IRAWATI
G301 13 068
Latar Belakang
BPOM merupakan sebuah lemabaga di indoesia yang brtugas mengawasi peredaran obatan dan
makanan di Indonesia. Dimana tugas pokok BPOM yaitu Melaksanakan kebijakan di bidang
pengawasan Produk Terapetik, Narkotika Psikotropik dan Zat Adiktif lain, Obat Tradisional,
Kosmetik, Produk Komplemen, Pangan dan Bahan Berbahaya,
Visi dan Misi Balai Besar POM di Makassar mengacu pada Visi dan Misi Badan POM, yaitu
Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang Inovatif, Kredibel dan Diakui Secara
Internasional untuk Melindungi Masyarakat. Melakukan Pengawasan Pre-Market dan PostMarket Berstandar Internasional
Tugas dan fungsi tersebut melekat pada BBPOM di Makassar sebagai unit pelaksana teknis Badan
POM RI yang merupakan garda depan dalam hal perlindungan terhadap konsumen di Provinsi
Sulawesi Selatan Sulawesi Barat sehingga sangat penting untuk diperkuat, baik dari sisi
organisasi maupun kualitas Sumber Daya Manusia, serta sarana pendukung lainnya seperti
laboratorium, sistem teknologi dan informasinya, dan lain sebagainya, untuk mendukung tugastugasnya tersebut.
Tinjauan Pustaka
Warna merupakan nama umum
untuk semua pengindraan yang
berasal dari aktivitas retina mata.
Jika cahaya mencapai retina,
mekanisme saraf mata mennggapi,
salah satunya memberi sinyal warna.
Cahaya adalah energi radiasi dengan
rentang panjang gelombang sekitar
400-800 nm (Deman, 1997).
Pewarna sintetik yang dipakai
secara komersil dikenal juga sebagai
penambah warna bersertifikat. Ada
dua jenis zat warna, yaitu warna
(dye) FD&C dan lake FD&C.
FD&C menunjukkan senyawa yang
sudah disetujui untuk digunakan
dalam makanan (F, food), obat (D,
drug) dan kosmetik (C, cosmetik)
oleh peraturan federal Amerika
Serikat (Deman, 1997).
Trartrazine
adalah
pewarna
makanan kuning yang telah
digunakan selama bertahuntahun, namun telah ditemukan
dapat
menghasilkan
reaksi
intoleran
dalam
beberapa
individu. Penggunaan Tartrazine
pada jangka waktu yang lama
dapat memberikan efek yang
berbahaya. Reaksi merugikan
yang telah dilaporkan termasuk
urtikaria (ruam kulit alergi),
rhinitis (pilek), asma, purpura
(kulit memar keunguan) dan
anafilaksis sistematik (Shock).
Reaksi samping ini lebih umum
pada penderita asma dan orangorang yang peka terhadap aspirin
(Anonim, 2002).
METODOLOGI PERCOBAAN
Prosedur Kerja
Penyiapan sampel
Menimbang sampel sebanyak 5 gr (biskuit kream
coklat, biskuit kream kuning, dan biskuit tidak ada
kream) kemudian memasukkan sampel ke dalam
tabung
sentrifugal
50
mL,
selanjutnya
menambahkan 15 mL larutan pereaksi (metanol)
kemudian menghomogenkan larutan menggunakan
vortex selama 60 detik. Selanjutnya mensonik
larutan selama 10 menit. Kemudian mengocok dan
mensentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan
3000 4000 rpm pada suhu ruang. Memipet larutan
jernih yang ada pada sampel kemudian memasukkan
dalam labu ukur 50 mL. Pada proses ekstraksi ini
perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali dengan msingmasing perlakuan menambahkan 15 mL pereaksi.
Langkah selanjutnya mengencerkan gabungan
sampel hasil ekstraksi yang terdapat pada labu ukur
50 mL menggunakan larutan pereaksi hingga tanda
batas. Selanjutnya larutan dimasukkan dalam vial
menggunakan disposible syiringe
Hasil Pengamatan
No.
Tatrazin
Sunset yellow
1.
14,33 mg/kg
63,15 mg/kg
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka
dapat disimpulkan bahwa pemakaian
pewarna dalam sampel biskuit masing
masing masih diperbolehkan karena masih
memenuhi syarat atau tidak melebihi 70
mg/kg yaitu untuk pewarna Tatrazin 14,33
mg/kg sedangkan untuk Sunset yellow
63,15 mg/kg. Berdasarkan Peraturan
Mentri Kesehatan RI Nomor
722/MEN.KES.PER/IX/88 tentang Bahan
Tambahan Makanan bahwa syarat
pewarna yang diperbolehkan yaitu
70mg/kg.