Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROBLEMATIKA DAKWAH KAMPUS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK X KELAS A

1.BHEA NOVANISA PALUPI


2.ARI PURNOMOAJI
3.WIDYANTORO TRI P
4.RAIHAN AFIQ
5.NURINA NUGRAHENI

21060114120064
21060114120065
21060114120066
21060114120068
21060114120069

S1 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Problematika
Dakwah Kampus.
Tak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Agama, Bapak Suparno , S.Ag, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Semarang, Oktober 2014

Kelompok X

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dawah merupakan gerakan penyadaran atas potensi fitrah yang dimiliki manusia
terhadap kedudukannya, sebagai hamba untuk beribadah kepada Allah dan sebagai
khalifah untuk memimpin dan mengelola alam semesta beserta isinya.
Dengan kata lain, dawah adalah gerakan penyadaran ummat manusia atas fungsi
kerisalahan dan kekhalifahan.
Lalu, ada apa dengan dakwah kampus? Kampus merupakan komunitas yang sarat
dengan potensi. Kampus dianggap tempat yang paling strategis dalam melahirkan caloncalon pemimpin bangsa. Artinya, kampus sebagai pusat orang-orang yang unggul (centre
of excellent). Melalui lembaga-lembaga yang ada, setiap warga kampus berpeluang
mengembangkan potensinya. Di komunitas inilah berlangsung proses penyemaian
pemimpin masa depan sebuah negeri. Sejarah telah menjadi saksi, hampir tak ada gejolak
dan perubahan yang terjadi pada masa belakangan ini tanpa partisipasi masyarakat
kampus. Kenyataan inilah yang mendorong terhadap setiap penggagas ide dan ideologi
sehingga menjadikannya sebagai sasaran pengaruh pertama dan utamanya. Kampus
sebagai pusat aktivitas (centre of activity), pusat pergerakan (centre of movement), pusat
informasi (centre of information), dan pusat rujukan (centre of reference), merupakan satu
unit kehidupan di dalamnya tergabung berbagai macam elemen, yang dapat memberikan
kontribusi positif dan juga negatif kepada dawah.
Oleh karena itu didalam pembuatan makalah ini akan kami bahas lebih lanjut
mengenai apa saja problematika yang terjadi di dalam dakwah kampus dan solusi yang
tepat untuk mengatasi hal tersebut dengan memperhatikan etika dan tahapan dakwah yang
sesuai dengan kaidah agama yang benar tentunya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan problematika dakwah kampus ?
b. Apa definisi dakwah ditinjau baik dari etimologis maupun terminologi ?
c. Bagaimana kompetensi, aqidah, dan intelektual Dai /Mubaligh dalam menyampaikan
dakwah ?
d. Apa saja etika dan tahapan dakwah ?
e. Apa saja kendala-kendala yang terjadi didalam dakwah kampus dan bagaimana cara
mengatasinya ?
1.3 Tujuan
Memberikan informasi mengenai dakwah didalam kampus, mengetahui kendala-kendala
yang mungkin dapat ditimbulkan sekaligus memberikan informasi bagaimana cara yang
harus ditempuh pihak-pihak terkait untuk mengatasinya.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Problematika Dakwah Kampus
Problematika berasal dari kata problem, artinya soal, masalah, perkara sulit,
persoalan. Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti berbagai problem atau
masalah. Dakwah menurut bahasa; dakwah berasal dari bahasa Arab yakni ( da'watan ).
Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata daa yang dalam Ensiklopedia
Islam diartikan sebagai ajakan kepada Islam.
Sedangakan pengertian dakwah menurut istilah adalah menyeru, memanggil,
mengajak dan menjamu, dengan proses yang berkesinambungan dan ditangani oleh
para pengembang dakwah. Hal ini dikarenakan Islam adalah dakwah, artinya
agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan
dakwah.
Problematika dakwah kampus merupakan permasalahan penyampaian seruan dakwah
dan pengkajian nilai nilai islami di dalam kampus. Lalu, ada apa dengan dakwah
kampus? Kampus merupakan komunitas yang sarat dengan potensi. Kampus dianggap
tempat yang paling strategis dalam melahirkan calon-calon pemimpin bangsa. Artinya,
kampus sebagai pusat orang-orang yang unggul (centre of excellent). Melalui lembagalembaga yang ada, setiap warga kampus berpeluang mengembangkan potensinya. Kini,
problematika dan tantangan Dakwah Kampus semakin hari semakin berat. Ada dua
faktor yang mempengaruhi dakwah kampus, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor
internalnya adalah jumlah dai yang kualitasnya semakin menurun . Sedangkan faktor
eksternnya adalah :
1. Struktural-birokrasi
2. Sosiokultural budaya, sebagaimana diketahui adanya sikap hidup pragmatisme,
materialisme, naturalisme, hedonisme
3. Sumber dana yang kurang tatkala menyelenggarakan program-program dawah
4. Komunikasi, baik karena terbatas saranannya atau pun kemampuan komunikasi
secara efektif kurang dimiliki oleh para aktivis
5. Sarana prasarana yang kurang atau terbatas dalam menunjang aktivitas dawah
kampus
6. Orientasi pendidikan yang dikotomis (tidak Islami).
7. Ghozwul fikri dalam seluruh segi (misal : cara berfikir yang sekuleristik).
8. Penyelenggaraan pendidikan yang melanggar akhlaq/adab Islam (semisal :
suasana ikhtilat yang terjadi di semua sudut kegiatan masyarakat kampus).
2.2 Definisi Dakwah
Secara etimologis, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti:
panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah

adalah bentuk dari isim masdar yang berasal dari kata kerja : , ,
menyeru, memanggil, mengajak.

artinya :

Dalam pengertian yang integralistik dakwah merupakan suatu proses yang


berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah
sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju
perikehidupan yang Islami. oleh karenanya perlu memperhatikan unsur-unsur penting
dalam berdakwah sehingga dakwah menghasilkan perubahan sikap bagi mad'u.
Sedangkan ditinjau dari segi terminologi, banyak sekali perbedaan pendapat tentang
definisi dakwah di kalangan para ahli, antara lain:
1. Menurut A. Hasmy dalam bukunya Dustur Dakwah Menurut al-Quran,
mendefinisikan dakwah yaitu: mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan
akidah dan syariat Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh
pendakwah itu sendiri.
2. Menurut Syekh Ali Mahfud. Dakwah Islam adalah memotivasi manusia agar
melakukan kebaikan menurut petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebajikan dan
melarang mereka berbuat kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagian dunia dan
akhirat.
3. Menurut Amrullah Ahmad .ed., dakwah Islam merupakan aktualisasi Imani (Teologis)
yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa,
berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada tataran kegiatan individual dan sosio
kultural dalam rangka mengesahkan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi
kehidupan dengan cara tertentu.
4. Menurut Amin Rais, dakwah adalah gerakan simultan dalam berbagai bidang
kehidupan untuk mengubah status quo agar nilai-nilai Islam memperoleh kesempatan
untuk tumbuh subur demi kebahagiaan seluruh umat manusia.
5. Menurut Farid Maruf Noor, dakwah merupakan suatu perjuangan hidup untuk
menegakkan dan menjunjung tinggi undang-undang Ilahi dalam seluruh aspek
kehidupan manusia dan masyarakat sehingga ajaran Islam menjadi shibghah yang
mendasari, menjiwai, dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku dalam hidup dan
kehidupannya.
6. Menurut Abu Bakar Atjeh, dakwah adalah seruan kepada semua manusia untuk
kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar, yang dilakukan dengan penuh
kebijaksanaan dan nasehat yang baik.
7. Menurut Toha Yahya Umar, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana
ke jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan
kebahagiaan dunia akherat.
Dari beberapa definisi di atas paling tidak dapat diambil kesimpulan tentang dakwah:
a. Dakwah itu adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar dan terencana.
b. Usaha dakwah itu adalah untuk memperbaiki situasi yang lebih baik dengan
mengajak manusia untuk selalu ke jalan Allah SWT.
c. Proses penyelengaraan itu adalah untuk mencapai tujuan yang bahagia dan
sejahtera, baik di dunia maupun akhirat.

2.3 Kompetensi, aqidah, dan intelektual Dai /Mubaligh


Jika dicermati lebih dalam dari ayat-ayat al-Quran yang memperkenalkan istilah
dakwah, ada tiga unsur penting berkenaan dengan dakwah yaitu:
1. Tabligh, yakni proses penyampaian baik secara lisan maupun tulisan

Artinya : Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi


nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui
(QS. Al-Araf [7] : 62).
2. Perubahan (change) dan pengembangan (developmental), makna ini diistilahkan
dalam al-Quran Ahsanu amala

sebagaimana firman Allah dalam surat Fushshilat ayat 33 yang berbunyi:




Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fushshilat [41] : 33).
3. Keteladanan. Dalam ajaran Islam, keteladanan diistilahkan dengan akhlak. Akhlak
merupakan tugas utama dari Nabi sebagaimana sabda Beliau Aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak. Tugas ini juga menjadi tugas para pengikutnya yang
menyatakan dirinya sebagai muslim (QS. Yusuf: 108) dan karenanya mencontoh
kepada Rasulullah sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Ahzab ayat 21
sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.
A) Aqidah dan intelektualitas seorang dai
Untuk jadi pengemban dakwah cukup bermodalkan keimanan, ilmu, dan kemauan.
Allah swt. berfirman:




Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru manusia
menuju Allah?(QS Fushhilat [41]: 33)
Menurut Imam al-Hasan, ayat di atas berlaku umum buat siapa aja yang menyeru
manusia ke jalan Allah (al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi). Mereka, menurut Imam
Hasan
al-Bashri,
adalah
kekasih
Allah,
wali
Allah

dan pilihan Allah. Mereka adalah penduduk bumi yang paling dicintai Allah karena
dakwah yang diserukannya. Selain itu, pujian bagi para pengemban dakwah
senantiasa disampaikan Rasulullah untuk mengobarkan semangat para shahabat dan
umatnya. Seperti dituturkan Abu Hurairah: Siapa saja yang menyeru manusia pada
hidayah, maka ia mendapatkan pahala sebesar yang diperoleh orang-orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka. (HR Muslim).
Para shahabat Rasulullah begitu gigih dan pantang menyerah dalam berdakwah.
Sebagian besar waktu, tenaga, pikiran, harta-benda, keluarga bahkan nyawa pun rela
mereka korbankan untuk mendapatkan pahala Allah yang melimpah dalam aktivitas
dakwah. Selain itu, aktivitas dakwah tidak hanya berlimpah pahala. Dari sisi
psikologis, aktivitas dakwah sangat membantu pendakwah untuk mengenali diri dan
masa depannya.
Seorang dai sebaiknya memiliki kompetensi yang baik dalam menyampaikan
dakwah. Aqidah dan intelektualitas seorang dai tidak boleh sembarangan. Dalam
konteks seorang dai sebagai individu, diharapkan dapat memahami dasar yang bisa
menguatkan dirinya dalam ber-Islam dan alasan yang hakiki mengapa ia melakukan
aktifitas dakwah. Adanya pemahaman dasar ini akan menentukan kebijaksanaan
pribadi serta semangat geraknya. Biasanya permasalahan seorang dai seperti masalah
kejenuhan dalam berdakwah, virus merah jambu, kekecewaan terhadap dakwah atau
jamaahdakwah. Metode yang tepat untuk menyampaikan teori adalah dengan bentuk

talim dengan seorang yang memahami dengan komprehensif materi, bentuk metode
tambahan lainnya dapat di sampaikan dalam pembinaan rutin seperti mentoring. Halhal yang kiranya perlu disampaikan sebagai bekal bagi kader antara lain :

1.Memahami Prinsip Islam


Seorang dai diharapkan dapat memahami dasar-dasar yang sangat mendasar dari
Islam itu sendiri. Bermula dari memahamkan makna dan urgensi syahadat sebagai
pintu gerbang umat Islam. Mengenal Allah sebagai Rabb dengan segala sifasifatnya, mengenal Rasul untuk diteladani, dan al- Quran sebagai pedoman hidup.
Seorang dai dengan prinsip yang kuat akan berdampak pada militansi yang kuat.
Selain itu, keikhlasan dalam menjalankan agenda dakwah yang ada hanya untuk
Allah semata dapat dibangun dengan dasar prinsip Islam yang kuat.
Sebagai seorang dai yang akan menyampaikan nilai-nilai Islam tentu
membutuhkan Ilmu untuk disampaikan , biasanya untuk dakwah kampus, diskusi
tentang agama cukup banyak sekitar masalah aqidah dan alasan mengapa kita harus
berIslam. Tentu, kita sangat berharap kader dakwah kampus bisa menjadi
perpustakaan berjalan untuk menanyakan hal-hal terkait keIslaman.
2. Memahami Pedoman Islam
Dua pedoman utama dan hakiki seorang muslim dalam menjalankan hidupnya
adalah al- Quran dan al-Hadits. Seorang dai diharapkan dapat memahami kedua
pedoman ini dengan baik, metode yang sering dilakukan untuk meningkatkan
kepahaman ini adalah dengan tahsin atau belajar bagaimana membaca al-Quran
dengan tajwid yang benar,tahfidz atau belajar untuk menghafal al- Qur an, dan
tastqif atau kajian al-Quran dan al-Hadits untuk lebih memahamkan makna yang
lebih mendalam dari dua pedoman ini. Seorang dai dituntut untuk selalu dekat
dengan al-Quran, karena kedekatan dan banyaknya interaksi seorang kader
dengan pedoman Islam ini akan berdampak positif pada beberapa hal, yakni ; (1)
keberkahan dakwah, (2) kualitas maknawiyah dai, (3) kemampuan meyakinkan
dan mempengaruhi dai , (4) penjagaan asholah dakwah, dan (5) membangung
kebiasaan untuk selalu berlandasakn syari dalam setiap kebijakan yang ada.

3. Memahami Fikroh Dakwah dan Amal Jamai


Sebuah pertanyaan yang harus dapat dijawab seorang dai sebelum berdakwah
adalah mengapa saya harus berdakwah ?. Seorang dai diharapkan dapat
memahami landasan mengapa seorang muslim harus berdakwah dan mengapa cara
yang digunakan di lembaga dakwah sebagai metode dakwah yang digunakan. Ia
juga diharapkan mampu melihat visi besar dakwah jangka panjang. Pemahaman
terhadap pemikiran dakwah yang dilakukan diharapkan dapat membangun
paradigma bahwa apapun tanggung jawab yang diberikan pemimpin kepada
dirinya adalah bagian dari menjalankan agenda dakwah yang sudah Allah
amanahkan kepada seluruh manusia. Terkait pada amal jamai atau beramal
bersama, karena dakwah yang dilakukan dalam lembaga dakwah bersama-sama,
seorang dai juga perlu diberi pengertian tentang prinsip al qiyadah wal jundiyah (
pemimpin dan pasukan ), agar ia mampu memerankan dengan baik jika ia menjadi
pemimpin maupun pasukan. Karena memang pada dasarnya seorang dai akan
menjadi seorang pemimpin atau yang dipimpin. Bentuk penaman kemampuan ini
bisa dengan melibatkan langsung dalam organisasi, latihan beramal agar ia
memahami hal ini dengan pengalaman yang ia dapat. Daidalam menjalankan
agenda dakwah memerlukan strategi dengan baik, serta memahami apa yang
sedang ia lakukan dan apa manfaatnya untuk dakwah. Beberapa hal yang perlu
dipahami terkait amal dakwah antara lain : (1) memahami tujuan dakwah (2)
memahami peran dirinya dalam dakwah (3) memahami potensi diri, (4) memahami
medan dakwah ( objek dakwah ) (5) memahami makna pengorbanan dan
kesungguhan dalam beramal Dai yang memiliki pemahaman yang baik terkait
amal dakwah biasanya memiliki visi besar terhadap dakwah itu sendiri, ia punya

cita-

cita terhadap dakwah, ia punya orientasi dan visi yang jelas terhadap
anggung jawab yang di embannya saat ini dan memberikan dampak seman
gat y ang g
gih untuk mencapai tujuan yang ia dan lembaga dakwha harapkan. Seorang
ai yang sudah memahami urgensi dakwah dan mengetahui visi dakwah ja
gka panjang, akan mempunyai energi lebih untuk bergerak
secara trus menerus dalam
mewujudkan cita-ci
ta mulia ini. Selain itu ia memiliki semangat pengorbanan,
aik itu korban harta, waktu, perasaan, bahkan berkorban hak d
B) Akhlaq yang harus dimiliki seorang Dai
Akhlaq dai ialah akhlaq Islam yang Allah nyatakan dalam Al-quran dan rasulullah
menjelaskan dalam sunnah beliau serta para sahabat menerapkannya dalam tingkah
laku dan peri hidup mereka. Akhlak Islam yang sebaiknya dimiliki dai diantaranya:
1) Al-Shidq (Benar, tidak dusta)
2) Al-Shabr (sabar, tabah)
3) Al-Rahmah (Rasa Kasih Sayang)
4) Tawadhu (merendahkan diri, tidak sombong)
5) Suka bergaul
6) Mempunyai sifat lemah lembut
7) Bertutur kata dengan baik
8) Menghormati dan menjamu tamu dengan baik
9) Bersosial dengan masyakat dan lainnya dengan baik
10) Tidak mempersulit
Maka yang meninggalkan kesan baik pada orang lain bila bertemu dengan kaum
muslimin ialah lemah lembut akhlaknya. Dalil Rasulullah kepada muadz bin jabal
ketika muadz akan melakukan dakwah ke negeri yaman:
Artinya: Permudahlah jangan dipersukar, gembirakan jangan dibuat kesan
menjauh
2.4 Etika dan Tahapan Dakwah
Kode etik dakwah Nabi:
1) Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan. Hendaknya tidak memisahkan
antara apa yang ia katakan dengan apa yang ia kerjakan.
2) Tidak melakukan toleransi agama. Toleransi memang dianjurkan tetapi hanya
dalam batas-batas tertentu dan tidak menyangkut masalah agama (keyakinan).
3) Tidak menghina sesembahan non muslim. Dai menyampaikan ajarannya sangat
dilarang untuk menghina atau mencerca agama yang lain.
4) Tidak melakukan Diskriminasi Sosial.
5) Semua harus mendapatkan perlawanan yang sama. Karena keadilan sangatlah
penting dalam dakwah Islam. Dai harus menjunjung tinggi hak universal.

6) Tidak meminta imbalan. Memang masih terjadi perbedaan pendapat tentang


dibolehkan atau dilarang namun dalam konteks kekinian jasa dalam berdakwah itu
merupakan salah satu dukungan financial dalam dakwah. Dalam artian dakwah
pada era sekarang dukungan financial dalam dakwah sangatlah penting. karena
akan member sumberdaya sang dai tersebut dari segi keilmuan, kesejahteraan
hidup dan proses aktifitas dakwah.
7) Tidak berteman dengan pelaku maksiat. Berkawan dengan pelaku maksiat ini di
khawatirkan akan ruk atau serius. Karena beranggapan bahwa seakan-akan
perbuatan maksiatnya direstui oleh dakwah. Disisi lain integritas dakwahnya
berkurang.
8) Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak di ketahui dai yang menyampaikan suatu
hukum, sementara ia tidak mengetahui hukum itu, ia pasti akan menyesatkan umat.
Kepribadian dai mempunyai pengaruh besar untuk diterima orang dakwahnya.
Imam Muhammad Abu Zahrah, dai wajib menghiasi diri dengan sifat berikut ini:
a) Punya niat yang baik sehingga dalam berdakwah tidak mengharapkan imbalan
harta atau kedudukan, tapi semata-mata mengharapkan kerhidoan dari Allah
b) Berkemampuan dalam merangkan
c) Punya kepribadian yang menarik
d) Mengetahui kandungan dan al-Hadist
e) Lemah lembut pergaulan tapi bukan sebagai tanda kelemahan
f) Tidak bertindak sebagai musuh
g) Tidak menyalahi ketentuan agama
Sifat-sifat atau karakter yang wajib dipunyai oleh daI menurut syekh Ali
Mahfudz adalah:
1) Memahami al-quran dan al-sunnah
2) Beramal menurut ilmunya
3) Sopan santun dan berlapang dada
4) Punya sifat berani. tidak gentar menghadapi seseorang dalam mengucapkan
yang hak
5) Bersifat qanaah
6) Berkemampuan member keterangan dan penjelasan serta kepaseha berbicara
7) Mendalami beberapa cabang ilmu
8) Mempunyai hubungan kuat dengan Allah
9) Tawadhu atau rendah hati
10) Tidak kikir dalam mengajarkan ilmu apa saja yang di pandang baik
11) Tidak tergopoh dan terburu-buru dalam semua urusan
12) Bercita-cita tinggi dan berjiwa besar

13) Bersifat sabar dalam melancarkan dakwah


14) Bertaqwa dan amanah
Beberapa perilaku etika yang berlaku dalam masyarakat, hendaklah dipahami oleh
setiap dai dalam melakukan aktivitas dakwahnya. Sehingga dengan demikian
aktivitas dakwah akan berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan keresahan dan
benturan-benturan baik dikalangan antar dai maupun dikalangan masyarakat pada
umumnya, karena dai bukanlah provokator. Etika dan kode etik dalam
melaksanakan dakwah hendaknya tetap dipertahankan oleh para aktivis dakwah,
sehingga aktivitas dakwah akan menuai simpatik.

2.5 Kendala-kendala Dakwah di Kampus dan Solusinya


Dakwah masa kini begitu terlihat bebas dan terexpose luas dilingkungan kita baik
dikampus-kampus ataupun tempat-tempat lain. Semua sangat berbanding terbalik, tidak
seperti dulu era rezim presiden soeharto ketika dakwah begitu penuh intimidasi dan
tekanan. Dengan kebebasan saat ini dakwah bisa berkembang dimana saja baik
dilingkungan kampus ataupun tempat lainnya. Kebangkitan dan tegaknya islam yang
dinanti-nanti umat muslim hanyalah tinggal menunggu waktu. Akan tetapi ada yang
hilang dari segi militansi dan idealisme perjuangannya, semua seakan terlupakan dan
terabaikan dimakan waktu dan modernisasi zaman.
Budaya permisif dikalangan para pendakwah dan harokah dakwah sudah mulai sangat
terlihat jelas dalam realitas saat ini. Militansi dan idealisme perjuangan yang telah
menorehkan tinta emas dan kinerja-kinerja yang monumental ketika para generasi
pendahulu aplikasikan kini hanyalah menjadi sebuah catatan manis sejarah yang
terlupakan.
Disini saya akan mencoba menggali problematika dakwah kampus melihat kondisi
dan realitas saat ini. Dakwah kampus memang masih menjadi ujung tombak dalam
melahirkan para aktivis-aktivis dakwah yang matang dari segi manhaj dan harokah.
Dimana nantinya mereka diharapkan dari dunia dakwah pasca kampus bisa berkontribusi
dan melakukan transformasi sosial dimasyarakat demi perbaikan bangsa dan negara
dengan ide-ide dan konsep-konsep brilian yang penuh dengan nilai-nilai islam baik dari
segi moral dan intelektual.
Hanya saja belakangan ini banyak terjadi krisis multidimensi dalam aktulisasi, dimana
banyak sekali para aktivis abangan ( hanya ikut-ikutan ) yang mencoba ikut dan
berkecimpung dalam aktivitas dakwah dan mendukung secara fanatik terhadap dakwah
tanpa memahami manhaj dan esensi dari tujuan dakwah itu sendiri. Kebodohan dan
kekeringan nilai-nilai idealisme perjuagan juga harokah menjangkiti hampir keseluruh
aktivis dakwah kampus saat ini.

Mereka bergerak tanpa hujjah yang jelas, tidak faham manhaj, kering tsaqofah
islamiyah, sempit dalam cakrawala pemikiran keislaman sehingga dakwah menjadi
begitu hambar dan monoton. Dakwah saat ini tidak mendapat dukungan secara baik akan
tetapi permusuhan dan cacian disebabkan para aktivisdakwah yang kurang faham dalam
pemahaman pergerakan dakwah. Budaya malas belajar dan lebih asyik dalam hal-hal
yang tidak berguna seakan menjadi keseharian para aktivis dakwah kampus.
Mereka lebih suka berlama-lama berdiskusi tentang masalah percintaan (virus merah
jambu) ataupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan dakwah dari pada harus
membaca buku dan berdiskusi yang bisa menambah wawasan khazanah keislaman
mereka. Sikap apatispun muncul diantara para aktivis dakwah, mereka seakan acuh
terhadap lingkungan dan kondisi sekitar mereka. mereka tidak lagi cekatan dan sensitif
mengenai isu-isu yang berkembang dikampus.
Dari segi analisa saya ada dua hal yang menjadi masalah substansial terkait
problematika dakwah kampus saat ini, yaitu masalah kefahaman dan keteladanan pada
ruh para aktivisnya ditubuh lembaga dakwah kampus. Sehingga menyebabkan akhirakhir ini banyak tuduhan-tuduhan miring yang menghambat kinerja dakwah kampus
dari segi tujuan dan harapan demi terciptanya islamisasi kampus menuju kampus
madani.
1. Kefahaman
Dalam 10 rukun baiat syahid hasan albanna menempatkan al fahmu (pemahaman)
dalam hirarki pertama. Itu semua dikarenakan pemahaman menjadi hal foundamental
bagi para pelaku dakwah dalam menjalankanaktivitasnya. Pemahaman adalah sumber
pergerakan dan militansi juga kuatnya idealisme. Pemahaman disini bisa dikaitkan
dengan pemahaman manhaj, harokah, tsaqofah dan esensi perjuangan sesungguhnya.
Ketika pemahaman tidak ada pada aktivis maka akan timbul keraguan dan kerancuan
dalam tubuh sebuah lembaga dakwah kampus.
Mereka tidak memahami konsep dan instrument baik grand design metode pergerakan
dan ranah perjuanagn seperti apa. Mereka hanya menjadi simpatisan ataupun supporter
yang hanya fanatic mendukung tanpa faham tujuan sebenarnya. Begitu banyak para
aktivis dakwah kampus yang tidak faham manhaj. Kaerna mereka memang rata-rata hasil
rekruta kampus tanpa terfollow up dalam pembinaan yang baik.
Mereka bekerja tanpa prinsip, mereka berjalan tanpa peta dan bergerak tanpa arah.
Masih banyak para aktivis dakwah kampus yang belum mengerti kaidah dan filosofi
perjuangan, itu semua yang menyebabkan adanya ketimpangan antara dakwah siyasi
(politik kampus) dan dakwah tarbawi (syiar islam) yang seharusnya saling bersinergisasi
satu sama lain. Banyak aktivis dakwah yang mengkotak-kotakan dan memisahkan antara
dakwah siyasi dan tarbawi.

Padahal jelas-jelas islam adalah agama yang komprehensif dan universal dalam semua
aspek kehidupan ada dalam perkataan syahid hasan al banna kami meyakini bahwa
hukum dan ajaran islam itu menyeluruh, ia mengatur seluruh urusan manusia didunia dan
akhirat. Dan bahwa orang-orang yang menduga bahwa ajaran ini hanya menyentuh aspek
ibadah ritual atau ruhani tanpa memperhatikan aspek-aspek yang lain adalah salah. Sebab
islam adalah aqidah dan ibadah, tanah air dan kewarganegaraan, agama dan negara,
spiritualisme dan amal, serta mushaf dan pedang. ( majmuatur rasail risalah dakwah
jilid 1)
Karena ketidak fahaman itu yang membuat budaya-budaya permisif dan sikap apatis
tumbuh menjamur dalam tubuh lembaga dakwah kampus. Kerig ukhuwah islamiyah dan
melempemnya semanagt militansi pergerakan. Sikap fanatikpun timbul tanpa memahami
hakekat sesungguhnya, merasa paling benar, dan bangga terhadap organsiasi dakwahnya.
Ketidak fahaman juga yang menyebabkan banyaknya perpecahan ditubuh lembaga
dakwah kampus, saling menjatuhkan dan meninggalkan amanah karena masalah-masalah
internal organsiasi.
Padahal jika mereka merenungi kata-kata sang pejuang dakwah yang sangat
monumental syahid hasan al banna Berjuanglah untuk kebaikan dan kebenaran, sepahit
dan sesulit apapun. Bersatulah dalam jamaah, sebenci dan sekecewa apapun, karena
berjamaah lebih baik daripada sendirian. Bangkitlah ketika jatuh dan jangan menyerah.
Peganglah prinsip kita selama itu benar. Bertaushiahlah setiap saat, agar saudaramu
merasa memiliki dan dimiliki. Jangan tinggalkan yang dibelakangmu, tunggu dgn
kesabaran dan keikhlasan tentu itu semua tidak akan terjadi.
2. Keteladanan
Permsalahan yang substansial terkait kondisi dakwah kampus saat ini adalah masalah
keteladanan. Para aktivis dakwah saat ini telah banyak meninggalkan prinsip-prinsip
luhur para generasi awalaun yang luhur dan penuh hikmah. Mereka mulai meninggalkan
kisah-kisan fenomenal para ulama-ulama dan pejuang islam terdahulu baik sikap dan
perilaku. Aktivis dakwah yang seharusnya jadi teladan malah dibenci dan dicaci banyak
pihak dikarenakan sikap fanatik kebablasan dan main hantam dalam segala hal tanpa
memiliki kefahaman yang matang dan pertimbangan-pertimbangan ilmu syari.
Keteladan yang seharusnya menjadi brand (modal) utama dalam dakwah sebaliknya
menjadi hal yang merusak kinerja dakwah dikarena para aktivis dakwah kampus tidak
mampu mengaplikasikannya baik dari segi pergaulan, perilaku, moral dan sikap terhadap
orang lain. Saat ini yang terlihat hanyalah eksistensi, kuantitas dan identitas bukan
kwalitas tanpa nilai-nilai luhur yang mampu menjadi teladan yang baik bagi orang lain.
Krisis keteladan sangat terlihat dalam keseharian para aktivis dakwah kampus.Mereka
lebih suka berlama-lama mengobrol tentnag hal yang tidajk berguna dari pada harus
mengkaji dan menanalisa kondisi umat. Kemalasan membaca dan mempelajari manhaj,

