Struktur Makro
Ginjal terletak pada kedua sisi kolumna vertebralis, dibelakang
peritoneum. Arteri dan vena renalis, limfatik, dan saraf memasuki ginjal
melalui hilus, tempat munculnya pelvis renalisyang akan menjadi ureter. Ginjal
dikelilingi oleh jaringan fibrosa kapsul ginjal. Dibagian dalam ginjal memiliki
korteks bagian luar berwarna gelap yang mengelilingi medula yang berwarna
lebih terang yang berisi lobus-lobus triangular atau piramid. Setiap ginjal
mengandung 800.000 nefron. Duktus kolektivus menjadi satu di papila pada
apeks setiap piramid dan mengosongkan isinya ke dalam kaliks dan kemudian
ke pelvis renalis, urin akan di dorong melalui ureter ke kandung kemih oleh
peristalsis (Jeremy P.T, 2007).
Hormon dan ginjal. Fungsi ginjal dipengaruhi oleh berbagai hormon yang
modulasi regulasi ion dan air (misalnya hormon antidiuretik, aldosteron).
Renin diproduksi oleh aparatus. Eritropoietin disintesis oleh sel-sel interstisal
korteks dan menstimulasi produksi sel darah merah. Konstriksi otot polos
kandung kemih mengeluarkan urin melalui uretra. Mikturisi diawali oleh
refleks spinalis ketika tekanan urin mencapai tingkat kritis, tetapi dikontrol
kuat oleh pusat yang lebih tinggi (volunter). Pada molekul bermuatan negatif
semakin terbatas karena ditolak oleh muatan negatif membran basal. Jadi,
albumin (69.000 Da), yang juga bbermuata negatif hanya terfiltrasi dalam
jumlah yang sangat sedikit, sedangkan molekul kecil seperti ion, glukosa, asam
amino, dan ureum melewati filter tanpa hambatan. Hal ini berarti bahwa filtrat
(hasil filtrasi) glumerulus hampir tidak mengandung protein tetapi sebaliknya
memiliki komposisi yang identik dengan plasma. Jika suatu zat X difiltrasi
secara bebas dan tidak reabsobsi maupun disekresi di nefron, maka jumlah
yang terdapat di urin permenit harus sama dengan jumlah yang difiltarsi per
menit.
minimumnya 400 mL per hari, urin maksimum 1400 mosmol/kgH2O jika tidak
adaa ADH maka volume urin bisa mencapai 25 L per hari dengan osmolalitas
urin minimum 60 mosmol/kgH2O. Diabetes insipidus adalah produksi secara
berlebihan urin hipotonik (encer) karena adanya defek pada reabsorbsi air yang
tergantung ADH (Jeremy P.T, 2007).
B. Glukosa
bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan
alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula
pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa
akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan
memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict. Satu liter pereaksi Benedict
dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate
anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate
pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter (Jeremy
P.T, 2007).
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam
makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit
pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama
proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa),
hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa
tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa
mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui
ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid
bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi. Uji
Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa.
Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit
diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh
mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat
dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes (Jeremy
P.T, 2007).
C. Protein
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N.
Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk
memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai
sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak.
Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat
bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa
perlakuan lainnya. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan
materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial (Jeremy P.T,
2007).
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi. Biasanya, hanya
sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus
ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak
melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan
sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria. Beberapa
keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal
(glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid),
demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia,
eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga
dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau
stress karena emosi (Jeremy P.T, 2007).