Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TETAP SATUAN OPERASI II

EVAPORATOR II

DISUSUN OLEH :
GROUP : 1 / 4KD
NAMA

INSTRUKTUR

:
Ade Lestari A

( 061430401243 )

Febra Muzdalifah

( 061430401248 )

M. Andika Mandala Putra

( 061430401252 )

Nurul Fadilah

( 061430401261 )

Iis Meilinda Sari

( 061430401991 )

Sebrina Fitriani

( 061430401994 )

Yuniar Rachmawati

( 061430401996 )

Putri InggitIstiqomah

( 061330401064 )

:Ir. Jaksen M. Amin, M.Si.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
2016

EVAPORATOR
I.
II.

Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja evaporator
Mahasiswa dapat mengoperasikan alat evaporasi
Alat dan Bahan yang digunakan
- Alat yang digunakan
1 set alat evaporator
Labu Ukur
Gelas Ukur
Piknometer
Viskometer
- Bahan yang digunakan
Gula
Aquadest
III.
Dasar Teori
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga

didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari
evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang
tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses
evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam
evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat viskos,
dan bukan zat padat. Begitu pula, evaporasi berbeda dengan distilasi, karena disini
uapnya biasanya komponen tunggal, dan walaupun uap itu merupakan campuran,
dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk memisahkannya menjadi fraksifraksi. Biasanya dalam evaporasi, zat cair pekat itulah yang merupakan produk yang
berharga dan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang.
Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung:
1. Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di permukaan
tanah. Nilai ini tergantung dari tenaga yang tersimpan.
2. Vertikal vapour transfers, yaitu perpindahan lapisan yang kenyang dengan
uap air dari interface ke uap (atmosfer bebas).
Faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan evaporasi antara lain:
1. Temperature steam, disesuaikan bahan yang akan dievaporasi karena bahan
yang tidak tahan suhu yang tinggi tentunya akan membentuk kerak pada

kolom evaporator sehingga akan mempengaruhi perpindahan panas dari


steam ke bahan tersebut.
2. Tekanan operasi, mempengaruhi proses penguapan pelarut disamping
temperature.
3. Laju alir umpan, bila laju alir umpan terlalu kecil proses kurang effisien dan
juga bila terlalu besar, sehingga untuk suatu proses laju alir umpan
diusahakan adalah laju yang dapatmenghasilkan proses yang optimal.
4. Sifat fisik dan kimia umpan.
5. Luas permukaan kontak antara umpan dan media pemanas (panjang dan
jumlah tube).
6. Laju alir steam
7. Laju air pendingin (kondensor)
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari
tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan
mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu
dimasukkan ke dalam kondenser (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke
peralatan lainnya. Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat
berupa padatan atau larutan berkonsentrasi. Larutan yang sudah dievaporasi bisa
saja terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah menguap). Evaporator
biasanya digunakan dalam industri kimia dan industri makanan. Pada industri
kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari
proses pemurnian) dalam evaporator. Evaporator mengubah air menjadi uap,
menyisakan residu mineral di dalam evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air
yang sudah dihilangkan garamnya. Pada sistem pendinginan, efek pendinginan
diperoleh dari penyerapan panas oleh cairan pendingin yang menguap dengan
cepat (penguapan membutuhkan energi panas). Evaporator juga digunakan untuk
memproduksi air minum, memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain.
A. Proses Evaporator

Evaporator adalah alat untuk mengevaporasi larutan sehingga prinsip


kerjanya merupakan prinsip kerja atau cara kerja dari evaporasi itu sendiri.
Prinsip kerjanya dengan penambahan kalor atau panas untuk memekatkan suatu
larutan yang terdiri dari zat terlarut yang memiliki titik didih tinggi dan zat
pelarut yang memiliki titik didih lebih rendah sehingga dihasilkan larutan yang
lebih pekat serta memiliki konsentrasi yang tinggi.
1. Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat besar
antara zat-zatnya.
2. Titik didih cairan murni dipengaruhi oleh tekanan.
3. Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.
4. Titik didih cairan yang mengandung zat tidak mudah menguap (misalnya:
gula)akan tergantung tekanan dan kadar zattersebut.
5. Beda titik didih larutan dan titik didih cairan murni disebut Kenaikan titik
didih (boiling)
Proses evaporasi dengan skala komersial di dalam industri kimia
dilakukan dengan peralatan yang namanya evaporator. Ada empat komponen
dasar yang dibutuhkan dalam evaporasi yaitu:
1. Evaporator
2. kondensorsalah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger) yang
berfungsi untuk mengkondensasikan fluida
3. injeksi uap: salah satu metode perolehan minyak lebih lanjut/Enhanced Oil
Recovery (EOR) dengan memasukkan uap kedalam sumur minyak dengan
tujuan dapat memproduksi minyak pada sumur yang sudah tidak memiliki
tenaga pendorong dan tidak dapat diangkat menggunakan primary dan
secondary recovery lagi, dan
4. perangkap uap: evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari
pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang
konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya
hanya terdiri dari satu komponen, dan jika uapnya berupa campuran umumnya
tidak diadakan usaha untuk memisahkan komponen-komponennya.
B. Jenis-jenis Evaporator