berbaur dengan lawan jenis yang bukan muhrim, bersalaman dengan lawan jenis dan
interaksi dengan lawan jenis sesama aktivis (ikhwan dan akhwat) yang sudah keluar dari
koridor-koridor syari. Sebab krisis keteladan inilah yang menimbulkan adanya krisis
kepemimpinan, dimana aktivis dakwah yang seharusnya jadi bahan panutan sebaliknya
malah jadi bahan cemoohan.
Justifikasi dan krisis kepercayaan timbul pada lembaga dakwah kampus selaku
organisasi dakwah dikampus yang seharusnya menjadi sarana untuk memfasilitasi
mahasiswa dalam menuntut ilmu agama dikarenakan ulah para aktivisnya. Ingatlah katakata sayyid quthb dalam dirasah Islamiyah; bab bagaimana kita menyeru manusia kepada
islam kita tidak mungkin menyeru manusia kepada sesuatu kalau kehidupan pribadi
kita tidak merupakan terjemahan hidup darinya. Dawah tidak akan ada nilainya, jika
para dainya sendiri tidak menjadi bukti yang mendukung dawah itu .
Idealisme perjuangan harus selalu kita tancapkan dalam hati dan jiwa ini sebagai
perisai juga tombak yang akan selalu menjadi senjata dalam menjalani aktivitas dakwah
saat ini yang begitu penuh halangan dan tantangan. Karena idealismelah yang
membedakan antara pejuang dan pecundang, banjingan dan pahlawan, juga para
penghianat dan orang yang amanah.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
a) Dakwah artinya menyampaikan ajaran Islam
b) Dai atau orang yang menyampaikan dakwah hendaknya memiliki kompetensikomptensi yang harus dipenuhi.
c) Kampus merupakan pusat orang-orang unggul sehingga merupakan tempat yang baik
untuk melakukan dakwah di sana.
d) Dakwah dalam kampus memiliki berbagai masalah.
3.2 Saran
Beberapa perilaku etika yang berlaku dalam masyarakat, hendaklah dipahami oleh setiap
dai dalam melakukan aktivitas dakwahnya. Sehingga dengan demikian aktivitas dakwah
akan berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan keresahan dan benturan- benturan
baik dikalangan antar dai maupun dikalangan masyarakat pada umumnya, karena dai
bukanlah provokator. Etika dan kode etik dalam melaksanakan dakwah hendaknya tetap
dipertahankan oleh para aktivis dakwah, sehingga aktivitas dakwah akan menuai
simpatik.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah
http://rifqi87.blogspot.com/2007/06/makalah-tentang-problematikadakwah.html
http://muslimahpejuang.wordpress.com/2011/01/10/dakwah-kampus- prob
rematika-dan-solusinya/
http://alfallahu.blogspot.com/2013/04/akhlaq-dan-etika-dai-dalam- berdak
wah_10.html
http://abdulbasit1912.blogspot.com/2008/09/manajemen-diri.html

Anda mungkin juga menyukai