Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

INSTRUMENTASI
KARAKTERISTIK SISTEM INSTRUMENTASI BAK PENAMPUNGAN
AIR

Disusun Oleh :
Nama
: Yuyun Tri Mulyani
NIM
:131810201062
Kelompok
:10
Asisten
: Irvan
Tanggal Praktikum : 26 Mei 2016

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016

1. Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang membuat mereka
pulang terlambat. Mereka tidak sempat untuk melihat kondisi yang terjadi pada
saat tidak dirumah terutama pada bak penampungan air. Pengendalian level air
secara otomasis sangat berguna untuk masyarakat masa kini yang selalu sibuk
dengan pekerjaannya. Mereka tidak perlu mengontrol keadaan bak penampungan
air setiap saat.
Bahan yang dibutuhkan kompleks. Rangkaian kurang sederhana. Kondisi
bahan tidak bisa bertahan lama sehingga harus diganti secara periodik. Cepat
rusak akan tetapi harga komponen relatif murah, lebih safety untuk anak-anak dan
hemat listrik. Sistem ketinggian air biasanya di aplikasikan di bendungan air,
danau, waduk, tangki air atau tangki yang berisi bahan-bahan berbahaya, seperti
limbah. Tangki penampungan air atau sering disebut toren atau tandon sangat
umum dipakai di perumahan. Limitasi dari sistem ini adalah pengendalian level
fuida menggunakan pelampung dan lengan tuas tidak cocok dengan debit
masukan sumber yang kecil karena akan membutuhkan lengan tuas dengan
perbandingan yang besar.
Pengaturan level fluida sederhana merupakan suatu kegiatan yang
memanfaatkan pengamatan level secara berkala serta operator untuk menutup
valve fluida masuk. Tujuan dari pengendalian level ini adalah menjaga variabel
yang dikendalikan (dalam hal ini level) tetap terkendali dekat atau sama dengan
nilai target, atau dengan kata lain menghilangkan galat ataupun membuat sekecil
mungkin galat yang terjadi (Fadali 2010). Sistem kendali menggunakan lengan
tuas merupakan salah satu sistem kendali level fluida yang dapat dimanfaatkan.
Pengendalian level menggunakan lengan tuas dimanfaatkan karena dengan
pengaturan yang sesuai, tuas dapat dimanfaatkan secara efisien dan dapat dihitung
keuntungan mekaniknya (Floyd 2007).
Perbedaan percobaan ini dengan penelitian yang pernah ada adalah komponen
yang digunakan nilainya berbeda, misal konstanta pegas yang digunakan, jenis
pelampung, massa benda pada sistem pegas, debit air yang digunakan dan rasio
panjang lengan tuas.
Hasil dari percobaan ini diharapkan dapat diterapkan pada pengendalian
level fluida skala industri, guna meningkatkan keuntungan finansial, penghematan
energi, maupun menjaga lingkungan dengan mempertahankan siklus air.
2. Metode Percobaan
2.1 Desain Percobaan dan Abstract Function
Berikut desain percobaan yang akan direalisasikan :

Gambar 1. Desain Percobaan Pengendalian Level Fluida Menggunakan Lengan


Tuas

Gambar 2. Diagram Blok Sistem Pengendalian Level Fluida Menggunakan


Lengan Tuas
Fungsi Transfer dalam system Pengendalian Level Fluida Menggunakan Lengan
Tuas
Adalah sebagai berikut :
Ge ( s )=

G1 ( s ) G2 ( s ) G3 ( s )
1+G1 ( s ) G2 ( s ) G3 ( s ) H ( s )

Dimana :
Fungsi Transfer untuk pengendali
X ' ( s) L
G1 ( s ) = d = 2
X d (s) L1
Fungsi Transfer untuk akuator

G2 ( s ) =

(b s+ k 2 ) A v1 q src
Q ( s)
= 22
'
X d ( s) m s + b2 s +( k 2+ k 1)

