STROKE
Disusun oleh :
Alison Varughese
Gloria Kartika
Pembimbing :
dr. Nani Kurnia, SpS(K)
STROKE
DEFINISI
WHO menyatakan definisi stroke sebagai berikut:
Stroke adalah gangguan fungsi cerebral fokal atau global yang terjadinya mendadak
dan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau meninggal, akibat gangguan peredaran darah
otak. (rapidly developing clinical signs of focal (at times global )disturbance of cerebral
function, lasting more than 24 hours or leading to death with no apparent cause other than
that of vascular origin).
Gangguan fungsi cerebral fokal umumnya berupa defisit fungsi motorik (hemiparesis,
disartri, disfoni), sensorik (hemihipestesi), gangguan fungsi luhur (afasia, agnosia), yang
tergantung dari letak dan luasnya lesi. Pengertian gangguan serebral global merujuk pada
manifestasi klinik penurunan kesadaran.
Berlangsung lebih dari 24 jam untuk membedakan dengan TIA (Transient Ischemic
Attack) adalah disfungsi serebral yang sembuh total dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
Gangguan peredaran darah otak dapat berupa sumbatan pembuluh darah atau pecah
pembuluh darah, terkait pula dengan sistem pembuluh darah otak (sistem karotis atau
vertebrobasiler) dan faktor-faktor resiko stroke sebagai penyebab dasar perubahan pembuluh
darah otak.
KLASIFIKASI (CVD III)
Tipe stroke :
1. Perdarahan otak/ Perdarahan intraserebral (PIS) (perdarahan kedalam jaringan
parenkhimal otak akibat ruptura vaskuler.)
2. Perdarahan Sub Arachnoid ((PSA), yaitu pecahnya pembuluh darah dan masuknya
darah kedalam rongga subarachnoidal. Berdasarkan asalnya darah dibagi dalam PSA
primer yaitu bila darah masuk langsung kedalam rongga subarachnoidal dan PSA
sekunder apabila darah berasal dari PIS kemudian juga mengisi rongga subarachnoidal,
biasanya melalui perdarahan intraventrikuler.
didapatkan adanya bukti infark akut. Namum define baru ini tidak diterima sepenuhnya oleh
organisasi-organisasi yang ada.
b. Pemburukan (worsening): Gejala stroke yang timbul makinmemburuk dari hari ke hari.
Pada system karotis, perburukan dapat berlangsung sampai 48 jam. Sementara pada system
vertebrobasiler, perburukan dapat berlansung sampai 72 jam
c. Perbaikan (improving) Gejala stroke yang timbul mengalami perbaikan dibandingkan harihari sebelumnya dalam kurun waktu 21 hari
d. Stabil (stable) Gejala strioke yang timbul bersifat menetap dari awal serangan hingga harihari berikutnya dalam kurun waktu 21 hari
Gejala klinik stroke berbeda dari kasus ke kasus, tergantung dari :
1. Luasnya lesi
2. Letak lesi
-. Sistem karotis
-. Sistem vertebrobasiler
Secara anatomis, pembuluh darah serebral terdiri dari dua sistem yaitu sistem karotis dan
sistem vertebrobasiler. Jatah darah ke otak 1/3 disalurkan melalui lintasan vaskuler
vertebrobasiler dan 2/3 melalui arteri karotis interna.
Stroke yang disebabkan karena pembuluh darah ini memberikan tanda dan gejala
disfungsi hemisfer serebri seperti afasia, apraxia, atau agnosia. Selain itu dapat juga
Stroke yang disebabkan karena pembuluh darah ini memberikan tanda dan gejala
disfungsi batang otak termasuk koma, drop attacks (jatuh tiba-tiba tanpa penurunan
kesadaran), vertigo, mual dan muntah, gangguan saraf otak, ataxia, defisit sistem
sensorimotorik kontralateral (hemiparese alternans). Selain itu dapat juga timbul
hemiparese, gangguan hemisensoris, dan gangguan lapang pandang tetapi tidak
Akumulasi asam laktat pada jaringan otak berperan dalam perluasan kerusakan sel.
Akumulasi asam laktat yang dapat menimbulkan neurotoksik terjadi apabila kadar glukosa
darah otak tinggi sehingga terjadi peningkatan glikolisis dalam keadaan iskemia.
A.
Infark Atherotrombotik
Bila sumbatan terjadi pada a. carotis dan a. cerebri media, gejala yang mungkin
timbul
pada
serangan
awal
adalah
kebutaan
sebelah
mata,
hemiplegia,
Bila sumbatan terjadi pada sistem vertebrobasiler, terjadi episode pusing, diplopia,
kebas, hendaya penglihatan pada kedua lapang pandang dan dysarthria.
Serangan awal tersebut dapat terjadi dalam rentang waktu beberapa menit hingga
beberapa jam, umumnya tidak lebih dari 10 menit.
b.
Stroke trombotik dapat terjadi waktu tidur, pada saat terjaga, pasien
lumpuh pada tengah malam atau pagi. Pasien dapat bangkit dari tempat tidur,
lalu terjatuh dan tidak berdaya.
c.
Trombosis arterial biasanya tidak disertai nyeri kepala. Bila ada, lokasi nyeri
berhubungan dengan lokasi sumbatan arteri. Intensitas nyeri tidak parah dan lebih
regional dibandingkan dengan perdarahan intraserebral maupun perdarahan
subarachnoid.
Infark Embolik
Stroke dapat ditimbulkan oleh emboli yang bersumber dari trombus di jantung.
Trombus yang terlepas akan terbawa oleh aliran pembuluh darah sampai pada percabangan
arteri yang terlalu kecil untuk dilewati.
Emboli yang berasal dari jantung dapat disebabkan oleh:
Fibrilasi atrial dan aritmia lainnya (dengan penyakit jantung rematik, atherosklerotik,
hipertensi, kongenital aupun sifilis)
Penyakit jantung tanpa aritmia maupun trombus mural (stenosis mitral, miokarditis)
Emboli paradoks dengan penyakit jantung kongenital (cont: patent foramen ovale)
Myxoma
Trombosis pada panggul dan ekstremitas bawah pada right-to-left cardiac shunt
Gejala Klinis
Dari seluruh jenis stroke, kardioemboli merupakan jenis yang berkembang paling
cepat. Biasanya timbul pada saat beraktivitas, dan timbul mendadak, seperti saat di
kamar mandi.
Infark Lakuner
Stroke ini mempunyai kumpulan gejala klinis yang jelas dengan daerah kecil yang
mengalami iskemia dan terbatas pada daerah pembuluh darah tunggal yaitu pembuluh darah
yang berpenetrasi ke otak yang menembus kapsula interna, basal ganglia, thalamus, korona
radiata, dan daerah paramedian dari batang otak.
Stroke lakuner biasanya berhubungan dengan kombinasi antara hipertensi,
atherosklerosis dengan diabetes melitus.
Stroke lakuner dapat didiagnosa hanya melalui karakteristik gejala klinisnya yaitu
hemiparesis motorik murni, sindrom sensorik murni, clumsy hand, dysarthria, hemiparesis
dengan ataksia, sindrom sensorimotor.
2. STROKE PERDARAHAN
A.
Merupakan 10% dari seluruh kasus yang ada. Perdarahan intraserebri ditandai oleh
adaya perdarahan ke dalam parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans yang merupakan
cabang dari pembuluh darah superficial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang
di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Atherosklerosis yang terjadi dengan
meningkatnya usia dan adanya hipertensi kronik, maka sepanjang arteri penetrans ini terjadi
aneurisma kecil kecil (mikroaneurisma) dengan diameter sekitar 1 mm disebut aneurismas
Charcot-Bouchard. Pada suatu saat aneurisma ini dapat pecah oleh tekanan darah yang
meningkat sehingga terjadilan perdarahan ke dalam parenkim otak. Darah ini mendorong
struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau ke
ruangan subaraknoid yang akan bercampur dengan cairan serebrospinal dan merangsang
meningens.
Onset perdarahan intraserebri sangat mendadak, seringkali terjadi saat beraktivitas
dan disertai nyeri kepala berat, muntah dan penurunan kesadaran, kadang-kadang juga
disertai kejang. Distribusi umur biasanya pada usia pertengahan sampai tua dan lebih sering
dijumpai pada laki-laki. Hipertensi memegang peranan penting sebagai penyebab lemahnya
dinding pembuluh darah dan pembentukan mikroaneurisma. Pada pasien nonhipertensi usia
lanjut, penyebab utama terjadinya perdarahan intraserebri adalah amiloid angiopathy.
Penyebab lainnya dapat berupa aneurisma, AVM, angiopati kavernosa, diskrasia darah, terapi
antikoagulan, kokain, amfetamin, alkohol dan tumor otak. Dari hasil anamnesa tidak
dijumpai adanya riwayat TIA.
Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons, serebelum
dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas hingga mengenai kapsula
interna dan kadang-kadang rupture ke dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui system
ventrikuler ke dalam rongga subarachnoid. Adanya Perluasan intraventrikuler sering
berakibat fatal. Perdarahan pada lobus hemisfer serebri atau serebelum biasanya terbatas
dalam parenkim otak.
Apabila pasien dengan perdarahan intraserebri dapat bertahan hidup, adanya darah
dan jaringan nekrotik otak akan dibersihkan oleh fagosit. Jaringan otak yang telah rusak
sebagian digantikan oleh jaringan ikat dan pembuluh darah baru, yang meninggalkan rongga
kecil yang terisi cairan.
sangat mendadak dan disertai nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran dan muntah.
Distribusi umur penderita ini umumnya terjadi pada usia muda dan lebih banyak pada wanita.
Pada 10-15% kasus penyebabnya tidak diketahui, Umumnya akibat rupture
aneurisma, kadang-kadang juga karena pecahnya malformasi arterivenosa, dan terapi
antikoagulan. Aneurisma biasanya berlokasi di sirkulus Willisi dan percabangannya. Bila
aneurisma pecah, darah segera mengisi ruang subarakhnoid atau merembes ke dalam
parenkim otak yang letaknya berdekatan.
Gejala klinis perdarahan subarachnoid berupa sakit kepala kronik akibat penekanan
aneurisma yang besar terhadap organ sekitar, akibat pecahnya aneurisma mendadak dirasakan
sakit kepala hebat, muntah dan penurunan kesadaran. Biasanya ditemukan rangsang
meningen positif berupa kaku kuduk akibat darah dalam likuor dan Kernigs sign, Perdarahan
subhialoid pada funduskopi, CSS gross hemorrhagic pada pungsi lumbal dan CT scan
menunjukkan adanya darah dalam rongga subarachnoid. Komplikasi berupa vasospasme
dapat terjadi > 48 jam setelah onset dengan akibat terjadinya infark otak dan deficit
neurologik fokal. Perdarahan ulang kadang-kadang terjadi dalam beberapa mingu setelah
kejadian pertama. Angka kematian cukup tinggi 30-70% dan tergantung beratnya penyakit
pada saat pertama kali muncul.
FAKTOR RESIKO STROKE
Yang tidak dapat diubah
1. Umur
Umur 50 tahun : 2 x resiko stroke
2. Sex terutama
3. Bangsa
Mild
: 140-159/90-99 mmHg
Severe
: 180-209/110-109 mmHg
Pengukuran ini sangat penting, jumlah kontraksi jantung yang dihitung dibandingkan
dengan Nadi yang di ukur. Pulsus defisit terjadi jika Perbedaan heart rate dan nadi 20 x/mnt.
Pulsus derfisit dapat ditemukan pada artrial fibrilasi yang kemungkinan menjadi pencetus
stroke.
5.Pernafasan
6. Suhu
7. Turgor dan gizi
Berperan dalam menentukan keadaan fisik dari pasien apakah termasuk golongan
obesitas (faktor resiko minor), dan turgor apakah pada pasien tersebut terjadi dehidrasi atau
tidak .
STATUS INTERNA YANG PENTING
1. Kepala
Apakah terdapat sianosis pada wajah dan lidah
Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan diastolik)-(3 x
atheroma) 12
Nilai SSS
Diagnosa
>1
Perdarahan otak
< -1
Infark otak
-1 < SSS < 1
Diagnosa meragukan (Gunakan kurva atau CT Scan)
Penurunan Kesadaran
Nyeri Kepala
Refleks Babinski
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
CT scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan stroke infark
dengan stroke perdarahan.
Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah didapatkan
gambaran hipodense sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran
hiperdens.
2.
Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat
sensitif).
3.
Pemeriksaan Angiografi.
emeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau
vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada
pembuluh darah
4.
atau berwarna
kekuningan.
Pada PSA didapatkan LCS yang gross hemorragik.
Pada stroke infark tidak didapatkan perdarahan (jernih).
5.
Perbaiki jalan napas termasuk pemasangan pipa orongfaring pada pasien yang tiodak
sadar
Pada pasien hipoksia diberikan suplai oksigen. Intubasi endotracheal tube atau
laryngeal mask airway diperlukan pada pasien dengan hipoksia (pO2 < 60 mmHg atau
pCO2 > 50 mmHg) atau syok atau berisiko untuk terjadi aspirasi
Pada pasien stroke iskemik akut yang non hipoksia tidak memerlukan suplemen
oksigen
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena, hindari cairan hipotonik seperti
glukosa
Optimalisasi tekanan darah dilakukan
Pemantauan jantung harus dilakukan 24 jam pertama setelah awitan serangan
Berikan cairan isotonis seperti NaCl o,9 % dengan tujuan menjaga euvolemi
Kebutuhan cairan 30ml/kgBB/hari. Balans cairan diperhitungj=kan setiap hari
d. Pengelolaan nutrisi
Nutrisi enteral sudah harus diberikan dalam 48 jam,. Dilakukan juka fungsi menelan
B. Penatalaksanaan Khusus
1. Pengedalian Tekanan Darah
Pada penderita dengan tekanan darah diastolic > 140mmHg, maka diperlakukan
sebagai penderita hipertensi emergensi berupa drip kontinyu nikardipin, diltiazem,
nimodipin, dll
Jika TD sistolik >220 mm Hg dan / atau TD diastolic >120mmHg, berikan labetolol
iv selama 1-2 menit. Dosis labetolol dapat diulang atau digandakan setiap 10-20 mnit
sampai tercapai target TD atau sampai dosis kumulatif 300mg. Setelah dosis awal,
diteruskan, dan tekanan darah diturunkan setelah fasa akut (7-10 hari)
Batas penurunan TD tidak melebihi 20-25 % dari MABP
Pemberian terapi thrombolitik bertujuan untuk melisiskan thrombus yang menyumbat aliran
darah. Akan tetapi, tidak semua penderita stroke infark dapat diberikan terapi
trombolitik.Penderita harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusif
Kriteria inklusi:
Kriteria eksklusi
Penggunaaan obat anti koagulan oral atau waktu protrombin > 15 detik
Penggunaan heparin dalam 48 jam sebelumnya dan masa tromboplsatin yang
memanjang
Trombosit <100.000/mm
Stroke sebelumnya atau trauma kapitis hebat dalam waktu 3 bulan sebelumnya
Operasi besar dalam waktu 14 hari
TD sistolik > 185 mmHg atau diastolic >110mmHg
Tanda tanda neurologis cepat membaik
Deficit neurologis ringan dan tunggal
Riwayat perdarahan ontrakranial sebelumnya atau perdarahan subarachnoid
GDS <50 mg/dl atau > 400mg?dl
Kejang pada permulaan stroke
Perdarahan GI atau urin dalam 21 hari
Infark miokard baru
Permulaan stroke tidak dapat dipastikan,misalnya setelah bangun tidur
Cara pemberian terapu thrombolitik rt-PA yaitu dengan dosis 0,9g/kgBB (maksimum 90mg),
10 % dari dosis diberikan secara bolus pada menit pertama dan 90% sisanya diberikan secara
infus drip selam 60 menit.
Bila didapatkan komplikasi perdarahan perdarahan pasca-terapi trombolitik, maka dapat
dilakukan langkah-langkah seperti berikut
krioprsipitat
Berikan trombosit 4 unit
CT scan kepala segera
Konsul ahli bedah bila diperlukan dekompresi
3 Terapi Antikoagulan
Digunakan untuk prevensi maupun terapi stroke. Prevensi ditujukan pada penderita pascaTIA atau pasca stroke iskemik yang memiliki risiko tinggio untuk emboli otak berulang yang
terbukti bersumber dari jantung mau[un pembuluh darah besar. Terapi ditujukan untuk
thrombosis vena serebral, DVT, stroke tromboemboli, stroke infark dengan sindrom
hiperkoagulasi. Obat digunakan
Heparin
Low molecular weight heparin
Warfarin
b) Clopidogrel
Efek
samping:
rash,
diare,
netropenia,
iritasi
gastrointestinal,
perdarahan
Efek
samping:
rash,
diare,
netropenia,
iritasi
gastrointestinal,
perdarahan
Dosis dan cara pemberian: aspirin 25mg + Dipiridamol SR 200mg 2 kali sehari
e) Cilostazol
Mekanisme kerja: anti platelet, meningkatkan siklik AMP dengan cara menghambat
aktivitas fosfodiesterase III
Efek samping: palpitasi, infak miokad, unstable angina, sakit kepala, mual, gangguan
fungsi hati, rash.
5. Neuroproktektan
Memperbaiki deficit neurologi yang terjadi.
a. Citicholin
Mekanisme kerja;
Level neuronal: menigkatkan pembentukan choline dan menghambat perusakan
phophatydilcholine
Level vascular: menigkatkan aliran darah otak, menigkatkan konsumsi oksigen,
b. Pirasetam
Mekanisme kerja
Level neuronal: memperbaiki fluiditas membrane sel, memperbaiki neurotransmisi,
REHABILITASI
mengalami kelumpuhan
Terapi bicara dilakukan pada penderita yang mengalami gangguan komunikasi, baik
DAFTAR PUSTAKA
1. NEUROLOGY IN DAILY PRACTICE, BAHAGIAN/UPF ILMU PENYAKIT SRAF
FAKULTAS KEDOKTORAN UNIVERSITAS PADAJADJARAN, RUMAH SAKIT
HASAN SADIKIN
2. HARRISON PRINCIPLES OF INTERNAL MEDICINE, 18TH EDITION
3. MERRITTS NEURIOLOGY, 11TH EDITION
4. Victor, M., Ropper, A. Adams and Victors Principles Of Neurology. 7th Ed. McGraw
Hill. 2001