1. Latar Belakang
Analisis kuantitatif kromatografi gas adalah menentukan konsentrasi yang tepat dari
komponen atau senyawa suatu cuplikan. Dalam analisis kuantitatif yang harus diperhatikan
adalah luas puncak kromatogram dari setiap komponen yang akan dianalisis karena luas
kromatogram ini berbanding lurus dengan konsentrasi komponen. Penggunaan kromatografi
gas secara kuantitatif sudah umum digunakan di berbagai bidang. Di dalam analisis
kuantitatif diperlukan larutan standar yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan dapat
bercampur dengan cuplikan yang akan dianalisis. Terdapat beberapa metode yang digunakan
untuk analisis kuantitatif yaitu % luas (% area), normalisasi (NORM), internal standard
(ISTD), dan eksternal standard (ESTD).
II.
III.
Tujuan Praktikum
1. Memilih jenis kolom yang akan digunakan untuk analisis kualitataif yang sesuai
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Dasar Teori
III.1 Kromatografi Gas
Gas Chromatography (GC) adalah alat yang digunakan untuk pemisahan
suatu zat atau senyawa yang umumnya bersifat volatil. Senyawa volatil
merupakan senyawa yang mudah menguap pada suhu kamar. Sampel yang dapat
digunakan dalam GC ini ada dua wujud yaitu cair dan gas. Prinsip kerja dari Gas
Chromatography yaitu sampel yang diinjeksikan ke dalam aliran fase gerak,
kemudian akan dibawa oleh fase gerak yang berupa gas inert ke dalam kolom
Gas cromathogphy
Fase Diam
Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang akan
dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa diam
yang polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam yang
nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih sempurna.
Fase diam pada Kromatografi Gas biasanya berupa cairan yang disaputkan
pada bahan penyangga padat yang lembab, bukan senyawa padat yang berfungsi
sebagai permukaan yang menyerap (kromatografi gas-padat). Sistem gas-padat
telah dipakai secara luas dalam pemurnian gas dan penghilangan asap, tetapi
kurang kegunaannya dalam kromatografi. Pemakaian fase cair memungkinkan
kita memilih dari sejumlah fase diam yang sangat beragam yang akan
memisahkan hampir segala macam campuran.
Fase Gerak
Disebut juga sebagai gas pembawa. Fungsi utamanya adalah untuk membawa
uap analit melalui system kromatografi tanpa berinteraksi dengan komponenkomponen sampel.
Adapun syarat-syarat fase gerak pada kromatografi gas yaitu sebagai berikut :
Tidak reaktif
Murni (agar tidak mempengaruhi detector)
Dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi. Biasanya mengandung gas helium,
Gas cromathogphy
Campuran
yang
akan
dipisahkan
komponen-komponennya,
dimasukkan ke dalam kolom yang mengandung fase diam dengan bantuan fase
gerak, komponen-komponen campuran itu kemudian dibawa bergerak melalui
fase diam di dalam kolom. Perbedaan antaraksi atau afinitas antara komponenkomponen campuran itu dengan kedua fase, menyebabkan komponen-komponen
itu bergerak dengan kecepatan berbeda melalui kolom. Akibat adanya perbedaan
kecepatan (differential migration) komponen-komponen itu terpisah satu sama
lain.
Gas Pembawa
Gas pembawa harus bersifat inert artinya gas ini tidak bereaksi dengan
cuplikan ataupun fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam silinder baja bertekanan
tinggi sehingga gas ini akan mengalir cepat dengan sendirinya. Karena aliran gas
yang cepat inilah maka pemisahan dengan kromatografi gas berlangsung hanya
dalam beberapa menit saja.
Gas pembawa yang biasa digunakan adalah gas nitrogen. Gas nitrogen
memerlukan kecepatan alir yang lambat (10 cm/detik) untuk mencapai efisiensi
yang optimum dengan HETP (High Eficiency Theoretical Plate) minimum.
Semakin cepat solut berkesetimbangan di antara fasa diam dan fasa gerak
maka semakin kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang cepat membantu
mempercepat kesetimbangan di antara dua fasa tersebut, sehingga efisiensinya
meningkat (HETP nya menurun). Pada kecepatan alir tinggi, solut berdifusi lebih
cepat melalui hidrogen dan helium daripada melalui nitrogen. Hal inilah yang
menyebabkan hidrogen dan helium memberikan resolusi yang lebih baik daripada
nitrogen. Hidrogen memiliki efisiensi yang relatif stabil dengan adanya
perubahan kecepatan alir. Namun, hidrogen mudah meledak jika terjadi kontrak
dengan
udara.
Biasanya,
helium
banyak
digunakan
sebagai
penggantinya. Kotoran yang terdapat dalam carrier gas dapat bereaksi dengan
fasa diam. Oleh karena itu, gas yang digunakan sebagai gas pembawa yang relatif
kecil sehingga tidak akan merusak kolom. Biasanya terdapat saringan (molecular
Gas cromathogphy
saeive) untuk menghilangkan kotoran yang berupa air dan hidrokarbon dalam gas
pembawa. Pemilihan gas pembawa biasanya disesuaikan dengan jenis detektor.
b. Injektor
Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus mudah
menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional (50-300 C).
Injektor berada dalam oven yang temperaturnya dapat dikontrol. Suhu injektor
biasanya 15-20 C di atas titik didih cuplikan. Jumlah cuplikan yang
diinjeksikan sekitar 2 L. Tempat pemasukkan cuplikan cair pada kolom
biasanya terbuat dari tabung gelas di dalam blok logam panas. Injeksi sampel
menggunakan semprit kecil. Jarum semprit menembus lempengan karet tebal
disebut septum yang mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis
ketika semprit ditarik keluar.
Untuk cuplikan berupa gas dapat dimasukkan dengan menggunakan alat
suntik gas (gas-tight syringe) atau kran gas (gas-sampling valve). Alat
pemasukan cuplikan untuk kolom terbuka dikelompokkan ke dalam dua
kategori yaitu injeksi split (split injection) dan injeksi splitless (splitless
injection). Injeksi split dimaksudkan untuk mengurangi volume cuplikan yang
masuk ke kolom. Cuplikan yang masuk biasanya hanya 0,1 % hingga 10 % dari
0,1-2 L, sementara sisanya dibuang.
c. Kolom
Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadang dapat
terbuat dari gelas. Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkan cuplikan yang
mengandung komponen yang dapat terurai jika kontak dengan logam. Diameter
kolom yang digunakan biasanya 3 mm6 mm dengan panjang antara 2-3 m.
Kolom dibentuk melingkar agar dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam
oven (thermostat).
Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen yang
terkandung dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam yang dapat
berupa cairan, wax, atau padatan dengan titik didih rendah. Fasa diam ini harus
sukar menguap, memiliki tekanan uap rendah, titik didihnya tinggi (minimal
100 C di atas suhu operasi kolom) dan stabil secara kimia. Fasa diam ini
Gas cromathogphy
melekat pada adsorben. Adsorben yang digunakan harus memiliki ukuran yang
seragam dan cukup kuat agar tidak hancur saat dimasukkan ke dalam kolom.
Adsorben biasanya terbuat dari celite yang berasal dari bahan diatomae. Cairan
yang digunakan sebagai fasa diam di antaranya adalah hidrokarbon bertitik
didih tinggi, silicone oils, waxes, ester polimer, eter dan amida. (The
Techniques). Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang
akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan fasa
diam yang polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan fasa diam
yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih sempurna.
d. Termostat (Oven)
Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom. Suhu kolom harus
dikontrol. Temperatur kolom bervariasi antara 50C - 250C. Suhu injektor lebih
rendah dari suhu kolom dan suhu kolom lebih rendah daripada suhu detektor.
Suhu kolom optimum bergantung pada titik didih cuplikan dan derajat
pemisahan yang diinginkan.
Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan terprogram. Analisis yang
dilakukan secara isotermal digunakan untuk memisahkan cuplikan yang
komponen-komponen penyusunnya memiliki perbedaan titik didih yang dekat,
sedangkan sistem terprogram digunakan untuk memisahkan cuplikan yang
perbedaan titik didihnya jauh.
e.
Detektor
Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom GC yang
menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data kepada perekam data
yang menyajikan hasil kromatogram secara grafik. Detektor menunjukkan dan
mengukur jumlah komponen yang dipisahkan oleh gas pembawa. Alat ini akan
mengubah analit yang telah terpisahkan dan dibawa oleh gas pembawa menjadi
sinyal listrik yang proporsional. Oleh karena itu, alat ini tidak boleh
memberikan respon terhadap gas pembawa yang mengalir pada waktu yang
bersamaan. Beberapa detektor yang dapat digunakan antara lain: detektor hantar
bahang (DHB), detektor ionisasi nyala (FID), detektor tangkap ion, dan lain
sebagainya.
Gas cromathogphy
f.
Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada lembaran kertas
Gas cromathogphy
d. Mempunyai waktu retensi (RT) yang tidak jauh berbeda dengan waktu retensi
komponen cuplikan
Ketelitian analisis kuantitatif dengan kromatografi gas sangat bergantung
kepada kelinieran detektor. Setiap detektor memberi tanggapan yang berbeda
terhadap
setiap
komponen
cuplikan.
Faktor
tanggapan
ini
harus
An
A total
Gas cromathogphy
f n An
f total A total
dengan f adalah faktor koreksi untuk setiap komponen.
Gas cromathogphy
No
Nama Alat
Spesifikasi/Tipe Jumlah
Kromatografi Gas
HP 5890 A
Integrator
HP 3390 A
Gelas kimia
50 ml
Pipet ukur
5ml
Pipet tetes
Suntikan
10 L
Labu takar
5 ml
Pipet ukur
1 ml
10
Bola hisap
4.2 Bahan
No
NamaBahan
Konsentrasi
Jumlah
Etanol
p.a.
25 ml
Propanol
p.a.
50 ml
Gas H2
Gas N2
HP/UHP
Udara tekan
7
5 ml
Sampel parfum
5 ml
V. Langkah Kerja
Gas cromathogphy
10
hubungka
n
a
l
a
t
GC
nyaBukala ta b ung
PiPadelndihgaa IGCnn js A/ubukambeB rto mbol ga s
TekaBukaga nsk a tatobmbolung uda r a te k a n da n hid r o ge n
BukaPapeldaBiisltmndaraiDebatkeGCrwdteeakn gapiteoklrraihlne titunopajmbole cn t,o r IAG /N
deGCdeLape nmkegaukacbatnowrnaArpeaN/hnBputgatenaktruaarnna nbes rulhua w a n a n a r a h ja r u m
tFIBA/heo mbonDBtiks a mn mebilmmeutamr utto ambolr H
jdeaomnn ga n : me n e k a n to mbol OVEN
lto mbol H
TEMP: ON
4.1 Menyalakan Integrator
Gas cromathogphy
11
An l y T a a Tk l ua2 k a n : 7
E N T E
Z p Ee a n R n g O a t u :r a 5
E N T E
Oi n P t e ( g ) n r a
: 1
E N T E
( p m a t r ao a s r m u k e k t e a r n
t a n g g
d a n
w a k
p e r c o b a a n )
C H T
S P
0 . 5
E N T E R
T e k a n
L I S T
2 x
R
R
R
a l
t u
:
Bila lampu NOT READY mati, suntikan etanol yang ingin di deteksi sebanyak 1 L di injektor
Pada saat menyuntikan tekan secara bersama-sama tombol start pada GC dan integrator
Gas cromathogphy
12
Lakukan hal serupa untuk propanol, butanol, campuran etanol, butanol, dan sampel
b. Suhu Program
Ubah suhu kolom dengan parameter :
INT TEMP : 60 ENTER
RATE : 5 ENTER
FINAL TEMP :150 ENTER
Gas cromathogphy
13
Data Literatur
Titik didih (oC)
Etanol
78,5
0,79
Propanol
97,4
0,80
Butanol
117,2
0,81
Senyawa
:
:
= 50 o C
RATE
=5
FINAL TEMP
= 100 o C
Isoterm (o C)
Senyawa
RT (menit)
Etanol
1.72
Propanol
1.33
Sampel ethanol
1.61
INIT TEMP
= 60 o C
RATE
=5
FINAL TEMP
= 150 o C
Gas cromathogphy
14
Isoterm (o C)
Senyawa
RT (menit)
ethanol
1.14
Propanol
1.17
Sampel ethanol
1.13
Analisis Kualitatif
INIT TEMP
= 60 o C
RATE
=5
Gas cromathogphy
Jumlah puncak
15
RT
Etanol
Etanol
Propanol
propano
Lan-
lain
1.14
1.46
1.13
Sampel parfum
1.72
2.28
4.09
4.46
9.04
10.09
2.69
KESELAMATAN KERJA
Melaksanakan prosedur kerja dengan cermat
Memastikan tidak ada kebocoran gas, gunakan gelembung sabun untuk memeriksa
Memastikan bahwa kabel-kabel listrik, konektor terpasang dengan kokoh
Menggunakan syiringe dengan cermat dan hati-hati (simpan syiringe di tempat yang
empuk)
6.2 Kromatogram
NO
Kromatogram
Gas cromathogphy
Larutan
16
RT
%area
1.
Propanol P.a
2.
Ethanol P.a
3.
Gas cromathogphy
Ethanol P.a
17
0.84
0.212
1.08
99.788
1.37
0.000
1.11
96.910
1.71
0.742
2.76
2.348
1.13
97.604
1.74
2.396
4.
Ethanol P.a
5.
Ethanol P.a
1.23
977.939
1.80
2.061
1.14
96.981
1.76
3.109
6.
Ethanol
sampel
1.13
100.00
7.
Propanol
1.33
99.944
2.93
0.045
4.28
0.011
Gas cromathogphy
18
8.
Ethanol
9.
propanol
10.
Sampel
11.
Gas cromathogphy
Ethanol
supplier
19
1.72
95.528
2.22
0.693
2.72
2.313
3.98
1.466
1.16
5.186
1.46
94.814
1.72
90.397
2.28
2.295
2.29
5.452
4.09
0.163
4.46
0.050
0.04
0.317
10.52
0.579
1.61
92.195
1.92
7.895
3.03
0.000
VII. Pembahasan
1
sekitar 500
Tanda detekor dalam keadaan , ditandai dengan keluarnya uap pada tempat pembuangan gas .
Pada gas kromatografi, yang berperan sebagai fasa diam adalah suatu senyawa polar
dengan fasa gerak berupa gas nitrogen. Komponen-komponen sampel akan dibawa
fase gerak menuju detektor dan hasilnya direkam oleh recorder untuk di analasis
waktu retensi dan luas wilayah dibawah puncak yang terbentuk. Detektor ini bekerja
berdasarkan pembakaran sampel sehingga terjadi ionisasi. Ion akan ditangkap oleh
pengumpul ion dan meningkatkan daya hantar, dan karenanya akan meningkatkan
arus listrik yang mengalir di antara dua elektrode. Arus diperkuat oleh amplifier dan
direkam oleh rekorder. Detektor yang digunakan ialah detektor ionisasi nyala (Flame
Ionization detector). Detektor ini bekerja berdasarkan pembakaran solut sehingga
terjadi ionisasi.
Gas yang dipakai dalam praktikum ini adalah gas H 2, Udara tekan dan N2. Gas yang
paling pertama dialirkan adalah gas Nitrogen karena gas nitrogen adalah gas yang
paling aman (inert), selanjutnya adalah udara tekan,dan yang paling terakhir adalah
gas hydrogen arena gas ini paling berbahaya. Dan sebaliknya ketika alat GC selesai
digunakan, gas yang harus ditutup terlebih dahulu adalah gas yang paling berbahaya
yaitu gas hydrogen. gas nitrogen berfungsi sebagai gas pembawa (fasa gerak)
sedangkan udara tekan dan hydrogen sebagai gas pembakar. Gas Hidrogen dan udara
tekan akan bereaksi dan menghasilkan energi, yang mana energi tersebut digunakan
untuk ionisasi sampel. Dan hasil samping dari reaksi tersebut adalah H 2O. Maka dari
itu untuk menandakan bahwa H2 dan O2 telah bereaksi ditandai dengan adanya uap air
campuran
menujukan
perbedaan
dalam
Rt
(waktu retensi) dan lebar grafik , pada suhu 100 oC menujukan Rt yang lebih lama
atau lebih besar dibandingkan dengan RT pada suhu 150 oC , serta luas grafik pada
Gas cromathogphy
20
suhu 100 oC lebih lebar dibandingkan pada suhu 150 oC yang lebih runcing atau lebih
7
atau sampel tidak berubah menjadi gas , dan tidak bisa dianalisis.
Pada analisa kualitatif, dengan kondisi 150 oC . dengan sampel akohol supplier dan
parfum yang tidak diketahui , berdasarkan hasil yang diperoleh waktu Rt alkohol yang
telah ditentukan dari beberapa kali menginject diperoleh hasil 1.13 sedangkan untuk
propanol 2.79 . hasil analisis pada sampel ethanol supplier terdarpat peak dengan Rt
yaitu 1.12 yang menunukan alkohol , sedangkan untuk hasil analisa parfum
menunjukan alkohol dengan Rt yaitu 1.72 dan tidak terdapat Rt yang menunjukan
terdapatnya propanol . ketidak tepatan waktu retensi pada pengukuran alkohol
disebabkan karena laju alir gas nitrogen tidak konstan , ketidak tepatan pada saat
menekan tombol start.
Catatan : sampel yang dianalisis hanya sampel parfum pada suhu 150 C , dan campuran
ethanol, propanol , butanol tidak dianalisis karena campuran tersebut diganti dengan ethanol
supplier.
VIII. Kesimpulan
Gas cromathogphy
21
1. Suhu yang digunakan yaitu berdasarkan titik didih senyawa organic yang
dianalisis ( alkohol dan propanol ) , melebihi titik didih senyawa yang dianalisis
yaitu 100 oC dan 150 oC . menurut litelature titik didih alkohol 78.37 oC dan
propanol yaitu 97 oC.
2. Pengaruh perbedaan suhu pada saat analisis berdampak pada waktu retensi (Rt)
dan lebar grafik , semakin tinggi suhu akan semakin kecil waktu Rt dan semakin
kecil pula grafik yang dihasilkan.
3. Pada analisis kualitatif , diperoleh Rt pada suhu 100 oC. diperoleh alkohol 1.72 ,
propanol 1.32 dan sampel ethanol 1.61 . sedangkan pada 150 oC. diperoleh Rt
alkohol 1.14 , propanol 1.17 , dan sampel ethanol 1.13 .
Pada sampel yang dianalisis pada suhu 150 oC , sampel ethanol ( sampel supplier
diperoleh peak dengan Rt 1.13 , menunjukan sampel tersebut mengandung alkohol
karena terdapat kesamaan Rt, sedangkan pada sampel parfum terdapat Rt 1.72
menunjukan kedekatan dengan alkohol 1.72 menunjukan terdapat alkohol namun
tidak sama , dikarenakan ketidak konstanan laju alir gas atau pada saat menekan
tombol start.
Hendayana, Sumar Ph.D. 2006. Kimia Pemisahan, Metode Kromatografi dan Elektrolisis
Modern. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sastrohamidjojo, Hardjono.1991.Kromatografi. Edisi kedua : Cetakan Pertama.
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Soebagio, Drs, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang : UM Press.
LAMPIRAN
No Gambar
Gas cromathogphy
Keterangan
22
Gas-Gas yang
digunakan pada
percobaan
Integrator yang
digunakan pada
percobaan
Injection port
Gas cromathogphy
23