DISUSUN OLEH :
KELOMPOK X KELAS A
21060114120064
21060114120065
21060114120066
21060114120068
21060114120069
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Problematika
Dakwah Kampus.
Tak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Agama, Bapak Suparno , S.Ag, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Kelompok X
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dawah merupakan gerakan penyadaran atas potensi fitrah yang dimiliki manusia
terhadap kedudukannya, sebagai hamba untuk beribadah kepada Allah dan sebagai
khalifah untuk memimpin dan mengelola alam semesta beserta isinya.
Dengan kata lain, dawah adalah gerakan penyadaran ummat manusia atas fungsi
kerisalahan dan kekhalifahan.
Lalu, ada apa dengan dakwah kampus? Kampus merupakan komunitas yang sarat
dengan potensi. Kampus dianggap tempat yang paling strategis dalam melahirkan caloncalon pemimpin bangsa. Artinya, kampus sebagai pusat orang-orang yang unggul (centre
of excellent). Melalui lembaga-lembaga yang ada, setiap warga kampus berpeluang
mengembangkan potensinya. Di komunitas inilah berlangsung proses penyemaian
pemimpin masa depan sebuah negeri. Sejarah telah menjadi saksi, hampir tak ada gejolak
dan perubahan yang terjadi pada masa belakangan ini tanpa partisipasi masyarakat
kampus. Kenyataan inilah yang mendorong terhadap setiap penggagas ide dan ideologi
sehingga menjadikannya sebagai sasaran pengaruh pertama dan utamanya. Kampus
sebagai pusat aktivitas (centre of activity), pusat pergerakan (centre of movement), pusat
informasi (centre of information), dan pusat rujukan (centre of reference), merupakan satu
unit kehidupan di dalamnya tergabung berbagai macam elemen, yang dapat memberikan
kontribusi positif dan juga negatif kepada dawah.
Oleh karena itu didalam pembuatan makalah ini akan kami bahas lebih lanjut
mengenai apa saja problematika yang terjadi di dalam dakwah kampus dan solusi yang
tepat untuk mengatasi hal tersebut dengan memperhatikan etika dan tahapan dakwah yang
sesuai dengan kaidah agama yang benar tentunya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan problematika dakwah kampus ?
b. Apa definisi dakwah ditinjau baik dari etimologis maupun terminologi ?
c. Bagaimana kompetensi, aqidah, dan intelektual Dai /Mubaligh dalam menyampaikan
dakwah ?
d. Apa saja etika dan tahapan dakwah ?
e. Apa saja kendala-kendala yang terjadi didalam dakwah kampus dan bagaimana cara
mengatasinya ?
1.3 Tujuan
Memberikan informasi mengenai dakwah didalam kampus, mengetahui kendala-kendala
yang mungkin dapat ditimbulkan sekaligus memberikan informasi bagaimana cara yang
harus ditempuh pihak-pihak terkait untuk mengatasinya.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Problematika Dakwah Kampus
Problematika berasal dari kata problem, artinya soal, masalah, perkara sulit,
persoalan. Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti berbagai problem atau
masalah. Dakwah menurut bahasa; dakwah berasal dari bahasa Arab yakni ( da'watan ).
Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata daa yang dalam Ensiklopedia
Islam diartikan sebagai ajakan kepada Islam.
Sedangakan pengertian dakwah menurut istilah adalah menyeru, memanggil,
mengajak dan menjamu, dengan proses yang berkesinambungan dan ditangani oleh
para pengembang dakwah. Hal ini dikarenakan Islam adalah dakwah, artinya
agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan
dakwah.
Problematika dakwah kampus merupakan permasalahan penyampaian seruan dakwah
dan pengkajian nilai nilai islami di dalam kampus. Lalu, ada apa dengan dakwah
kampus? Kampus merupakan komunitas yang sarat dengan potensi. Kampus dianggap
tempat yang paling strategis dalam melahirkan calon-calon pemimpin bangsa. Artinya,
kampus sebagai pusat orang-orang yang unggul (centre of excellent). Melalui lembagalembaga yang ada, setiap warga kampus berpeluang mengembangkan potensinya. Kini,
problematika dan tantangan Dakwah Kampus semakin hari semakin berat. Ada dua
faktor yang mempengaruhi dakwah kampus, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor
internalnya adalah jumlah dai yang kualitasnya semakin menurun . Sedangkan faktor
eksternnya adalah :
1. Struktural-birokrasi
2. Sosiokultural budaya, sebagaimana diketahui adanya sikap hidup pragmatisme,
materialisme, naturalisme, hedonisme
3. Sumber dana yang kurang tatkala menyelenggarakan program-program dawah
4. Komunikasi, baik karena terbatas saranannya atau pun kemampuan komunikasi
secara efektif kurang dimiliki oleh para aktivis
5. Sarana prasarana yang kurang atau terbatas dalam menunjang aktivitas dawah
kampus
6. Orientasi pendidikan yang dikotomis (tidak Islami).
7. Ghozwul fikri dalam seluruh segi (misal : cara berfikir yang sekuleristik).
8. Penyelenggaraan pendidikan yang melanggar akhlaq/adab Islam (semisal :
suasana ikhtilat yang terjadi di semua sudut kegiatan masyarakat kampus).
2.2 Definisi Dakwah
Secara etimologis, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti:
panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah
adalah bentuk dari isim masdar yang berasal dari kata kerja : , ,
menyeru, memanggil, mengajak.
artinya :
Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fushshilat [41] : 33).
3. Keteladanan. Dalam ajaran Islam, keteladanan diistilahkan dengan akhlak. Akhlak
merupakan tugas utama dari Nabi sebagaimana sabda Beliau Aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak. Tugas ini juga menjadi tugas para pengikutnya yang
menyatakan dirinya sebagai muslim (QS. Yusuf: 108) dan karenanya mencontoh
kepada Rasulullah sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Ahzab ayat 21
sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.
A) Aqidah dan intelektualitas seorang dai
Untuk jadi pengemban dakwah cukup bermodalkan keimanan, ilmu, dan kemauan.
Allah swt. berfirman:
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru manusia
menuju Allah?(QS Fushhilat [41]: 33)
Menurut Imam al-Hasan, ayat di atas berlaku umum buat siapa aja yang menyeru
manusia ke jalan Allah (al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi). Mereka, menurut Imam
Hasan
al-Bashri,
adalah
kekasih
Allah,
wali
Allah
dan pilihan Allah. Mereka adalah penduduk bumi yang paling dicintai Allah karena
dakwah yang diserukannya. Selain itu, pujian bagi para pengemban dakwah
senantiasa disampaikan Rasulullah untuk mengobarkan semangat para shahabat dan
umatnya. Seperti dituturkan Abu Hurairah: Siapa saja yang menyeru manusia pada
hidayah, maka ia mendapatkan pahala sebesar yang diperoleh orang-orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka. (HR Muslim).
Para shahabat Rasulullah begitu gigih dan pantang menyerah dalam berdakwah.
Sebagian besar waktu, tenaga, pikiran, harta-benda, keluarga bahkan nyawa pun rela
mereka korbankan untuk mendapatkan pahala Allah yang melimpah dalam aktivitas
dakwah. Selain itu, aktivitas dakwah tidak hanya berlimpah pahala. Dari sisi
psikologis, aktivitas dakwah sangat membantu pendakwah untuk mengenali diri dan
masa depannya.
Seorang dai sebaiknya memiliki kompetensi yang baik dalam menyampaikan
dakwah. Aqidah dan intelektualitas seorang dai tidak boleh sembarangan. Dalam
konteks seorang dai sebagai individu, diharapkan dapat memahami dasar yang bisa
menguatkan dirinya dalam ber-Islam dan alasan yang hakiki mengapa ia melakukan
aktifitas dakwah. Adanya pemahaman dasar ini akan menentukan kebijaksanaan
pribadi serta semangat geraknya. Biasanya permasalahan seorang dai seperti masalah
kejenuhan dalam berdakwah, virus merah jambu, kekecewaan terhadap dakwah atau
jamaahdakwah. Metode yang tepat untuk menyampaikan teori adalah dengan bentuk
talim dengan seorang yang memahami dengan komprehensif materi, bentuk metode
tambahan lainnya dapat di sampaikan dalam pembinaan rutin seperti mentoring. Halhal yang kiranya perlu disampaikan sebagai bekal bagi kader antara lain :
cita-
cita terhadap dakwah, ia punya orientasi dan visi yang jelas terhadap
anggung jawab yang di embannya saat ini dan memberikan dampak seman
gat y ang g
gih untuk mencapai tujuan yang ia dan lembaga dakwha harapkan. Seorang
ai yang sudah memahami urgensi dakwah dan mengetahui visi dakwah ja
gka panjang, akan mempunyai energi lebih untuk bergerak
secara trus menerus dalam
mewujudkan cita-ci
ta mulia ini. Selain itu ia memiliki semangat pengorbanan,
aik itu korban harta, waktu, perasaan, bahkan berkorban hak d
B) Akhlaq yang harus dimiliki seorang Dai
Akhlaq dai ialah akhlaq Islam yang Allah nyatakan dalam Al-quran dan rasulullah
menjelaskan dalam sunnah beliau serta para sahabat menerapkannya dalam tingkah
laku dan peri hidup mereka. Akhlak Islam yang sebaiknya dimiliki dai diantaranya:
1) Al-Shidq (Benar, tidak dusta)
2) Al-Shabr (sabar, tabah)
3) Al-Rahmah (Rasa Kasih Sayang)
4) Tawadhu (merendahkan diri, tidak sombong)
5) Suka bergaul
6) Mempunyai sifat lemah lembut
7) Bertutur kata dengan baik
8) Menghormati dan menjamu tamu dengan baik
9) Bersosial dengan masyakat dan lainnya dengan baik
10) Tidak mempersulit
Maka yang meninggalkan kesan baik pada orang lain bila bertemu dengan kaum
muslimin ialah lemah lembut akhlaknya. Dalil Rasulullah kepada muadz bin jabal
ketika muadz akan melakukan dakwah ke negeri yaman:
Artinya: Permudahlah jangan dipersukar, gembirakan jangan dibuat kesan
menjauh
2.4 Etika dan Tahapan Dakwah
Kode etik dakwah Nabi:
1) Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan. Hendaknya tidak memisahkan
antara apa yang ia katakan dengan apa yang ia kerjakan.
2) Tidak melakukan toleransi agama. Toleransi memang dianjurkan tetapi hanya
dalam batas-batas tertentu dan tidak menyangkut masalah agama (keyakinan).
3) Tidak menghina sesembahan non muslim. Dai menyampaikan ajarannya sangat
dilarang untuk menghina atau mencerca agama yang lain.
4) Tidak melakukan Diskriminasi Sosial.
5) Semua harus mendapatkan perlawanan yang sama. Karena keadilan sangatlah
penting dalam dakwah Islam. Dai harus menjunjung tinggi hak universal.
Mereka bergerak tanpa hujjah yang jelas, tidak faham manhaj, kering tsaqofah
islamiyah, sempit dalam cakrawala pemikiran keislaman sehingga dakwah menjadi
begitu hambar dan monoton. Dakwah saat ini tidak mendapat dukungan secara baik akan
tetapi permusuhan dan cacian disebabkan para aktivisdakwah yang kurang faham dalam
pemahaman pergerakan dakwah. Budaya malas belajar dan lebih asyik dalam hal-hal
yang tidak berguna seakan menjadi keseharian para aktivis dakwah kampus.