Evaporator dibagi menjadi tiga jenis yaitu:


1. Submerged combustion evaporator adalah evaporator yang dipanaskan oleh
api yang menyala di bawah permukaan cairan, dimana gas yang panas
bergelembung melewati cairan.
2. Direct fired evaporator adalah evaporator dengan pengapian langsung dimana
api dan pembakaran gas dipisahkan dari cairan mendidih lewat dinding besi
atau permukaan untuk memanaskan.
3. Steam heated evaporator adalah evaporator dengan pemanasan stem dimana
uap atau uap lain yang dapat dikondensasi adalah sumber panas dimana uap
terkondensasi di satu sisi dari permukaan pemanas dan panas ditranmisi lewat
dinding ke cairan yang mendidih.
Jenis evaporator lainnya yaitu:
1. Horizontal Tube Evaporator
Alat ini merupakan evaporator yang paling klasik dan sederhana.
Evaporator ini banyak digunakan untuk keperluan-keperluan kecil dengan
teknologi sederhana.

Tidak memberikan kondidi untuk terjadinya sirkulasi/aliran cairan,


sehingga koefisien transferpanas rendah yang menjadikan perpindahan

panas tidak efisien.


Pengendapan kerak terjadi di luar pipa, sehingga sulit untuk dibersihkan.
Konstruksi alat harus diusahan sedemikian rupa sehingga bundel pipa

bisa di keluarkan untuk dibersihkan.


2. Basket Evaporator

Sirkulasi/aliran cairan bisa berjalan dengan baik sehingga koefisien


transfer panas akibat konveksi alami (natural convection) besar, menjadi
transfer panas menjadi efisien. Sirkulasi aliran terjadi secara alami
(natural circulation) karena adanya beda rapat massa yang diakibatkan
oleh adanya beda fasa antara cairan yang berada di luar pipa dengan
cairan yang ada di dalam pipa (dalam-pipa< irt-diluar-pipa). Pengendapan kerak

terjadi di dalam pipa, sehingga lebih mudah untuk dibersihkan.


Pengendapan kerak terjadi di dalam pipa, sehingga lebih mudah untuk
dibersihkan.

3. Standard Vertical-Tube Evaporator


Pada alat ini, cairan mengalir dalam pipasedangkan steam pemanas
mengalir dalam shell. Cairan dalam tabung mendidih, uap yang timbul
bergerak ke atas dengan membawa cairan. Sirkulasi aliran dalam pipa
terjadi karena beda rapat massaterjadi karena perbedaan fasa antara fluida
dalam pipa (yaitu: campuran uap-air) dengan yang di luar pipa (cair). Di
atas pipa terdapat ruang uap yang berfungsi untuk memisahkan cairan
dengan uap. Uap akan menuju lubang pengeluaran di atas, sedangkan jatuh
ke bawah melewati saluran besar yang ada di tengah bejana, dan kembali
bersirkulasi masuk pipa-pipa. Konveksi alami (narural convection) berjalan
baik sehingga transfer panas lebih efisien. Kerak dan endapan terbentuk di

dalam pipa, sehingga lebih mudah untuk dibersihkan. Adanya sirkulasi


menyebabkan cairan berkali-kali kontak dengan permukaan pemanas. Hal
ini kurang baik untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap panas,
misalnya: susu, juice dan berbagai dairy product.

