Indonesia merupakan salah satu negara yang berlandaskan hukum, begitu juga dalam hal mengatur perlinduangan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak jarang kita menemukan kasus seorang ibu yang membunuh anaknya dengan sengaja segera setelah melahirkan atau beberapa saat setelah melahirkan. Banyak faktor yang mempengaruhi tindakan tersebut, antara lain yang paling sering adalah tidak ingin diketahui telah melahirkan seorang anak kehamilan yang tidak diinginkan, atau karena tidak dapat menahan tanggapan dari lingkungannya apabila diketahui telah melahirkan seorang anak di luar pernikahan.1 Kasus tersebut masih menjadi masalah penting dalam ilmu kedokteran forensik dan medikolegal karena statistika menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dalam ilmu kedokteran forensik, infantisida merupakan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap bayinya pada saat dilahirkan atau beberapa saat sesudah dilahirkan, oleh karena takut diketahui orang lain bahwa ia telah melahirkan anak. 1 Cara yang paling sering digunakan dalam kasus infantisida adalah membuat keadaan asfiksia mekanik yaitu melaluipembekapan, pencekikan, penjeratan dan penyumbatan.Bentuk kekerasan lainnya adalah kekerasan tumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun).2
Untuk mengetahui penyebab kematian perlu diperhatikan tanda-tanda mati
lemas yaitu sianosis, bintik-bintik perdarahan pada jaringan longgar, lebam mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus dari lubang hidung atau mulut, tanda bendungan alat dalam, keadaan mulut sekitar yaitu lecet, memar, benda asing, luka tusuk, sayat, keadaan leher dan sekitarnya yaitu luka lecet, jejas jeratan, atau adanya tanda-tanda terendamyaitu telapak kaki keriput dan pucat, kulit berbintilbintil,dan benda asing ditrakea. Penyimpulan harusdilakukan secara hati hati untuk
kasus
yang didugaterdapat trauma
lahir
yang
seringkali
mirip
dengankekerasan pada kepala.2
Adapun hukum yang melandasi perbuatan ini yakni Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 341, 342 dan 343, dimana tersangka akan dipenjara paling lama tujuh tahun tanpa pembunuhan berencana (KUHP 341). Bila terdapat pembunuhan berencana maka penjara paling lama sembilan tahun (KUHP 342) dan apabila ada orang lain yang terlibat maka akan dikenakan pasal KUHP 343.3 Oleh karena itu, penulis ingin meninjau lebih dalam kasus infantisida dari segi hukum infantisida, faktor-faktor yang dapat memicu infantisida, pemeriksaan post mortem untuk mengidentifikasi kasus infantisida, dan upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar kasus infatisida tidak terjadi.