I.
1.
Tujuan
Menganalisis senyawa difenhidramin HCl menggunakan metode spektroskopi
inframerah
2. Penentuan kadar senyawa difenhidramin HCl dengan metode spektrofotometri UV
II.
Prinsip
1. Spektroskopi Inframerah
Spektroforometri infra merah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi
molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang
0,75-1.000 m atau pada bilangan gelombang 13.000-10 cm -1 dengan menggunakan alat
spektrofotometer infra merah (Giwangsara, 2009).
2. Spektrofotometri UV
Spektrofotometri UV adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada
panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Spektrofotometri UV menggunakan sinar
ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang antara 200-400 nm (Rohman dan Gandjar,
2007).
3. Hukum Lambert Beer
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Hukum LambertBeer dinyatakan dengan
A=
log ( Io / It ) = a b c
Keterangan :
III.
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)
a = Absorptivitas
A = Absorban
Teori Dasar
1
1. Sumber energi cahaya yang meliputi daerah spektrum sesuai alat yang dirancang.
Untuk daerah IR
-
Lampu Nerst,dibuat dari campuran zirkonium oxida (38%) Itrium oxida (38%) dan
erbiumoxida (3%)
Lampu globar dibuat dari silisium Carbida (SiC).
Lampu Nkrom terdiri dari pita nikel krom dengan panjang gelombang 0,4 20 nm
Untuk spektrum radiasi garis UV atau tampak
2.
Prisma
kaca untuk daerah sinar tampak
kuarsa untuk daerah UV
Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR
Kisi difraksi
Keuntungan menggunakan kisi :
5.
6.
Readout dimana diperagakan besarnya isyarat listrik yang ditangkap (Day dan
Underwood, 1996).
Spektrofotometer digunakan terutama untuk analisa kuantitatif, tetapi dapat
juga untuk analisa kualitatif. Penggunaan untuk analisa kuantitatif didasarkan pada
hukum Lambert-Beer,yaitu :
A=
log ( Io / It )
Keterangan :
= abc
cenderung lebih mudah bergerak dibanding atom dengan massa atom lebih tinggi,
contohnya adalah vibrasi yang melibatkan atom hidrogen sangat berarti (Hendayana,
1994).
Setiap molekul memiliki harga energi yang tertentu. Bila suatu senyawa menyerap
energi dari sinar infra merah, maka tingkatan energi di dalam molekul itu akan
tereksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi. Sesuai dengan tingkatan energi yang
diserap, maka yang akan terjadi pada molekul itu adalah perubahan energi vibrasi yang
diikuti dengan perubahan energi rotasi (Giwangsara, 2009).
Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu vibrasi regangan
(stretching) dan vibrasi bengkokan (bending). Vibrasi bengkokan terbagi menjadi empat
jenis, yaitu Vibrasi Goyangan (Rocking - unit struktur bergerak mengayun asimetri
tetapi masih dalam bidang datar), Vibrasi Guntingan, Vibrasi Kibasan, dan Vibrasi
Pelintiran (Harvey, 2000).
Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi bengkokan, khususnya
goyangan (rocking), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 400 cm -1.
Karena di daerah antara 4000 2000 cm -1 merupakan daerah yang khusus yang berguna
untuk identifkasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan
oleh vibrasi regangan. Dalam daerah 2000 400 cm-1 tiap senyawa organik mempunyai
absorbsi yang unik, sehingga daerah tersebut sering juga disebut sebagai daerah sidik
jari (fingerprint region)
Monografi
Dyphenhidramin Hidrochloridum
IV.
Bahan
Aquadest
BPFI difenhidramin HCl
Kbr
6
4. Sampel difenhidramin
V.
HCl
PROSEDUR
a. Spekrtofotometri UV
Pembuatan larutan baku
Pertama dibuat larutan stok difenhidramin HCl BPFI 250 ppm dengan cara
ditimbang sebanyak 5 mg difenhidramin HCl BPFI, dimasukkan ke dalam labu ukur 20
ml lalu dilarutkan dengan aquadest dan di-add hingga tanda batas volume. Dari larutan
stok baku tersebut dilakukan 5 kali pengenceran agar terbentuk konsentrasi baku
bertingkat yaitu 100 ppm; 87,5 ppm; 75 ppm; 62,5 ppm; dan 50 ppm. Setelah
pengenceran selesai dilakukan pengukuran absorbansi. Kelima larutan dimasukkan
kedalam kuvet yang berbeda sampai dari kuvetnya lalu diukur absorbansi dan panjang
gelombang pada absorbansi maksimum ke dalam spektrofotometri UV. Selanjutnya
dibuat kurva baku di mana sumbu x sebagai konsentrasi dan sumbu y sebagai
absorbansi. Lalu didapat nilai r, b, dan a sehingga dapat dibuat persamaan y = bx + a.
