utama air
yang mendukung kehidupan di bumi ini adalah laut, dan semua air akhirnya akan
kembali ke laut yang bertindak sebagai reservoir atau penampung. Air dapat
mengalami daur hidrologi. Selama menjalani daur itu air selalu menyerap zat-zat
yang menyebabkan air itu tidak lagi murni. Oleh karena itu, pada hakekatnya
tidak ada air yang betul-betul murni.1
Zat-zat yang diserap oleh air alam dapat diklasifikasikan sebagai padatan
terlarut, gas terlarut dan padatan tersuspensi. Pada umumnya, jenis zat pengotor
yang terkandung dalam air bergantung pada jenis bahan yang berkontak dengan
air itu, sedangkan banyaknya zat pengotor bergantung pada waktu kontaknya.
Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung dalam air karena kontaknya dengan
batu-batuan terutama terdiri dari : Kalsium Karbonat (CaCO3), Magnesium
Karbonat (MgCO3), Kalsium Sulfat (CaSO4), Magnesium Sulfat (MgSO4), dan
sebagainya.1
Begitu pula dengan air yang berasal dari dalam tanah, yaitu air yang biasa
disebut dengan air tanah. Air tanah secara umum terbagi menjadi 2, yaitu : air
tanah dangkal dan air tanah dalam.2 Air tanah dangkal terjadi akibat penyerapan
air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal memiliki kedalaman sampai 15
meter, sedangkan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama.
Pengambilan air tanah dalam lebih sulit daripada air tanah dangkal. Suatu lapis
rapat air biasanya didapatkan pada kedalaman 100 300 meter. Air tanah dalam
inilah yang biasa disebut dengan air artetis. Pada umumnya kualitas air tanah
dalam (air artetis) lebih baik daripada air tanah dangkal, karena penyaringannya
lebih sempurna terutama untuk bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung

pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah berkapur, maka air itu akan
menjadi sadah, karena mengandung Ca(HC03)2 dan Mg(HC03)2.2
Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal
sebagai air sadah.1 Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum apabila
masih dibawah standar kualitas air minum Departemen Kesehatan RI bahwa
kandungan kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan yaitu 500 mg/l, dampak yang
timbul dari penggunaan air sadah tersebut terhadap kesehatan berupa
penyumbatan pembuluh darah jantung (cardiovascular disease) dan batu ginjal
(urolithiasis) 3, namun air sadah dapat menyebabkan beberapa masalah lain, yaitu:
air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral yang menyumbat saluran pipa
dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga
karena tidak terbentuknya busa.1
Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia,
ataupun dengan menggunakan resin penukar ion. Salah satu cara mengatasi
kesadahan itu adalah dengan pelunakan air, yaitu penghapusan ion-ion tertentu
melalui pertukaran ion (ion exchange) dengan menggunakan media zeolit. Zeolit
dipilih karena memiliki sejumlah sifat kimia maupun fisika yang menarik, di
antaranya mampu menyerap zat organik maupun anorganik, dapat berlaku sebagai
penukar kation, dan sebagai katalis untuk berbagai reaksi.4 Namun selain
menggunakan media zeolit, juga dapat menggunakan media karbon aktif yang
sama-sama mudah didapat dan harganya relatif murah serta cara pembuatan
karbon aktif yang relatif mudah karena berasal dari hasil pembakaran tempurung
kelapa.
Untuk melakukan penelitian tentang air sadah, peneliti menetapkan air
sumur artetis di Kelurahan Sendangguwo khususnya di RW II sebagai objek
penelitian, hal ini berdasarkan survey yang telah dilakukan bahwa 90 % penduduk
diwilayah RW II Kelurahan sendangguwo ini menggunakan sumber air artetis
sebagai air bersih dan air minum. Mereka menganggap bahwa air sumur artetis
lebih bersih dan baik kualitasnya dibandingkan sumur dangkal ataupun air
PDAM. Sehingga air sumur artetis juga digunakan untuk keperluan memasak dan
minum. Padahal berdasarkan geografis, wilayah Kelurahan Sendangguwo lapisan

