Lebih lanjut dia menegaskan, sebenarnya sangat sulit untuk mendeteksi dan membuktikan
perdagangan semu. Namun, dia meyakini ada dokumen bukti perintah perdagangan semu
tersebut.
Dia menilai bahwa transaksi yang dilakukan lebih dari lima broker tersebut sudah
keterlaluan. Sebab, niatnya adalah mempengaruhi atau membentuk pasar. Pada prinsipnya,
sesuai undang-undang pasar modal, transaksi saham di BEI harus ada perpindahan
kepemilikan. Jika transaksi di bursa tidak terjadi perpindahan kepemilikan, maka itu
pelanggaran. Ini pelanggaran terberat setelah insider trading, karena menipu masyarakat,
tegas Tito.
Selain itu, jika terbukti melakukan perdagangan semu, inisiator transaksi dapat dikenakan
sanksi pidana, karena melanggar undang-undang. Sampai saat ini, BEI belum mengetahui
siapa aktor di belakang layar transaksi tersebut.
Meskipun belum mengetahui pasti siapa orangnya, Tito yakin bahwa yang melakukannya
adalah orang yang berkepentingan dalam transaksi tersebut. BEI tidak akan membentuk tim
khusus untuk menyelidiki kasus tersebut. Menurut Tito, pada dasarnya sudah ada struktur
bagian dalam BEI yang bertugas menyelidiki hal-hal demikian.
Pasar Negosiasi
Gagal bayarnya transaksi saham Sekawan Intipratama terjadi di pasar negosiasi. Menurut
Hamdi, seharusnya transaksi saham di pasar negosiasi berdasarkan kesepakatan dua pihak.
Sebelum melakukan transaksi, seyogyanya mereka telah sepakat, tutur Hamdi.
Menurut dia, ada perbedaan pendapat di antara sekuritas yang melaksanakan transaksi. Salah
satu pihak menganggap transaksi tersebut free of payment (FoP), sedangkan ihak lainnya
mengklaim transaksinya delivery versus payment (DVP).
Lebih lanjut Hamdi mengatakan, apabila tidak terdapat kesepakatan lainnya transaksi saham
harus selesai pada transaksi (T) plus 3. Namun, jika ada perjanjian antara kedua pihak,
penyelesaian transaksi dapat dilaksanakan sesuai perjanjian, misalnya T plus 6 atau 10.
http://www.beritasatu.com/pasar-modal/321174-kasus-perdagangan-semusaham-sekawan-pemeriksaan-broker-meluas.html