Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HASIL DIKLAT TEKNIS

GEOLISTRIK UNTUK EKSPLORASI AIR TANAH


BANDUNG, TANGGAL 7 S/D 12 JUNI 2008

I.

PENDAHULUAN
Geolistrik adalah bagian dari rangkaian kegiatan ekesplorasi yang digunakan untuk
menduga atau mendeteksi bawah permukaan/subsurface berdasarkan sifat aliran listrik.
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang bertujuan untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi kondisi geologi bawah permukaan guna mengidentifikasi dan
mendapatkan perkiraan potensi sumberdaya mineral dan air tanah. Ada beberapa macam
metoda geolistrik, antara lain : metoda potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, IP
(Induced Polarization), resistivitas (tahanan jenis) dan lainlain.
Metode geolistrik (tahanan jenis) merupakan metode geofisika yang sangat popular dan
sering digunakan baik dalam survey geologi. Hal ini disebabkan karena metode geolistrik
(tahanan jenis) sangat bagus untuk mengetahui kondisi atau struktur geologi bawah
permukaan berdasarkan variasi tahanan jenis batuannya. Terutama untuk daerah yang
mempunyai kontras tahanan jenis yang cukup jelas terhadap sekitarnya, misalnya untuk
keperluan eksplorasi air tanah, panasbumi (geothermal), arah peyebaran potensi mineral/
bahan galian dan subsurface mapping.
Metode tahanan jenis didasari oleh hukum Ohm, bertujuan mengetahui jenis pelapisan
batuan didasarkan pada distribusi nilai resistivitas pada tiap lapisan. Dengan menginjeksikan
arus melalui dua elektroda arus maka beda potensial yang muncul dapat terukur dari
elektroda potensial. Variasi harga tahanan jenis akan didapatkan jika jarak masing-masing
elektroda diubah, sesuai dengan konfigurasi alat yang dipakai (metode Schlumberger). Pada
metode tahanan jenis diasumsikan bahwa bumi bersifat homogen isotropik, dimana nilai
tahanan jenis yang terukur bukan merupakan harga sebenarnya akan tetapi merupakan nilai
tahanan jenis semu (apparent Resistivity).

II.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud

dan tujuan diklat Geolistrik Untuk Eksplorasi Air Tanah adalah untuk

memberikan kompetensi kepada pegawai pemerintah pusat maupun daerah tentang


pelaksanaan survey geolistrik, serta membuat rekomendasi yang mencakup perumusan dan
pengaturan kegiatan eksplorasi geofisika dalam idetifikasi sumber daya mineral dan air tanah.
III. SASARAN
Sesaran yang akan dicapai dengan dilaknakan diklat geolistrik ini adalah pegawai
pemeritah pusat maupun daerah dapat terampil, memahami dan terlatih dalam melakukan
kegiatan survey geolistrik. Serta diharapkan terpenuhinya tenaga teknis dalam hal eksplorasi
geofisika yang mana dapat dimanfaatkan sebagai sarana peningkatan kinerja lembaga dan
peningkatan pelayanan pengusahaan pertambangan daerah.
DIKLAT GEOLISTRIK

IV. RUANG LINGKUP


Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas maka ruang lingkup materi yang
diberikan meliputi : Dasar Teori Metode Geolistrik, Teknik Pengukuran Geolistrik, Pengelolaan
Data Geolistrik Resistivitas, Penyajian Data Geolistrik Resistivitas, Praktek Kerja Lapangan
(PKL).
V.

MATERI PEMBELAJARAN
Sesuai dengan maksud dan tujuan Diklat Geolistrik maka materi pelatihan yang diberikan
dan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Dasar Teori Metode Geolistrik
Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi tiga macam,
yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik.
a. Konduksi secara elektronik
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga
arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas tersebut. Aliran
listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang di
lewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan
jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik.
Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut
menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Resistivitas memiliki pengertian yang
berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak hanya bergantung pada
bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut, sedangkan
resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri. 2
Jika di tinjau suatu silinder dengan panjang L, luas penampang A, dan resistansi R, maka
dapat di rumuskan:

V1

V2

L
A

L
Rumus dapat di artikan jika panjang silinder konduktor (L) dinaikkan, maka resistansi akan
meningkat, dan apabila diameter silinder konduktor diturunkan yang berarti luas penampang
(A) berkurang maka resistansi juga meningkat. Di mana adalah resistivitas (tahanan jenis)
dalam m. Sedangkan menurut hukum Ohm, resistivitas R dirumuskan :