Mereka lebih suka berlama-lama berdiskusi tentang masalah percintaan (virus merah
jambu) ataupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan dakwah dari pada harus
membaca buku dan berdiskusi yang bisa menambah wawasan khazanah keislaman
mereka. Sikap apatispun muncul diantara para aktivis dakwah, mereka seakan acuh
terhadap lingkungan dan kondisi sekitar mereka. mereka tidak lagi cekatan dan sensitif
mengenai isu-isu yang berkembang dikampus.
Dari segi analisa saya ada dua hal yang menjadi masalah substansial terkait
problematika dakwah kampus saat ini, yaitu masalah kefahaman dan keteladanan pada
ruh para aktivisnya ditubuh lembaga dakwah kampus. Sehingga menyebabkan akhirakhir ini banyak tuduhan-tuduhan miring yang menghambat kinerja dakwah kampus
dari segi tujuan dan harapan demi terciptanya islamisasi kampus menuju kampus
madani.
1. Kefahaman
Dalam 10 rukun baiat syahid hasan albanna menempatkan al fahmu (pemahaman)
dalam hirarki pertama. Itu semua dikarenakan pemahaman menjadi hal foundamental
bagi para pelaku dakwah dalam menjalankanaktivitasnya. Pemahaman adalah sumber
pergerakan dan militansi juga kuatnya idealisme. Pemahaman disini bisa dikaitkan
dengan pemahaman manhaj, harokah, tsaqofah dan esensi perjuangan sesungguhnya.
Ketika pemahaman tidak ada pada aktivis maka akan timbul keraguan dan kerancuan
dalam tubuh sebuah lembaga dakwah kampus.
Mereka tidak memahami konsep dan instrument baik grand design metode pergerakan
dan ranah perjuanagn seperti apa. Mereka hanya menjadi simpatisan ataupun supporter
yang hanya fanatic mendukung tanpa faham tujuan sebenarnya. Begitu banyak para
aktivis dakwah kampus yang tidak faham manhaj. Kaerna mereka memang rata-rata hasil
rekruta kampus tanpa terfollow up dalam pembinaan yang baik.
Mereka bekerja tanpa prinsip, mereka berjalan tanpa peta dan bergerak tanpa arah.
Masih banyak para aktivis dakwah kampus yang belum mengerti kaidah dan filosofi
perjuangan, itu semua yang menyebabkan adanya ketimpangan antara dakwah siyasi
(politik kampus) dan dakwah tarbawi (syiar islam) yang seharusnya saling bersinergisasi
satu sama lain. Banyak aktivis dakwah yang mengkotak-kotakan dan memisahkan antara
dakwah siyasi dan tarbawi.
Padahal jelas-jelas islam adalah agama yang komprehensif dan universal dalam semua
aspek kehidupan ada dalam perkataan syahid hasan al banna kami meyakini bahwa
hukum dan ajaran islam itu menyeluruh, ia mengatur seluruh urusan manusia didunia dan
akhirat. Dan bahwa orang-orang yang menduga bahwa ajaran ini hanya menyentuh aspek
ibadah ritual atau ruhani tanpa memperhatikan aspek-aspek yang lain adalah salah. Sebab
islam adalah aqidah dan ibadah, tanah air dan kewarganegaraan, agama dan negara,
spiritualisme dan amal, serta mushaf dan pedang. ( majmuatur rasail risalah dakwah
jilid 1)
Karena ketidak fahaman itu yang membuat budaya-budaya permisif dan sikap apatis
tumbuh menjamur dalam tubuh lembaga dakwah kampus. Kerig ukhuwah islamiyah dan
melempemnya semanagt militansi pergerakan. Sikap fanatikpun timbul tanpa memahami
hakekat sesungguhnya, merasa paling benar, dan bangga terhadap organsiasi dakwahnya.
Ketidak fahaman juga yang menyebabkan banyaknya perpecahan ditubuh lembaga
dakwah kampus, saling menjatuhkan dan meninggalkan amanah karena masalah-masalah
internal organsiasi.
Padahal jika mereka merenungi kata-kata sang pejuang dakwah yang sangat
monumental syahid hasan al banna Berjuanglah untuk kebaikan dan kebenaran, sepahit
dan sesulit apapun. Bersatulah dalam jamaah, sebenci dan sekecewa apapun, karena
berjamaah lebih baik daripada sendirian. Bangkitlah ketika jatuh dan jangan menyerah.
Peganglah prinsip kita selama itu benar. Bertaushiahlah setiap saat, agar saudaramu
merasa memiliki dan dimiliki. Jangan tinggalkan yang dibelakangmu, tunggu dgn
kesabaran dan keikhlasan tentu itu semua tidak akan terjadi.
2. Keteladanan
Permsalahan yang substansial terkait kondisi dakwah kampus saat ini adalah masalah
keteladanan. Para aktivis dakwah saat ini telah banyak meninggalkan prinsip-prinsip
luhur para generasi awalaun yang luhur dan penuh hikmah. Mereka mulai meninggalkan
kisah-kisan fenomenal para ulama-ulama dan pejuang islam terdahulu baik sikap dan
perilaku. Aktivis dakwah yang seharusnya jadi teladan malah dibenci dan dicaci banyak
pihak dikarenakan sikap fanatik kebablasan dan main hantam dalam segala hal tanpa
memiliki kefahaman yang matang dan pertimbangan-pertimbangan ilmu syari.
Keteladan yang seharusnya menjadi brand (modal) utama dalam dakwah sebaliknya
menjadi hal yang merusak kinerja dakwah dikarena para aktivis dakwah kampus tidak
mampu mengaplikasikannya baik dari segi pergaulan, perilaku, moral dan sikap terhadap
orang lain. Saat ini yang terlihat hanyalah eksistensi, kuantitas dan identitas bukan
kwalitas tanpa nilai-nilai luhur yang mampu menjadi teladan yang baik bagi orang lain.
Krisis keteladan sangat terlihat dalam keseharian para aktivis dakwah kampus.Mereka
lebih suka berlama-lama mengobrol tentnag hal yang tidajk berguna dari pada harus
mengkaji dan menanalisa kondisi umat. Kemalasan membaca dan mempelajari manhaj,
berbaur dengan lawan jenis yang bukan muhrim, bersalaman dengan lawan jenis dan
interaksi dengan lawan jenis sesama aktivis (ikhwan dan akhwat) yang sudah keluar dari
koridor-koridor syari. Sebab krisis keteladan inilah yang menimbulkan adanya krisis
kepemimpinan, dimana aktivis dakwah yang seharusnya jadi bahan panutan sebaliknya
malah jadi bahan cemoohan.
Justifikasi dan krisis kepercayaan timbul pada lembaga dakwah kampus selaku
organisasi dakwah dikampus yang seharusnya menjadi sarana untuk memfasilitasi
mahasiswa dalam menuntut ilmu agama dikarenakan ulah para aktivisnya. Ingatlah katakata sayyid quthb dalam dirasah Islamiyah; bab bagaimana kita menyeru manusia kepada
islam kita tidak mungkin menyeru manusia kepada sesuatu kalau kehidupan pribadi
kita tidak merupakan terjemahan hidup darinya. Dawah tidak akan ada nilainya, jika
para dainya sendiri tidak menjadi bukti yang mendukung dawah itu .
Idealisme perjuangan harus selalu kita tancapkan dalam hati dan jiwa ini sebagai
perisai juga tombak yang akan selalu menjadi senjata dalam menjalani aktivitas dakwah
saat ini yang begitu penuh halangan dan tantangan. Karena idealismelah yang
membedakan antara pejuang dan pecundang, banjingan dan pahlawan, juga para
penghianat dan orang yang amanah.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
http://rifqi87.blogspot.com/2007/06/makalah-tentang-problematikadakwah.html
http://muslimahpejuang.wordpress.com/2011/01/10/dakwah-kampus- prob
rematika-dan-solusinya/
http://alfallahu.blogspot.com/2013/04/akhlaq-dan-etika-dai-dalam- berdak
wah_10.html
http://abdulbasit1912.blogspot.com/2008/09/manajemen-diri.html