Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. S DENGAN POST PARTUM SPONTAN B + PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)
DIRUANG PAVILIUN MELATI RSUD KABUPATEN JOMBANG

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK MATERNITAS
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Andri Asrianingrum, S. Kep


Anis Setyowati, S. Kep
Anis Kurniah, S. Kep
Ambarwati, S. Kep
Eko Guntur Rudianto, S. Kep
Fahri Anwar, S. Kep

7. Fifi Nur Febriyanti, S. Kep


8. Rizki Nur FI, S. Kep
9. Rohman Budi Waluya, S. Kep
10. Sonny Anggara, S. Kep
11. Yulita Lestari, S. Kep
12. Wiji Lestari, S. Kep

STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas 6-8 minggu (Sinopsis
Obstetric 1998, 115)
Dalam masa nifas terjadi perubahan-perubahan yang dialami ibu dan kita harus
melakukan pemantauan yang tepat pada ibu dan bayi. Apakah perubahan-perubahan yang
terjadi termasuk fisiologis atau partologis, sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang
tepat dan sesuai untuk memberikan asuhan kebidanan.
Adapun yang harus diperiksa pada ibu nifas ialah: keadaan umum, keadaan payudara
dan putingnya, dinding perut, keadaan perineum, kandung kencing, rektum, flour albus.
Keadaan serviks, uterus dan adrexa. Adanya erosi, radang atau kelainan-kelainan. Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan protein uria yang
timbul karena kehamilan.Tidak jarang walaupun pada kehamilan normal bisa saja terkena
pre-eklampsia.Pre-eklampsia bisa saja berlangsung pada saat persalinan.Untuk itu dalam
penanganannya harus lebih hati-hati dan teliti (Sarworo 2005, 244)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini meliputi:
1.2.1 Bagaimana asuhan keperawatan ibu nifas pada Ny. S usia 38 th, P6 a0 1 hari post
partum spontan B dengan PEB di ruang paviliun Melati RSUD Jombang?
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk memenuhi tugas seminar Praktik Klinik Keperawatan Maternitas di RSUD
Kabupaten Jombang
1.3.2 Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data tentang PEB
1.3.3 Mahasiswa mampu melaksanakan interpretasi data dalam asuhan keperawatan
terhadap PEB
1.3.4 Mahasiswa mampu

merumuskan

diagnosa,

mengidentifikasi

masalah

dan

menentukan prioritas masalah PEB


1.3.5 Mahasiswa mampu menentukan pelaksanaan tindakan segera yang dibutuhkan untuk
penatalaksanaan PEB
1.3.6 Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan terhadap PEB
1.3.7 Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan terhadap PEB
1.3.8 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan terhadap PEB

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Nifas


Masa nifas (peurperium) adalah pulihnya kembali mulai dari partus atau persalinan
selesai sampai alat alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya 6 8 minggu.
(Sinopsis Obstetri,1998:115)
2.2 Periode Masa Nifas
1. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan jalan
2. Puerperium intermedial
Yaitu Kepulihan menyeluruh alatalat genetalia yang lamanya 68 minggu
3. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk putih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
(Sinopsis Obstetri,1998:115)
2.3 Inovasi Alat-Alat Kandungan
1. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil.

TFU dan berat uterus menurut masa involusi


Involusi
Bayi lahir

TFU
Setinggi pusat

Berat uterus
1000 gram

Uri lahir

2 jari bawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat symphisis

500 gram

2 minggu

Tidak beruba diatas symphisis

350 gram

6 minggu

Bertambah kecil

50 gram

8 minggu

Sebesar normal

30 gram

2. Bekas Implantasi Uri


Placenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kovum uteri dengan diameter
7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya
pulih.
3. Perubahan pembuluh darah
Pembuluh darah yang besar menjadi mengecil dalam nifas karena setelah persalinan
sudah tidak dibutuhkan lagi peredaran darah yang banyak.
4. Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari pinggir tidak
rata tapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Vagina yang sangat di regang
waktu persalinan lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke-3 post
partum rugae mulai nampak kembali.

5. Dinding perut dan peritoneum


Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya
pulih kembali dalam 6 minggu
6. Saluran kencing

Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. kadang-kadang


oedema dari trgonum, menimbulkan obstruksi dari urethra sehingga terjadi retensia urine
kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga
kandung kencing penuh atau sesudah masih tinggal urine residual. Sisa urine ini
memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi akan normal kembali dalam waktu 2 mingu.
7. Laktasi
Keadaan buah dada pada 2 hari sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini
buah dada belum mengandung suatu. Melainkan colos trum, yaitu cara yang berwarna
kuning.
8. Luka-luka
Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari
9. Rasa sakit
Yang disebut after pains (merica atau mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya
berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat
anti sakit dan anti mules.

10. Lochea
Adalah cairan secret yang berasal dari lovum uteri dan vagina dalam masa nifas
a. Lochea Rubra (cruenta)

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik, caseosa
lanugo dan meconium selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan
d. Lochea alba
Cairan putih, setelah 2 minggu
e. Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
f. Lochiostosis
Lochea tidak lancar keluarnya
g. Serviks
Setelah persalinan, bentuk servik agak mengaga. Konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat perlukaan kecil, setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui untuk 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya
dapat dilalui 1 jari
h. Ligamen-ligamen
Ligament-ligamen dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,
setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
ratundum menjadi kendor.
(Sinopsis Obstetri,1998:116)

2.4 Perawatan Pasca Persalinan


1. Mobilisasi dini (early mobilization)
Ibu nifas sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur 24-48 jam PP boleh segera miring
ke kanan dan ke kiri setelah 2 jam melahirkan hari ke 2 duduk, ke 3 jalan-jalan.
Keuntungan dari mobilisasi.
a.
b.
c.
d.

Melancarkan pengeluaran lochea. Mengurangi infeksi puerperium


Mempercepat involusi alat kandungan
Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi Asi dan

pengeluaran sisa metabolisme.


2. Rawat gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama sehingga ibu bisa lebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan Asi sehingga kelancaran pengeluaran
Asi lebih terjamin.
3. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran penderita
b. Keluhan yang terjadi setelah persalinan
4. Pemeriksaan Khusus
a. Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri : TFU, kontraksi uterus
c. Payudara : putting susu, pembengkakan atau stowing ASI pengeluaran ASI
d. Pertun lochea : lochea rubra, lochea sanguilenta
e. Luka jahitan apisiotomi : apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda tanda infeksi
(kolor, dolor, fungsiolesa dan pernanahan)
5. Pemulangan parturien dan pengawasan ikatan
Parturien dengan persalinan berjalan lancar dan spontan dapat dipulangkan setelah
mencapai keadaan baik dan tidak ada keluhan. Parturien dipulangkan setelah 2-3 hari
dirawat.
1) Nasehat yang perlu diberikan saat pemulangan:
a. Diet: makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori

b. Miksi: hendak-hendak dapat dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung kemih


penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi
c. Defekasi: buang air harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan
d. Perawatan payudara: dimulai sejak hamil supaya putting susu lemas, tidak keras
dan kering sebagai perscapan menyusui bayinya.
e. Laktasi: bila bayi mulai disusui, isapan putting susu merupakan rangsangan psikis
yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise
produksi Asi akan > banyak.
f. Kebersihan diri
g. Istirahat
h. Latihan

2) Nasihat untuk ibu postnatal:


a.
b.
c.
d.
e.

Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan


Sebaiknya bayi disusui
Kerjakan gymnastic sehabis bersalin
Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan kb
Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi

2.5 Konsep Dasar Pre Eklamsi Berat


2.5.1 Definisi
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam
Muctar, 1998 ).
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan (Ilmu Kebidanan : 2005).

Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan


timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau disertai
udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009).
2.5.2 Dasar Diagnosis Pre Eklamsia
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklamsia berat sebagaimana
tercantum dibawah ini. Preeklamsia digolongkan preeklamsia berat bila ditemukan
satu atau lebih gejala sebagai berikut
a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit
b.
c.
d.
e.

dan sudah menjalani tirah baring


Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif
Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24 jam
Kenaikan kadar kreatinin plasma.
Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan

pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrum atau nyeri pada kuadaran kanan atas abdomen ( akibat
teregangnya kapsula Glisson)
g. Edema paru-paru dan sianosis.
h. Hemolisis mikroangiopatik.
i. Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm atau penurunan trombosit dengan
cepat
j. Gangguan fungsi hepar ( kerusakan hepatoselular ): peningkatan kadar alanin dan
aspartate aminotransferase
k. Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
l. Sindrom HELLP.
( Ilmu Kebidanan, 2009:544-545)
2.5.3 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya.

Oleh karena itu disebut penyakit teori namun belum ada memberikan jawaban yang
memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :
a. Spasmus arteriola
b. Retensi Na dan air
c. Koagulasi intravaskuler
Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,
akan tetapi vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai
eklampsia (Obstetri Patologi : 1984)
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang
bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak
faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang
ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang sebab mana yang akibat. (Ilmu
Kebidanan : 2005).
2.5.4 Patofisologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui
oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,
maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat

disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus


(Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia (Cunniangham,2003).
Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon
terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin,tromboxan) yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet.

Penumpukan trombus dan

perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala
dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju
filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler
menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput
dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim
(Michael,2005).
2.5.5 Tanda dan gejala pre eklamsia berat :
Pre eklamsia disebut berat, kalau :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Tekanan darah ibu / 110 mmHg


Oligovria, kurang dari 400 cc/24 jam
Protenuma lebih dark 3 gelas/liter
Keluhan subyektif
Nyeri epigastrum
Gangguan penglihatan
Nyeri kepala
Edema paru dan sianosis

i. Gangguan kesadaran
2.5.6 Manifestasi Klinis
Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala, yaitu:
a. Edema
b. Hipertensi
c. Proteinuria
Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.
Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan
muka. Tekanan darah 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30
menit. Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut
dicurigai sebagai bakat preeklamsia. Proteiuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l
dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau
kadar protein 1 g/l dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi
tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
2.5.7 Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda
dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita
perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor
predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia
tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan
pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasannya yang baik pada
wanita hamil. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan

sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet
tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan
yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera
merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang
merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.
2.5.8 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan spesimen urine mid-stream untuk menyingkirkan kemungkinan
infeksi urin.
b. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk
menilai kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.
c. Pemeriksaan retina, untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina.
d. Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan esteriol di dalam plasma
serta

urin

untuk

menilai

faal

unit

fetoplasenta

(Helen

Farier

1999)Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran ventrikel dan


kardiomegali.

2.5.9

Penatalaksanaan
Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi
secara sublingiual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal
pemberian secara oral.
a. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi
cepat dengan cedilanid D
b. Lain-lain:
Konsul bagian penyakit dalam / jantung atau mata

Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rectal lebih 38,5 derajat celcius
dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon
2 cc IM.
Antibiotik diberikan atas indikasi (4) diberikan ampicilin 1 gr/6 jam /IV/hari
c. Pemberian MgSO4:
Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit
kemasan 20% dalam 25 cc laruitan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti segera
4 gr dibokong kiri dan 4 gram dibokong kanan (40 % dalam 10 cc) dengan
jaruim no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc
xylocain 2 % yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM.
Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian
dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana
pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.

d. Syarat syarat pemberian MgSO4:


Tersedia antidotumMgSO4 yaitu calcium gluconas 10% 1 gram (10% dalam
10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
Reflek patella positif kuat
Frekuensi pernafasan lebih 16 kali per menit
Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBb/jam)
e. MgSO4 dihentikan bila
Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks fisiologis
menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya
dapat menyebabkan kematian karena kelumpuhan otot-otot pernafasan karena
ada serum 10 U magnesium pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks
fisiologis menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi
kelumpuhan otot-otot pernafasan dan lebih 15 mEq /liter terjadi kematian
jantung.
Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat:

Hentikan pemberian magnesium sulfat


Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secatra iv

dalam waktu 3 menit


Berikan oksigen
Lakukan pernafasan buatan

BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS PADA NY. N USIA 38 TH,
P6 A0 1 HARI POST PARTUM SPONTAN B DENGAN PEB
DI RUANG PAVILIUN MELATI RSUD JOMBANG

Tanggal Pengkajian

: 11 Januari 2016

Jam

: 10. 45 WIB

Tempat Pengkajian

: Ruang Paviliun Melati

No. Register

: 2124xx

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas pasien
Nama
Agama
Umur
Suku/Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Status perkawinan

: Ny. S
: Islam
: 38 th
: Jawa/Indonesia
: SMP
: Ibu Rumah Tangga
: Jogoroto-Jombang
: Menikah

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama Suami
: Tn. Y
Agama
: Islam
Umur
: 43 th
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jogoroto-Jombang
Hubungan dengan klien : Suami klien
3. Keluhan Utama :

Ibu mengatakan nyeri pada kepalanya bagian kanan. Nyeri terasa saat berdiri, nyeri seperti
ditusuk, skala nyeri 5
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti
( HIV/AIDS, Hepatitis, TBC ). Penyakit menurun seperti ( Hipertensi, ASMA, DM ).
Penyakit berat seperti ( Jantung, Paru-paru, Ginjal ).
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular seperti HIV/AIDS, Hepatitis, TBC.
Penyakit menurun seperti DM, Asma. Penyakit Berat seperti Jantung, Paru-paru, Ginjal.
Tetapi ibu mengatakan pada kehamilan ketiga ibu mempunyai riwayat hipertensi.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang atas rujukan bidan dengan G6P0A0 hamil 40 minggu, dengan hipertensi TD:
210/110 mmHg, urine protein positif 2. Pasien mengatakan perutnya terasa mulas sejak
tanggal 10 Januari 2016 pukul 09.00 wib. Pasien mengatakan keluar lendir darah dari
pervaginam sejak tanggal 10 Januari 2016 pukul 10.00 wib. Lalu di bawa ke RSUD
Jombang dan masuk di ruang bersalin (VK), diruang bersalin pasien mendapatkan tindakan
infus RL+MgSO4. Pada jam 22.30 pasien melahirkan anaknya yang keenam dengan cara
spontan, tidak ada penyulit dalam persalinan,tidak mengalami kecacatan, jenis kelamin
perempuan, BB: 3000 gr, PB : 48 cm, plasenta lahir lengkap. Pada tanggal 11 Januari 2016
pukul 06.00 wib, pasien dipindahkan keruang Melati dengan KU: baik, TD 170/110 mmHg,
sudah terpasang infus RL+MgSO4 20 tpm dan RL+oxytosin 32tpm, setelah itu pada jam
09.30 di pasang DC.
5. Riwayat Obstetric
a. Haid
Menarche
: 14 Tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 6-7 hari

Bau
: khas
Warna
: merah
Volume : 2X ganti pembalut/hari
HPHT
: 27 03 - 15
HPL
: 03 01 16
b. Riwayat pernikahan
Ibu menikah dengan suami saat usia 19 tahun dan suami berumur 24 tahun usia
pernikahan 19 tahun denga n status pernikahan syah.
c. Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Hamil
ke-

Persalinan

Nifas

Tgl
lahir

umur
Kehamilan

Jenis
persalinan

Penolong

Jenis
kelamin

BB
lahir

Kmplikasi
ibu

By

18 th

aterm

Spontan

Dukun

Laki-laki

3000gr

II

15 th

Aterm

Spontan

Dukun

Laki-laki

3000
gr

III

11 th

Aterm

Spontan

Dukun

Laki-laki

IV

5 th

Aterm

Spontan

Bidan

3 th

Aterm

Spontan

Hamil ini

1 hari

Aterm

Spontan

Ket
lktasi

kplksi

baik

Bayi
hidup
sehat

Baik

Bayi
hidup
sehat

3000gr

Baik

Bayi
hidup
sehat

Laki-laki

2800gr

Baik

Bayi
hidup
sehat

Bidan

Perempuan

3000gr

Baik

Bayi
hidup
sehat

Bidan/ RS

Perempuan

3000gr

Baik

Bayi
hidup
sehat

d. Kehamilan, persalinan, dan nifas sekarang


P6A0
TM I : Ibu tidak pernah memeriksakan kehamilannya kebidan maupun dokter.
TM II : ANC 1 x di bidan
Dari hasil pemeriksaan didapati bahwa pasien mengalami tekanan darah tinggi dengan
TD: 160/100 mmHg
TM III : ibu tidak pernah memeriksakan kehamilannya namun pada saat akan bersalin,
ibu datang ke bidan, dan oleh bidan dirujuk ke RSUD kudus, karena TD 210/110 mmHg,
protein urine + 2, kaki tidak oedema, kepala pusing.
e. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi

No
1
2
3
4
5
6

waktu
pasang
tahun 1996
tahun 1998
tahun 2002
tahun 2008
tahun 2010
tahun 2016

jenis
alkon
Pil
Pil
Pil
Suntik
tidak kb
-

efek samping
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
-

lama
penggunaan
2,5 tahun
3,5 tahun
5,5 tahun
1,5 tahun
-

alasan lepas
ingin punya anak
ingin punya anak
ingin punya anak
ingin punya anak
-

f. Pola kebutuhan sehari-hari


1) Nutrisi
Selama hamil :
ibu makan 3X/hari dengan porsi sedang, yaitu 1 piring karena untuk memenuhi
kebutuhan karbohidrat, dengan komposisi nasi, protein dengan lauk pauk ( tempe, ayam),
zat besi dengan sayur (bayam), vitamin dengan buah ( pisang, jeruk ), air putih
1600cc/hari.
Selama nifas :
Ibu makan 3 x sehari, porsi sedang yaitu piring. Untuk memenuhi kebutuhan
karbohidrat ibu makan nasi, protein dengan lauk pauk (tahu, tempe), zat besi dengan
sayur ( sop ), vitamin dengan buah ( pepaya ), dan minum air putih 1600cc/hari.
Keluhan : tidak ada

2) Pola eliminasi
Selama hamil :
Ibu buang air kecil 2-3X/hari, warna kuning, jernih, bau khas urin. Buang air besar
1X/hari, dengan konsistensi lunak, bau khas feses
Selama nifas :
Ibu belum buang air besar selama 2 hari, ibu buang air kecil dengan bantuan kateter/DC
dengan volume 500 cc warna kuning jernih.
Keluhan : belum bisa buang air besar selama 2 hari.
3) Pola mobilisasi
Selama hamil :
Ibu dapat melakukan mobilisasi dengan baik, tidak ada halangan, misalnya menyapu,
mencuci atau melakukan pekerjaan sebagai seorang petani.
Selama nifas :
Ibu baru bisa melakukan mobilisasi seperti miring ke kiri, kanan, namun ibu belum bisa
duduk dan berjalan.
Keluhan : belum bisa duduk dan berjalan setelah post partum
4) Pola Istirahat
Selama hamil :
ibu tidur siang 2 jam/hari, tidur malam 8 jam/hari, nyenyak.
Selama nifas :
Ibu mengatakan dapat tidur tetapi tidak nyenyak karna masih merasakan mulas mulas
pada perutnya setelah melahirkan, begitupun juga pada malam hari.
Keluhan : belum bisa tidur nyenyak
5) Pola personal hygiene
Selama hamil :
Ibu mandi 2X/hari, gosok gigi 2X/hari, ganti baju 2X/hari dan keramas 3X/minggu
Selama nifas :
Ibu belum mandi hanya disibin dengan air hangat
Keluhan : tidak ada keluhan
g. Psikologi
Ibu dan keluarga senang dengan kelahiran bayi perempuan tersebut.
B.
Data Obyektif
1. KU

: Cukup

2. Kesadaran

: Composmentis

3. TTV

TD

: 180/100 mmHg

RR

: 24x/menit

: 36,3oc

: 96x/menit

4. Status Present
Kepala
Mesochepal, tidak ada lesi
Rambut
Lurus, hitam, bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe.
Mata
Simetris, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebra tidak oedem,
penglihatan ibu baik, pandangan tidak kabur, reflek pupil baik.
Hidung
Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pembesaran polip, tidak ada cuping hidung.
Mulut
Simetris, tidak ada stomatitis, gigi tidak berlubang, tidak ada caries dentis, lidah
bersih, mukosa bibir dan mulut lembab.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid atau vena jugularis.
Aksilla
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada
Pulmonal
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Vocal premitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
: Vasikuler
Jantung
Inspeksi
: Tidak terlihat ictus cordis
Palpasi
: Teraba ictus cordis
Perkusi
: Pekak
Auskultasi
: Reguler, suara 1 dan 2 ( lub dub )
5. Abdomen
tidak ada pembesaran kelenjar limpa, serta tidak ada luka bekas operasi.
6. Punggung

normal
7. Genetalia
tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada condiloma akuminata, tidak ada pembesaran
kelenjar bartolini, terpasang DC.
8. Anus
bersih, tidak ada hemoroid.
9. Ekstremitas

C.

Atas
jari tangan lengkap, simetris, tidak oedema, pergerakan aktif, tangan kiri terpasang

infus RL + MgSO4 20 tpm, RL + Oxiticyn 10 iu (32 tpm)


Bawah
jari kaki lengkap, simetris, tidak ada oedema, tidak ada varises.
Status obstetri
1. Mammae

Hyperpigmentasi pada areola

Kondisi puting susu menonjol dan bersih

Kolostrum Asi : sudah keluar

Kebersihan : mammae bersih

2. Abdomen

TFU

Kontraksi uterus

: keras ( baik )

Bekas jahitan

: tidak ada luka bekas operasi

: 1 jari di bawah pusat

3. Jalan lahir

Lokhea rubra, warna merah terang, bau khas.

Volume 1X ganti pembalut, tidak ada laserasi jalan lahir.

D.

Therapy
1. Asam Mefenamat 3 x 500 mg/Oral
2. Biosanbe 1x1 tablet/ Oral
3. Nifedipin 3x 10 mg/ Oral
4. Dopamint 3x 250 mg/ Oral

E.
Pemeriksaan penunjang
Nama klien : Ny. S
No. RM
: 2124xx

PEMERIKSAAN
Darah lengkap
Hemoglobin
Leokosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
Hitung jenis
Eosinofil
Segmen
Limfosit
Monosit
Golongan darah
Glukosa darah
Sewaktu
SGOT
SGPT
Urine
Protein

HASIL

NILAI NORMAL

8,9
9.100
27,6
3.670.000
243.000

11,4 17,79 g/dl


4.700 10.700/Lm
37 48 %
L = 4,5 5,5 ; P = 4 5 jt/ul
150.000 350.000/cmm

79
16
5
B

13%
50 65 %
25 35 %
4 10 %
-

88
15
13

<200 mg/dl
<38 ul
<40 ul

+2

ANALISA DATA
Nama klien : Ny. S
No. RM

: 2124xx
DATA

DS :
Ibu mengatakan nyeri pada
kepalanya bagian kanan. Nyeri
terasa saat berdiri, nyeri seperti
ditusuk, skala nyeri 5
DO :
a. K/U : Cukup
b. Kesadaran : Composetis
c. GCS : 456
d. Ekpresi wajah menyeringai
e. Tampak berhati-hati dalam
berjalan
f. Memegang kepala bagian kanan
g. TTV :
TD : 180/100 MmHg
N : 96 x / menit
S : 363 C
RR : 24 x / Menit

ETIOLOGI

MASALAH

Agen injuri biologis

Nyeri Akut

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Ny. S
No. RM

: 2124xx

DIAGNOSA
Nyeri akut

NOC
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri
2. mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
3. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen
nyeri
4. Mampu
mengenali
nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
5. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
6. Tanda vital dalam rentang
normal

NIC
NIC :
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji
kultur
yang
mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol
nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga
untuk
mencari
dan
menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti
suhu
ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10. Pilih
dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan
inter
personal)

11. Kaji tipe dan sumber nyeri


untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama klien : Ny. S
No. RM

: 2124xx

DIAGNOSA

JAM

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nyeri akut

10 : 45

1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif


termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2. Mengobservasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan
3. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6. Mengevaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
7. Membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
8. Mengkontrol
lingkungan
yang
dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9. Mengurangi faktor presipitasi nyeri
10. Memilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
11. Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Mengajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Meningkatkan istirahat
16. Mengkolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Memonitor
penerimaan
pasien
tentang
manajemen nyeri

EVALUASI
Nama klien : Ny. S
No. RM

: 2124xx

DIAGNOSA

JAM

Nyeri akut

11.20

EVALUASI
S:
Ibu mengatakan nyeri pada kepalanya bagian kanan.
Nyeri terasa saat berdiri, nyeri seperti ditusuk, skala
nyeri 5
O:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

K/U : Cukup
Kesadaran : Composetis
GCS : 456
Ekpresi wajah menyeringai
Tampak berhati-hati dalam berjalan
Memegang kepala bagian kanan
TTV :
TD : 180/100 MmHg
N : 96 x / menit
S : 363 C
RR : 24 x / Menit

A:
Masalah teratasi
P:
Pasien pulang

BAB 4
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan bagian dari yang berisi tentang kesenjangan antara teori dengan
suhan yang diterapkan pada Ny S p6A0 UK 40 minggu post partum spontan dengan PEB.
Peulis menggunakan manajemen keperawatan Wiknjossastro. Kesenjangan yang ditemukan oleh
penulis terdapat dalam pengkajian, diagnosa, dan masalah potensial serta implementasi ashan
keperawatan.

4.1 Pengkajian
Ny S merupkan ibu hamil yang menderita pre eklamsia berat dan berusia 38 tahun.
Menurut studi ATE (2008) dalam Chapman dan Charles (2013) usia ibu >35 tahun
memperparah resiko pre eklamsia. Meskipun kehamilan terjadi pada usia produktif tidak
menutup kemungkinan ibu hamil mengalami komplikasi seperti pre eklamsia berat jika
memiliki faktor resiko lainnya seperti kehamilan pada pasangan baru menikah dan
prigmigravida. Seperti yang diungkapkan oleh Cowan, dkk (2004) dalam Chaman dan
Charles (2013) pasangan baru akan mengembalikan resiko pre eklmsia sama seperti
prigigravida yang beresiko 2 kali dibandingkan dengan multigravida.
Keluhan yang dirsakan pasien adalah pasien merasa pusing dan kakinya bengkak. Data
yang ditemukan adalah 170/110 mmHg, tidak terdapat edema protein urin yang ditemukan
(++).
Pre eklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
potensi 160/110 atau lenih yang disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20

minggu atau lebih. (Nugraho, 2011). Pada ibu bersalin dengan pre eklamsia berat umumnya
mengeluh adanya nyeri epigastrium, penambahn berat badan yang berlebihan, kenaikan
tekan darah serta gejala subjektif seperti pusing, dan ganguan penglihatan (Chaman dan
Charles, 2013).
Menurut analisa penulis keluhan yang tidak diderita adalah nyeri epigastrium, tengkuk
sakit dan gangguan penglihatan. Pasien tidak mengalami nyeri epigastrium karena pada
pemeriksaan laboratorium tidak terjadi kelainan trombosit yang diakibatkan oleh nekrosis
hati seperti pada pasien dengan impending eklmsia. Pasien tidak mengeluh pandangan kabur
karena tidak terjadi kerusakan pada retina, hai ini dapat dibuktikanpada saat pemeriksaan
mata ditemukan reflek pupil mata normal. Selain itu ditemukan kesenjangan pad atekan
darah pasien. Pada saat dilakukan pemeriksaan, tekan darah pasien 170/110 mmHg.

4.2 Diagnosa dan masalah pontensia


Pada kasus ibu Ny S dengan preeklamsia berat diagnosa potensial yang muncul
antara lain eklamsia dan perdarahan post partum. Pada kasus ibu bersalin dengan pre
eklamsia berat komplikasi dan masalah potensial yang terjadi pada ibu antara lain sulosia
plasenta, hemolosis, perdarahn otak edema paru, nekrosis hati kelainan ginjal (Nugroho,
2011).
Menurut analisa penulis tidak terjadi eklamsia dan perdarahan post partum. Saat
pemeriksaan laboratorium pada NyS tidak ditemukan kelainan trombosit, dan tidak terjadi
kelainan faal hati.
Menurut Maryunani dan Yulianingsih (2009) faal distres atau gawat janin adalah
respon kritis janin terhadap stres yang meliputi hipoksi dan atau asidosis yang ditandai

dengan denyut janin < 100x/menit atau >180x/menit (normal 120-160x/menit). Dengan
adanya hasil tersebut maka tidak ada potensial janin untuk fatal distress.
Perdarahan post partum juga tidak terjai pad pasien. Menurut Maryunni dan
yulianingsih (2009) perdarahan pasca salin adalah perdarahan yang melebihi 500 ml atau
ditandai dengan perubahan tanda-tanda vital misalnya pasien mengeluh lemas, limbung,
keringan dingn, tekan darah sistolik <90 mmHg, nadi ,100x/menit, kadar Hb<8gr%. Hasil
pemeriksaan pasien tidak ditemukan tanda-tanda terjadinya perdarahan pasca salin , jadi
potensial atau kemungkinan untuk terjadi komplikasi perdarahan post partum sedikit.

4.3 Identifikasi Tindakan dan Kebutuhan Segera


Menurut Chapman dan Charles (2013), pada kasus pre eklamsia berat khusus
dilakukan tindakan segera berupa pemantauan tekan darah setiap 15 menit. Penulis
memberikan analisa bahwa pada NyS tidak dilakukan pemantauan setiap 15 menit
melainkan setiap 20 menit dikarenakn banyaknya intervensi yang harus dilakukan seperti
melakukan observasi denyut jantung janin(DJJ) dan denyut nadi, melakukan observasu drip
oksitosin, memberikan terapi.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas 6-8 minggu (Sinopsis
Obstetric 1998, 115)
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Rustam Muctar, 1998).
5.2 Saran
1. Bagi mahasiswa, diharapkan mahasiswa mampu menganalisis masalah-masalah diatas,
dan mampu memberikan penatalaksanaan dari kasus di atas
2. Bagi pembaca, diharapkan para pembaca dapat memahami dan mengerti cara
mengantisipasi masalah-masalah yang terdapat di makalah.
3. Bagi tenaga kesehatan, diharapkan mampu menatalaksanakan/ memberikan asuhan sesuai

masalah yang terdapat pada makalah di atas.

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta

Sujiyatini dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika : Jogjakarta

Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo : Jakarta Pusat

Obstetri Patologi. 1984. Elstar Offset : Bandung.

Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis obstetri fisiologi, obstetri patologi.EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai