Anda di halaman 1dari 2

Kasus Perdagangan Semu Saham Sekawan,

Pemeriksaan Broker Meluas

Ilustrasi IIHSG (Investor Daily / David Gitaroza)


Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kembali memanggil dua perusahaan efek
(broker) terkait kasus dugaan perdagangan semu saham PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP).
Sebelumnya, BEI telah memeriksa delapan broker. Dengan demikian, total broker yang
diperiksa mencapai 10 perusahaan.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Hamdi Hassyarbaini mengatakan, hingga
saat ini, bursa masih mengembangkan kasus tersebut. Menurut dia, tidak ada tenggat waktu
dalam mendalami kasus tersebut. Broker yang akan diselidiki BEI bisa terus berkembang
jumlahnya, kata Hamdi di Jakarta, Selasa (10/11).
Dia menegaskan, sebelumnya dari delapan broker yang diperiksa, dua di antaranya
dinyatakan gagal bayar. Sisanya masih ada kemungkinan kesalahan sistem. BEI juga masih
mengembangkan keterangan dari pemegang saham pengendali Sekawan. Sebelumnya, BEI
telah memanggil pemegang saham pengendali Sekawan Intipratama pada Minggu (8/11).
Saat ini, pemegang saham Sekawan Intipratama yang tercatat adalah publik sebanyak 46,06
persen, Fundamental Resources Pte Ltd sebesar 32,33 persen, PT Evio Securities 7,99 persen,
PT Asabri 6,99 persen, dan UBS AG Singapura 6,63 persen.
Menurut Hamdi, total dana yang mengalami gagal bayar sekitar Rp 100 miliar. Dari seluruh
broker yang dipanggil menyatakan tidak bersalah, sehingga bursa akan terus mendalami
kasus tersebut. Hamdi menegaskan, BEI akan menindak tegas kepada broker yang terbukti
melakukan perdagangan semu, meski melibatkan banyak broker.
Hal senada juga diungkapkan Direktur Utama BEI Tito Sulistio akhir pekan lalu. Menurut
dia, pihaknya akan tegas terhadap semua broker yang terbukti melakukan perdagangan semu.
Menurut Tito, perdagangan semu merupakan pelanggaran berat terhadap undang-undang
(UU) pasar modal. Sanksi bagi pelanggar tersebut adalah suspensi atau pencabutan hak
broker. Kami akan sangat keras dalam menindak itu, ujar Tito.

Lebih lanjut dia menegaskan, sebenarnya sangat sulit untuk mendeteksi dan membuktikan
perdagangan semu. Namun, dia meyakini ada dokumen bukti perintah perdagangan semu
tersebut.
Dia menilai bahwa transaksi yang dilakukan lebih dari lima broker tersebut sudah
keterlaluan. Sebab, niatnya adalah mempengaruhi atau membentuk pasar. Pada prinsipnya,
sesuai undang-undang pasar modal, transaksi saham di BEI harus ada perpindahan
kepemilikan. Jika transaksi di bursa tidak terjadi perpindahan kepemilikan, maka itu
pelanggaran. Ini pelanggaran terberat setelah insider trading, karena menipu masyarakat,
tegas Tito.
Selain itu, jika terbukti melakukan perdagangan semu, inisiator transaksi dapat dikenakan
sanksi pidana, karena melanggar undang-undang. Sampai saat ini, BEI belum mengetahui
siapa aktor di belakang layar transaksi tersebut.
Meskipun belum mengetahui pasti siapa orangnya, Tito yakin bahwa yang melakukannya
adalah orang yang berkepentingan dalam transaksi tersebut. BEI tidak akan membentuk tim
khusus untuk menyelidiki kasus tersebut. Menurut Tito, pada dasarnya sudah ada struktur
bagian dalam BEI yang bertugas menyelidiki hal-hal demikian.
Pasar Negosiasi
Gagal bayarnya transaksi saham Sekawan Intipratama terjadi di pasar negosiasi. Menurut
Hamdi, seharusnya transaksi saham di pasar negosiasi berdasarkan kesepakatan dua pihak.
Sebelum melakukan transaksi, seyogyanya mereka telah sepakat, tutur Hamdi.
Menurut dia, ada perbedaan pendapat di antara sekuritas yang melaksanakan transaksi. Salah
satu pihak menganggap transaksi tersebut free of payment (FoP), sedangkan ihak lainnya
mengklaim transaksinya delivery versus payment (DVP).
Lebih lanjut Hamdi mengatakan, apabila tidak terdapat kesepakatan lainnya transaksi saham
harus selesai pada transaksi (T) plus 3. Namun, jika ada perjanjian antara kedua pihak,
penyelesaian transaksi dapat dilaksanakan sesuai perjanjian, misalnya T plus 6 atau 10.
http://www.beritasatu.com/pasar-modal/321174-kasus-perdagangan-semusaham-sekawan-pemeriksaan-broker-meluas.html

Anda mungkin juga menyukai