Disusun oleh :
Kelompok 3
Endah Kusumawati
NIM.111431009
Fauzi Ramadhan
NIM. 111431010
Firstiselanisa M
NIM. 111431011
NIM. 111431012
1A - Analis Kimia
Metode I
Dengan cara penguapan dengan mendidihkan campuran larutan yang akan
dipisahkan dan mengembunkannya tanpa ada larutan yang kembali kedalam
bejana.
Metode II
Dengan pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam kondisi
tertentu sehingga larutan tersebut mengalami kontak dengan uap yang mengalir ke
atas.
Distilasi campuran biner tergantung dari jenis campurannya.
Jenis campuran I
a, dan b memberikan hasil berbeda. Bila campuran biner jenis I didistilasi
terjadi hasilsebagai berikut: misalkan campuran dengan susunan a dipanaskan,
campuran ini mulai mendidih pada Ta. Uap yang setimbang dengan larutan
mempunyai susunan a1 (Gambar VII.2.1.)
Dengan keluarnya uap ini, titik didih larutan naik, misalnya menjadi
Tb karena larutan berisi lebih banyak komponen A. Pada pemanasan terus, susunan
larutan bergerak menuju TdA dan akhirnya diperoleh A murni sebagai residu.
Bila ditinjau uapnya, uap ini berisi lebih banyak B, kalau uap diembunkan,
kemudian diuapkan, maka susunannya menuju ke TdB. Akhirnya diperoleh B murni
sebagai distilat.
terletak antara A dan C diperoleh A murni sebagai residu dan C sebagai distilat.
Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua
zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya dapat berubah- ubah. Disebut
homogeny karena susunannya begitu seragam sehinga tak dapat diamati adanya
bagian- bagian yang berlainan.
Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik antara molekul- molekulnya
sama, artinya gaya tarik antara molekul pelarut dan molekul zat terlarut sama dengan
gaya tarik molekul pelarutnya atau molekul zat terlarutnya.
Larutan ideal mempunyai sifat- sifat sebagai berikut :
-
titik didih minimal atau titik didih maksimal. Susunan campuran azeotrop tergantung
dari tekanan yang dipakai untuk membuat larutan- larutan dengan konsentrasi
tertentu.
Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi
tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa.
Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi
yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant
boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut
dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :
Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi
sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan
dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan
terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya
hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan
karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di atas, titik azeotrop
digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated vapor dan saturated liquid.
(ditandai dengan garis vertikal putus-putus)
Banyak metode yang bisa digunakan untuk menghilangkan titik azeotrop pada
campuran heterogen. Contoh campuran heterogen yang mengandung titik azeotrop
yang paling populer adalah campuran ethanol- air, campuran ini dengan metode
destilasi biasa tidak bisa menghasilkan ethanol teknis (99% lebih) melainkan
maksimal hanya sekitar 96,25 %. Hal ini terjadi karena konsentrasi yang lebih tinggi
harus melewati terlebih dahulu titik azeotrop, dimana komposisi kesetimbangan cairgas ethanol-air saling bersilangan.
Macam- macam destilasi :
1. Distilasi Sederhana, prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan
berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh berbeda.
2. Distilasi Fraksionasi (Bertingkat), sama prinsipnya dengan distilasi sederhana,
hanya distilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik,
sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang berdekatan.
3. Distilasi Azeotrop, memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih
komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa
lain yang
tekanan tinggi.
4. Distilasi Kering, memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan
cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau
batu bata.
5. Distilasi vakum, memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi,
metode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih
rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya
suhu
yang
digunakan
mendistilasinya
terlalu
F. Alat dan
a. Alat
tidak
tinggi.
Bahan
1. Adapter
b. Bahan
penampung distilat
1.
2. Adapter
Aseton
pendingin
2. Etanol
3. Gelas
4.
5. Kolom
6. Labu
7. Labu penampung distilat
8. Pipet tetes
9. Pipet volume
10. Refraktometer
11. Selang
12. Termometer
13. Termostat
14. Waterbacth (penangas air)
ukur
Kondensor
fraksionasi
dasar bulat (reaktor)
untuk
perlu
G. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan semua peralatan yang akan dipakai
2. Memberi vaselin pada setiap sambungan gelas
3. Membuat komposisi campuran aseton dan kloroform dalam reaktor dengan
perbandingan sebagai berikut :
Aseton (mL)
: 10
Etanol (mL)
:0
10
N
o
Nama
zat
Aseton
Rumus
molekul
CH3COCH
Massa molekul
Densitas
Indeks
Titik
bias
didih
()
(oC)
(gram/mol)
(gram/cm )
58,089
0,79
1,36
56,53
46
0,789
1,3610
78,4
Etanol
C2H5OH
No
Keterangan
Komposisi
Aseton (mL)
10
Etanol (mL)
10
Indeks bias ()
1,64
1,52
1,57
1,58
1,51
1,61
Aseton
(mL)
Etanol (mL)
Titik didih
Indeks bias
Indeks bias
residu
distilat
()
()
(C)
10
56,53
54
1,532
1,542
55
1,534
1,536
56
1,533
1,553
57
1,531
1,545
10
78,4
I. Perhitungan
1. Aseton 10 mL : Etanol 0 mL
Mol
- Volume 0 mL etanol
Berat etanol
=xV
= 0,789 x 0
= 0 gram
mol etanol
berat
mr
0
46
- Volume 10 mL Aseton
berat aseton= x V
= 0,79 x 10
= 7,9 gram
mol aseton =
berat
mr
=
7,9
58,089
= 0 mol
Fraksi mol
X aseton
mol aseton
= mol aseton+ mol etanol
=0,136mol
0,136
0,136+0
= 1 mol
2. Aseton 8 mL : Etanol 2 mL
Mol
- Volume 2 mL etanol
Berat etanol
=xV
= 0,789 x 2
= 1, 578 gram
mol etanol
berat
mr
1, 578
46
- Volume 8 mL Aseton
berat aseton= x V
= 0,79 x 8
=6,32gram
mol aseton =
berat
mr
=
6,32
58,089
= 0,034 mol
Fraksi mol
X aseton
=0,109mol
mol aseton
= mol aseton+ mol etanol
=
0,109
0,109+ 0,034
= 0,762 mol
3. Aseton 6 mL : Etanol 4 mL
Mol
- Volume 4 mL etanol
Berat etanol
=xV
= 0,789 x 4
= 3,156 gram
- Volume 6 mL Aseton
berat aseton= x V
= 0,79 x 6
=4,74gram
mol etanol
berat
mr
3, 156
46
mol aseton
berat
mr
=
4,74
58,089
= 0,068 mol
Fraksi mol
X aseton
=0,081mol
mol aseton
= mol aseton+ mol etanol
=
0,081
0,081+ 0,068
= 0,544 mol
4. Aseton 4 mL : Etanol 6 mL
Mol
- Volume 6 mL etanol
Berat etanol
=xV
= 0,789 x 6
,
= 4,734 gram
- Volume 4 mL Aseton
berat aseton= x V
= 0,79 x 4
=
3,16gram
mol etanol
berat
mr
4,734
46
mol aseton
berat
mr
=
3, 16
58,089
= 0,102 mol
mol
Fraksi mol
=0,054
X aseton
mol aseton
= mol aseton+ mol etanol
=
0,054
0,054+0,102
= 0,346 mol
5. Aseton 2 mL : Etanol 8 mL
Mol
- Volume 8 mL etanol
Berat etanol
=xV
= 0,789 x 8
= 6,312 gram
mol etanol
berat
mr
6, 312
46
- Volume 2 mL Aseton
berat aseton= x V
= 0,79 x 2
=1,58gram
mol aseton
berat
mr
=
1,58
58,089
= 0,137 mol
Fraksi mol
X aseton
=0,027mol
mol aseton
= mol aseton+ mol etanol
=
0,027
0,027+0,137
= 0,165 mol
6. Aseton 0 mL : Etanol 10 mL
Mol
- Volume 10 mL etanol
Berat etanol
=xV
= 0,789 x 10
= 7,89 gram
- Volume 0 mL Aseton
berat aseton= x V
= 0,79 x 0
= 0 gram
mol etanol
berat
mr
7,89
46
mol aseton
berat
mr
=
0
58,089
= 0,172 mol
Fraksi mol
X aseton
mol aseton
= mol aseton+ mol etanol
=
0
0+0,172
= 0 mol
=0 mol
Fraksi mol
1
0,762
0,544
0,346
0,165
0
Indeks bias
1,644
1,527
1,579
1,588
1,512
1,615
1,550
Indeks bias
1,500
1,450
1,400
1
0,762
0,544
0,346
0,165
fraksi mol
No
1
2
3
4
indeks bias
1,542
1,536
1,553
1,545
1,545
1,540
1,535
1,530
1,525
indeks bias
1,532
1,534
1,533
1,531
J. Pembahasan
indeks bias
Pada proses distilasi campuran biner yang pertama keluar sebagai distilat
adalah aseton. Hal ini disebabkan karena aseton memiliki titik didih yang lebih rendah
yaitu sebesar 56,53 0 C dibandingkan dengan etanol yaitu 78,4 0 C, sehingga aseton
menguap terlebih dahulu. sehingga campuran tersebut sering disebut azeotrop.
Campuran azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki
titik didih yang konstan. Pada penentuan titik didih campuran, titik didih dilihat pada
saat terjadinya tetesan pertama, hal ini menunjukkan telah tercapai nya titik didih
campuran.
Mengenai besarnya indeks bias, dapat dilihat ditabel pengamatan bahwa
indeks bias residu sebelum dan setelah dipanaskan dengan komposisi yang sama
memiliki hasil yang berbeda. Indeks bias sebelum pemanasan lebih kecil
dibandingkan indeks bias setelah dipanaskan. Hal ini dikarenakan pada saat
melakukan pemanasan, aseton menguap lebih cepat sehingga yang tersisa dalam
residu yaitu sebagian aseton yang tidak menguap dan etanol. Sehingga indeks bias
menjadi naik, sesuai dengan indeks bias etanol yang besar.
K. Kesimpulan
-
L. Daftar Pustaka
http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/07/destilasi-bertingkat.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/metodapemisahan-standar/
http://hendrisramdani.blogspot.com/2010/04/distilasi-biner-campuran-azeotrop.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Distilasi