Fungsi Transfer untuk plan


Z (s)
1
G 3 ( s )=
=
Q (s ) A v1 + A v 2
Fungsi Transfer untuk sensor
Z (s)
H ( s )=
=1
Z (s)
2.2 Metode Analisis
Analisis data dilakukan dengan simulasi pada Matlab yaitu Simulink.
Simulasi akan menghasilkan keluaran sebagai berikut :

Gambar 3. Hasil
Simulasi
Menggunakan Matlab Simulink Pada Saat Pengisian Terbuka
Pengosongan Tertutup

Gambar 4. Hasil Simulasi Menggunakan Matlab Simulink Pada Saat


Pengisian Terbuka Pengosongan Terbuka

Gambar 5. Hasil Simulasi Menggunakan Matlab Simulink Pada Saat


Pengisian Tertutup Pengosongan Terbuka
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Tabel Pengukuran
3.1.1 Tabel pengukuran langsung
Tabel 1. Tabel pengisian
No
1
2
3
4
5
6
7

h (cm)
10
15
20
25
30
35
40

t (s)
0
20,2
38,6
60,1
85
112
141

Tabel 2. Tabel Pengosongan


No
1
2
3
4
5
6
7

h (cm)
40
35
30
25
20
15
10

t (s)
0
32,1
60,6
101
138
181
234

Tabel 3. Tabel Pengisian dan Pengosongan


No
1
2
3
4
5
6
7

3.1.2

h (cm)
10
15
20
25
30
35
40

t(s)
0
27,7
59,7
93
127
168
216

Tabel pengukuran tidak langsung


Tabel 4. Tabel Pengisian
No
1
2
3
4
5
6

h(cm)
10
15
20
25
30
35

t(s)
0
11,5
25,2
37,3
50,8
60,3

x
86,5
85
83,7
82,5
81
79,5

40

60,7

78

t (s)
0
25,8
54,1
85
121
162
213

x (cm)
78
79,3
80,6
82
83,8
85,2
86,5

Tabel 5. Tabel Pengosongan


No
1
2
3
4
5
6
7

h (cm)
40
35
30
25
20
15
10

Tabel 6. Tabel pengisian dan pengosongan


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

t(s)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120

h(cm)
10
13
16
19,3
22
24,7
27,4
30
32
34
35,5
37,8
40

x (cm)
86,8
85,3
85,1
84
83,1
82,5
81,5
81
80,2
79,8
79,3
78,8
78,3

3.2 Plot Data


3.2.1 Pengukuran Langsung

Gambar 6. Grafik Pengisian

Gambar 7. Grafik Pengosongan

Gambar 8. Grafik Pengisian dan Pengosongan

3.2.2

Pengukuran Tidak Langsung

Gambar 9. Grafik Pengisian

Gambar 10. Grafik Pengosongan

Gambar 11. Grafik Pengisian dan Pengosongan


3.3 Analisis Grafik
Praktikum karakteristik sistem bak penampungan air secara mekanik
dilakukan dengan sebuah sistem yang menggunakan prinsip hukum hooke. Sistem
terdiri dari plant, pengendali, aktuator dan sensor. Plant atau subsistem yang akan
dikendalikan adalah bak penampungan air yang memiliki debit masukan q dan
debit keluaran

q out

. Plant akan dikendalikan agar menjaga posisinya tetap pada

set point. Sistem kendali yang dikaji memiliki pengendali berupa lengan tuas
(jungkat-jungkit). Lengan yang digunakan pada jungkat jungkit digunakan
perbandingan 2:5 agar sistem dapat bekerja. Sistem kendali yang dikaji
memiliki aktuator berupa sistem pegas, dimana dalam percobaan digunakan
kolor yang elastis. Sensor yang digunakan untuk mengetahui ketinggian atau
level air pada tanki adalah pelampung. Percobaan dilakukan dengan set point
mulai dari ketinggian level air 10 cm hingga 40 cm, dengan kelipatan 5 cm
sebagai variasi. Pengukuran dilakukan secara langsung yaitu dengan mengukur
langsung level air menggunakan penggaris dan pengukuran tidak langsung yaitu
dengan menggunakan sistem pegas. Pengukuran dilakukan dengan tiga kondisi
yaitu kondisi pengisian, pengosongan serta pengisian dan pengosongan.
Sistem sistem bak penampungan air mempunyai beberapa gaya yang
bekerja yaitu gaya pegas, gaya apung dan gaya berat. Gaya pegas bergantung pada
penambahan panjang pegas. Gaya berat bergantung pada massa pelampung,

