Anda di halaman 1dari 30

Sumber Daya Manusia Kesehatan , Mengatasi Krisis

(Human Resources for Health, Overcoming this Crisis)


Chapter 1 : Kekuatan Tenaga Kesehatan
(The Power of the Health Worker)

Anggota Kelompok

Hesti Hamdanah Octa Viapin

1306376036

Nur Rohmah

1306375771

Putri Rahmadianti

1306375935

Mariska Robiyanti

1306375512

Manajemen Rumah Sakit


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Depok

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen Sumber Daya
Manusia Rumah Sakit yang berjudul kekuatan tenaga kesehatan.
Tugas makalah ini dibuat untuk tugas ujian tengah semester. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai bagaimana krisis kesehatan saat ini, peluang baru, krisis tenaga kesehatan,
pentingnya petugas kesehatan, pekerja sebagai kepercayaan kesehatan global serta lima
cluster di negara-negara.
Penulisan makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat kesalahan. Oleh karena
itu, segala bentuk kritikan dan saran demi perbaikan di masa mendatang penulis harapkan.
Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

Depok, April 2016

Penulis

BAB I
Pendahuluan
Setelah satu abad kemajuan kesehatan yang luar biasa dalam sejarah manusia, kita
dihadapi oleh kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya dan juga krisis kesehatan.
Beberapa negara termiskin di dunia menghadapi peningkatan pada angka kematian dan
penurunan harapan hidup, bahkan pandemi global mengancam kita semua. Selain itu,
kelangsungan hidup manusia semakin hilang karena sistem kesehatan yang lemah. Tenaga
kesehatan terlalu terbebani dan jumlahnya sedikit, sehingga banyak yang runtuh di bawah
tekanan. Tenaga kesehatan banyak mencari kehidupan yang lebih baik dan bekerja lebih
bermanfaat dengan pindah ke negara-negara kaya.
Dramatis kesehatan saat ini sangat berisiko bagi kelangsungan hidup manusia,
terutama di negara-negara miskin, karena mengancam kesehatan, pengembangan dan
keamanan yang saling berhubungan di negara tersebut. Hal ini menjadi tantangan besar bagi
masyarakat dunia untuk membentuk arah kesehatan global pada abad ke-21. Krisis kesehatan
global yang terjadi dilatarbelakangi oleh kemiskinan massal, pertumbuhan ekonomi yang
tidak merata dan kestabilan politik.
Kekuatan Tenaga Kesehatan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam mencapai Millennium Development Goals
(MDGs) pada tahun 2015 yang memiliki tujuan-tujuan global telah menempatkan kesehatan
sebagai titik fokus untuk menggalang kerjasama internasional sesuai dengan waktu yang
ditargetkan. Keuntungan dari kesempatan ini adalah pentingnya sistem kesehatan yang kuat
dan bersemangat. Namun, sistem ini tidak mungkin terjadi tanpa tenaga kesehatan yang
merupakan sumber daya utama dari sistem kesehatan. Selain, uang dan obat-obatan yang
diperlukan, input dari sistem ini adalah menuntut tenaga kesehatan yang efektif.
Kami perkirakan tenaga kesehatan global menjadi lebih dari 100 juta orang.
Penambahan 24 juta dokter, perawat, dan bidan yang secara rutin disebutkan setidaknya tiga
kali lebih terhitung

informal, tradisional, masyarakat, dan pekerja sekutu. Orang-orang

profesional tersebut didistribusikan tidak merata.


Semua negara, baik kaya maupun miskin tentunya menderita jumlah, keterampilan
dan ketidakseimbangan geografis tenaga kesehatan mereka. Semua negara dapat

mempercepat kesehatan dengan berinvestasi dan mengelola tenaga kerja kesehatan mereka
lebih strategis. Untuk semua negara, tantangan globalnya yaitu :

Kekurangan global
Ketidakseimbangan keterampilan
Distribusi tidak merata
Lingkungan kerja yang buruk
Pengetahuan yang lemah.

Strategi Tenga Kerja


Strategi tenaga kerja yang efektif dapat meningkatkan kinerja sistem kesehatan,
bahkan dalam keadaan sulit. Cara untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs)
kesehatan adalah melalui tenaga kesehatan. Dalam menuntut tenaga kesehatan yang memiliki
kinerja tinggi tentunya menuntut upaya keras, konsisten dan berkelanjutan. Selain itu, bagi
tenaga kesehatan untuk menjadi efektif adalah mereka harus mimiliki obat dan perbekalan
serta agar input ini lebih efisien, maka mereka harus termotivasi, terampil dan mendapat
dukungan.
Strategi tenaga kerja yang tepat dapat menghasilkan keuntungan efisiensi yang sangat
besar. Strategi sukses harus berbasis negara dan negara yang dipimpin harus berfokus pada
garis depan dalam masyarakat, didukung oleh penguatan internasional yang sesuai.

Aksi komunitas merupakan fokus dari semua strategi, karena harus menjamin akses
bagi setiap keluarga untuk terampil dan petugas kesehatan termotivasi. Pola nasional
tenaga kesehatan menunjukkan keragaman yang luar biasa. Semua strategi yang
dilakukan harus mempromosikan keterlibatan masyarakat dalam merekrut dan

akuntasi untuk kinerja tenaga kesehatan.


Negara kepemimpinan dan strategi adalah poin maksimal untuk pengembangan
tenaga kesehatan, karena pemerintah yang menetapkan kebijakan, pembiayaan,
pendidikan, dukungan mengoperasikan sektor publik dan mengatur sektor swasta.
Keadaan nasional yang beragam berarti bahwa harus dibuat solusi untuk tantangan
yang terjadi di sebuah negara.

Manajemen tenaga kerja untuk performa yang lebih baik adalah dengan menyatukan
sektor kesehatan dan sektor pendidikan untuk mencapai tujuan mengenai cakupan, motivasi
dan kompetensi. Strategi cakupan mempromosikan jumlah, campuran keterampilan yang
tepat dan menjangkau masyarakat yang rentan. Strategi motivasi fokus pada remunerasi yang
memadai, lingkungan kerja yang positif, kesempatan untuk pengembangan karir dan sistem
kesehatan yang mendukung. Kompetensi yang maju melalui pendidikan mengenai sikap dan
keterampilan, terciptanya kondisi untuk belajar terus menerus dan budidaya kepemimpinan,
kewirausahaan, dan inovasi. Semua upaya ini harus berorientasi pada pembagunan yang

berkapasitas nasional.

Setelah satu dekade Official Development Assistence (ODA) stagnan, aliran


transnasional lain yang berpotensi tinggi akhirnya berbalik, diperkirakan bahwa dari total
ODA 2002 sebesar $57 miliar, 13% diarahkan pada kesehatan yang sekarang meningkat
menjadi sekitar $10 miliar. Sebagian dana baru ditargetkan untuk HIV / AIDS di sub-Sahara
Afrika. Selain itu diperkirakan juga bahwa 30-50 % atau sekitar $4 miliar bantuan
pembangunan untuk kesehatan, dikhususkan untuk gaji sumber manusia, tunjangan,
pelatihan, pendidikan, bantuan teknis, dan pembangunan kapasitas. Sehingga, menerapkan
$400 juta untuk strategi negara dan pembangunan kapasitas akan menuai sebuah imbalan
yang besar.
Pola pengeluaran pada sumber daya manusia saat ini cukup terfragmentasi dan tidak
efisien. Untuk berinvestasi lebih strategis, donor dan kebijakan koherensi harus ditingkatkan
secara dramatis seperti berubah sikap tentang tenaga kesehatan sebagai investasi penting,
harmonisasi kerja yang bersaing dalam program kategoris, dan memastikan kebijakan fiskal
yang mendukung perbaikan tenaga kerja. Untuk negara-negara dalam keadaan darurat
kesehatan, lembaga keuangan internasional harus bergabung dalam mengangkat pengeluaran
publik untuk mengizinkan dukungan donor dari mobilisasi besar-besaran tenaga kesehatan
yang akan diperlukan.

Menempatkan Pekerja Pertama

Pentingnya menuntut respon yang luar biasa dari masyarakat global. Pada intinya,
respon harus berbasis negara dan negara yang dipimpin, karena semua inisiatif global harus
dilaksanakan, direncanakan, dan dimiliki dalam pengaturan nasional tertentu. Tanggapan
yang juga harus multidimensional. Pendekatan teknis saja tidak akan dilakukan, karena
pembiayaan yang memadai, kepemimpinan yang kuat, dan komitmen politik yang
diperlukan. Selain itu,

respon harus bersifat inklusif, melibatkan semua pihak terkait,

termasuk bukan kesehatan dan kelompok swadaya masyarakat. Di negara-negara termiskin,


respon yang juga harus mencakup perilaku yang sesuai dengan masyarakat internasional,
karena sumber daya eksternal yang diperlukan untuk melengkapi sumber daya domestik.
Tindakan harus dikejar lebih dari satu dekade untuk sumber daya manusia bidang
kesehatan (2006-2015) dan dilaksanakan melalui aliansi tindakan. Kerajinan tenaga kerja
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan nasional memerlukan upaya berkelanjutan dari waktu
ke waktu-yang tidak bisa menjadi trend sekilas. Waktu ini juga cocok dengan 10 tahun yang
tersisa untuk mencapai MDGs. Semua instansi, lembaga pelatihan, asosiasi profesi, lembaga
non pemerintah, dan inisiatif swasta harus mengarahkan upaya mereka pada agenda yang
terdiri dari tiga bagian, yaitu :

Penguatan sistem kesehatan yang berkelanjutan di semua negara.


Memobilisasi untuk memerangi keadaan darurat kesehatan di negara-negara krisis.
Membangun basis pengetahuan untuk semua

Penguatan sistem kesehatan yang berkelanjutan


Setiap negara, baik miskin atau kaya harus memiliki rencana tenaga kerja nasional
yang dibentuk untuk situasi tertentu dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan.
Rencana ini harus bertujuan untuk menjamin akses bagi setiap keluarga agar tenaga
kesehatan menjadi termotivasi, terampil, dan didukung. Jika memungkinkan, tenaga yang
harus direkrut dari, bertanggung jawab kepada, dan didukung untuk bekerja di masyarakat.
rekomendasi khusus kami:

Semua negara harus mengembangkan rencana strategis tenaga kesehatan nasional


untuk memandu investasi peningkatan sumber daya manusia sebagai komponen inti

dari penguatan sistem kesehatan nasional.


Pemimpin Akademik di lembaga pendidikan dan para pemimpin kesehatan di
kementerian pemerintah harus terlibat dalam dialog kebijakan untuk mengembangkan

tenaga kerja nasional yang tepat dan efektif, kerajinan reformasi sektor kesehatan dan
membentuk kader pekerja disesuaikan dengan prioritas kebutuhan kesehatan secara

nasional.
Semua negara harus memeriksa dan meningkatkan investasi mereka di bidang

pendidikan yang sesuai, penyebaran, dan retensi sumber daya manusia.


Sebuah rezim internasional harus dibuat untuk mengakui "exceptionalism" migrasi
medis, mempromosikan hak asasi manusia dari gerakan bebas sekaligus melindungi

kesehatan masyarakat yang rentan.


Kesehatan global dan kebijakan keuangan harus bekerja sama untuk memastikan
lingkungan fiskal yang memungkinkan untuk pengembangan tenaga kerja kesehatan.
Donor harus menyelaraskan investasi mereka untuk menerapkan setidaknya 10 persen
atau $400 juta diperkirakan $4.000.000.000 pengeluaran mereka pada sumber daya
manusia untuk memperkuat kapasitas manusia secara strategis dalam negara. Dari
investasi nasional, 10 persen atau $40 juta harus dialokasikan untuk memperkuat
kerjasama teknis dan kebijakan sumber daya manusia di tingkat regional dan global.

Memobilisasi untuk memerangi keadaan darurat kesehatan


Di negara-negara yang sangat dipengaruhi oleh HIV / AIDS, terutama di Sub-Sahara
Afrika, mobilisasi rakyat untuk memanfaatkan tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk
mengatasi krisis kelangsungan hidup manusia. Negara krisis harus menilai kesesuaian tenaga
kesehatan mereka saat ini dan memobilisasi dukungan untuk delegasi yang tepat dari fungsi
kesehatan inti untuk tenaga tambahan berbasis masyarakat yang terlatih. Dukungan dari
donor, badan-badan regional, dan organisasi global sangat penting untuk pelaksanaan
pelayanan yang efektif. Beberapa rekomendasi khusus kami :

Segera mengembangkan strategi untuk memobilisasi, mempertahankan, dan melatih


petugas kesehatan untuk memerangi HIV / AIDS dan masalah prioritas lainnya
sebagai bagian dari strategi untuk terus membangun sistem perawatan kesehatan

primer.
Bawalah bersama-sama negara, regional, dan keahlian teknis global sumber daya
manusia untuk kesehatan melalui "virtual" dan "operasional" jaringan yang dapat
menyebarkan praktek-praktek terbaik dan memberikan dukungan teknis yang efektif
untuk tindakan yang berbasis negara dan negara yang dipimpin.

Buat kebijakan yang memungkinkan dan lingkungan pembiayaan dengan secara


khusus memastikan kebijakan ekonomi makro yang mendukung dan koherensi dana
kategoris untuk HIV / AIDS dan masalah prioritas lain yang sesuai dengan rencana
kerja nasional. program pengendalian penyakit harus berusaha untuk mencapai target
prioritas mereka sekaligus memperkuat, bukan memecah-belah, tenaga kesehatan
yang berkelanjutan dalam sistem kesehatan secara keseluruhan.

Membangun basis pengetahuan


Tindakan yang efektif, baik mendesak dan berkelanjutan, membutuhkan informasi
yang solid, analisis handal, dan basis pengetahuan perusahaan. Namun data dan penelitian
tentang sumber daya manusia untuk kesehatan yang terbelakang, terutama di negara-negara
padat penduduk dan tinggi angka kematian. Proses pembelajaran nasional dan global harus
diluncurkan secara cepat untuk membangun basis penting pengetahuan dalam membimbing,
mempercepat, dan meningkatkan tindakan. Budaya pengetahuan berbasis ilmu pengetahuan
harus diresapi dalam komunitas sumber daya manusia. Rekomendasi khusus kami:

Semua negara harus memperkuat data nasional, informasi, analisis, dan penelitian
sumber daya manusia untuk kesehatan. Semua pekerja harus dihitung, atribut sosial
dan fungsi kerja harus dikumpulkan untuk meningkatkan perencanaan, kebijakan, dan

program.
Penelitian tentang norma tenaga kerja, standar, dan praktik terbaik harus ditambah
dengan cepat dan disebarluaskan untuk meningkatkan efektivitas tenaga kerja di

semua negara.
Penyandang dana, baik nasional maupun internasional, harus secara signifikan
meningkatkan investasi mereka di informasi dan pengetahuan tentang sumber daya
manusia. Selain memperkuat tindakan negara, investasi ini akan menyediakan barang
publik secara global.