tanahnya banyak mengandung lapisan kapur sehingga menyebabkan airnya


menjadi sadah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas air yang dilakukan di laboratorium
kesehatan STIKES HAKLI Semarang menunjukkan bahwa air sumur artetis di
RW II Kelurahan Sendangguwo memiliki kesadahan yang melebihi standar
persyaratan air minum dan air bersih, yaitu sebesar 512,7 mg/l.5 Hal ini
menujukkan bahwa kesadahan tersebut telah melebihi ambang batas maksimum
yang diperbolehkan yaitu 500 mg/l.
Dalam rangka mewujudkan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dengan
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, yang ditujukan
kepada masyarakat, sebagaimana tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional
tahun 2004,6 dan berdasarkan pada masalah tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai pengaruh ketebalan filter kombinasi antara zeolit dengan
karbon aktif terhadap penurunan kesadahan sumur artetis di Kelurahan
Sendangguwo Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
Penggunaan ketebalan yang berbeda pada media filter kombinasi antara
zeolit dengan karbon aktif dengan perbandingan 1:1 dalam penelitian ini
didasarkan dari penelitian M. Ridwan, bahwa semakin tebal media semakin bagus
hasil yang di dapat sehingga apabila dengan susunan tersebut ditambah ketebalan
medianya akan menurunkan lebih baik lagi. Berdasarkan penelitian tersebut maka
akan dilakukan penelitian tentang kombinasi zeolit dengan karbon aktif sebagai
media filter untuk menurunkan kesadahan CaCO3 dengan ukuran ketebalan yang
berbeda yaitu 60 cm, 70 cm, dan 80 cm.7, 8
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai kombinasi antara zeolit dengan karbon aktif sebagai alat
filtrasi berdasarkan ketebalan dengan perbandingan 1:1 dalam menurunkan kadar
kesadahan dalam air sumur artetis di Kelurahan Sendangguwo Kecamatan
Tembalang Kota Semarang.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Adakah pengaruh ketebalan

filter kombinasi antara zeolit dengan karbon aktif dengan ketebalan 60 cm, 70 cm,
dan 80 cm dalam menurunkan tingkat kesadahan air sumur artetis di Kelurahan
Sendangguwo Kecamatan Tembalang Kota Semarang?
C.

Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui ketebalan yang paling efektif pada filter kombinasi
antara zeolit dengan karbon aktif dalam menurunkan tingkat kesadahan air
sumur artetis di Kelurahan Sendangguwa Kecamatan Tembalang Kota
Semarang.
2. Tujuan khusus :
a. Mendeskripsikan penurunan kesadahan air sumur artetis yang
melewati filter kombinasi antara zeolit dengan karbon aktif dengan
ketebalan 60 cm, 70 cm, dan 80 cm.
b. Menganalisis ketebalan yang paling efektif pada filter kombinasi
antara zeolit dengan karbon aktif dalam menurunkan kesadahan air
sumur artetis.
c. Menganalisis pengaruh penurunan kesadahan air sumur artetis pada
filter kombinasi antara zeolit dengan karbon aktif berdasarkan
ketebalan 60 cm, 70 cm, dan 80 cm.

D.

Manfaat Penelitian
1.

Bagi Puskesmas
Memberikan informasi tentang manfaat kombinasi antara antara zeolit
dengan karbon aktif sebagai media filtrasi untuk menurunkan kesadahan

2.

Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang manfaat penggunaan kombinasi antara zeolit
dengan karbon aktif sebagai filtrasi untuk menurunkan kesadahan air artetis
di lingkungan warga.

E.

Bidang Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu kesehatan masyarakat


khususnya bidang kesehatan lingkungan tentang penyediaan air bersih.
F.