dimana pada sistem ini massa pelampung adalah konstan. Gaya apung bergantung
pada volume pelampung yang tercelup dalam air. Semakin tinggi level air pada
sistem, volum benda yang tercelup semakin besar. Hal inilah yang mengimbangi
gaya pegas, sehingga terjadi penambahan panjang pegas. Selain gaya apung,
terdapat juga factor lain yang mempengaruhi yaitu level air itu sendiri yang
dinamakan dengan referensi.
Grafik antara ketinggian level air terhadap waktu yang diperoleh pada
pengisian secara langsung adalah grafik linier, ketika semakin rendah ketinggian
air maka waktu yang ditempuh semakin cepat dan semakin tinggi level air waktu
yang dibutuhkan semakin lama. Sedangkan untuk pengosongan, semakin rendah
ketinggian level air maka waktu yang dibutuhkan semakin lama. Hal ini
disebabkan debit air yang masuk pada saat pengisian dan debit air yang keluar
pada pengosongan berbeda sehingga waktu yang dibutuhkan air yang masuk pada
saat pengisian dan air yang keluar pada saat pengosongan tidak sama. Pada saat
pengisian dan pengosongan diperoleh hasil yaitu grafik yang linier, semakin
tinggi level air maka semakin lama pula waktu yang dibutuhkan begitu sebaliknya
semakin rendah level airnya maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan.
Pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan mengukur
ketinggian air (h), waktu(t) dan panjang pegas (x). Dari grafik dapat dianalisis
bahwa, pada kondisi pengisian semakin rendah level air maka waktu yang
dibutuhkan semakin cepat dan penambahan panjang pegasnya semakin besar,
sebaliknya ketika level air semakin tinggi, waktu yang dibutuhkan semakin lama,
panjang pegas semakin kecil. Pada kondisi pengosongan, ketika level air pada
titik tertinggi membutuhkan waktu yang cepat untuk pengosongan dan panjang
pegas pada posisi awal, sebaliknya ketika level air semakin rendah waktu yang
diperlukan semakin lama, penambahan panjang pegas semakin besar. Kondisi
yang terakhir yaitu pengisian dan pengosongan. Pada kondisi ini pengukuran
dilakukan untuk setiap 10 detik hingga level air mencapai titik tertinggi. Saat
t =0 detik ketinggian air berada pada 10 cm dan panjang pegas mula-mula
86,8 cm. Kemudian saat

t=10

detik air mencapai pada keadaan 13 cm dan

terjadi pengurangan panjang pegas menjadi 85,3 cm. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin lama waktu yang dibutuhkan maka semakin besar pula ketinggian level
air yang dibutuhkan, dan untuk panjang pegas semakin berkurang atau semakin
pendek.
4. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum karateristik sistem intrumentasi bak
penampungan air yaitu level air dapat diukur secara langsung dengan
menggunakan penggaris dan tidak langsung dengan mengkonversi level air (h) ke

system pegas (x). Sensor yang digunakan adalah pelampung. Percobaan dapat
dikatakan berhasil, karena hasil yang diperoleh dari grafik pada tiga kondisi,
pengisian,pengosongan, serta pengisian dan pengosongan telah sesuai dengan
teori. Ukuran keberhasilan tersebut dapat dilihat pada grafik yaitu dengan
membandingkan ketinggian atau level air (h), penambahan panjang pegas (x),
dan waktu (t).
Daftar Pustaka
Fadali, M.S.2010.Control System Design. New York : Elsevier Inc.
Floyd, R.T. 2007. Manual of Structural Kinesiology.New York : McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai