Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Perilaku Kesehatan
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena
mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud perilaku(manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.8
Seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).8
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena
mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala
macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon
ini bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir,berpendapat,bersikap)maupun aktif (melakukan
tindakan). Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala
bentuk pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya, khususnya yang menyangkut
pengetahuan, sikap tentang kesehatannya serta tindakannya yang berhubungan dengan
kesehatan.
Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan
non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), adalah faktor yang terwujud
dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti status
ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari
dalam diri individu tersebut.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor pendukung yang
terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah berbagai macam
sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan
sebagainya.
2

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang meliputi


faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas
termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturanperaturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
Perilaku dapat dibatasi sebagian jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan
sebagainya).8 Untuk memberikan respon terhadap situasi diluar objek tersebut. Respon ini
dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).
Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan
rangsangan.
2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku
manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut
(lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi
mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini
adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan
mengembangkan perilakunya.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terahadap
situasi dan rangsangan dari luar.
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku
aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang
tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial
manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial,
yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah
perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku
seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial.
Dalam

kedokteran,

perilaku

seseorang

dan

keluarganya

dipelajari

untuk

mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah


kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan

yang holistik dan komprehensif. Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi,
ekonomi, antropologi dan kedokteran.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman
serta lingkungan.7
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek:
a.

Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta


pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b.

Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.Perlu


dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu
orang orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan
yang seoptimal mungkin.

c.

Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara
dan meningkatkan kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit.

2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan (Health
Seeking Behavior)7
Disebut juga perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri
(selftreatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya.
Klasifikasi

lain

tentang

perilaku

kesehatan

antara

lain:

a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain :
4

Menu seimbang
Olahraga teratur
Tidak merokok
Tidak minum-minuman keras dan narkoba
Istirahat yang cukup
Mengendalikan stres
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

b. Perilaku sakit (ilness behavior)


Mencakup respon seseorang terhadap penyakit dan sakit. Persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan
penyakit dan sebagainya. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) perilaku ini
mencakup :
-

Tindakan untuk memperoleh kesembuhan


Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan atau penyembuhan

penyakit yang layak.


Mengetahui hak ( misalnya hak memeroleh perawatan, pelayanan kesehatan
dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain
terutama kepada dokter atau petugas kesehatan, tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain dan sebagainya.7

Domain Perilaku
Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang
perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya,
domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu :

Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.7
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera
manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu: 7
1. Tahu (know)

Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk
ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik
dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
mendefenisikan, mengatakan.
2. Pemahaman (Comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami
terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam konteks, atau situasi lain.
Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil
penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari
kasus-kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagianbagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya:
dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
6

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang


menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas.8

Sikap (attitude)
Sikap adalah suatu bentuk evaluasif atau reaksi perasaan, sikap seseorang terhadap

suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak pada objek tersebut. Sikap sebagai
efek positif atau efek negative terhadap objek psikologis.7
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara
positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu
penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan
negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan
sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu
mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah
dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat
berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi
serta tekanan dari kelompok sosialnya.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Allport (1954) dalam Soekijo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga
komponen pokok yaitu :7
a. Kepercayaan (kenyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon (responding)
7

Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas


yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan
itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu
yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan
tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Ciri-ciri sikap adalah : 9
1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya
dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap
dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah
senantiasa.
4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang
membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang
dimiliki orang.
Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni : 9
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat
communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi
milik bersama.
8

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau
binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara
perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang
sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan
akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang
itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu
sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap
perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya
yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian
terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan
sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturanperaturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan
sebagainya.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan
bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya
tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari
luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih manamana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini
diberi penilaian lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian
seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang
mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek
tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap
sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita harus
mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan mengetahui
keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat
diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut.9

Tindakan atau praktik (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (Overt Behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan beberapa faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan.
Tingkatan tindakan ada 4, yaitu :
1) Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek dengan
tindakan yang diambil.
2) Respon terpimpin (guided respon), yaitu apabila seseorang dapat melakukan
sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
3) Mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis atau sesudah itu merupakan kebiasaan.
4) Adaptasi (adaption), suatu tindakan atau praktek yang sudah berkembang dengan
baik dan dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Perilaku Sehat
Menurut Becker, konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep
perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga
domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health
attitude) dan praktik kesehatan (health practice).
Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu
yang menjadi unit analisis penelitian. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi
tiga dimensi, yaitu :
1. Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang
terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit
menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait atau memengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk
menghindari kecelakaan.
2. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap halhal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit
menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau
memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk
menghindari kecelakaan.
3. Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang
dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan
tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi

10

kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk


menghindari kecelakaan.
Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon
seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan
faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan
pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau
kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati
(unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit
dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila
sakit atau terkena masalah kesehatan.
2.2
Promosi Kesehatan
2.2.1 Sejarah Singkat Promosi Kesehatan
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan
setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama
tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan
the Ottawa Charter, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health
Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti
sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan
disamping itu pula muncul dan populer istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain
sebagainya.1
Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur
Health Promotion WHO Headquarter Geneva datang melakukan kunjungan ke Indonesia.
Sebagai seorang direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa negara termasuk Indonesia
salah satunya. Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru
diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah memasuki
masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan
pertemuan dengan pimpinan Depkes pada waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan
kesehatan maupun eksternal dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI,
bahkan sempat pula Kickbush mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung.
Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama
kunjungan lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion
(Promosi Kesehatan). Barangkali karena sangat terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia
11

kemudian ia menyampaikan suatu usulan. Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes pada
saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan
kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne,
sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya
Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan
tersebut serta aplikasinya di Indonesia.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia tersebut dipicu
oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di
Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health
Promotion. Nama organisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan menjadi
International Union For Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan
tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia
sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.2
2.2.2

Definisi
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari

istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan
Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan
kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial
masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya.1
Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan
yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri,
maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Menurut Green, promosi kesehatan adalah
segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,
politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan.2
Sedangkan istilah promosi kesehatan gigi adalah usaha meningkatkan status
kesehatan gigi masyarakat melalui pendekatan sosial, dan lingkungan yang sering berada
diluar kontrol masyarakat.
2.2.3

Tujuan Promosi Kesehatan


12

Tujuan utama promosi kesehatan adalah :

Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat


Peningkatan perilaku masyarakat
Peningkatan status kesehatan masyarakat.

Menurut Green (1990), tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu :
1. Tujuan program
Tujuan program merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode
waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
2. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi
masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan perilaku
Tujuan perilaku merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai
(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan
pengetahuan dan sikap.
2.2.4

Visi dan Misi Promosi Kesehatan


Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang

jelas. Dalam konteks promosi kesehatan Visi merupakan sesuatu atau apa yang ingin
dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program
kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak
akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi
kesehatan dunia WHO (World Health Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi
maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program
kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang
harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah Misi . Misi promosi kesehatan merupakan
upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :2
1. Advokasi (Advocation)

13

Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para
penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik.
Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para
pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa
program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau
keputusan-keputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama
dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait.
Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership)
dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan
kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor
kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah
kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting
dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta
meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian
keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan
keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka
kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
2.2.5

Sasaran Promosi Kesehatan


Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga

kelompok sasaran, yaitu :


1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk
masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja
dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting
dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi
kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali
menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
14

Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar
dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan
dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh
kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder
maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy). 1
2.2.6

Strategi Promosi Kesehatan


Menurut WHO, 1984 terdapat 3 strategi dalam promosi kesehatan, yaitu :2

1. Advokasi (advocacy)
Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di
bidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap
kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana
orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para pembuat
kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan
dengan memengaruhi para pembuat kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan
yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan
lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat
(Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah). Melalui
advokasi, promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan
mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah suatu cara
yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu usaha sistematis
dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam
kebijakan public secara bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan
dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan
dari informasi kesehatan bias tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat
atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan
terhadap kaum lemah (miskin)
2. Dukungan sosial
Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat.
Dukungan social adalah ketersdiaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik
dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan
social ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah
15

dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau
informasi yang memudahkan kita, atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga
promosi yang diberikan lebih diterima.
3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan adalah
pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas).
Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program.
Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program
kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi
perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa
kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi, 2007).
Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif atau
berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada pada tahun 1986
menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Di dalam Piagam Ottawa tersebut
dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir yaitu:2
a. Kebijakan berwawasan kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau
pembuat kebijakan , agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang
mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakankebijakan dalam bentuk peraturan, perundanagan, surat-surat keputusan, dan
sebagainya selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik.
b. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum, termasuk pemerintahan
kota, agar mereka menyediakan sarana prasarana atau fasilitas yang mendukung
terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat , atau sekurang-kurangnya pengunjung
tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yangg mendukung kesehatan bagi tempattempat umum antara lain: tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang air
besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya bagi perokok dan non perokok dan
sebagainya.
c. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan i ni adalah para
penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus
16

melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakatagar mereka juga dapat berperan


bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan, tettapinjuga sekaligus sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat.
d. Ketrampilan individu (Personnel Skill)
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-pemahaman kepada anggota
masyarakat tentang cara-cara memelihra kesehatan, mencegah penyakit, mengenal
penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profrsional, meningkatkan
kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih
bersifat individual dari pada massa.
e. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka
di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk
kesehatan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu
kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehtaan mereka. Tanpa adanya
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscahaya terwujud perilaku yang kondusif
untuk kesehatan, atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka.
2.2.7

Ruang Lingkup Promosi Pesehatan


Ilmu-ilmu yang dicakup promosi kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 2 bidang

yaitu:2
a. Ilmu perillaku, yakni ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk perilaku
manusia, terutama psikologi, antropologi dan sosiologi.
b. Ilmu-ilmu yang diperlukan untuk interaksi perilaku (pembentukan dan perubahan
perilaku), antara lain pendidikan, komunikasi, manajemen, kepemimpinan dan
sebagainya.
Ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan kepada 2 dimensi, yaitu dimensi
aspek sasaran pelayanan kesehatan, dan dimensi tempat pelaksanaan promosi atau tatanan
(setting)
1. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan , secara garis besar
a.

terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan, yakni:


Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat yang
sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat status kesehatannya.
17

b.

Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, adalah pelayanan kelompok masyarakat yang sakit,
agar kelompok ini sembuh dari sakitnyadan menjadi pulih kesehatannya.

Maka, berdasarkan jenis aspek pelayanan kesehtana ini, promosi kesehatan mencakup 4
pelayanan, yaitu:
a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah pada kelompok
orang yang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan kesehatannya.
Apabila kelompok ini tidak memperoleh promosi kesehatan bagaimana memelihara
kesehata, maka kelompok ini akan menurun jumlahnya, dan kelompok orang yang
sakit akan meningkat.
b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif
Disamping kelompok orang yang sehat, sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini
adalah kelompok yang beresiko tinggi. Tujuan utama promosi kesehatan pada tingkat
ini adalah untuk mencegah kelompok-kelompok tersebut agar tidak jatuh atau menjadi
terkena sakit (primary prevention)
c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita penyakit (pasien).
Tujuan promosi kesehatan pada tingkat ini agar kelompok ini mampu mencegah
penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah (secondary prevention).
d. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif
Promosi kesehtana pada tingkat ini mempunyai sasaran pokok kelompok penderita atau
pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuan utama promosi
kesehatan pada tingkat ini adalah agar mereka segera pulih kembali kesehatnnya, dan
atau mengurangi kecacactan seminimal mungkin. Denganperkataan lain, promosi
kesehatan pada tahap ini adalah pemulihan dan mencegah kecacatan akibat
penyakitnya (tertiary prevention).
2. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat pelaksanaan)
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Untuk mencapai perilaku sehat masyarakat,
maka harus dimulai pada tatanan masing-masing keluarga. Dari teori pendidikan
dikatakan, bahwa keluarga adlah tempat persemaian manusia sebgaai anggota
masyarakat. Karena itu, bila persemaian itu jelek maka akan jelas berpengaruh pada
masyarakat. Agar masing-masing keluarga menjadi tempat yang kondusif untuk
tumbuhnya perilaku sehat bagi anak-anak sebagai calon anggota masyarakat, maka
promosi kesehatan akan sangat berperan. Dalam promosi kesehatan, keluarga ini,
sasaran utamanya adalah orang tua terutama ibu. Karena ibulah dalam keluarga itu
18

