Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang beberapa hal yang
berkaitan dengan latar belakang, tujuan (tujuan umum dan tujuan khusus) serta
manfaat penulisan.
A. Latar Belakang
Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2014
untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini
dituangkan kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta
dan masyarakat madani (Depkes RI, 2009).
Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan
menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009).

Namun pada kenyataannya menurut direktur jendral Bina


Kesehatan Masyarakat Budihardja (2006) yang berdasarkan beberapa
survei di Dinas Kesehatan, masyarakat yang berperilaku sehat masih
kurang dari 10% kurangnya perilaku hidup sehat itu mengundang
munculnya kebiasaan-kebiasaan tidak sehat di masyarakat. Kebiasaankebiasaan itu cenderung mengabaikan keselamatan diri dan lingkungan
sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit.
Secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS
baik sebesar 38,7%. Terdapat lima propinsi dengan pencapaian di atas
angka nasional yaitu DI Yogyakarta (58,2%), Bali (51,7%), Kalimantan
Timur (49,8%), Jawa Tengah (47%), dan Sulawesi Utara (46,9%).
Sedangkan propinsi dengan pencapaian PHBS rendah berturut-turut adalah
Papua (24,4%), Nusa Tenggara Timur (26,8%), Gorontalo (27,8%), Riau
(28,1%) dan Sumatera Barat (28,2%) (RISKESDAS, 2007).
Dirjen P2PL mengatakan beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya masalah kesehatan di masyarakat adalah stress, kualitas
makanan yang tidak sehat, lingkungan pemukiman dan transportasi yang
tidak sehat, dampak rokok, obat-obat terlarang, dan sebagainya (Depkes,
2010).

Beberapa penyakit yang timbul di masyarakat seperti penyakit


stroke, diabetes melitus, kecelakaan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit saluran pernapasan, obesitas, dan gangguan perilaku. Hal ini
dimungkinkan karena adanya perubahan gaya hidup, polusi, dan sanitasi
lingkungan yang buruk sehingga timbul penyakit-penyakit tersebut.
(Maria, 2013)
Lingkungan yang tidak sehat disertai rendahnya tingkat kesadaran
masyarakat untuk berperilaku sehat menjadikan kawasan yang rawan akan
penyebaran penyakit. Lingkungan yang tidak sehat menjadi penyebab
berkembangbiaknya berbagai penyakit menular. Karena itu berbagai
penyakit yang sering dijumpai di masyarakat yaitu diare, thypoid, ispa,
penyakit kulit, campak, leptospirosis, demam berdarah dangue. (Astuti,
2002).
Salah satu penyakit saluran pencernaan yang terjadi pada
masyarakat akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan, kurangnya suplai air, buruknya sanitasi,
yaitu typhoid. Typhoid adalah penyakit infeksi akut dengan demam yang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa (Brusch, 2010). Penyakit ini
terutama menyerang saluran pencernaan. Di Indonesia, demam tifoid lebih
dikenal oleh masyarakat dengan istilah penyakit tifus.

Penyakit demam tifoid (typhoid fever) yang biasa disebut tifus


merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya
turunannya yaitu Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran
pencernaan. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam
sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran
darah (Algerina, 2008; Darmowandowo, 2006).
Penularan

Salmonella

typhi

sebagian

besar

melalui

minuman/makanan yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita


atau pembawa kuman dan biasanya keluar bersama-sama dengan tinja.
Transmisi juga dapat terjadi secara transplasenta dari seorang ibu hamil
yang berada dalam bakteremia kepada bayinya (Soedarno et al, 2008).
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai di
seluruh dunia, secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah
dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar higienis
dan sanitasi yang rendah yang mana di Indonesia dijumpai dalam keadaan
endemis (Putra, 2012).
Demam tifoid merupakan penyakit yang terdapat di seluruh dunia
namun merupakan masalah utama bagi negara-negara di Asia Tenggara
termasuk Indonesia , Malaysia dan Thailand. Pada tahun 2007, CDC
melaporkan prevalensi kasus demam tifoid di Indonesia sekitar 358-810
per 100.000 penduduk dengan 64% terjadi pada usia 3 sampai 19 tahun. Di
Jakarta, demam tifoid adalah infeksi kedua tertinggi setelah gastroenteritis
dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. (Moehario, 2009).

Indisens rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000


penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan per tahun
dengan rata-rata kasus per tahun 600.000 1.500.000 penderita. Angka
kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar
10%. Tingginya insidens rate penyakit demam tifoid di negara berkembang
sangat erat kaitannya dengan status ekonomi serta keadaan sanitasi
lingkungan di negara yang bersangkutan (Nainggolan, 2009).
Pada umumnya pasien yang menderita demam thypoid jika
terlambat dalam penanganan akan terjadi gangguan kesadaran. Tetapi pada
pasien kelolaan penulis karakteristik secara umum berbeda dengan teori
yaitu mengalami demam dan diare .Muncul demam dan diare di sebabkan
karena adanya proses infeksi pada sistem pencernaan yang ditandai dengan
ditemukanya salmonella thypi pada pemeriksaan widal yaitu berfungsi
untuk mengetahui jumlah bakteri yang menginfeksi dalam tubuh yang
akan menimbulkan demam dan diare.
Berdasarkan data yang terdapat di RSUD BREBES ruang Melati
atas tercatat angka insiden penderita demam tifoid yang dirawat selama
bulan januari sampai bulan juni 2015 adalah 49 orang pasien, Sedangkan
di tahun 2014 tidak ada pasien yang menderita demam typhoid, jumlah
penderita typhoid pada saat pengkajian dari jumlah keseluruhan 30 pasien
adalah 3 pasien penderita typhoid.

Berdasarkan data diatas masih banyak terjadi kasus Demam


Thypoid dan membutuhkan penanganan serius sehingga penulis tertarik
untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Pada Tn.S Dengan Demam Thypoid di Ruang Melati Atas Rumah
Sakit Umum Daerah Brebes.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan karya tulis ini adalah memberikan gambaran
tentang, Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Demam Thypoid di
Ruang Melati Atas Rumah Sakit Umum Daerah Brebes.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang biografi informasi tentang Asuhan
Keperawatan pada Tn.S dengan Demam Thypoid di Ruang Melati
Atas Rumah Sakit Umum Daerah Brebes.
b. Memberikan gambaran tentang proses pengkajian pada Asuhan
Keperawatan pada Tn.S dengan Demam Thypoid di Ruang Melati
Atas Rumah Sakit Umum Daerah Brebes.
c. Memberikan gambaran tentang rumusan diagnosa masalah pada
Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Demam Thypoid di Ruang
Melati Atas Rumah Sakit Umum Daerah Brebes.
d. Memberikan gambaran tentang rencana dan tujuan yang akan
dilakukan pada Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Demam
Thypoid di Ruang Melati Atas Rumah Sakit Umum Daerah Brebes.
e. Memberikan gambaran tentang implementasi dan evaluasi yang
telah di lakukan pada Asuhan Keperawatan Demam Thypoid.
f. Membahas kesenjangan antara tindakan keperawatan dengan teori.
g. Mendokumentasi askep yang dilakukan di rumah sakit.
C. Manfaat Penulisan

Manfaat penulis Karya Tulis ini adalah:


1. Bagi penulis sendiri, hasil Karya tulis dapat digunakan sebagai
pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien Demam
Thypoid.
2. Bagi klien dan keluarga klien, dapat digunakan sebagai ilmu
pengetahuan dan mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada
pasien Demam Thypoid.
3. Bagi Institusi pendidikan Kesehatan :
a. Sebagai refrensi dan mutu pendidikan di masa yang akan datang,
b. Untuk menambah ilmu dan wawasan bagi mahasiswa, mahasiswi
tingkat I, II, III, yang membacanya.
c. Menambah sumber pustaka di perpustakaan.
4. Bagi Rumah Sakit, hasil karya tulis diharapkan menjadi informasi
dalam saran dan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan yang
lebih kepada pasien rumah sakit yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai