Anda di halaman 1dari 22

HYPERLINK "http://aryoxkeperawatanuit.blogspot.co.id/" AryoXKep.

UIT
Rabu, 15 Mei 2013
ASUHAN KEPERAWATAN INTRACEREBRAL HEMORHAGE (ICH)

ASUHAN KEPERAWATAN
INTRACEREBRAL HEMORHAGE

HYPERLINK "http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5808694836992157344" #
I.

Konsep Dasar Medis

A. Definisi
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh
darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadangkadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya daerah hiperdens yang indikasi
dilakukan operasi jika Single, Diameter lebih dari 3 cm, Perifer, Adanya pergeseran garis tengah.
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak. Hemorragi ini biasanya terjadi dimana
tekanan mendesak kepala sampai daerah kecil dapat terjadi pada luka tembak ,cidera tumpul.
Intra Cerebral Hematom (ICH) merupakan koleksi darah focus yang biasanya diakibatkan oleh cidera regangan
atau robekan rotasional terhadap pembuluh pembuluh darah dalam jaringan fungsi otak atau kadang kerena
cidera tekanan .ukuran hematom bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter dan dapat terjadi
pada 2- 16 kasus cidera.
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu sendiri . hal ini dapat timbul pada cidera
kepala tertutup yang berat atau cidera kepala terbuka .intraserebral hematom dapat timbul pada penderita strok
hemorgik akibat melebarnya pembuluh nadi.

B. Etiologi
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom adalah :
1.

Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala

2.

Fraktur depresi tulang tengkorak

3.

Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba

4.

Cedera penetrasi peluru

5.

Jatuh

6.

Kecelakaan kendaraan bermotor

7.

Hipertensi

8.

Malformasi Arteri Venosa

9. Aneurisma
10. Distrasia darah
11. Obat
12. Merokok.

C. Patofisiologi
ICH primer biasa terjadi pada kapsul internal dan hematoma meluas kemedial kesubstansi kelabu dalam dan
kelateral melalui substansi putih yang relatif aseluler korona radiata. Pembuluh yang ruptur adalah satu dari
arteria perforating kecil yang meninggalkan arteria serebral media dekat pangkalnya dikarotid internal dan sering
dijelaskan sebagai arteria lentikulostriata. Pemeriksaan postmortem menunjukkan pada arteria perforating pasien
hipertensif terdapat banyak dilatasi aneurismal yang sangat kecil yang diduga rupturnya menjadi sumber
perdarahan. Lebih jarang perdarahan terjadi pada fossa posterior yang dimulai pada pons atau hemisfer serebeler.
ICH akut sering terjadi saat atau setelah latihan fisik. Sekitar duapertiga akan mengalami perburukan neurologis
progresif dan sepertiganya dalam defisit maksimal saat datang kerumah sakit. Penurunan kesadaran terjadi pada
60% dan duapertiganya jatuh kedalam koma. Nyeri kepala dan mual dengan muntah terjadi pada 20-40% kasus.
Gejala ini karena peninggian TIK akibat perdarahan. Kejang kurang umum terjadi, sekitar 7-14%. Gejala dan
tanda lainnya tergantung ukuran dan lokasi spesifik dari bekuan darah. Tanda khas perdarahan ganglia basal,
biasanya putaminal, adalah defisit motor kontralateral dan gaze ipsi lateral dengan perubahan sensori, visual dan
tabiat. Perubahan pupil terjadi akibat ancaman herniasi unkal lobus temporal akibat peninggian TIK dan
pergeseran garis tengah. Gejala afasik bila hemisfer dominan terkena.
Perdarahan menyebabkan kerusakan neurologis melalui dua cara yaitu:
1. Kerusakan otak yang nyata terjadi pada saat perdarahan. Ini terutama pada kasus dimana hematoma meluas
kemedial dan talamus serta ganglia basal rusak.
2. Hematoma yang membelah korona radiata menyebabkan kerusakan yang kurang selluler namun mungkin
berukuran besar dan menyebabkan penekanan serta gangguan fungsi neurologis yang mungkin reversibel. 80%
pasien adalah hipertensif dan biasanya dalam eksaserbasi akut dari hipertensinya pada saat datang. Kebanyakan
kasus hematoma memecah kesistema ventrikuler atau rongga subarakhnoid menimbulkan gambaran klinis PSA.
Pria terkena 5-20% lebih sering dari wanita dan 75-90% terjadi antara usia 45-75 tahun. Pasien dengan
koagulopatia lebih berisiko terhadap PIS seperti juga penderita yang mendapat antikoagulan terutama Coumadin.
Trombositopenia dengan hitung platelet kurang dari 20.000, penyakit hati, leukemia, dan obat-obat seperti
amfetamin meninggikan risiko terjadinya PIS.
ICH terjadi pada teritori vaskuler arteria perforating kecil seperti lentikulostriata pada ganglia basal,
talamoperforator diensefalon, cabang paramedian basiler pada pons. Karenanya kebanyakan terjadi pada struktur
dalam dari hemisfer serebral. Berikut ini struktur beserta frekuensi kejadiannya: putamen 30-50%, substansi

putih subkortikal 30%, serebelum 16%, talamus 10-15%, serta pons 5-12%. Arteria yang paling sering
menimbulkan perdarahan adalah cabang lentikulostriata lateral dari arteria serebral media yang mencatu
putamen.
ICH merupakan sekitar 10% dari semua strok. Seperti dijelaskan diatas, ia disebabkan oleh perdarahan arterial
langsung ke parenkhima otak. Ruptur vaskuler dikira terjadi pada aneurisma milier kecil, dijelaskan oleh
Charcot dan Bouchard 1868, dan/atau pada arteria lipohialinotik yang sering tampak pada otopsi pasien dengan
hipertensi. Minoritas kasus PIS kemungkinan disebabkan aneurisma, AVM, malformasi kavernosa, amiloid
serebral, atau tumor. Glioblastoma adalah tumor otak primer yang paling sering mengalami perdarahan,
sedangkan melanoma, khoriokarsinoma dan ipernefroma adalah tumor metastatik yang tersering menimbulkan
perdarahan.
Kematian akibat ICH sekitar 50% dengan 3/4 pasien yang hidup, tetap dengan defisit neurologis nyata.
Penelitian memperlihatkan bahwa prognosis terutama tergantung pada derajat klinis saat pasien masuk, lokasi
serta ukuran perdarahan. Pasien sadar tentu lebih baik dari pada pasien koma. Penelitian Dixon 1984
memperlihatkan bahwa satu-satunya prediktor terpenting atas outcome adalah Skala Koma Glasgow. Pasien
dengan hematoma lober superfisial cenderung lebih baik dari perdarahan batang otak yang lebih dalam.
Perluasan klot ke sistema ventrikuler memperburuk outcome. Pasien dengan perdarahan dengan diameter lebih
dari 3 cm atau volumenya lebih dari 50 sk, lebih buruk. Pasien dengan kondisi medis buruk dan yang berusia 70
tahun atau lebih cenderung mempunyai outcome buruk.

D. Manifestasi Klinis
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal itu diawali dengan sakit
kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau
tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan
pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah
satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing.
Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang berbeda atau menjadi
lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran
adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit.

Menurut Corwin 2000 manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
1.

Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan membesarnya hematom.

2.

Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal

3.

Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal

4.

Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium

5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik dapat timbul segera
atau secara lambat

6.

Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan intra kranium.

E. Penatalaksanaan Medis
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke ischemic. Pendarahan tersebut
biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih
dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan
hidup biasanya kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu, kebanyakan
tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic. Anticoagulant (seperti heparin dan
warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat
pendarahan makin buruk. Jika orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan
darah, mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
1. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse
2. Transfusi atau platelet
3. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan platelet (plasma segar yang dibekukan)
4. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang membantu darah untuk
menggumpal (faktor penggumpalan)
5. Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di dalam tengkorak, bahkan jika
hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak otak.
Corwin (2000) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral Hematom adalah sebagai berikut :
1.

Observasi dan tirah baring terlalu lama

2.

Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara bedah

3.

Mungkin diperlukan ventilasi mekanis

4.

Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok

5. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian diuretik dan obat anti
inflamasi
6.

Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium lainnya yang menunjang.

Penyimpangan KDM

Trauma/Kecelakaan
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image001.gif"
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image001.gif" \*
MERGEFORMATINET

Perdarahan Intracerebral
HYPERLINK "file:///C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image002.gif"
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image002.gif" \*
MERGEFORMATINET

Pecahnya Pembuluh Darah di Otak


INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image003.gif" \*
MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image004.gif" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image005.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image004.gif" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image006.gif" \* MERGEFORMATINET
Penekanan Pergeseran Jaringan Otak
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image007.gif" \*
MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image008.gif" \*
MERGEFORMATINET Suplai Darah Terganggu
Gangguan Sistem
Neutologis
Peningkatan Tekanan Intrkranial
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image009.gif" \*
MERGEFORMATINET (Sususnan Saraf Pusat)
GangguanRasa Nyaman Nyeri

PerubahanPerfusi Cerebral
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image010.gif" \*
MERGEFORMATINET
Gangguan Motorik
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image003.gif" \*
MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image011.gif" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image005.gif" \* MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image011.gif" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image012.gif" \* MERGEFORMATINET
Koordinasi Pergerakan Tubuh Terganggu
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image013.gif" \*
MERGEFORMATINET
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image014.gif" \*
MERGEFORMATINET Penurunan Tonus Otot
Penurunan Tonus Otot
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image015.gif" \*
MERGEFORMATINET
GangguanMobilisasi Fisik

GangguanIntoleran Aktivitas
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image016.gif" \*
MERGEFORMATINET
DefisitPerawatan Diri
INCLUDEPICTURE "C:\\Users\\Aryo\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image016.gif" \*
MERGEFORMATINET Kelemahan Otot
Kelemahan Tonus Otot

II.

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar
dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu
pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan.
a.

Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai
fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi
dan gaya hidup klien
1.

Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2.

Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.

3.

Riwayat penyakit sekarang

4.

Riwayat penyakit dahulu

5.

Riwayat penyakit keluarga

6.

Riwayat psikososial

7.

Pola-pola fungsi kesehatan

a.

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

b.

Pola nutrisi dan metabolisme

c.

Pola eliminasi

d.

Pola aktivitas dan latihan

e.

Pola tidur dan istirahat

f.

Pola hubungan dan peran

g.

Pola persepsi dan konsep diri

h.

Pola sensori dan kognitif

i.

Pola reproduksi seksual

j.

Pola penanggulangan stress

k.

Pola tata nilai dan kepercayaan

8.

Pemeriksaan fisik

a.

Keadaan umum

Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran

Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara

Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

b.

Pemeriksaan integumen

Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan
jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien
CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
-

Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

Rambut : umumnya tidak ada kelainan

c.

Pemeriksaan kepala dan leher

Kepala : bentuk normocephalik

Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi

Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)

d.

Pemeriksaan dada

Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas
tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e.

Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.

f.

Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus


Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine

g.

Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h.

Pemeriksaan neurologi

- Pemeriksaan nervus cranialis


- Pemeriksaan motorik
- Pemeriksaan sensorik
- Pemeriksaan refleks
9.

Pemeriksaan penunjang

a.

Pemeriksaan radiologi

- CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
- MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
- Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
- Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri
yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
b.

Pemeriksaan laboratorium

- Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
-

Pemeriksaan darah rutin

- Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg
dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
-

Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

B. Diagnosa Keperawatan
1.

Gangguan mobilisasi fisik b.d kondisi yang melemah

2.

Gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan tonus otot

3.

Gangguan nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

4.

Gangguan defisit perawatan diri b.d kelemahan otot.

C. Intervensi Keperawatan
DiagnosaTujuan dan Kriteria HasilIntervensiRasionalGangguan mobilisasi fisik b.d kondisi yang melemah

Gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan tonus otot

Gangguan rasa nyaman Nyeri b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

Defisit perawatan diri b.d kelemahan otot

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama waktu 4X24 jam pasien diharapkan dapat melakukan
mibilisasi fisik secara optimal.
Kriteria hasil:
- Tonus otot

bertambah

- Mobilisasi ROM pasif menjadi aktif


- Tidak mengeram kesakitan dalam proses latihan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 6X24 jam diharapkan pasien dapt terpenuhi
aktivitas sehari hari dengan normal
Kriteria hasil :
- Terjadi

peningkatan

- Pasien dapat

melakukan

- Tidak terasa

sakit bila

tonus otot
aktivitas
melakukan

sehari hari

dengan

mandiri

latihan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3X24 jam diharapkan rasa nyeri yang dirasak
pasien dapat berkurang atau bahkan hilang
Kriteria Hasil :
- Wajah tidak mengurung dan menahan kesakitan

- Skala nyeri

turun

- Pasien tidak memegangi bagian yang sakit

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1X24 jam diharapkan pasien terpenuhi dalam
perawatan dirinya secara optimal
Kriteria Hasil :
-.Wajah tidak lesu
- Kulit tidak saling melengket
- Badan menjadi harum1. Observasi kondisi fisik klien
2. Rencanakan proses latihan yang efisien bila perlu kolaborasikan dengan fisioterapi untuk menambah proses
latihan
3. Atur posisi senyaman mungkin
4. Mengajari pasien ROM pasif dan aktif
5. Biarkan pasien mempraktikan kembali yang sudah diajarkan tapi dengan pengawasan perawat
6. Observasi kembali peningkatan gerak fisik
7. Berikan HE(healt education)tentang pentingnya latihan ROM.

1. Observasi kondisi fisik klien


2. Rencanakan proses latihan yang efisien bila perlu kolaborasikan dengan fisioterapi untuk menambah proses
latihan
3. Atur posisi senyaman mungkin

4. Mengajari pasien ROM pasif dan aktif


5. Biarkan pasien mempraktikan kembali yang sudah diajarkan tapi dengan pengawasan perawat
6. Bila sudah bisa menyangga tubuh ajarkan berjalan tapi dengan dammpingan perawat
7. Berikan dukungan dalam setiap tindakan yang sudah dilakukan.

1. Observasi secara subjektiv skal nyeri yang dirasakan pasien


2. Beri posisi yang nyaman
3. Ajari metode relaksasi seperti distraksi, nafas dalam, dan bila emosi ajarkan imajinasi terpimpin
4. Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan CT-Scan
5. Kolaborasikan dengan pihak medis untuk terapi obat
6. Berikan HE tentang pentingnya ambulansi saat emergensi
7. Observasi penurunan skala nyeri yang dirasakan

1. Observasi kondisi awal pasien terutama fisik dan kebersihan


2. Siapkan alat untuk melakukan PH

3. Memberitahu maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan


4. Menutup gorden

5. Melakukan PH sambil mengajari keluarga


6. Observasi tindakan yang dilakukan
7. Beri HE pentingnya perawatan diri1. Inspeksi kondisi awal pasien
2. Merencanakan porsi latihan untuk menunjang kesembuhan pasien

3. Memberikan kenyamanan

4. Melakukan tindakan keperawatan


5. Monitoring tindakan yang sudah dilakukan

6. Mengetahui perkembangan latihan


7. Memberikan informasi kepada pasien.

1. Inspeksi kondisi awal pasien


2. Merencanakan porsi latihan untuk menunjang kesembuhan pasien

3. Memberikan kenyamanan

4. Melakukan tindakan keperawatan


5. Monitoring tindakan yang sudah dilakukan

6. Melanjutkan proses latihan keperawatan

7. Memberi semangat untuk menambah latihan.

1. Inspeksi skala nyeri awal dari pasien

2. Memberikan rasa nyaman


3. Melakukan terapi perawatan

4. Memantau adakah kelainan dari pemeriksaan

5. Membantu mempercepat kesembuhan pasien


6. Memberi informasi secara lengkap

7. monitoring perkembangan setelah dilakukan tindakan keperawatan

1. Obsevasi kondisi awal dari pasien

2. Menyiapkan alat dari suatu bagian tindakan keperawatan


3. Menghindari penolakan dri tindakan keperawatan
4. Menjaga privasi pasien
5. Melakukan tindakan keperawatan
6. Monitoring tindakan yang sudah dilakukan
7. Membantu memberikan informasi secara jelas.

D. Evaluasi
1. Tidak terjadi gangguan mobilisasi fisik
2. Tidak terjadi gangguan intoleransi aktivitas
3. Tidak terjadi gangguan nyaman nyeri
4. Tidak terjadi gangguan defisit perawatan diri.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Rochani, Siti, 2000, Simposium Nasional Keperawatan Perhimpunan Perawat Bedah Saraf Indonesia, Surabaya.
Susilo, Hendro, 2000, Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu Pendekatan Baru
Millenium III, Bangkalan.

Diposkan oleh HYPERLINK "https://www.blogger.com/profile/01744793973355619506" \o "author profile"


Sumarjo Djamin, S.Kep,.Ns di HYPERLINK "http://aryoxkeperawatanuit.blogspot.co.id/2013/05/asuhankeperawatan-intracerebral.html" \o "permanent link" 20.58
HYPERLINK "https://www.blogger.com/share-post.g?
blogID=5808694836992157344&postID=2516988423886407616&target=email" \o "Kirimkan Ini lewat
Email" \t "_blank" Kirimkan Ini lewat Email HYPERLINK "https://www.blogger.com/share-post.g?

blogID=5808694836992157344&postID=2516988423886407616&target=blog" \o "BlogThis!" \t "_blank"


BlogThis! HYPERLINK "https://www.blogger.com/share-post.g?
blogID=5808694836992157344&postID=2516988423886407616&target=twitter" \o "Berbagi ke Twitter" \t
"_blank" Berbagi ke Twitter HYPERLINK "https://www.blogger.com/share-post.g?
blogID=5808694836992157344&postID=2516988423886407616&target=facebook" \o "Berbagi ke
Facebook" \t "_blank" Berbagi ke Facebook HYPERLINK "https://www.blogger.com/share-post.g?
blogID=5808694836992157344&postID=2516988423886407616&target=pinterest" \o "Bagikan ke Pinterest" \t
"_blank" Bagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
HYPERLINK "http://aryoxkeperawatanuit.blogspot.co.id/2013/05/laporan-pendahuluan-demam-thypoiddt.html" \o "Posting Lama" Posting Lama HYPERLINK "http://aryoxkeperawatanuit.blogspot.co.id/"
Beranda
Langganan: HYPERLINK
"http://aryoxkeperawatanuit.blogspot.com/feeds/2516988423886407616/comments/default" \t "_blank" Poskan
Komentar (Atom)
Arsip Blog
HYPERLINK "javascript:void(0)"
2
121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212121212
1212121212121% 21 21 2121 21H21Y21P21E21R21L21I21N21K21
21"21h21t21t21p21
:21
/21
/21a21r21y21o21x21k21e21p21e21r21a21w21a21t21a21n21u21i21t21
.21b21l21o21g21s21p21o21t21.21c21o21.21i21d21/21s21e21a21r21c21h21?21u21p21d21a21t21e21d2121m21i21n21=21221021121321-21021121-21021121T21021021:21021021:2102102121021821:21021021&21u21p21d21a21t21e21d21-21m21a21x21=21221021121421-2102112121021121T21021021:21021021:21021021-21021821:21021021&21m21a21x2121r21e21s21u21l21t21s21=21221"21 21 21221021121321 21 21(21221)21 21
2121 21H21Y21P21E21R21L21I21N21K21
21"21j21a21v21a21s21c21r21i21p21t21:21v21o21i21d21(21021)21"21 21 21% 21 21 2121
21H21Y21P21E21R21L21I21N21K21
21"21h21t21t21p21
:21
/21
/21a21r21y21o21x21k21e21p21e21r21a21w21a21t21a21n21u21i21t21
.21b21l21o21g21s21p21o21t21.21co.id/2013_05_01_archive.html" Mei (2)

HYPERLINK "http://aryoxkeperawatanuit.blogspot.co.id/2013/05/asuhan-keperawatan-intracerebral.html"
ASUHAN KEPERAWATAN INTRACEREBRAL HEMORHAGE (ICH)
HYPERLINK "http://aryoxkeperawatanuit.blogspot.co.id/2013/05/laporan-pendahuluan-demam-thypoiddt.html" LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM THYPOID (DT)
Mengenai Saya
HYPERLINK "https://www.blogger.com/profile/01744793973355619506"
HYPERLINK "https://www.blogger.co

Anda mungkin juga menyukai