Anda di halaman 1dari 112

Sistem Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari


pengabdian dan peran serta WP untuk melaksanakan
kewajiban perpajakan
Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan
pemungutan pajak berada pada WP, pemerintah
berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan
pengawasan.
WP melaksanakan sistem self assesment dengan
harapan mudah dipahami, sederhana, terkendali dan
lebih teratur

Pembukuan fiskal
Dengan adanya self assesment, pemerintah
memberikan kepercayaan kepada masyarakat
untuk menghitung dan melaporkan sendiri
pajaknya dan diharapkan masyarakat menjadi
mitra
untuk
pemasukan
uang
ke
kas
negara
WP dan pemerintah dengan fungsinya masing

masing mempunyai media yaitu berupa


pembukuan

Pembukuan
(pasal 1 angka 26 UU KUP)

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan


yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan
yang meliputi keadaan harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan
dan dengan
penyerahan
barang laporan
atau jasa
yang diakhiri
menyusun
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
pada setiap tahun pajak berakhir.

Akuntansi
Akuntansi adalah suatu sistem informasi
Proses akuntansi adalah proses pencatatan,
pengelompokan, pengikhtisaran, pelaporan dan
penganalisaan data keuangan suatu organisasi
Akuntansi dibutuhkan oleh berbagai pihak baik
pihak internal maupun pihak eksternal

Kewajiban pembukuan bagi Wajib Pajak

Wajib Pajak di Indonesia, wajib


menyelenggarakan pembukuan, yaitu suatu
proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
pada setiap Tahun Pajak berakhir.

Kewajiban...
Selain dapat dihitung besarnya PPh, pajak-pajak lainnya
juga harus dapat dihitung dari pembukuan tersebut. Agar
PPN dan PPnBM dapat dihitung dengan benar,
pembukuan harus mencatat juga jumlah harga
perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual atau nilai
ekspor, jumlah harga jual dari barang yang dikenakan
PPnBM, jumlah pembayaran atas pemanfaatan BKP
tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean dan atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pembukuan
diselenggarakan
Pabean diharus
dalam
Daerah Pabean,dengan
jumlahcara
PMatau
yang dapat
sistem
yang lazim
di Indonesia
misalnya
dikreditkan
dan dipakai
yang tidak
dapat dikreditkan
berdasarkan
SAK, kecuali
peraturan lain
perundangundangan perpajakan
menentukan

Syarat pembukuan dalam perpajakan


Pembukuan harus diselenggarakan dengan
memperhatikan itikad balk dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya
Pembukuan atau pencatatan harus
diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mats uang Rupiah
Disusun dalam Bahasa Indonesia atau dalam
Bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan

Syarat pembukuan...
Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari
catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang
Pembukuan dengan menggunakan Bahasa
asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah
mendapat izin Menteri Keuangan

Prinsip taat azas


Prinsip tact asas adalah prinsip yg sama
digunakan dalam metode pembukuan
dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk
mencegah penggeseran laba atau rugi
Prinsip ini diterapkan dalam

Stelsel pengakuan penghasilan;

Tahun buku;

Metode penilaian persediaan;

Metode penyusutan dan amortisasi

Stelsel akrual
Stelsel akrual adalah suatu metode
penghitungan penghasilan dan biaya
dalam anti penghasilan diakui pada waktu
diperoleh dan biaya diakui pada waktu
terutang. Jadi tidak tergantung kapan
penghasilan itu diterima dan kapan biaya
itu dibayar tunai

Stelsel kas

suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas


penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar
secara tunai. Menurut stelsel ini, penghasilan baru
dianggap sebagai penghasilan, bila benar-benar telah
diterima tunai dalam suatu periode tertentu, serta biaya
baru dianggap sebagai biaya, bila benar-benar telah
dibayar tunai dalam suatu periode tertentu. Stelsel kas
biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi
atau perusahaan jasa misalnya transportasi, hiburan,
restoran, yang tenggang waktu antara penyerahan jasa
dan penerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama

Pemakaian stelsel kas untuk penghitungan


PPh

Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode


harus meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai
maupun yang bukan. Dalam menghitung harga pokok
penjualan harus diperhitungkan seluruh pembelian dan

persediaan
Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan
hak-hak yang dapat diamortisasi, biaya-biaya yang
dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan
melalui penyusutan dan amortisasi
Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas
Penggunaan stelsel kas untuk tujuan perpajakan dapat
juga dinamakan stelsel campuran

Hubungan Akuntansi Pajak dengan


Akuntansi Komersial

Akuntansi komersial menyajikan informasi


tentang keadaan yang terjadi selama
periode tertentu. Dari informasi tersebut,
manajemen atau pihak lain yang
berkepentingan dapat mengambil suatu
penilaian dan kesimpulan mengenai
kondisi dan kinerja perusahaan.

Hubungan...
Secara umum, akuntansi komersial disusun dan
disajikan berdasarkan Standar yang berlaku, yaitu
Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Namun, untuk
kepentingan perpajakan, akuntansi komersial harus
disesuaikan dengan aturan perpajakan yang berlaku
di Indonesia. Dengan demikian, apabila terjadi
perbedaan antara ketentuan akuntansi dengan
ketentuan pajak, untuk keperluan pelaporan dan
pembayaran pajak maka Undang-Undang
Perpajakan memiliki prioritas untuk dipatuhi
sehingga tidak menimbulkan kerugian material bagi

wajib pajak yang bersangkutan

Tujuan Laporan Keuangan Pajak

Memberikan informasi-informasi yang


diperlukan untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak (PPh) dan Dasar
Pengenaan Pajak (PPN)
Membantu wajib pajak untuk menghitung
besarnya pajak yang terutang
Mengetahui dan menilai tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam menjalankan sistem self
assessment, terutama apabila sedang terjadi
pemeriksaan atau penyidikan pajak.

Ciri Kualitatif Laporan Keuangan


Pajak
Dapat dipahami oleh petugas/pemeriksa pajak.

Sensitivitas informasi, bukan materialitas.


Laporan Keuangan Fiskal disajikan secara jujur, dengan itikad
balk, substansi penghasilan dengan Hama dan dalam bentuk
apapun, substansi beban yang dapat dikurangkan dari
penghasilan
(deductible
expenses)
adalah yang
beban untuk
mendapatkan,bruto
menagih,
dan menerima
penghasilan
merupakan obyek pajak yang dihitung dari penghasilan neto.
Dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya, terutama untuk
kompensasi kerugian, utang-piutang antar periods, dan
perbandingan
pengakuan
laba atau
rugs
yang menuntut
konsistensi kebijakan
akuntansi
pajak.
Perubahan
kebijakan
akuntansi pajak dimungkinkan dengan persetujuan DirekturP
Jenderal ajak dengan mengajukan permohonan dilengkapi
alasan.

Ciri

Laporan keuangan fiskal harus tepat waktu,


paling lambat akhir bulan ketiga setelah
berakhirnya tahun buku.
Akuntansi Pajak harus independen terhadap
akuntansi komersial.
Apabila akuntansi komersial tidak mampu
menerbitkan laporan keuangan tepat waktu,
akuntansi pajak harus mampu menerbitkan
laporan keuangan fiskal sendiri. Koreksi fiskal
merupakan salah satu cara praktis dalam
penyusunan laporan keuangan fiskal.

Pendekatan dalam menyusun laporan


keuangan fiskal

Ketentuan pajak secara dominan mewamai praktek


akuntansi. Pada pendekatan ini, wajib pajak hares
menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan
ketentuan perpajakan. Dengan demikian, setidaknya ada
2 (dua) laporan yang disusun oleh wajib pajak, yaitu
laporan keuangan komersial dan laporan keuangan

Ketentuan
pajak merupakan standar yang terpisah dari
fiskal
praktek akuntansi. Pada pendekatan kedua, wajib pajak
bebas menyelenggarakan pembukuan berdasarkan
prinsip akuntansi. Untuk kepentingan pajak, wajib pajak
menyusun sebuah laporan keuangan fiskal melalui
akuntansi
dengan ketentuan
perpajakan
proses
penyesuaian
dan rekonsiliasi
antara praktek

Pendekatan...

Ketentuan pajak merupakan sisipan


terhadap standar akuntansi. Pada
pendekatan terakhir, laporan keuangan
disusun berdasarkan standar akuntansi.
Namun, preferensi diberikan kepada
ketentuan pajak apabila terdapat
pengaturan yang tidak sejalan dengan
standar akuntansi

Penyusunan laporan keuangan fiskaI


Pajak tidak mengatur secara khusus mengenai
cara atau alur dalam menyusun sebuah laporan
keuangan. Oleh karena itu, wajib pajak dapat
mengikuti alur penyusunan laporan keuangan
yang terdapat dalam akuntansi komersial
Laporan keuangan dimulai dari pencatatan
dokumen-dokumen dasar yang terjadi dalam
sebuah transaksi ke dalam buku harian atau
jurnal harian. Kemudian, jurnal harian tersebut
dimasukkan (posting) ke dalam buku besar

Penyusunan...
Pada akhir periode, dari buku besar disusun neraca

terhadap
keadaan
yang sebenarnya
pada akhir
saldo sebelum
penyesuaian.
Dengan terjadi
penyesuaian
tahun dan catatan penutup (closing entries), disusunlah
sebuah neraca saldo setelah penyesuaian
Dari neraca saldo setelah penyesuaian tersebut,
diperoleh sebuah laporan keuangan komersial
Untuk kepentingan pajak, laporan keuangan komersial
disesuaikan dengan ketentuan pajak yang berlaku
sehingga diperoleh sebuah laporan keuangan fiskal.
Penyesuaian
laporan
keuangan
komersial
dengan
ketentuan
pajak
Iebih dikenal
dengan
sebutan
rekonsiliasi fiskal

Pajak Penghasilan Pasal 21

PPh pasal 21 terutang pads akhir bulan


dilakukannya pembayaran atau pads akhir bulan
terutangnya
bersangkutan
PPh
pasal 21 penghasilan
yang telah dipotong
dan
disetorkan secara benar oleh pemberi kerja atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh
sehubungan dengan pekerjaan dari satu
pemberi kerja merupakan pelunasan pajak yang
terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan

Kasus 1
Tn. Ibadurrahman dengan status TWO beker*a pada PT. Pow-Pow sejak.

tahun 1999. Pada tahun 2006, setia bulan PT. Pow-Pow membayar a i
pokok sebesar Rp4.000.000,
tun1'an9 an transport RP400.000, dan tunjangan
makan sebesar Rp400.000.
PT. Pow-Pow mengikuti program jamsostek dan Dana Pensiun yang sudah

mends at en Pesahan
dan Menteri Keuan an den ang
g
berikutp

g perincian

seba ai
g

Premi asuransi kecelakaan kerja

0,24% dad gaji pokok

Premi asuransi kematian


luran JHT

0,3% dari gaji pokok

3.7% dari gaji pokok

luran pensiun
RplOO.000
Pembayaran yang dilakukan sendiri oleh Tn. Ibadurrahman adalah :
luran JHT
luran pensiun

2% dad gaji pokok


Rp50.000

Berapa PPh pasal 21 yang harus dipotong atas penghasilan diterima Tn.
Ibadurrahman setiap bulannya

Penghitungan PPh pasal 21 setiap bulan


Gaji
Tunjangan transport
Tunjangan makan
Premi JKK
Premi JKM
Penghasilan Bruto
Pengurang
Biaya Jabatan (5% x Rp4.821.600)
Maksimum
Rpl08.000
luran JHT
Rp 80.000
luran Pensiun
Rp 50.000
Jumlah pengurang
Penghasilan neto sebulan
Penghasilan neto setahun
PTKP (TK/-)
Penghasilan Kena Pajak
5% x Rp25.000.000
=Rp
10% x Rp16.803.000
=.R
PPh pasal 21 terutang setahun

PPh pasal 21 terutang sebulan

Rp

Rp
4.000.000
Rp
400.000
400.000
Rp
9.600
RD
12.000
Rp
4.821.600

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

238.000
4.583.600
55.003.200
13.200.000

Rp.

41.803.200

1.250.000
1.680.300

Rp.
Rp.

2.930.300
244.191

Jurnal
Biaya gaji
5.069.600
Utang PPh ps 21
244.191
Utang premi jamsostek
21.600
Utang iuran pensiun
100.000
Utang iuran THT
148.000
Utang gaji
4.555.809

Kasus 2
Azizan, status belum kawin, dalam bulan
januari 2006 bekerja pads PT. Rizqi
selama 15 hari kerja dengan menerima
upah yg dibayar secara harian sebesar
Rp. 150.000 untuk 15 hari kerja tersebut

Perhitungan PPh Pasal 21 pada had ke-1 s/d 7


Upah sehari
Rp 150.000,Batas tidak kena pajak
Rp 110.000,Penghasilan kena pajak sehari
Rp 40.000,PPh Pasal 21 terutang sehari
Rp
2.000,Perhitungan pada had ke-8 (ketika melebihi Rp 1.100.000,-)
Upah sehari
Rp 150.000,Penghasilan tidak kena pajak (TK/-)
Rp 36.667,Penghasilan kena pajak sehari
Rp 113.000,PPh Pasal 21 terutang sehari
Rp
5.650,PPh Pasal 21 yang dipotong pada had ke-8 adalah:
= {(Rp 5.650,- Rp 2.000,-)x7} + Rp 5.650,= Rp 31.200,PPh pasal 21 had ke-9 sampai dengan had ke-15 masingmasing sebesar Rp5.650. Total PPh yang terutang adalah :
84.750

Jurnal
Biaya Upah
Utang PPh ps 21
Kas atau Bank

2.250.000
84.750
2.165.250

PPh Pasal 22
Merupakan penjualan atau pembelian
barang yang terkait dengan Badan
pemungut PPh pasal 22 yang telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Pemungut PPh pasal 22 antara lain
Bendaharawan pemerintah, KPPN,
BUMN, DJBC, clan Inclustri-inclustri
tertentu yang ditunjuk sebagai pemungut

Kasus 1
PT. Jujur Makmur menjual beras
sebanyak 100 kuintal kepada Departemen
keuangan dengan harga Rp50.000.000
PT. Jujur Selalu menjual seperangkat
komputer kepada Pemda DKI seharga
Rpl 1.000.000 sudah termasuk PPN

Jawaban
Jurnal yang dilakukan PT. Jujur Makmur
49.250.000
Kas
UM Pajak(ps22)
750.000
Penjualan
50.000.000
Jurnal yang dilakukan PT. Jujur Selalu
Kas
9.850.000
UM pajak (Ps22
dan PPN)
1.150.000
Penjualan
10.000.000
utang PPN
1.000.000

Kasus 2
PT. Amanah mengimpor bahan baku
dengan harga RplOO.000.000. Bahan
baku dibebaskan dari PPN dan
menggunakan API
PT. Istiqomah membeli baja sebagai
bahan baku sebesar Rp. 100 juta
(belum
termasuk PPN) ke PT Krakatau Steel

Jawaban
Jurnal yang dilakukan PT. Amanah
Persd bhn baku 100.000.000
UM pajak
2.500.000
Kas/bank
102.500.000
Jurnal yang dilakukan PT. Istiqomah
Persd bhn baku
100.000.000
UM pajak ps22
300.000
UM PPN
10.000.000
Kas/bank
110.300.000

PPh pasal 23
Dikenakan atas pembayaran atau pembebanan
jasa, sewa, bunga, dividen, royalti, clan hadiah
yang telah diterimanya
Dikenakan tarif 15% x penghasilan bruto yaitu
atas deviden, bungs, royalti dan
hadiah/penghargaan
Dikenakan tarif 15% x ph bruto (final) yaitu atas
bungs simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
Dikenakan tarif 15% x perkiraan ph neto yaitu
atas sews dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harts serta imblan
sehubungan dengan jasa

Kasus 1
PT. Bijak melakukan pembayaran atas
jasa konsultasi kepada PT. Baik
(pengusaha kecil non PKP) sebesar

Rpl 0.000.000.
PT. Segar melakukan pembayaran atas
jasa catering kepada PT. Seger (PKP)
atas jasa catering sebesar Rp50.000.000
(belum termasuk PPN)

Jawaban
Jurnal PT. Bijak
Biaya konsultan
10.000.000
Kas
9.550.000
Utang PPh pasal
450.000
23
Jurnal
Baik
KasPT.9.550.000
UM PPh ps 23 450.000
Penghasilan konsultan
10.000.000

jawaban
Jurnal PT. Segar
50.000.000
Biaya jasa catering
5.000.000
UM PPN
54.250.000
Kas
Utang PPh pasal
750.000
23
Kas
Jurnal PT. Seger 54.250.000
UM PPh ps 23
750.000
Penghasilan catering
50.000.000
Utang PPN
5.000.000

Kasus 2

PT. Xtra membayar dividen kepada


pemegang saham dalam negeri sebesar

Rpl .000.000

PT. Vita membayar bungs pinjaman

kepada PT. Wits sebesar Rpl .000.000

Jawaban

Jurnal
Laba ditahan
1.000.000
Utang PPh pasal 23
150.000
Utang dividen
850.000

Jawaban
Jurnal PT. Vita
Biaya bungs
1.000.000
Utang PPh 23
150.000
Kas
850.000
Jurnal PT. Wits
Kas
850.000
UM PPh 23
150.000
Penghasilan bungs
1.000.000

Kasus 3 (PPh ps 4(2))

PT. A melakukan pembayaran sewa


gedung pads PT. Z (pengusaha kecil non
PKP) sebesar Rp12.000.000. PT. A
memotong PPh final sebesar 10%

jawaban

Jurnal PT. A
Biaya sewa gedung 12.000.000
Kas
Utang PPh ps
4(2)
KasPT.10.800.000
Jurnal
Z
PPh ps 4(2)
1.200.000
Penghasilan sewa gdg

10.800.000
1.200.000

12.000.000

PPh pasal 26
IPemotongan PPh pasal 26 ditujukan

terhadap jenis penghasilan yang diterima/


diperoleh Subyek Pajak Luar Negeri
Tidak semua penghasilan yang
dibayarkan ke luar negeri akan di potong
PPh pasal 26 namun dilihat apakah adan
Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) atau tax treaty

Kasus 1
PT. Crista berusaha di bidang properti
mengasuransikan bangunannya kepada
perusahaan asuransi di luar negeri,
dengan premi asuransi dibayar dimuka
sebesar Rpl milyar untuk 1 tahun

jawaban
Jurnal PT. Crista
Biaya Premi asuransi
utang PPh ps 26

1.000.000.000
100.000.000
utang premi asuransi
900.000.000
Utang PPh ps 26
100.000.000
Utang Premi Asuransi 900.000.000
Kas atau bank
1.000.000.000

Kasus 2

Mekdi Indonesia membayar royalti kepada


mekdi USA atas pemakaian merek
dagang sebesar Rp250.000.000

jawaban

Jurnal
Biaya royalti
250.000.000
utang PPh ps 26
50.000.000
utang royalti
200.000.000

Pajak Pertambahan Nilai


PPN dapat dibedakan ke dalam 2 tipe yaitu
pajak masukan dan pajak keluaran
Jika dalam suatu masa pajak, saldo kredit
rekening PPN-keluaran lebih besar dari pada
saldo debit rekening PPN-Masukan maka
selisihnya merupakan PPN yang harus dibayar
Apabila sebaliknya maka selisihnya merupakan
kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan
pads masa pajak berikutnya

Pajak Pertambahan Nilai


PPN masukan dapat dipandang sebagai
uang muka PPN, sedang PPN Keluaran
dapat dipandang sebagai utang PPN
Penghitungan uang muka dan utang PPN
tersebut harus dilakukan pada setiap
bulan atau masa pajak

Kasus 1
PT. Sinam adalah PKP pads bulan
Januari dan Februari 2007 mempunyai
data sebagai berikut (dalam jutaan):
Jan
Feb
Penjualan
250
250
Pembelian
300
200
PPN Keluaran
25
25
PPN Masukan
30
20

Penjelasan

Januan

Februari

0
1

PPN Keluaran (utang


PPN)

25.000.000 25.000.000

PPN Masukan (uang

30.000.000 20.000.000

muka PPN
3

PPN Lebih (kurang)

5.000.000 (5.000.000)

dibayar

4 Kompensasi PPN yg
lebih dibayar

(5.000.000) 5.000.000

Jurnal
Januari
Persediaan brg dgn
300.000.000
PPN masukan (UM PPN) 30.000.000
Utang dagang
330.000.000
Piutang dagang (kas) 275.000.000
Hasil penjualan
250.000.000
PPN Keluaran (utang PPN)
25.000.000
PPN Keluaran
25.000.000
PPN Masukan
25.000.000

Jurnal
Februari
Pers brg dggn
PPN Masukan
Utang dagang
Piutang dagang
Hasil penjualan
PPN Keluaran
PPN Keluaran

PPN Masukan

200.000.000
20.000.000
220.000.000
275.000.000
250.000.000
25.000.000
25.000.000
25.000.000

Kasus 2
no Penjelasan TerutangTdk tutg

total

pajak
1

Penjualan

Pers brg
dagangan
PPN keluaran

PPN masukan

pjk

250.000.

100.000.

350.000.

000

000

000

150.000.
000
25.000.0
00
15.000.0
00

80.000.0 230.000.
00
000
25.000.0
0
00
8.000.00 23.000.0
0
00

jurnal
PPN keluaran
HPP
PPN masukan
Kas atau bank

25.000.000
8.000.000
23.000.000
10.000.000

Kasus 3
PT. QQ adalah eksportir, membeli barang
untuk diekspor. Pada masa maret 2007,
pembelian seluruhnya BKP sejumlah
Rp175.000.000 sedang penjualan ekspor
sebesar Rp.250.000.000. kelebihan
pembayaran direstitusikan pads bulan
maret 2007

Jurnal
Piutang dagang 250.000.000
HPP
175.000.000
Hasil penj eksp
250.000.000
pers brg dggan
175.000.000
Pers brg dggn
175.000.000
17.500.000
PPN masukan
utang dagang/kas
192.500.000
Piutang restitusi PPN
17.500.000
PPN masukan
17.500.000

Kasus 4

PT. Sejuk pada bulan Februari 2007


melakukan penjualan BKP YTM seharga

Rp750.000.000 . Barang tersebut waktu


diimpor dengan harga Rp500.000.000
(PPnBM 20%):
DPP
750.000.000
PPN
75.000.000
jumlah
825.000.000

Jurnal
Persediaan
PPN Masukan
Kas/bank

600.000.000
50.000.000
650.000.000

Piutang dagang
Hasil penjualan
PPN Keluaran

825.000.000
750.000.000
75.000.000

PPN keluaran
PPN Masukan
kas /bank

75.000.000
50.000.000
25.000.000

Perolehan Aktiva Tetap


Membeli tunai
Membangun sendiri
Menukar dengan aktiva lain
Aktiva tetap dicatat dengan prinsip harga
perolehan
Sesuai dengan Pasal 10 UU PPh yang
menganut prinsip harga historis

Pembelian aktiva tetap tidak ada hubungan


istimewa
Pembeli : harga beli dan biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh
harta
Penjual : harga penjualan adalah harga
yang sesungguhnya diterima

Pembelian aktiva tetap apabila ada


hubungan istimewa
Pembeli : jumlah yang seharusnya
dikeluarkan oleh pembeli
Penjual : Harga penjualan adalah harga
yang seharusnya (harga pasar wajar)

Pertukaran aktiva
Menggunakan harga pasar aktiva yang
seharusnya diperoleh
Diakui adanya gain/loss pe rtukaran aktiva
Tidak mengenal sejenis atau tidak sejenis
Gain/loss karena pertukaran aktiva dinilai
dari selisih harga pasar dikurangi nilai
buku

Aktiva tetap yang didapatkan dari setoran


modal
Penilaian harga ditetapkan oleh ahli yang tidak
terikat oleh perusahaan
Harus disertai rincian yang menerangkan nilai
atau harga, jenis, status, tempat kedudukan dli
Dasar penilaian adalah nilai pasar
Bagi pihak yang mengalihkan terdapat capital
gain/loss yaitu sebesar selisih antara nilai buku
dengan harga pasar yang ditetapkan

aktiva tetap dari hibah/bantuan


Ada hubungan usaha dinilai berdasarkan harga
pasar:
Penerima : objek pajak penghasilan
Penyumbang : selisih antara nilai pasar dengan

nilai buku
yang merupakan
laba/rugi
Tidak
ada hubungan
usaha dinilai
berdasarkan
nilai buku
Penerima : Bukan objek pajak
Penyumbang : bukan biaya

Membangun sendiri
Semua biaya yang dikeluarkan untuk
membangun merupakan komponen harga
perolehan aktiva tetap
Sesuai dengan SE-20/PJ.42/1994, pengeluaran
bungs pinjaman selama mass konstruksi
merupakan komponen dari biaya langsung yang
menjadi bagian pembentukan harga pokok atau
harga perolehan aktiva seperti gedung. Jadi
pengeluaran bungs pinjaman sampai dengan
gedung selesai dan siap digunakan harus
dikapitalisir menjadi komponen harga perolehan.

Macam-macam kurs
Kurs menteri keuangan : kurs yg ditetapkan oleh
Menkeu yg ditetapkan tiap minggu
Kurs realisasi : kurs yg sebenarnya terjadi pada
waktu perusahaan merupiahkan valas atau pads
waktu perusahaan membeli valas
Kurs Bank Indonesia : kurs untuk mencatat
utang piutang serta transaksi dalam valuta
asing. Yang digunakan adalah kurs tengah BI
yang merupakan rata-rata antara kurs jual dan

kurs bell

Kurs Merited Keuangan


Digunakan untuk penghitungan pajak-pajak yang
terutang dalam valuta asing yang harus terlebih dahulu
di nilai ke dalam mata uang rupiah
Perhitungan bea masuk, PPN-import, PPh pasal 22
sesuai dengan tanggal PIB
Penghitungan PPN clan PPn BM sesuai tanggal faktur
pajak
Penghitungan PPh pasal 21 atau PPh pasal 26 apabila
penghasilan diterima dim mats uang asing
Penghitungan pajak ekspor
Penghitungan Pajak final yang dibayarkan dim valuta
asing

Kurs Menteri Keuangan

Pada tgl 17 Juni 2005 PT. Z (PKP) menjual


barang secara kredit kepada PT.Y (PKP)
seharga $ 10.000 belum termasuk PPN. FP
standar dibuat tanggal 31 Juli 2005 dan dilunasi

tanggal 13 Agustus 2005. Kurs menkeu 15-20


juni Rp. 10.000, 29 jul-4 ags Rp. 10.100 dan
11-16 ags Rp.10.200. Berapa jumlah PPN
Faktur pajak dibuat pads tanggal 31 Juli 2005,
terutang ?
PPN dihitung 10% x $ 10.000 x 10.100 =
Rp. 10.100.000

Kurs...
Jurnal PT. Z
Piutang dagang
PPN Keluaran

10.100.000
10.100.000

Jurnal PT. Y
PPN Masukan
Utang dagang

10.100.000
10.100.000

Kurs BI
Digunakan oleh perusahaan yg
pembukuan dgn rupiah untuk
membukukan transaksi yg nilainya dalam
valuta asing
Perbedaan selisih kurs BI terjadi pada
saat membukukan utang piutang valas
dengan kurs BI pads saat realisasi
menimbulkan labs atau rugi selisih kurs

Kurs BI
Contoh sblmnya, Kurs tengah BI 17 Juni 2005, Rp.10.200 dan kurs
realisasi tgl 13 ags 2005 Rp.10.300
$10.000 x Rp.10.200 = 102.000.000
Penjualan PT.X
$ 1.000 x Rp 10.100 = 10.100.000
PPN
Jmi yg dibayar PT.Y
113.300.000
Selisih kurs
1.200.000
Jumal PTA
PT.Y
30/06 Piutang dgg 102.000.000 Pembelian 102.000.000
Utang dgg 102.000.000
Penjualan 102.000.000
Utang dgg 112.100.000
13/08 Kas/bank 113.300.000
Rugi selkurs 1.200.000
Piutang dgg 112.100.000
Kas/bank 113.300.000
Laba selkurs
1.200.000

Kurs BI
Pada tgl 30-4-05 PT.A deposito uangnya
$10.000 dgn kurs Rp.12.457. Jatuh tempo
deposito 31-10-05. pads saat pencairan
kurs Rp.13.200

Rp yg dikeluarkan ($1O.000xRp.12.457)= 124.570.000


Rp. Diterima($10.000xRp.13.200)
= 132.000.000
Keuntungan selkurs
7.430.000

Selisih kurs akhir tahun


PSAK menyatakan utang piutang dalam valas
pads akhir tahun dinyatakan dalam kurs per tgl
31 Desember. Pajak memberikan pilihan bagi

WP untuk menyesuaikan nilai utang piutang


asas/konsisten
valas
dengan kurs BI atau tidak asalkan taat
Apabila WP tidak menyesuaikan nilai utang
piutang valas sesuai kurs pada akhir tahun
berarti WP menggunakan kurs tetap

Revaluasi Aktiva Tetap


PMK No:79/PMK.03/2008

Meningkatkan nilai perusahaan shg


memudahkan perusahaan dalam proses
pencarian dana, baik melalui pinjaman maupun
penjualan saham
Meningkatkan biaya penyusutan aktiva tetap
dimasa mendatang
Meningkatkan keakuratan perhitungan
penghasilan maupun biaya sehingga
mencerminkan kemampuan perusahaan yang

Agar
neraca
perusahaan
menunjukkan
posisi
sebenarnya dalam menghasilkan laba
kekayaan perusahaan yang sebenarnya

Subyek revaluasi
WP Badan dalam negeri termasuk BUT yang
menggunakan pembukuan setelah memenuhi
semua kewajiban pajaknya sampai dengan
masa pajak terakhir sebelum dilakukan revaluasi
WP Orang Pribadi dalam negeri walaupun
menggunakan pembukuan, tidak berhak
melakukan revaluasi karena tidak terjadi
pemisahan harts antara harts pribadi dan harts
perusahaan. Termasuk WP Badan yang
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa
Inggris dan mats uang dollar amerika serikat

Obyek Revaluasi
Semua aktiva tetap berwujud, termasuk tanah
yang berstatus hak milik atau hak guna
bangunan atau
Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk
tanah, yang terletak atau berada di Indonesia,
dimiliki,
dan dipergunakan
untuk 3M penghasilan
yang merupakan
objek pajak
Penilaian kembali dapat dilakukan setelah lewat
jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan terakhir yang
dilakukan berdasarkan peraturan Menteri
Keuangan

Pengajuan permohonan
Wajib pajak mengajukan permohonan
kepada Dirjen Pajak
Dirjen Pajak diberi wewenang untuk
menerbitkan surat keputusan penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan atas
permohonan Wajib Pajak tersebut

Nilai pasar atau nilai wajar


Penilaian kembali aktiva tetap harus dilakukan
berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva
tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian
kembali
yang
ditetapan
perusahaan
penilai
yang
telah mendapat izin dari pemerintah

Apabila nilai pasar tersebut tidak mencerminkan


keadaan sesungguhnya, Dirjen Pajak dapat
menetapkan kembali nilai pasarnya
Penilaian kembali dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 1 tahun sejak tanggal laporan
perusahaan penilai

Penghitungan PPh Final Revaluasi


Selisih lebih revaluasi dihitung dengan
mengurangkan nilai pasar aktiva (hasil
penilaian) dengan nilai sisa buku fiskal
PPh yang harus dibayar adalah 10% x selisih
lebih revaluasi dan bersifat final
Apabila wajib pajak tidak dapat melunasi
sekaligus PPh yang terutang dapat mengajukan
permohonan pembayaran angsuran paling lama
12 bulan sesuai dengan UU KUP

Contoh kasus (dalam jutaan)

Pada tanggal 1
Akt NBF Nilai Sel
januari tahun 2005
tetap pasar lebih
PT ABC melakukan
Tana20002500 500
penilaian kembali.
h
Berapa PPh
Ban 200 450 250
final
atas revaluasi ?
gnan
Mesi 10008000 7000

n
Juml 3200109507750
ah

Jawaban
PPh revaluasi akt tetap 10% x 7750 juts =
775 juta (final)
Jumlah tersebut dapat diangsur oleh wajib
pajak paling lama 12 bulan dengan
mengajukan permohonan sesuai dengan
pasal 9 ayat (4) UU KUP

Perlakuan aktiva tetap setelah direvaluasi


Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap adalah nilai pada
saat penilaian kembali
Masa manfaat aktva menjadi kembali mulai nol tahun
Tidak boleh dialihkan dalam jangka waktu sebelum 5
tahun untuk kelompok 1 clan 2 serta sebelum lewat
jangka
waktu
tahun untuk kelompok 3 clan 4,
angunan
clan 10
tanah
Apabila terjadi pengalihan, atas selisih lebih penilaian
kembali diatas NSBF semula, dikenakan tambahan PPh
yang bersifat final dengan tarif tertinggi PPh WP Badan
DN yang berlaku saat penilaian kembali dikurangi 10%
Selisih antara nilai pengalihan aktiva dengan NSBF
merupakan keuntungan atau kerugian berdasarkan
ketentuan PPh

Pengecualian pengaIihan
Pengalihan yang bersifat force majeur
berdasarkan keputusan atau kebijakan
pemerintah atau keputusan pengadilan
Pengalihan aktiva tetap perusahaan dalam
rangka penggabungan, peleburan atau
pemekaran usaha yang mendapat persetujuan
Penarikan aktiva tetap perusahaan dari
penggunaan karena mengalami kerusakan berat

yang tidak dapat diperbaiki lagi.

Perlakuan aktiva tetap setelah direvaluasi


Selisih lebih penilaian kembali aktiva perusahaan di atas nilai sisa
buku komersial semula setelah dikurang kompensasi kerugian,
dibukukan dalam perkiraan "Selisih lebih penilaian kembali aktiva
tetap perushaaan tanggal " clan termasuk dalam kelompok
modal.
Pemberian saham bonus atau pencatatan tambahan nilai saham
tanpa penyetoran yang berasal dad kapitalisasi selisih lebih, sampai
dengan sebesar selisih lebih penilaian kembali secara fiskal bukan
merupakan obyek pajak.
Dalam hal selisih lebih secara fiskal melebihi selisih lebih secara
komersial, maka pemberian saham bonus atau pencatatan
tamabahan nilai nominal saham tanpa penyetoran yang bukan
merupakan obyek pajak hanya sampan dengan sebesar selisih
penilaian kembali secara komersial

Sewa guna usaha (leasing)


Sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease)
Sewa guns usaha dengan hak opsi
(finance lease)
Periode leasing dapat meliputi jangka
waktu beberapa tahun

SGU tanpa hak opsi

Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating


lease) yaitu
Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU
tdk dapat menutupi harga perolehan barang
modal yang di SGU kan ditambah keuntungan
Perjanjian SGU tdk memuat ketentuan
yg diperhitungkan oleh lessor
mengenai opsi bagi lessee
Kepemilikan barang masih berada ditangan
pihak lessor sehingga yg berhak menyusutkan
barang adalah lessor.

Perlakuan Perpajakan
Lessor

Lesse

Seluruh pembayaran Biaya sewa yg dibayar/


sewa yg diterima
terutang boleh menjadi
obyek PPh pasal 23
pengurang
Menyusutkan aktiva ygTidak boleh
di SGU karena
menyusutkan karena
kepemilikan
milik lessor
Memungut PPN jasa Memotong PPh ps 23
sewa yang diberikan
sesuai tarif

Kasus

PT. X (lessor) meng-SGU-kan mesin gol II


dg harga Rp200jt kepada PT. Z(lessee)
jangka waktu leasing 24 bulan clan nilai

sisa barang setelah periode leasing


adalah nihil. Pembayaran perbulan
Rp8.000.000.
Jumlah pembayaran adalah Rp192 jt lebih
kecil dari 200jt, karena tidak klausul untuk
memiliki maka termasuk operating lease

Jawaban
Lessor

PT. X

Terimasew8.000.000

Lessee

PT. Z

Bayarsewa8.000.000

a
Pungut 800.000
PPN
Dipotong
360.000
PPh ps 23

Bayar PPN800.000
Memotong 360.000

Diterima 8.440.000

PPh ps 23
Dibayar 8.440.000

PenyusutaSesuai
n metode

PenyusutaTidak ada
n

SGU dengan hak opsi

Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)


yaitu
Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU
ditambah nilai sisa harus menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor
Masa SGU ditetapkan sekurang2nya 2 th utk gol I, 3 th
utk gol II dan III dan 7 tahun utk gol bang
Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenal hak opsi
bagi lessee
Lessor berniat menjual barang dengan menghitung
jumlah seluruh angsuran lebih besar Bari harga pokok
barang

Perlakuan perpajakan
Lessor

Lessee

Ph yg menjadi obyek PPh Seluruh pembayaran


adl seluruh pembayaran
boleh menjadi pengurang

Tidak ada penyusutan


Dapat membentuk cad
piutang ragu-ragu

Tidak ada penyusutan


Tidak memotong PPh
pasal 23 atas angsuran

Kerugian dibebankan pd

Tidak dipungut PPN

akm.cad.piutang
ragu2
Besarnya PPh pasal
25
triwulanan
Jasa pembiayaan td k
terutang PPN. Penyerahan
terutang PPN

Kasus
PT. X (lessor) meng-SGU-kan mesin gol II
dg harga Rp200jt kepada PT. Z(lessee)

jangka waktu leasing 36 bulan clan nilai

sisa barang setelah periode leasing


adalah nihil. Pembayaran perbulan
Rp8.000.000. pembayaran terdiri dari
pokok Rp.5.555.555 clan bunga

Rp.2.444.445 Ada klausul opsi bagi lessee


untuk membeli

jawaban
Lessor

PT X

Mencatat

288 jute

piutang
Terima
bungs
Terimapoko

2.444.445

Lessee PT Y

5.555.555

5umlah
8.000.000 Byr sews 8.000.000
Penyusutan Tidak ads PenyusutTidak ads
Debet biaya
pnyisihan
piut

2.5% x
PPh
saldo piut pasal 23

Tidak
memungut

Usaha Jasa Konstruksl


Perencanaan konstruksi : pemberian layanan
jasa perencanaan konstruksi mulai dari studi
pengembangan sampai dengan penyusunan
dokumen kontrak
Pelakasanaan konstruksi : meliputi bagian/
seluruh rangkaian kegiatan mulai dari penyiapan
lapangan sd penyerahan akhir hasil pekerjaan
konstruksi
Pengawasan konstruksi : pengawasan bagian/
seluruh rangkaian kegiatan konstruksi

Izin usaha, kiasifikasi dan


kualifikasi
Kiasifikasi dan kualifikasi dari lembaga
yang dinyatakan dengan sertifikasi
Dilakukan oleh asosiasi perusahaan yang
telah mendapat akreditasi Bari lembaga
dan atas sertifikat yang diterbitkan harus
mendapat tanda registrasi dari lembaga
Izin usaha jasa konstruksi didapat dari
Pemda setempat, badan usaha asing
diberikan oleh Pemerintah Pusat.

Pasal 6 PP no.138 tahun 2000


Laba bruto usaha dalam suatu tahun
pajak yang diterima atau diperoleh WP
jasa konstruksi yang proses pekerjaan
fisiknya meliputi masa beberapa tahun
pajak dihitung berdasarkan metode
prosentase tingkat penyelesaian
pekerjaan
Untuk menghitung penghasilan veto, laba

bruto usaha dikurangi dengan biaya atau


pengeluaran lainnya.

Pengenaan PPh
PPh pasal 4(2) bersifat final apabila
1. Mempunyai sertifikat kualifikasi usaha
kecil yang masih berlaku clan dilegalisir
2. Nilai kontrak perproyek yang dikerjakan
tidak lebih dari Rp.1.000.000.000
Tarif : Perencanaan clan pengawasan 4%,
Pelaksanaan 2%
Apabila tidak memenuhi syarat diatas,
dikenakan PPh pasal 23 tidak final dengan tarif
yang sama.

PP 51 tahun 2008
Jasa konstruksi (final)
PelaksanaaPerencana Pengawasa
n
an
n
Usaha kecil

2%

4%

4%

Usaha
besar/men
engah

3%

4%

4%

Non

4%

6%

6%

Kualifikasi

Pembedaan Penghasilan
Penghasilan yang bukan obyek pajak,
pengertiannya terbatas yang diatur dalam pasal
4(3)
Penghasilan yang merupakan obyek pajak yang
dikenakan PPh final Pasal 4(2)
Penghasilan yang merupakan obyek pajak yang
dikenakan tarif umum atau tidak final

Biaya
Biaya yang dapat dikurangkan dari Penghasilan
Bruto (Pasal 6)
Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari
Penghasilan Bruto (Pasal 9)
Biaya yang merupakan obyek pemotongan PPh
pasal 21, 23, 26 dan 4(2) final
Biaya yang bukan obyek Pemotongan
Biaya dan pengeluaran yang tidak dapat
dikurangkan dalam menghitung PKP sesuai
pasal 4 PP no. 138/2000