Keaslian Penelitian
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada
ketebalan kombinasi antara zeolit dengan karbon aktif sebagai media filtrasi dan
penggunaan air artetis sebagai sampelnya. Dalam penelitian yang terdahulu,
umumnya peneliti menggunakan ketebalan karbon aktif dan menggunakan
sumber air sumur gali/dangkal. Dari penelitian M. Ridwan, bahwa semakin tebal
media semakin bagus hasil yang di dapat sehingga apabila dengan susunan
tersebut ditambah ketebalan medianya akan menurunkan lebih baik lagi.
Berdasarkan penelitian tersebut maka akan dilakukan penelitian tentang
kombinasi zeolit dengan karbon aktif sebagai media filter untuk menurunkan
kesadahan CaCO3 dan Mg(OH)2 dengan ukuran ketebalan yang berbeda yaitu 60
cm, 70 cm, dan 80 cm.7, 8
Penelitian tentang pemanfaatan zeolit dan karbon aktif sebagai media
filtrasi pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti dengan variabel yang
berbeda, antara lain :

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian


No

Peneliti (th)

Judul

Desain
Studi

Variabel
Bebas dan
Terikat
- Jenis
filternya (
pasir, zeolit,
karbon aktif)
- Penurunan
kadar
Mangan
(Mn)

1.

M. Ridwan
Saifudin,
Nugroho
Widiarto, dan
Dwi Astuti
(2004)

Efektifitas Kombinasi Filter


Pasir-Zeolit, Pasir-Karbon
Aktif dan Zeolit-Karbon
Aktif terhadap Penurunan
Kadar Mangan (Mn) di
Desa Danyung Kecamatan
Grogol Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2004

Postest Only
Control
Group

2.

Edy Thofiq
(2007)

Pengaruh Lama Waktu


Kontak Filter Zeolit
Terhadap Penurunan
Kesadahan Air Sumur Gali
di Desa Jatibogor Kecamtan
Surodadi Kabupaten Tegal

Non- Variasi lama


randomized
waktu
pretestkontak
- pH dan suhu
posttest
control group - Penurunan
kesadahan
design
air sumur
gali

Hasil

Kombinasi
yang paling
efektif untuk
menurunkan
Mn adalah
kombinasi
pasir-zeolit
yaitu sebesar
48,13%.
Lama waktu
yang efektif
dalam
menurunkan
kesadahan air
sumur adalah
40 menit.

3.

Atastina S.B,
Praswasti
P.D.K.
Wulan , dan
Syarifudin
(2004)

Penghilangan Kesadahan
Air Yang Mengandung Ion
Ca2+ Dengan
MenggunakanZeolit Alam
Lampung
Sebagai Penukar Kation

Postest Only
Control
Group

- Variasi tebal
unggun
zeolit
- Ion
Ca+
yang
teradsorbsi

4.

Andreas
Djatmiko dan
Ali Masduqi
(2004)

Penurunan Kadar Besi Oleh


Media Zeolit Alam
Ponorogo Secara Kontinyu

Eksperiment Postest Only


Control
Group

- Diameter
butir zeolit
- Konsentrasi
awal Fe

5.

Muhammadin
Hary Prawira
(2008)

Penurunan Kadar Minyak


Pada Limbah Bengkel
Dengan Menggunakan
Reaktor Pemisah Minyak
Dan Karbon Aktif Serta
Zeolit Sebagai Media
Adsorben

Eksperiment - Minyak
Postest Only - Karbon aktif
- Zeolit
Control
Group

Zeolit dengan
tinggi unggun
15 cm
memiliki
kecenderungan
lebih baik
pada awal
reaksi dalam
mengadsorbsi
ion Ca2+
Diameter
zeolit yang
paling efektif
untuk
menurunkan
kadar Fe
adalah 40
mesh.
Karbon aktif
adalah
adsorben yang
efektif dalam
menurunkan
kadar minyak,
dengan
prosentase
total efisiensi
rata-rata 61,17
%.

Anda mungkin juga menyukai