Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL

( Ivan Pavlov Dan B.F.Skinner )

Mata Kuliah : Teori Teori Konseling


Dosen Pengampu : Hastin Budisiwi. S.Psi, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5 :


1.
2.
3.
4.

Diah Retno Utami ( 1115500020 ) / 2B


Dini Indriani ( 1115500023 ) / 2B
Fathiyatul fitri ( 1115500030 ) / 2B
Moch. Ibnu Maulana ( 1115500053 ) /2B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
TAHUN AJARAN
2016/2017

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas mengenai Teori Pendekatan
Konseling Behavioral. Makalah ini kami susun secara sistematis dan disertai dengan
pembahasan yang sekiranya mudah untuk di pelajari .
Kami menyadari bahwa didalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami berharap kepada pembaca untuk
memberikan masukan, saran dan kiritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan
makalah ini.

Tegal, 09 Mei 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu memiliki pola-pola perilaku yang unik, dan memiliki
pandangan hidup yang berbeda, dari cara pemahaman tingah laku individu juga
berbeda ada yang dapat memahami adapun yang kurang dapat memahami sehingga
individu tersebut bertingkah laku tidak sesuai yang diharapkan. Dari tingkah laku
manusia tersebut konseling behavioral akan membahas tentang tingkah laku manusia,
dimana tingkah laku individu didapat dari proses belajar di lingkungannya. Jadi
bagaimana setiap individu itu memahami lingkungan tersebut akan menentukan sikap
individu itu sendiri baik atau buruknya perilaku individu itu. Konselor yang
mengambil pendekatan behavioral membantu konseli yang berperilaku kurang pantas
atau bermasalah untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu
mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebihan.
Dengan kata lain, membantu konseli agar tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan
menghilangkan yang maladaptif.
Konseling Behavioral, diawali oleh bapak psikologi Rusia yaitu Ivan
Petrovich pavlov pada tahun 1829-1905 dan dikembangkan pada sekitar tahun 1863
konseling ini berpandangan kepada fungsi otak sebagai pancaran refleks dan
mempunyai 3 komponen yaitu: input sensorik, proses dan efferent ou flow dan
menurutnya tingkah laku terdiri dari respon kepada stimulasi dengan interaksi dan
hambatan yang bersentral pada pancaram refleks.
Konseling Behavioral disebut juga Terapi Perilaku yang berasal dari dua arah
konsep yaitu Pavlovian dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F. Skinner. Tujuan dari
terapi ini adalah untuk memodifikasi atau memperbaiki koneksi dan metode Stimulus
Respon (S-R) sepadat mungkin. Dasar teori terapi behavioral adalah bahwa perilaku
dapat dipahami sebaga hasil kombinasi.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui konsep dasar pendekatan behavioral

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mengetahui asumsi tingkah laku menurut pendekatan behavioral


Mengetahui tujuan dari pendekatan behavioral
Mengetahui peran konselor dalam pendekatan behavioral
Mengetahui deskripsi pendekatan behavioral
Mengetahui tehnik-tehnik yang digunakan
Mengetahui kelebihan dan keterbatasan pendekatan behavioral
Mengetahui contoh penerapan konseling behavioral

C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Untuk mengetahui konsep dasar pendekatan behavioral


Untuk mengetahui asumsi tingkah laku menurut pendekatan behavioral
Untuk mengetahui tujuan dari pendekatan behavioral
Untuk mengetahui peran konselor dalam pendekatan behavioral
Umtuk mengetahui deskripsi pendekatan behavioral
Untuk mengetahui tehnik-tehnik yang digunakan
Untuk mengetahui kelebihan dan keterbatasan pendekatan behavioral
Untuk mengetahui contoh penerapan konseling behavioral

BAB II
PEMBAHASAN

1. Nama Pendekatan Dan Tokoh


Nama Pendekatan : Konseling Behavioral
Tokoh : Ivan Pavlov dan B.F. Skinner

Perkembangan pendekatan behavioral di awali pada tahun 1950 dan awal 1960
sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis yang dominan.
A. Ivan Pavlov
Adalah seorang psikolog dari Rusia yang lahir pada tanggal 14 September
1849 di Rjsan dan meninggal pada tanggal 27 Februari 1936 di Leningrad.
Hasil penelitiannya bersama Watson yang terkenal adalah classical
conditioning. Penelitiannya yang paling terkenal adalah menggunakan anjing
yang dalam keadaan lapar di tempatkan diruang kedap suara. Dalam
penelitiannya tersebut, Pavlov menyimpulkan bahwa Respon (tindakan) dapat
terjadi apabila ada Stimulus (rangsangan).
B. B.F. Skinner
Adalah tokoh yang mengembangkan operant conditioning. Burrhus Frederic
Skinner dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1904 di Susquehanna, Pennsylvania,
Amerika Serikat. Skinner pengkodisian operan, salah satu aliran utama lainnya
dari pendekatan terapi yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian
ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan)
pada saat tingkat laku itu muncul. Skinner, yang dianggap sebagai pencetus
gagasan

pengkodisian

operan,

telah

mengembangkan

prinsip-prinsip

penguatan yang digunakan pada upaya memperoleh pola-pola tingkah laku


tertentu yang di pelajari. Dalam pengkondisian operan, pemberian penguatan
positif bisa memperkuat tingkah laku, sedangkan pemberian penguatan negatif
bisa memperlemah tingkah laku.