Pasal 4 PP. No. 138 Tahun 2000


Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang bukan merupakan obyek pajak
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
Biaya
untuk mendapatkan,
menagih,
dan memelihara penghasilan
yang pengenaan
pajaknya bersifat
final
yang dikenakan pajak berdasarkan NPPN sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14 dan NPK sebgmana dimaksud dalam pasal 15 UU
PPh yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali pajak atas
PPh
penghasilan sebgmana dimaksud dalam pasal 26 ayat (1) UU PPh
tetapi tidak termasuk dividen sepanjang PPh tsb ditambahkan dim
Kerugian dari dasar
harta untuk
atau utang
yang tidak
dimiliki dan tidak dimiliki
penghitungan
pemotongan
pajak

penghasilan
yang merupakan
obyekatau
pajak.
dan
tidak dipergunakan
dalam usaha
kegiatan untuk 3 M

Biaya yang dapat dijadikan sbg pengurang


penghasilan bruto berdasarkan PP Nomor
138/2000 yaitu PPN Pajak Masukan

Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan dapat


dikurangkan dari penghasilan bruto sepanjang dapat
dibuktikan bahwa pajak masukan tersebut benar-banar
telah dibayar
Jika Pajak Masukan tersebut sehubungan untuk
memperoleh harts serta biaya lainnya yg mempunyai
mass manfaat lebih dari satu tahun, terlebih dahulu
harus dikapitalisasi
PM yg berkenaan dgn pengeluaran yg tdk dapat
dikurangkan dlm menentukan besarnya PKP, atas PM
tsb tidak dapat dijadikan sbg pengurang Ph bruto

PP No.145 th 2000, PP No. 60 th 2001,


PP No. 7 tahun 2002 tentang PPnBM
dapat dijadikan sebagai pengurang
penghasilan bruto

PPnBM dapat ditambahkan ke dalam harga BKP


yang bersangkutan sebagai HPP atau
dibebankan sebagai biaya sesuai dengan
ketentuan UU PPh, artinya dapat disusutkan

atau dibebankan langsung

Hal-hal lain yang diatur tentang fasilitas


pengurang PPh
Untuk kawasan KAPET dan bid usaha tertentu dan atau
didaerah tertentu, diberikan pengurangan ph netto
sebesar 30% dari jumlah penanaman modal yang
dilakukan. Diberikan selama 6 thn terhitung sejak thn
dimulainya produksi komersial, yaitu 5% dari jumlah
realisasi penanaman modal baik dalam aktiva yang
dapat disusutkan maupun yang tidak dapat disusutkan,
PP No. 147 dan 148 th 2000
Penerapan penyusutan dan atau amortisasi yang
dipercepat atau 2x lebih besar daripada umumnya

Biaya sumber Jaya manusia


Dapat dikurangkan oleh pemberi kerja (Pasal 6(1) a) dan bagi

penerima merupakan obyek PPh pasal 21 dan dipotong PPh pasal


21 (pasal4(1)a)
Tidak dapat dikurangkan oleh pemberi kerja (Pasal 9(1) e) dan bagi
penerima bukan obyek PPh pasal 21 dan tidak dipotong PPh pasal
21 (pasal 4(3) d)
M Dapat dikurangkan oleh pemberi kery'a yg berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan (KMK N0.466/KMK.04/2000 dan Kepdirjen
Tidak
dapat dikurangkan
sebagai biaya
oleh
pemberi
dan bagi
213/PJ/2001)
dan bagi penerima
bukan
obyek
PPh kery'a
pasal 21

penerima merupakan obyek PPh pasal 21 (SE-16/PJ.44/1992)

Biaya SDM yang dapat dikurangkan dan


merupakan obyek PPh Pasal 21
Gaji/Upah
Tunjangan: Keluarga, transport, prestasi, perum dsb
Premi asuransi jiwa pegawai yang dibayar perush,
termasuk Premi JKK dan Premi JKM
Uang lembur, uang transport, honor dsb.
Penggantian pengobatan
Tunjangan PPh. Pasal 21 maks sebesar yg terhutang
THR
Bonus atas prestasi kerja

Biaya SDM yang tidak dapat dikurangkan


dan bukan obyek PPh Pasal 21
Sembako :bergs, gula, minyak, dsb
Rekreasi, piknik, olahraga
PPh pasal 21 dibayar perusahaan
Cuti pegawai
Pengobatan
Perumahan
Pakaian

Biaya SDM dapat dikurangkan yg berkaitan


dengan pelaksanaan pekerjaan dan bukan obyek
PPh Pasal 21
Bukan daerah Terpencil
Penyediaan makan dan minum untuk seluruh pegawai
ditempat kerja
Pakaian dan peralatan bagi peg. Pemadam
kebakaran, proyek, seragam pabrik, hansip dan
satpam, penginapan u/ awak kpl/psw, antarjemput
4. Daerah terpencil
Tempat tinggal sepanjang dilokasi bkrja tidak ada
tempat tinggal yang dapat disewa
Pelayanan kesehatan, pendidikan dan pengangkutan
sepanjang dilokasi bkrja tidak ada

Biaya SDM yang dapat dikurangkan dan


bukan obyek PPh pasal 21
Premi JHT yang dibayar perusahaan ke PT
Jamsostek
luran pensiun yang dibayar perusahaan ke Dana
Pensiun yang sudah disahkan MENKEU RI
Biaya pendidikan, seminar, lokakarya
Biaya perjalanan dinas

Biaya SDM tidak dapat dikurangkan


tapi obyek PPh Pasal 21
Pembayaran bonus,
gratifikasi,
jasa produksi,
tantiem dan sebagainya
Merupakan bagian keuntungan (pembagian

labs atau dibebankan ke laba yang ditahan

Biaya SDM yang tidak dapat


dikurangkan
Tidak dapat dikurangkan apabila pembayaran yang
melebihi kewajaran kepada pemegang saham atau yang
mempunyai hubungan istimewa (25% atau lebih)
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau

Biaya
yang dibebankan atau di keluarkan untuk
anggota
kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi
tanggungannya
Gaji yang dibayarkan kepada anggita persekutuan, firma
atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
atas saham

Anda mungkin juga menyukai