4. Long Tube Vertical Evaporator


Untuk memperbesar kecepatan sirkulasi cairan dengan harapan koefisien
perpindahan panas makin tinggi, pipa-pipa transfer panas dibuat lebih
panjang. Aliran cairan, setelah masuk ruang uap untuk dipisahkan dengan
uap yang terbentuk, kembali ke bawah melalui pipa di luar evaporator.
Keuntungan: koefisien transfer panas karena sirkulasi alami (natural
circulation) lebih besar, sehingga transfer panas lebih efisien.
Kerugian: jumlah cairan yang menguap setiap panas sangat besar (karena
pipa panjang) sehingga konsentrasi lokal dimulut pipa bagian atas sangat
tinggi (ingat: cairan dalam evaporator tidak homogen, karena adanya
perbedaan suhu dan konsentrasi padatan lokal). Hal ini dapat menyebabkan
kristalisasi/pembentukan gel pada pipa, sehingga bisa mengganggu sirkulasi
aliran.

Penentuan Besarnya Evaporasi


Besarnya evaporasi dapat ditentukan dengan beberapa sebagai berikut :
1. Perkiraan evaporasi berdasarkan panic evaporasi
Rumus penentuan besarnya evaporasi pada permukaan air bebas adalah :

E permukaan air bebas = C panci

X Evaporasi Panci

Tabel koefisien (c pan) untuk berbagai jenis panyang telah dihitung. (Sumber : rodda
(1954))
PAN
MIN
MEAN
Class A
1,06
1,15
Class A/ 450 spl
1,20
1,31
2. Perkiraan evaporasi dengan menggunakan rumus empiris

MAX
1,22
1,46

a). Cara Aerodinamik, metode ini mempertimbangkan factor yang


mempengaruhi perpindahan uap air dari suatu permukaan.
E0

K . Z ( ew. ea )

Keterangan :
Eo
= Evaporasi muka air bebas
K
= Konstanta empiris (0,35)
Ew
= Tekanan uap jenuh diudara
Ea
= Tekanan uap sesungguhnya
b). Persamaan Rohwer
Dimana : E = 0,484 (1 + 0,6 V ) (ew ea)
V
= Kecepatan angin rata-rata dalam sehari
Ew
= Tekanan uap jenuh diudara
Ea
= Tekanan uap sesungguhnya
KALOR
Kalor adalah suatu bentuk energy yang dapat berpindah atau mengalir
dari benda yang memiliki kelebihan kalor menuju benda yang memiliki
kekurangan kalor. Kalor biasanya digunakan dalam suhu. Satuan kalor didalam
satuan International adalah Joule, satuan kalor lainnya adalah kalori. (kal = 21,2
J dan 1 J = 0,24 kalori)
1. Kalor Sensibel, kalor sensible adalah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu air. Bila kita memanaskan air, secara perlahan suhu air akan
terus naik an pada satu titik akan mendidih.
Q
= m .c (T2 T1 )
2. Kalor Laten, kalor laten adalah kalor yang dibutuhkan untuk mengubah zat
(wujudnya), dan es menjadi air. Dari air menjadi uap dan sebagainya. Bila
iar sudah mencapai titik didihnya lalu dipanaskan terus, suhu air tidak akan
naik melainkan wujudnya berubab.

Dimana :
M
L

=m.L
= massa benda
= kalor lebur rendah

AZAS BLACK
Azas black adalah salah satu prinsip dalam thermoinamika yang di kemukakan oleh
Joseph Black. Joseph Black adalah seorang ilmuan kelahiran di Bordeux, pranas ilmuan
yang juga menekani ilmu kedokteran ilmiah yang menemukan apa yang disebut dengan
azas black. Prinsip azas black ini yang berhubungan dengan kalor Joseph Black
mengamati es dan benda lain yang mencair ketika terkena panas. Ia berpendapat
mencairnya es karena adanya suatu penyerapan kalor dalam es menjai air. Kalor
tersebut akan sama engan kalor berbunyi AZAS BLACK.
Jumlah kalor yang dilepas oleh
materi yang bersuhu lebih tinggi
akan sama dengan jumlah kalor yang
diterima oleh materi yang bersuhu
rendah.
Bila
disederhanakan
menjadi kalor yang dilepas akan
sama dengan kalor yang diterima.

Dari pernyataan tersebut, maka diperoleh rumus Azas Black


Q Lepas

DATA PENGAMATAN
T inlet (0C)
11,1
11,4
16,1
12,86

t (menit)
30
60
90
Rata- rata

T outlet (0C)
18
35,9
53,3
35,73

T boiler (0C)
100
100
100
100

Percobaan 2
t (menit)
0
15
30

T kondensat
Inlet
Outlet
29,6
29,2
29,6

30,3
31,4
45,5

T boiler
(0C)
60
100
100

(gr/ml)
1,0685
1,0609
1,0629

n
1,35012
1,34710
1,35110

45
60

30
30,08

52,8
59,7

Sampel
Umpan
Kondensat
Residu

100
100

m (gr)
3441
496,355
2794,266

1,0690
1,0706

V (ml)
3220,40
500
2610

PERHITUNGAN
a. Densitas
Dik
= m pikno kosong
V pinko

= 36,81 gr
= 24,7806 ml

Umpan
M pikno + umpan

= 63,289 gr

M umpan

= 63,289 gr 36,81 gr = 26,479 gr

26,479 gr
24,7806 ml

= 1,0685 gr/ml

- t = 15 menit
m pikno + residu

= 63,10 gr

m umpan

= 63,10 36,81 gr = 26,29 gr

1,35210
1,35310

(gr/ml)
1,0687
0,99271
1,0706

26,29 gr
24,7806 ml

= 1,0609 gr/ml

- t = 30 menit
m pikno + residu

= 63,15 gr

63,15 gr36,81 gr
24,7806 ml

= 1,0629 gr/ml

- t = 45 menit
m pikno + residu

= 63,30 gr

63,30 gr36,81 gr
24,7806 ml

= 1,069 gr/ml

63,34 gr 36,81 gr
24,7806 ml

= 1,0706 gr/ml

- t = 60 menit

KONDENSAT
m pikno + residu akhir

= 63,41 gr
61,41 gr36,81 gr
24,7806 ml

Menghitung Effisiensi
n

=1

Q2
Q1

x 100 %

= 1 1,88 x 1010 x 100 % = 97,15 %


6,6 X
1011

= 1,99271 gr/ml Q1

PERHITUNGAN
M padatan

= 450 gr

M pelarut

M umpan

= m padatan + m pelarut = 450 gr + 2991 gr = 3441 gr

V umpan

= m/ = 3441 gr / 1,0685 gr/ml = 3220, 40 ml

x v = 0,997 gr/ml X 3000 ml = 2991 gr

x v = 1,0706 gr/ml x 2610 ml = 2794,266 gr

M kondensat =

M akumulasi = m umpan (m residu + m kondensat)


= 3442 gr (2794,266 + 496,355)gr = 150,379 gr
M uap

= m kondensat + m akumulasi
= (496,355 + 150,379) gr = 646,734

V uap

= V kondendart + V akumulasi
= 496,355 ml + 110,4 ml = 606,755 ml

V akumulasi = V umpan ( Vres + Vkond)


= 3220,40 (2610 + 500 ml) = 110,4
B.Menghitunng Q Laten
T=

Tout
5

219,5
5

= 43,9 0C

M uap = 646,734 gr = 1,4260 lb

: Didapatkan dari Appendix > pada buku Unit Operations of Chemical


Engineering dan mc.cabe and smith fifth edition).

= Interpolasi
= y2 y1
( x x1 ) + y
X2 x1

=
Q

1068,11070,9
4540

( 43,9 40 ) + 1070,9 = 1068,716 Btu/lb

=m.
= 1,4260 lb x 1068,716 Btu/lb = 1532,989 Btu
C. Menghitung Q Loss

Q Konduksi
L = 34 cm = 1,1155 ft
D = 11 cm = r = 5,5 cm = 0,1804 ft
x = 2 in = 0,1667 ft
K = 0,0137 Btu/hr ft2 0F/ft pada T boiler = 100 0C = 212 0F (dari buku Q.
Kern)

= 2 r L = 2 (3,14) (0,1804 ft) (1,1155 ft) = 1,2638 ft2


a. t = 0 menit , (Tin = 29,6 0C = 85,28 0F ; Tout = 30,3 0C = 86,54 0F)
K.A
Q = x
. T
= 0,0137 Btu/hr.ft.0F x 1,2638 ft2
(86,5485,28)0F
0,1667 ft
= 0,1308 Btu/hr

b. t = 15 menit , (Tin = 29,2 0C = 84,56 0F ; Tout = 31,4 0C = 88,52 0F)


K.A
Q = x
. T
= 0,0137 Btu/hr.ft.0F x 1,2638 ft2
(88,5284,56)0F
0,1667 ft
= 0,41128 Btu/hr
c. t = 30 menit , (Tin = 29,6 0C = 85,28 0F ; Tout = 45,3 0C = 113,54 0F)
K.A
Q = x
. T
= 0,0137 Btu/hr.ft.0F x 1,2638 ft2
(113,54 85,28)0F
0,1667 ft

= 2,88 Btu/hr
d. t = 45 menit , (Tin = 30,0 0C = 86 0F ; Tout = 52,8 0C = 127,04 0F)
K.A
Q = x
. T
= 0,0137 Btu/hr.ft.0F x 1,2638 ft2
(127,04 - 86)0F
0,1667 ft
= 4,2624 Btu/hr
e. t = 60 menit , (Tin = 30,8 0C = 87,44 0F ; Tout = 59,7 0C = 139,46 0F)
K.A
Q = x
. T
= 0,0137 Btu/hr.ft.0F x 1,2638 ft2
(139,46 87,44)0F
0,1667 ft
= 5,403 Btu/hr

Mencari Q Konveksi
Bilangan Grasshof (Gr)
Dik:
L = 34 cm = 0,34 m
g = 9,8 m/s2
1
=
0
0
Tf = Tf = Tin + Tout = (59,7 + 30,8) C / 2= 45,25 C
= 1/45,25 = 0,022

Tout Tin = (59,7 30,8) 0C = 28,9 0C

= 0,893 x 10-6 m2/s2 (pada T=250C)

Gr = g .

Tout - Tin) L3

= 9,8 m/s2 (0,022) (28,90C) (0,34 m)3


(0,893 x 10-6 m2/s)2
= 3,071 x 1011
BILANGAN PRANDIT
Cp

= 4,2164 kJ/kg.k

(T = 100 0C)

= ,893 x 10-6 m2/s2

(T = 100 0C)

= 0,0137 Btu/hr ft 0F (T = 100 0C)

Pr

Cp .
k

= 4,2164 x 0,893 x 10-6


0,0137

= 2,74 x 10-4
Jadi, arah aliran x

= Gr x Pr
= 3,071 x 1011 x 2,74 x 10-4
= 8,4 x 107

Q konveksi
A = 2 hr L
= 2 (3,4) (0,055 m) (0,34 m)
= 0,1174 m2
Pada t = 0 menit

LAMINAR

h=

0,121

= 0,121

( LT )

0,25

( 30,329,6
)
0,34

0,25

=0,1417 w /m2

.C

Q = h . A. T
= 0,1417 w / m2 C . 0,1174 m2 (30,3 29,66)
= 0,01065 w 3,44121 Btu/whr = 0,0366 Btu/hr
Pada t = 15 menit
h=

0,121

= 0,121

( LT )

0,25

( 31,4 29,2
)
0,34

0,25

=0,193 w/m2

.C

Q = h . A. T
= 0,193 w / m2 C . 0,1174 m2 (31,4 29,2)
= 0,0498 w 3,4121 Btu/w hr= 0,17008Btu/hr
Pada t = 30 menit
h=

0,121

= 0,121

( LT )

0,25

( 45,3 29,6
)
0,34

0,25

=0,3154 w/m2

Q = h . A. T
= 0,3154 w / m2 C . 0,1174 m2 (45,3 29,6)

.C

= 0,5814 w 3,4121 Btu/w hr= 1,984Btu/hr

Pada t = 45 menit
h=

0,121

= 0,121

( LT )

0,25

( 52,830
)
0,34

0,25

=0,3462 w/m2

.C

Q = h . A. T
= 0,3462 w / m2 C . 0,1174 m2 (52,8 30)
= 0,92668 w 3,4121 Btu/w hr= 3,162Btu/hr
Pada t = 60 menit
h=

0,121

= 0,121

( LT )

0,25

( 59,730,8
)
0,34

0,25

=0,3675 w/m2

.C

Q = h . A. T
= 0,3675 w / m2 C . 0,1174 m2 (59,7 30,8)
= 1,2465 w 3,4121 Btu/w hr= 4,2532Btu/hr

Q loss
Q loss = Q kond + Q konv = (0,1308 + 0,0363) Btu/hr = 0,1671 Btu/hr
Pada t 15 menit

Q loss = Q kond + Q konv = (0,41128 + 0,17008) Btu/hr = 0,58136Btu/hr


Pada t 30 menit
Q loss = Q kond + Q konv = (2,88+ 1,984) Btu/hr = 4,864Btu/hr
Pada t 45 menit
Q loss = Q kond + Q konv = (4,2624 + 3,162) Btu/hr = 7,4244Btu/hr
Pada t 60 menit
Q loss = Q kond + Q konv = (5,403 + 4,2532) Btu/hr = 9,6562Btu/hr

Q loss rata-rata
=

0,1671+ 0,58136+4,864+ 7,4244+9,6552


5

= 4,52 Btu/hr

Q in (Cp = didapat dari tabel 2-196 pada buku Perrys halaman 215)
Qin = Q broiler
= Q awal. Cp. T
3 2
6 3
6 3
Cp = 65,964 0,49951 T + 1,942 10 T 3,373 10 T +2,239 10 T Btu / lb

mol 0F

65,9640,49951 T +1,942 10
[ T 23,373 106 T 3+ 2,239 103,4 ]
Q = 3441 gr

212

32

3441

(65,964

0,49951 T 2 1,942103 T 3 3,373 106 T 3 2,239 103,5


+

2
3
4
5
Q

3441

(65,964(180)

0,249755

(43420)

6,47

106 8,4325 107 ( 2,02 109 ) + 4,478 104 ( 4,282 1011 )


Q = 3441 (11873,52) 10969,24 + 3752,6 + 3752,6 1703,365 + 191747960)
Q = 3441 (191750913,5)
11
Q = 6,6 10 Btu/hr

Qout = Qsensibel + Qloss


Qsensibel (Qkondenser) = m air. Cp. T
Tin = 29,84 =85,712
Tout = 43,9 =111,02
Q
10

=
46

3441

(65,964(25,308)
5

0,249755

(4978,8934)
10

(7,4 10 ( 8,4325 10 ) 9,8 10 + 4,478 10 (1,224 10 ))


4

Q = 3441 (1669,417) 1243,5 + 478,78 82,6385 + 5481072)


6

Q = 3441 (5,5 10

6
Q = 1,88 10 Btu/hr

6,47

Q out = (1,88 10

10
= 1,88 10

+ 4,54) Btu/hr
Btu/hr

Grafik waktu terhadap Indeks Bias


1.35
1.35
1.35
1.35
1.35
1.35
1.35
1.35
1.35
1.35
1.34

15

30

45

60

Indeks Bias

Grafik Densitas terhadap Waktu


1.07
1.07
1.07
1.07
1.06
1.06
1.06
1.06
1.06

15

30
Densitas

45

60

Grafik Perbandingan Tin dan Tout terhadap waktu


70
60
50
40
30
20
10
0

15

30
Tin

45
Tout

60

ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan evaporator yang kedua digunakan air sebanyak 3 liter dan gula
450 gr. Pengecekan dilakukan 15 menit sekali sehingga didapat data pas menit ke 15,
30, 45 dan 60. Seperti halnya evaporator yang pertama, juga di catat suhu pada inlet
Ana outlet serta broiler untuk mengetahui pengaruh suhu kerja alat evaporator.
Suhu akan naik dan proses pemekatan zat yang terjadi akan semakin tinggi dan
cepat, dikarenakan evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya sehingga mampu
mempercepat proses evaporasi.
Pada grafik waktu terhadap densitas menunjukkan nilai densitasnaik-turun
kemudian konstan naik. Hal ini disebabkan berat jenis pada t = 0 masih mengandung air
dan gula sehingga menjadi lebih besar. Sedangkan pada t = 15 berat jenis menurun
karena masih bercampur air hingga t = 6- menjadi pekat.
Kemudian pada t kondenser, T outnya tidak stabil karena kondensor yang
digunakan tidak cukup dingin, maka didapat nilai T outnya kecil.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Semakin tinggi suhu, semakin cepat proses penguapan/evaporasi.


Zat yang digunakan air sebanyak 3 liter dan gula sebanyak 450 gr.
Apabila kondenser kurang cukup dingin, maka nilai T outnya pasti akan
menurun.

DAFTAR PUSTAKA
TIM. Jobsheet. Penuntun Praktikum Satuan Operasi II . 2016.
Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang.

http://www. Slideshare.net/evaporasi-praktikum

Anda mungkin juga menyukai