yang sangat berperan dalam meletakkan dasar perilaku sehat pada anak-anak mereka
sejak lahir.
b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya sekolah merupakan tempat
lanjutan unutk meletakkan dasar perilaku bagi anak, termasuk perilaku kesehatan.
Peran guru dalam promosi kesehatan disekolah sanagt penting, karena guru pada
umunya lebih dipatuhi oleh anak-anak daripada orang tuanya.
c. Promosi kesehatan pada tempat kerja
Promosi kesehatan di tempat kerja inidapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau
tempat kerja dengan memfasilitasi tempat kerja yang kondusif bagi perilaku sehat bagi
karyawan atau pekerjaanya, misalnya tersedianya air bersih, tempat pembuangan
kotoran, tempat smapah, kantin, ruang tempat istirahat, dan sebagainya.
d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)
Tempat-tempat umum adalah tempat dimana orng-orang berkumpul pada waktu-waktu
tertentu. Di tempat-tempat umum juga perlu dilaksanakan promosi kesehatan dengan
menyediakn

fasilitas-fasilitas

yang

dapat

mendukung

perilaku

sehat

bagi

pengujungnya.
e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,
poliklinik, tempat praktik dokter, dan sebagainya adalah tempat adalah tempat yang
paling strategis untuk promosi kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan di institusi
pelayanan kesehatan ini dapata dilakukan baik secara individual oleh para petugas
kesehatan kepada para pasien atau kelurga pasien, atau dapat dilakukan pada
kelompok-kelompok.
2.2.8

Metode Promkes
Proses belajar mengajar yang efisien dan efektif yang dilakukan dipengaruhi oleh

metode yang digunakan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus
dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan
disampaikan, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budaya) atau sasaran, dan hal-hal
lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu. Masing masing
metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa
metode sering dilakukan untuk mamaksimalkan hasil.
1. Pengertian Metode
Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu. Pemberdayaan dapat
dilakukan dengan melihat metode : ceramah dan tanya jawab, dialog, debat, seminar,
19

kampanye, petisi/resolusi, dan lain-lain. Sedangkan advokasi, dapat dilakukan dengan


pilihan metode : seminar, lobi dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan lainlain.
2. Jenis Jenis Metode Promkes
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode
sokratik.
a.

Metode Didaktif
Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat keberhasilan metode

didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif.
Misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster dan siaran radio.
b.

Metode Sokratif
Metode ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini, kemungkinan antara

pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok, debat,
panel, forum, seminar, bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya
dan penugasan perorangan.
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi,
Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
Metode berdasarkan tekhnik komunikasi:
a. Metode Penyuluhan Langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran.
Termasuk disini antara lain: kunjungan rumah, pertemuan diskusi, pertemuan di balai
desa pertemuan di posyandu, dll.
b. Metode Penyuluhan Tidak Langsung
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan
sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara media. Contohnya, publikasi
dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukkan film dan sebagainya berdasarkan jumlah
sasaran yang dicapai.
Metode berdasarkan jumlah sasarannya dibagi menjadi 3 (Menurut Notoatmodjo, 1993 dan
WHO, 1992):
a. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)7

20

Metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru atau
membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.
Setiap orang memiliki masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Bentuk pendekatannya :
1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and counceling)
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien dengan
petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu penyelesainnya.
2) Wawancara (interview)
Untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang
informasi yang diberikan (prubahan perilaku ynag diharapkan).
b. Metode Pendidikan Kelompok7
Dalam memilih metode pada kelompok,yang harus diperhatikan adalah besarnya
kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formalnya. Besarnya kelompok sasaran
mempengaruhi efektifitas metode yang digunakan.
1) Kelompok besar
a) Ceramah
Sasaran dapat berpendidikan tinggi maupun rendah.Penceramah harus menyiapkan
dan menguasai materi serta mempersiapkan media. Metode dengan menyampaikan
informasi
dan pengetahuan saecara lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi
menjadi pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama.
b) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan formal
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)dari suatu ahli atau
beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
2) Kelompok kecil
a) Diskusi kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima
informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima informasi
berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas, menyumbangkan pikirannya

21

untuk memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa
alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
- Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
- Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
- Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
- Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
b) Curah pendapat (Brain storming)
Adalah suatu pemecahan masalah ketika setiap anggota mengusulkan dengan cepat
semua kemungkinan pemecahan yang dipikirkan. Kritik evaluasi atas semua pendapat
tadi dilakukan setelah semua anggota kelompok mencurahkan pendapatnya. Metode ini
cocok digunakan untuk membangkitkan pikiran yang kreatif, merangsang, partisipasi,
mencari kemungkinan pemecahan masalah, mendahului metode lainnya, mencari
pendapat-pendapat baru dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.
c) Bola salju (snow balling)
d) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
e) Memainkan peranan (role play).
f) Permainan simulasi (simulation game)
c) Metode pendidikan massa7
Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat. Sasaran pendidikan pada metode ini bersifat umum tanpa membedakan
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi dan sebagainya, sehingga
pesan-pesan kesehatan dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangkap oleh massa
tersebut. Metode ini bertujuan untuk mengguagah kesadaran masyarakat terhadap suatu
inovasi. Metode ini biasanya bersifat tidak langsung.
a) Ceramah umum (public speaking)
b) Pidato/diskusi
c) Simulasi
d) Menggunakan media televise
e) Menggunakan media surat kabar
f) Bill board
3. Kelebihan dan Kekurangan Masing-masing Metode
22

a. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh dengan
masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun ditempat biasa mereka berkumpul.
Biasanya kegiatan ini disebut anjang sono, anjang karya, dan sebagainya.
Keuntungan metode ini :
1) Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan
2) Membina persahabatan
3) Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya diterima
4) Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik
5) Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi kurang
6) Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya
7) Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggi
Kerugian:
1) Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas
2) Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh adalah terbatas
sekali
3) Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan menimbulkan
prasangka pada keluarga lainnya
b. Pertemuan Umum
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran dimana
disampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan untuk dilaksanakan oleh
masyarakat sasaran.
Keuntungan metode ini:
1) Banyak orang yang dicapai
2) Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya
3) Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan
4) Segala macam topik/judul dapat diajukan
5) Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya
Kerugian metode ini:
1) Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup
2) Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali
3) Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah campuran

23

4) Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat mengurangi jumlah
kehadiran
c. Diskusi
Diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau lebih sedikit pesertanya yaitu
berkisar 12-15 orang saja. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang hadir.
Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi yang lebih rinci dan mendetail
serta pertukaran pendapat mengenai perubahan perilaku kesehatan. Keberhasilan
pertemuan tergantung dari petugas penyuluh untuk :
1) Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta
2) Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta
3) Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan
menghindari dominasi beberapa orang saja
4) Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saransaran yang
diajukan
5) Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada kesimpulan yang
tepat.
d. Demonstrasi
Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu kelompok bagaimana
melakukan suatu perilaku kesehatan baru. Metode ini lebih menekankan pada bagaimana
cara melakukannya suatu perilaku kesehatan. Kegiatan ini bukan lah suatu percobaan atau
pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan peserta
bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang dianjurkan itu adalah berguna dan praktis
sekali bagi masyarakat.
Kelebihan / keuntungan metode ini :
1) Cara mengajar ketramilan yang efekif
2) Merangsasang kegiatan
3) Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri.
Kekurangan / keterbatasannya :
a. Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan
b. Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk
2.2.9

Media Promkes
24

1. Pengertian
Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan atau pengajaran.5 Media promosi kesehatan adalah alat yang dipakai untuk
mengirimkan pesan kesehatan.6
Media pendidikan kesehatan disebut juga alat peraga karena berfungsi membantu dan
memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Pembuatan alat peraga atau
media mempunyai prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima dan
ditangkap melalui pancaindra.5
Semakin banyak pancaindra yang digunakan maka semakin jelas juga pengetahuan
yang didapatkan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan alat peraga dapat melibatkan indra
sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga dapat memudahkan pemahaman bagi peserta
didik. Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu
pemahaman seseorang. Elgar menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu
kerucut.
Kerucut Elgar Dale
Keterangan :
1. Kata-Kata
2. Tulisan
3. Rekaman, Radio
4. Film
5. Televisi
6. Pameran
7. Field Trip
8. Demonstasi
9. Sandiwara
10. Benda Buatan
11. Benda Asli
Berdasarkan gambar alat peraga yang memiliki intensitas paling tinggi adalah benda
asli sedangkan yang memiliki intensitas paling rendah adalah katakata. Hal ini berarti bahwa
penyampaian materi hanya menggunakan kata-kata saja kurang efektif jadi akan leih efektif
dan efisien jika menggunakan beberapa alat peraga atau gabungan beberapa media. Pemilihan
media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis,
karakteristik partisipan, dan sumber daya pendukung.Contohnya didaerah terpencil yang
hanya dapat dicapai dengan pesawat terbang khususdan pendidikan kesehatan yang
25

diinginkan adalah yang mencapai sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dapat dipilih
adalah flyer atau media elektronik jika sumber dayanya memungkinkan.5,6

26

Anda mungkin juga menyukai