V
I

sehingga

VA
IL

b. Konduksi secara elektrolitik


Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas yang
sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya bersifat porus dan memiliki poripori yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi
DIKLAT GEOLISTRIK

konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air.
Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan poriporinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah
banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan
berkurang.
c. Konduksi secara dielektrik
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik,
artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama
sekali. Elektron dalam batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya
pengaruh medan listrik di luar, sehingga terjadi poliarisasi. Peristiwa ini tergantung pada
konduksi dielektrik batuan yang bersangkutan, contoh : mika.
2. Teknik Pengukuran Geolistrik
Asumsikan bumi homogen, yang memiliki resistivitas yang seragam ( ). Misalkan
kemudian diinjeksikan arus +I pada titik C 1, yang akan mengalir secara radial setengah bola di
dalam bumi. Sehingga equipotensial di belahan tadi akan dipusatkan di titik C 1 (gambar.1.).

Gambar.1. Penampang vertikal ketika arus


diinjeksikan pada permukaan yang
seragam

Jika mengunakan rumus resitivitas diantara daerah antara dua belahan titik yang konsentris
pada jarak r dan r+dr, maka potensial diantara jarak belahan bumi adalah:
V

I
2r

Jika ada dua elektroda arus dipermukaan sumber +I di titik C1 dan I dititik C2 (gambar 2.)
maka jumlah distribusi potensial dari kombinasi sumber masukan ditemukan disetiap tempat.
Potensial titik P1 diberikan :
V1

DIKLAT GEOLISTRIK

I
2

1
1

C
P
C
2 P2
1 1

Gambar.2. Suatu rencana penelitian pada permukaan bumi ditunjukkan


oleh empat buah elektroda.

Dari konfigurasi elektroda tersebut diatas dan persamaan

V
sebagai resistansi P1 dan P2
I

maka didapatkan faktor geometri (K) yang besarnya tergantung pada konfigurasi elektroda.
Konfigurasi elektroda dengan faktor geometri yang banyak dipakai dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :

KONFIGURASI SCHLUMBERGER

KONFIGURASI WENNER

M O N

b b

s
faktor geometri (K) = 2 a

faktor geometri (K) = (s2-b2) / 2b atau K s2 / 2b

(bila s>>b)

KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE


na
A

N
a

faktor geometri (K) = n(n+1)(n+2)a

KONFIGURASI POLE DIPOLE


na
A

B
a
faktor geometri (K) = 2n(n+1) a

KONFIGURASI POLE POLE


A

faktor geometri (K) = K = 2 a

DIKLAT GEOLISTRIK

3. Pengelolaan Data Geolistrik Resistivitas


Langkah perhitungan resistivity tergolong sangat mudah. Untuk survey metode geolistrik
ini data yang telah diperoleh adalah V,I dan a dimana I adalah arus listrik, V merupakan
tegangan (voltase), sedangkan a adalah jarak antara elektroda.
Setelah data-data tersebut kita dapatkan maka selanjutnya kita tinggal menggunakan
hubungan antara K dengan a dan . Kemudian setelah kita ketahui nilai K, yaitu untuk metode
Wenner sebesar k=2a, maka kita dapat menentukan nilai a (rho apparent), yaitu

a = k V/I,

dengan nilai rho apparent tersebut pada kedalaman dip 45 0 dari titik tengah pasangan
elektroda yang merupakan nilai rata-rata ditempat tersebut.
Metode pengolahan data geolistrik dapat dilakukan secara manual (curva matching) dan
digital dengan mengunakan free software (IP2Win) yang dapat di download di internet.
Pengolahan data-data resistivity bertujuan untuk mendapatkan a (rho apparent). Oleh karena
itu di dalam langkah interpretasi diperlukan pengetahuan geologi, baik struktur maupun proses
sedimentasi untuk dapat mengetahui jenis batuan penyusunnya. Tabel dibawah ini
memberikan ringkasan harga konversi tahanan jenis beberapa medium penyusun kerak bumi.
Jangkauan harga resistivitas memang tumpang tindih, oleh karena itu informasi geologi sangat
diperlukan untuk memperkuat hasil interpretasi.

Tabel tahanan jenis berbagai contoh batuan dan fluida


Material
Bumi

Jangkauan(Ohm-m)
Resistivitas Semu

Logam
-8

Tembaga
Emas
Perak
Gafit
Besi
Nikel
Timah
Batuan
Kristalin
Granit
Diorit
Gabro
Andesit
Basalt
Sekis
Gneiss

1.7 x 10
2.4 x 10-8
1.6 x 10-8
10-3
10-7
7.8 x 10-8
1.1 x 10-8
102-106
104-105
103-106
102-104
10 -107
10 -104
104-106

Material Bumi
Batuan Sedimen
Batu lempung
Batu pasir
Batu gamping
Dolomit
Sedimen Lepas
Pasir
Lempung
Air Tanah
Air sumur
Air payau
Air laut
Air Asin (garam)

Jangkauan(Ohm-m)
Resistivitas Semu

10 -103
1 -108
50 -107
102-104
1 -103
1 -102
0.1-103
0.3-1
0.2
0.05-0.2

4. Penyajian Data Geolistrik Resistivitas


Setelah didapat interpretasi data Vertical Electrical Sounding (VES) pada stasiun
pengukuran, kemudian dilakukan korelasi (program Winsey 6.0) antara stasiun pengukuran
sehingga didapatkan Geoelectrical Profile.(gambar.3). Data-data rho-apparent (p) yang
didapat dari Geoelectrical Profile kemudian diolah menjadi pola-pola kontur yang disebut

Peusedeusetion. Kemudian Peusedeusetion dapat menginterpretasikan keadaan dibawah


DIKLAT GEOLISTRIK

permukaan bumi (gambar.4). Dari data kontur rho apparent diatas terdapat perbedaan hargaharga resistivitas yang signifikan, Kontras nilai resistivitas di interpretasikan merupakan litologi
yang berbeda.

Gambar.3. Geoelectrical Profile dari 2 titik pengukuran dengan


mengunakan program Winsey. 6.0)

3 6
3 4

-5

3 2
3 0

-1 0

2 8
2 6
2 4

-1 5

2 2
2 0

-2 0

1 8

K e d a la m a n (m )

1 6
1 4

-2 5

1 2
1 0

-3 0

8
6
4

-3 5

-4 0

-4 5

-5 0

-5 5

-6 0

10

20

30

40

50

J a r a k A n ta r S ta s iu n (m )

Gambar.3. Peusedeusetion dari beberapa Geoelectrical Profile


yang diolah dengan program Surfer

5. Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk melihat secara langsung proses pada
PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro). Laboraturium ini juga digunakan untuk
pengujian turbin untuk sistem pembangkit PLTMH. Laboraturium ini terdapat 4 unit
instalasi yang meliputi :

DIKLAT GEOLISTRIK

VI. NARA SUMBER / PENYAJI


Nara sumber/widyaswara yang mengapu materi pada Diklat Geolistrik adalah sebagai
berikut :
1.

Survai Potensi Desa.


Oleh : Ir. Yani Bapang Samirana.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

2.

Teori Dasar Listrik.


Oleh : R. Waluyo Jati Soemowidagdo, ST
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

3.

Dasar Hukum.
Oleh : Ir. Merdeka Sebayan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

4.

Pembangkit Listri Tenaga Disel (PLTD)


Oleh : Hendro Kristanto, ST
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia

5.

Pembangkit Listyrik Tenaga Surya (PLTS)


Oleh : Ir. Zulkarnaen Nasution.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

6.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)


Oleh : A. Patar Simanjuntak, ST
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

7.

Sistem Distribusi dan Strategi Pemgembang Lisdes


Oleh : Ir. JM. Sihombing
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

8.

Tarif Listrik Sistem Pembangkit Terisolir


Oleh : Ir. Merdeka Sebayan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.

9.

Kujungan Lapangan ke Laboraturium Tenaga Air Mini ( Litbang Ketenagalistrikan PT.


PLN )

DIKLAT GEOLISTRIK

Oleh : Ir. JM. Sihombing


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
VII. PESERTA PELATIHAN
Diklat Pengembangan Masyarakat di Wilayah Pertambangan, diikuti oleh 18
(Delapan Belas ) peserta yang berasal dari berbagai instansi, antara lain dari :
1. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Tengah (1 org).
2. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten (2 org).
3. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat (1 org).
4. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimatan Barat (1 org).
5. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Papua Barat (1 org).
6. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kep. Bangka Belitung (1 org).
7. Badan Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi Kab. Muko-muko ( 1 org )
8. Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Bintan (1 org).
9. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Halmahera (1 org).
10. Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Kolaka (1 org).
11. Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Rokan Hulu (1 org).
12. Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Kertanegara ( 1 org )
13. Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Pandeglang ( 1 org ).
14. Dinas Pengolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan Kab. Cianjur (1 org).
15. Dinas Perindagkoptam Kab. Kulon Progo ( 1 org )
16. Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Tanah Bumbu ( 1 org )
17. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Tomohon (1 org).
VIII. PENYELENGGARA PELATIHAN
Diklat Pengembangan Listrik Perdesaan Angkatan II Tahun 2007 diselenggarakan
oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan, Badan
Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral Republik Indonesia.
IX. TEMPAT DAN WAKTU PELATIHAN
Diklat Pengembangan Listrik Perdesaan Angkatan II Tahun 2007 dilaksanakan di
Wisma Hijau Kampus Diklat Bina Swadaya, Jl. Raya Bogor Km.30 Mekarsari Cimanggis
Depok selama 6 (enam) hari dari tanggal 9 Mei s/d 14 Juli 2007.
X.

SERTIFIKAT
Peserta yang telah mengikuti seluruh kegiatan Diklat Pengembangan Listrik Perdesaan
Angkatan II Tahun 2007 memperoleh Sertifikat sebagai tanda telah mengikuti diklat..

XI. KESIMPULAN
DIKLAT GEOLISTRIK

Dari hasil Diklat Pengembangan Listrik Perdesaan Angkatan II Tahun 2007, dapat kami
simpulkan sebagai berikut:
a.

Diklat diikuti oleh 18 peserta yang berasal dari berbagai instansi pemerintah yang
menangani sektor ketenagalistrikan.

b.

Program pengembangan listrik perdesaan sangat tergantung pada pemahaman aparat


pemerintah daerah sebagai regulator terhadap pereturan peruindangan mengenai
ketenaga listrikan, dimana saat ini yang menjadi pegaangan untuk pengembangan
listrik perdesaan adalah PP No. 3 tahun 2003.

c.

Pengembangan listrik pedesaan harus direncanakan dengan melibatkan instansi terkait


di tingakt daerah ( Dinas Pertambangan dan Energi, Cabang PT. PLN, Dinas
Pengairan, dll) termasuk masyarakat setempat sebagai pengelola dan konsumen.

d.

Penetuan desa yang akan dikembangkan listrik pedesaan harus melihat potensi yang
memungkinkan untuk dikembangkan sebagai pembangkit listrik perdesaan.

e.

Dalam pengembangan listrik perdesaan peran aktif masyarakat sangat diperlukan


dalam rangka menumbuhkan rasa memiliki sehingga keberlangsungan program
kelistrikan dapat dipertahankan.

XII. SARAN - SARAN


Dari hasil Diklat Pengembangan Listrik Perdesaan Angkatan II Tahun 2007 yang telah
dilaksanakan dapat kami sarankan, sebagai berikut :
a.

Agar program pengembangan listrik perdesaan dapat berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan makan perlu perencanaan yang melibatkan seluruh sektor/indtansi
terkait PEMDA serta peran aktif masyarakat.

b.

Pengambangan listrik pedesaan disarankan pada tahap pengelolaan dan pemeliharan


dikelola oleh masyarakat setempat dengan membentuk koperasi atau BUMD ( Badan
Usaha Milik Daerah ) yang ketentuanya diatur dalam PP No. 3 Tahun 2003 tentang
Ketenagalistrikan.

c.

Pemilihan desa yang akan menjadi program listrik pedesaan harus memprioritaskan
potensi pembangkit yang biaya pengoperasian dan pemeriharaan tidak terlalu tinggi
dan ramah lingkungan seperti PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) atau
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)

Demikian laporan kami untuk menjadikan periksa.

Pati,

Juli 2007

Peserta Diklat

Yohanes Pambudi hadi, ST


NIP. 500 131 729
DIKLAT GEOLISTRIK

DIKLAT GEOLISTRIK

10

LAPORAN HASIL DIKLAT


PENGEMBANGAN LISTRIK PERDESAAN
ANGKATAN II

Oleh :
YOHANES PAMBUDI HADI, ST.
NIP. 500 131 729

DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI


PROVINSI JAWA TENGAH
2007

Anda mungkin juga menyukai