Pembuatan larutan sampel
Sampel difenhidramin HCl digerus terlebih dahulu kemudian ditimbang sebanyak
5 mg secara seksama. Sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 20 ml, kertas perkamen
wadah sampel dialiri dengan aquadest. Sampel dilarutkan dengan aquadest lalu di-add
hingga batas ukur labu. Labu dikocok hingga sampel larut dan homogen. Konsentrasi
larutan sampel tersebut sebesar 250 ppm. Uji spektrofotometri dilakukan dengan cara
larutan sampel 250 ppm dipipet dan dimasukkan ke dalam kuvet hingga volumenya
bagian dari kuvet. Sebelum dilakukan uji terhadap sampel, dilakukan uji blangko
terlebih dahulu dengan cara aquadest dimasukkan ke dalam kuvet lalu kuvet
dimasukkan ke alat spektrofotometer dan dilihat absorbansinya. Kuvet yang telah berisi
larutan sampel dimasukkan ke dalam alat spektro dan panjang gelombang maksimalnya
diatur pada 253 nm. Absorbansi larutan sampel dilihat dan dicatat. Kadarnya dihitung
dengan menggunakan persamaan dari kurva kalibrasi.
b. Spekrtofotometri Inframerah
Sampel difenhidramin HCl ditempatkan di kaca arloji dan dioven selama 30 menit
sebelum digunakan. Setelah 30 menit, sampel diangkat dan ditimbang sebanyak 50 mg.
Uji dengan spektro inframerah ini dilakukan dengan metode pellet kbr. Kbr kering
ditimbang sebanyak 250 mg. Pellet kbr dibuat dengan cara kbr dan sampel yang telah
ditimbang dicampur ke dalam mortir kecil dan kedua zat digerus hingga tercampur dan
homogen. Setelah itu, campuran zat dimasukkan ke dalam alat pencetak sambil
diratakan pada permukaannya. Alat pencetak dihubungkan dengan mesin kompresi,
mesin dinyalakan dan tekanan kompresi diatur pada 70 N. Proses kompresi berlangsung
selama 5 menit. Setelah 5 menit, mesin dimatikan alat pencetak dikeluarkan dan pellet
kbr yang telah terbentuk dikeluarkan dari alat pencetak. Pellet kbr dimasukkan ke dalam
spektrofotometri inframerah dan dilihat spektrum yang terbentuk.
VI.
DATA PENGAMATAN
Spektrofotometri UV
a.
Konsentrasi
62,5 ppm
75 ppm
87,5 ppm
100 ppm
Absorbansi
0,103067
0,106133
0,1141
0,138567
Konsentrasi
250 ppm
Absorbansi
0.1229
Spektrofotometri Inframerah
VII.
PERHITUNGAN
Pembuatan Larutan Baku Difenhidramin HCl
= V2 . N2
= 3,5 ml
Dibutuhkan sebanyak 3,5 ml larutan baku Difenhidramin HCl BPFI dan 16,5 ml
aquadest.
c) 75 ppm
V1 . N1
= V2 . N2
V1 . 250 ppm = 10 ml . 75 ppm
9
V1
= 3 ml
Dibutuhkan sebanyak 3 ml larutan baku Difenhidramin HCl BPFI dan 17 ml aquadest.
d) 67,5 ppm
V1 . N1
= V2 . N2
V1 . 250 ppm = 10 ml . 62,5 ppm
V1
= 2,5
Dibutuhkan sebanyak 2,5 ml larutan baku Difenhidramin HCl BPFI dan 17,5 ml
aquadest.
-
b = 0.0009157
r = 0.9186
a = 0.0410632
10
Perhitungan kadar
A sampel (y) = 0.1229
0.1229 = 0009157 x + 0.0410632
x = 89.37 ppm
Persentase kadar sampel
%
VIII.
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini tujuan untuk menganalisis senyawa difenhidramin HCl secara
kuantitatif menggunakan instrument. Metode instrument yang diguanakan adalah
spektrofotometer UV dan spektroskopi inframerah. Berdasarkan analisis tersebut maka
dapat diketahui konsentrasi dan kadar difenhidramin HCl dalam sampel.
Metode analisis menggunakan spektrofotometri didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg
spesifik dengan menggunakan monokromator dan detektor foto tube. Alat yang
digunakan adalah spektrofotometer yaitu suatu alat yang digunakan untuk menentukan
suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
ataupun absorbansi dari suatu cuplikan atau sampel sebagai fungsi dari konsentrasi.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu. Pada percobaan, digunakan spektrofotometer yang menghasilkan spectrum
pada daerah serapan UV (panjang gelombang 200 380 nm) dan daerah inframerah
(700 3000 nm). Spektrofotometer dapat digunakan untuk melakukan anlisis secara
kuantitatif karena memnghasilkan spectrum yang menunjukkan banyaknya sinar yang
diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang
menyerap radiasi.
Metode spektrofotometri dipilih pada percobaan karena metode ini sederhana
dan memiliki tingkat ketelitian yang baik. Adapun prinsipnya yaitu radiasi
elektromagnetik dapat menyebabkan senyawa yang memiliki gugus kromofor akan
tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi dengan energi yang lebih tinggi
karena menyerap radiasi elektromagnetik. Senyawa difenhidramin HCl mempunyai
gugus kromofor sehingga bisa dianalisis menggunakan spektrofotometeri. Gugus
kromofor merupakan gugus dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar
ultraviolet dan sinar tampak, contohnya adalah senyawa yang memiliki gugus benzene
seperti difenhidramin HCl. Absorpsi radiasi uv oleh senyawa yang memiliki cincin
benzena bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang dengan bertambahnya
cincin, karena bertambahnya konjugasi dan membesarnya stabilitas resonansi dari
keadaan tereksitasi.
Analisis spektrofotometri yang dilakukan dalam percobaan menggunakan
metode kurva kalibrasi. Tahap pertama dalam analisis spektrofotometri UV metode
kurva kalibrasi yaitu melakukan preparasi larutan baku difenhidramin HCl. Larutan
baku stok Difenhidramin HCl dibuat dengan konsentrasi 250 ppm. Caranya yaitu
sebanyak 5000 g (5mg) BPFI difenhidramin ditimbang secara seksama kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 20 ml dan ditambah pelarut air. Larutan tersebut
dikocok supaya partikel difenhidramin HCl terdispersi sempurna dan larut di dalam
pelarut air. Setelah larut, di-add aquadest hingga batas labu ukur.
Selanjutnya, dilakukan pengenceran dengan berbagai konsentrasi yaitu 100 ppm;
87,5 ppm; 75 ppm; 62,5 ppm; dan 50 ppm. Tujuannya yaitu untuk melihat variasi
absorbansi dari variasi konsentrasi larutan baku sehingga dapat dibuat kurva baku
larutan Difenhidramin HCl yang linier dengan nilai akurasi dan presisi yang lebih.
Berdasarkan
kurva
kalibrasi
tersebut
dapat
diperoleh
panjang
gelombang
kemungkinan diakibatkan oleh absorbansi yang diperoleh tidak sesuai karena terdapat
zat lain yang mempengaruhi. Kuvet yang telah digunakan, seharusnya dibilas
menggunkan larutan yang akan digunakan selanjutnya sehingga konsentrasi larutan
sebelumnya tidak mempengaruhi absorbansi sampel. Selain itu, kuvet yang digunakan
tidak boleh terkena kontaminasi dari tangan terutama pada bagian kuvet yang bening
karena dapat juga mempengaruhi pergeseran panjang gelombang dan absorbansi dari
cuplikan sehingga konsentrasi yang didapat menjadi tidak akurat. Pada praktikum
kemungkinan ada kontaminasi tersebut mengingat kuvet yang tersedia hanya satu buah
untuk digunakan bersama-sama.
Variable lain yang mempengaruhi absorbansi adalah jenis pelarut, suhu, dan
konsentrasi yang tidak sesuai. Absorbasni yang baik berada pada rentang 0,2-0,8
sehingga bisa memperkecil kesalahan pengukuran pada panjang gelombang maskimum.
Namun pada percobaan, absorbansi yang dihasilkan tidak berada pada rentang tersebut
karena konsentrasi larutan baku terlalu rendah. Seharunya apabila terjadi hal demikian,
dibuat lagi konsentrasi yang lebih tinggi supaya memperoleh absorbansi pada rentang
0,2-0,8.
Selanjutnya dilakukan preparasi larutan sampel. Larutan sampel dibuat dengan
konsentrasi 250 ppm. Caranya yaitu sebanyak 5 mg sampel difenhidramin HCl
ditimbang secara seksama kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 20 ml dan
ditambah pelarut air. Larutan tersebut dikocok supaya partikel difenhidramin HCl
terdispersi sempurna dan larut di dalam pelarut air. Setelah larut, di-add aquadest hingga
batas labu ukur. Sampel tersebut kemudian diukur absorbansinya menggunakan alat
spektrofotometer UV. Larutan sampel dimasukkan ke dalam kuvet hingga bagian
kuvet menggunkaan pipet tetes kemudian diletakkan ditempatnya dan absorbansi larutan
sampel diukur pada panjang gelombang 258 nm. Dalam analisis spektrofotometri UV,
larutan akan menghasilkan warna komplementer yang dapat menyerap cahaya. Warnawarna ini ditimbulkan oleh adanya panjang gelombang yang dimiliki larutan tersebut.
Setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda dengan interval tertentu.
Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh absorbasi sampel yaitu 0,1229.
Untuk menghitung konsentrasi sampel, dapat dilihat dari absoransinya karena
berdasarkan hukum Lambert Beers, konsentrasi sampel berbanding lurus dengan
Selanjutnya dibuat cakram/pellet KBr. Dipilihnya KBr karena garam ini bersifat
transparan atau tidak memberikan vibrasi molekul sehingga tidak berpengaruh terhadap
spectrum yang dihasilkan. KBr juga harus dioven terlebih dahulu karena KBr
merupakan zat yang bersifat higroskopis (suka air). Tujuannya supaya KBr tetap kering
dan terjaga kestabilannya.
Sampel difenhdramin HCl ditimbang sebanyak 50 mg dan KBr kering sebanyak
250 mg. Kedua zat tersebut dicampur dan digerus dalam mortir kecil. Tujuannya yaitu
supaya kedua zat tersebut tercampur homogen secara merata. Penggerusan dilakukan
untuk memperkecil ukuran molekul-molekul sehingga ketika ditembak dengan
menggunakan sinar infra merah, energi dari sinar infra merah dapat diserap langsung
oleh gugus fungsi dan ikatan-ikatan yang ada di dalamnya dengan mudah. Jika suatu
molekul yang ukurannya besar ditembak dengan menggunakan sinar infra merah, sinar
itu juga akan terhambur dan penyerapan yang terjadi tidak maksimal. Selain itu,
penggerusan juga dilakukan agar kedua zat yang digerus dapat tercampur secara merata
atau homogen.
Setelah itu, campuran zat dimasukkan ke dalam alat pencetak sambil diratakan
pada permukaannya. Alat pencetak dihubungkan dengan mesin kompresi, dan diberi
tekanan kompresi 70 N. Proses kompresi berlangsung selama 5 menit. Setelah terbentuk
pellat KBr, kemudian dimasukkan ke dalam spektrofotometri inframerah untuk diukur
sehingga diperoleh spektrumnya.
Berdasarkan
spectrum
yang
terbentuk,
senyawa
yang
dianalisis
bisa
%Transmitan.
Spectrum
tersebut
dianalisis
gusus
fungsinya
dan
sampel (cm-1)
3000-3100
2350-2700
1650 - 1450
1470
1380
1100
760,717
CH (mono-substitusi fenil) 740-760
Spektrum hasil percobaan benar menunjukkan senyawa difenhidramin HCl
karena memiliki gugus fungsi yang sama dengan difenhidramin HCl pada literature,
meskipun intensitas puncaknya berbeda. Puncak pada literature lebih tajam daripada
hasil percobaan. Hasil tersebut dibandingkan dengan struktur difenhidramin HCl berikut
ini :
Gugus fungsi yang teridentifikasi sama dengan gugus fungsi pada struktur
difenhidramin HCl. Serapan inframerahnya pun mirip walaupun tidak identik. Hal ini
mungkin disebabkan oleh perubahan kimia dan fisika yang terjadi pada saat penyimpan
sampel.
IX.
1.
KESIMPULAN
Senyawa difenhidramin HCl dapat dianalisis secara kualitatif menggunakan metode
spektroskopi inframerah dengan cara mengidentifikasi gugus fungsi yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA
-
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/laporan-praktikumanalisis.html#ixzz3KSOb5CYo