2. Konsep Dasar
Pandangan Teori Behavioral secara umum terhadap perilaku manusia menyatakan
bahwa, antara lain:
Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar, dan proses terbentuknya

kepribadian yaitu melalui proses kematangan dari belajar.


Kepribadian manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan

lingkungannya.
Respon tidak selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh

pengaruh penguatan
Pendekatan behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan yang
di pelajari. Karena itu dapat diubah dengan mengganti situasi positif yang
direkayasa sehingga kelainan perilaku berubah menjadi positif

3. Asumsi Perilaku

Konseling behavioral digunakan untuk membantu masalah konseli yang


terkait dengan perilaku-perilaku maladaptif. Perilaku yang bermasalah dalam
pandangan behaviorist dapat dimaknai sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan
yang negatif atau perilaku yang tidak sesuai dengan yang di harapkan. Tingkah laku
yang bermasalah terjadi karena kesalah pahaman dalam menanggapi atau memahami
lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar
dan dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.
Munculnya perilaku bermasalah disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
Adanya salah penyesuaian melalui proses interksi dengan lingkungan
Adanya pembelajaran yang salah dalam keluarga, lingkungan sekolah, tempat
bermain dan lain-lain. Seperti halnya kehidupan di kota-kota besar pada saat
ini begitu tertutup. Sikap hidup menjadi individualistis, egois, apatis dan
hubungan sosial menjadi renggang.
Bagi individu tingkah laku yang tidak tepat atau kurang baik akan menimbulkan
berbagai kesulitan baik bagi diri individu itu sendiri, maupun terhadap lingkungan
sekitarnya. Menurut aliran behavioral tingkah laku yang tidak tepat di pelajari
dengan cara yang sama dengan tingkah laku yang tepat.
Dari penjelasan mengenai asumsi perilaku bermasalah yang telah di jelaskan
tersebut dapat di simpulkan bahwa :
1) Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku yang kurang tepat atau tidak
sesuai dengan lingkungannya.
2) Tingkah laku yang salah terbentuk dari cara belajar individu itu sendiri ,
bagaimana individu itu memahami lingkunganya.
3) Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku
negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena
kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.

4. Tujuan Konseling
Tujuan konseling behavioral adalah membantu klien untuk mendapatkan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar atau tingkah laku baru yang tepat dan sesuai
lingkungan. Dasar alasannya adalah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari,
termasuk tingkah laku maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa
unlearned (dihapus dari ingatan). tujuan dari konseling behavioral adalah membentuk
perilaku baru yang adaptif melalui proses belajar dan lingkungan.

Adapun tujuan khusus dari konseling behavioral adalah:


1.
2.
3.
4.
5.

Membantu klien menolong diri sendiri.


Mengembalikan klien ke dalam masyarakat yang benar.
Meningkatkan keterampilan sosial.
Memperbaiki tingkah laku yang menyimpang.
Membantu klien mengembangkan sistem self management dan self control.

5. Peran Konselor
Menurut Corey (2003: 205) menyatakan bahwa terapis tingkah laku harus
memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yaitu terapis
menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan-pemecahan masalah bagi
kliennya.
Hakikat fungsi dan peranan konselor terhadap konseli dalam teori behavioral ini
adalah :
1. Mengaplikasikan prinsip dari mempelajari manusia untuk memberi fasilitas
pada penggantian perilaku maladaptif dengan perilaku yang lebih adaptif.
2. Menyediakan sarana untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan
seseorang dari perilaku yang mengganggu kehidupan yang efektif sesuai dengan
nilai demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang
dikehendaki sepanjang sasaran itu sesuai dengan kebaikan masyarakat secara
umum.
Konselor behavioral memiliki peran yang sangat penting dalam membantu
konseling, konselor lebih berperan sebagai guru yang membantu konseli melakukan
teknik-teknik modifikasi perilaku yang sesuai dengan masalah dan tujuan yang hendak
dicapai.
Sikap yang dimiliki oleh konselor behavior ialah menerima, dan mencoba
memahami apa yang dikemukakan konseli tanpa menilai atau mengkritiknya. Dalam
proses terapi, konselor berperan sebagai guru atau mentor. Tugas utama terapis adalah
untuk melakukan tindak lanjut penilaian untuk melihat apakah perubahan yang tahan
lama dari waktu ke waktu.
Lebih rincinya peranan seorang konselor antara lain :
1. Konselor berperan sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah
laku yang ditunjukan oleh konseli.
2. Konselor harus menerima dan memahami konseli tanpa mengadili atau mengkritik.
3. Konselor juga harus dapat membuat suasana yang hangat, empatik dan
memberikan kebebasan bagi konseli untuk mengekspresikan diri.

4. Memberikan informasi dan menjelaskan proses yang dibutuhkan anggota untuk


melakukan perubahan.
5. Konselor harus memberikan reinforcement.

6. Deskripsi Proses Konseling


Proses konseling dilakukan untuk membantu konseli mengubah tingkah
lakunya. Proses konseling adalah proses belajar dimana konselor membantu
terjadinya proses belajar dengan cara mendorong konseli untuk mengemukakan
keadaan atau masalah yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Konseling
behavioral memiliki 4 tahap dalam proses konselingnya, yaitu :
1. Melakukan Assesment
Langkah awal kerja konselor adalah melakukan assesment. Assesment diperlukan
untuk mengidentifikasi metode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan
tingkah laku yang ingin diubah.
2. Menetapkan Tujuan (Goal Setting)
Yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari langkah assessment, konselor dan klien menyusun dan merumuskan
tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.
Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien.
Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil
konseling.
Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien.
3. Implementasi Teknik (Technique Implementation)
Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi
belajar yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku
yang diinginkan. Konselor dan konseli mengimplementasikan teknik-teknik
konseling sesuai dengan masalah yang dialami konseli. Dalam implimentasi
teknik konselor membandingkan perubahan tingkah laku antara baseline data
dengan intervensi.
4. Evaluation termination
Yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah
dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.

7. Tehnik Konseling
Adapun Teknik-teknik dalam Konseling Behavioral didasarkan pada penghapusan
respon yang telah dipelajari (yang membentuk pola tingkah laku) terhadap
perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru akan dapat dibentuk.

1. Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk
menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama
berguna

diantaranya

un

tuk

membantu

individu

yang

tidak

mampu

mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkap


afeksi dan respon positif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan
peran dengan bimbingan konsealor dan diskusi-diskusi kelompok.
2. Desensitisasi Sistematis
Desensititasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang berguna
untuk mengatasi fobia seseorang atas sesuatu, yang memfokuskan bantuan untuk
menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien
untuk rileks .
3. PengkondisianAversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada
stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.

8. Kelebihan Dan Keterbatasan


Kelebihan konseling behavioral adalah :
a. Dengan memfokuskan pada perilaku khusus bahwa klien dapat berubah, konselor
dapat membantu klien kea rah pengertian yang lebih baik terhadap apa yang harus
dilakukan sebagai bagian dari proses konseling.
b. Dengan menitikberatkan pada tingkah laku khusus, memudahkan dalam
menentukan kriteria keberhasilan proses konseling
c. Memberikan peluang pada konselor untuk dapat menggunakan berbagai teknik
khusus guna menghasilkan perubahan perilaku
Kekurangan Konseling Behavioral adalah :
1. Kurangnya kesempatan bagi klien untuk terlibat kreatif dengan keseluruhan
penemuan diri atau aktualisasi diri
2. Kemungkinan terjadi bahwa klien

mengalami

depersonalizeddalam

interaksinya dengan konselor.


3. Keseluruhan proses mungkin tidak dapat digunakan bagi klien yang memiliki
permasalahan yang tidak dapat dikaitkan dengan tingkah laku yang jelas.
4. Bagi klien yang berpotensi cukup tinggi dan sedang mencari arti dan tujuan hidup
mereka, tidak dapat berharap banyak dari konseling behavioral.

9. Contoh Penerapan
Penerapan konseling behavioral :
Attending
Konseli
: (Mengetuk pintu), Assalamualaikum Wr. Wb. Berjabat tangan
dengan konselor.
Konselor
: Waalaikum Salam, menghampiri klien dan mempersilahkan duduk.
Opening
Konseli
: (Duduk di kursi yang telah dipersiapkan) maaf bu, siang-siang gini
sudah mengganggu.
Konselor
: Oh, tidak apa-apa mb ririn, oya bagaimana kabarnya
mb ? (senyum dan mulai percakapan)
Konseli
: Alhamdulillah baik bu.
Konselor
: Syukurlah kalau begitu, bagaimana dengan kuliahnya?
Konseli
: Alhamdulillah lancar bu,
Konselor
: Oya, ada yang bisa ibu bantu ?.
Acceptance
Konseli
:Hmm gini bu, saya itu pobia dengan ulat, dan pobia itu sangat
mengganggu saya.
Konselor
: iya ibu dapat memahami perasaan mba ririn (sambil menganggukan
kepala)
Konseli

: Iya bu, bagaimana tidak mengganggu, saya terkadang di bully oleh

teman- teman saya, itu membuat saya ketakutan bu.


Konselor
: (konselor menganggukan kepala dan memandangi konseli) hmm iya
iya
Restatement
Konseli

:Saya benar-benar merasa takut terhadap ulat bu. Dan hal tersebut

membuat saya sering dibully.


Konselor
: Mba ririn merasa takut.
Reflection of feeling
Konseli
: Bu.. saya sudah berusaha mencoba agar tidak takut terhadap ulat tapi
tetap saja.
Konselor
: Sepertinya anda merasa kecewa terhadap usaha anda.
Clarification
Konseli
: Dulu saya pernah kejatuhan ulat di pundaknya, muka ulat tersebut
menghadap kemuk,. hal tersebut membuat saya takut dan trauma hingga sekarang.
Konselor
: Dengan kata lain, anda takut karena pernah kejatuhan ulat.
Paraphrashing
Konseli
: Hal ini membuat saya merasa takut dan trauma yang berkepanjangan.
Konselor
: Tampaknya anda merasa tertekan
Structuring
Konseli
: Saya sulit sekali menyesuaikan diri dengan teman-teman yang
membully saya.

Konselor

: Anda kemari untuk membahas masalah anda dengan saya. Marilah

kita manfaatkan waktu 45 menit itu dengan sebaik-baiknya, saya tidak dapat
memberikan nasihat sebagaimana yang anda minta. tetapi, marilah kita bicarakan
masalah ini bersama.
Konseli
: Bu. Saya sulit sekali untuk menghilangkan pobia ini, karena pobia ini
saya sering di bully oleh teman-teman, jadinya saya terganggu.
Konselor
: Dalam masalah yang anda kemukakan tadi setidaknya ada 3 masalah
yaitu pobia, di bully teman, dan terganggu.
Konseli
: Bu, bagaimana cara penanganannya agar pobia ini sembuh?
Konselor
: Coba anda tenangkan dulu, tarik nafas dan relaksasikan pikiran anda.
Konseli
: (Diam) saya bingung bu harus bagaimana lagi.
Teknik Konseling Thought Stopping
Konselor
: Coba anda tutup mata, bayangkan di depan anda ada sebuah ulat.
Kemudian katakan dalam hati Saya tidak takut ulat berkali-kali (beberapa menit)
Konseli
: (Diam dan membayangkan).
Konselor
: Bagaimana perasaanmu? Apakah lebih baik?
Konseli
: Saya masih merasa takut bu.
Konselor
:Kalau begitu, ini ada sebuah gambar. Coba anda lihat gambar ini
(sambil menunjukkan gambar ulat yang sebelumnya sudah di browsing).
Konseli
: (Histeris)
Konselor
: (mencoba menenangkan klien)
Konseli
: (mulai tenang)
Konselor
: Bagaimana mba ririn apakah ingin berhenti sampai sini saja atau di
lanjut dilain hari?
Konseli
: Saya rasa cukup untuk hari ini dan diganti dilain hari saja bagaimana
bu?
Konselor

: Iya saya bisa.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan Dan Saran
Simpulan :
Konseling behavioral merupakan adaptasi dari aliran psikologi behaviorisme
yang memfokuskan perhatiannya pada tingkah laku yang tampak. Dimana perilaku
manusia di dapat dari proses belajar dilingkunganya. Setiap manusia dilahirkan
dengan perilaku yang baik atau netral dan perilaku maladaptif didapat dari
kesalahpahamanan mengenai lingkungan yang ada disekitarnya sehingga manusia
berperilaku tidak sesuai dengan lingkungan. Dalam pandangan konseling behavioral
manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dirubah dan dibentuk, jadi perilaku
maladaptif juga dapat dirubah dengan prinsip-prinsip belajar.
Saran :
Bentuk terapi konseling yang dibahas dalam makalah singkat ini dapat digunakan
untuk terapi konseli yang mengalami permasalahan dalam bertingkah laku. Dalam
penerapan model konseling ini hendaknya konselor memiliki keahlian dan kerampilan
yang benar-benar sesuai dan profesional pada bidangnya agar dalam prosesnya nanti
dapat dijalankan sesuai dengan teknik-teknik yang tepat sehingga tercapailah tujuan
yang diinginkan.

B. Referensi
Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama
Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan Dan Konseling.
Yogyakart: Pustaka Pelajar
Nur khomisah. 2015. Makalah Konseling Behavioral.
https://nurukomisa.wordpress.com/2015/07/02/makalah-konseling-behavioral/
Fitra Marsela Effendi. 2013. Konseling Behavioral.
http://modelkonseling.blogspot.co.id/2013/09/konseling-behavioral.html

Anda mungkin juga menyukai