Menyelesaikan agenda yang belum selesai: Action dan pembelajaran

Pimpinan nasional harus melaksanakan rekomendasi yang kami buat. Kami juga
meminta lembaga, terutama internasional WHO dan Bank Dunia, tetapi juga UNDP,
UNESCO, Global Fund, Aliansi Global Vaksin dan Imunisasi, Rencana Darurat Presiden
untuk AIDS Relief, dan lain-lain-untuk mendukung aksi nasional yang koheren. Melalui
perencanaan kolaboratif dan umpan balik, aliansi untuk tindakan dapat dilakukan secra
sistematis yang diperkuat, sehingga aktor internasional memainkan peran lebih efektif dalam
sumber daya manusia untuk kesehatan di tingkat negara dan masyarakat.
Tidak mungkin untuk meremehkan pentingnya respon seruan dari sebuah tindakan.
Yang dipertaruhkan adalah tidak kurang dari menyelesaikan agenda yang belum selesai dari
abad terakhir sementara mengatasi tantangan kesehatan yang belum pernah terjadi
sebelumnya dari abad baru ini. Jutaan orang di seluruh dunia terjebak dalam lingkaran setan
dari penyakit dan kematian. Bagi mereka tidak ada besok tanpa tindakan hari ini. Namun
banyak yang dapat dilakukan melalui memobilisasi tenaga kesehatan yang cepat dan
bijaksana berinvestasi membangun infrastruktur untuk sistem kesehatan yang berkelanjutan.
Apa yang kita sudah lakukan secara berhasil atau gagal, maka akan membentuk arah
kesehatan global di abad ke-21.

BAB II

Isi
Kekuatan Tenaga Kesehatan
Kita pernah menghadapi krisis kesehatan, dimana angka kematian meningkat,
turunnya angka harapa hidup di beberapa negara termiskin, dan pandemi global mengancam.
Kesehatan saat ini kembali mengancam kehidupan manusia yaitu adanya penyakit baru dan
penyakit lama kembali lagi serta mengabaikan sumber daya manusia (SDM) kesehatan. Di
negara-negara yang terkena dampak krisis, kita melihat petugas kesehatan yang terbebani dan
tertekan karena jumlahnya yang sedikit dan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Meski
begitu, petugas kesehatan masih berdedikasi di seluruh dunia dengan menunjukkan komitmen
sosial dan tujuan yang bukan sekadar tugas.
Bab ini menjelaskan kekuatan yang mengurangi tenaga kerja kesehatan di negaranegara miskin. Puluhan tahun diabaikan, telah terdegradasi tenaga kerja kesehatan untuk
kebijakan yang mundur. Selanjutnya negara akan dikategorikan ke dalam kelompok khusus
untuk mengukur seberapa tingkat dan pola tenaga kesehatan mempengaruhi hasil kesehatan.
Bab ini menyimpulkan dengan menunjukkan besar tantangan untuk memperkuat sumber daya
manusia dalam bidang kesehatan, baik secara global maupun di negara-negara dalam krisis.
Krisis Kesehatan Saat Ini
Pada abad ke-20, kemajuan dalam ilmu pengetahuan medis dan kesehatan
masyarakat,

sudah lebih baik. Pendapatan yang lebih tinggi, peningkatan nutrisi, tren

peningkatan angka harapan hidup serta perkembangan sosial ekonomi yang memungkinkan
orang untuk menyelesaikan masalah patogen mematikan. Namun, keyakinan ini pupus karena
hadirnya berbagai ancaman penyakit. Seperti HIV/AIDS menjadi pandemi yang dianggap
sebagai bencana kesehatan dunia.
Gambar kesehatan global saat ini adalah salah satu keragaman yang besar, dengan
perubahan hidup dan ketidakadilan kesehatan yang terpolarisasi. Kemiskinan dan
ketidaksetaraan keduanya penyebab dari gejala krisis kesehatan. Terjadi kesenjangan angka
harapan hidup yang melebar, orang kaya terus menikmati umur panjang sampai 80 tahun
seperti di negara Jepang. Namun di beberapa negara miskin ada yang hanya mencapai 40
tahun seperti negara Zambia.

Pandemi HIV/AIDS di sub-Sahara Afrika menjadi krisis yang mendalam. Banyak


negara yang mengalami masalah kesehatan seperti angka harapan hidup yang menurun tajam,
kematian bayi dan anak meningkat tajam, serta perempuan usia muda banyak yang
meninggal. Namun, kita masih berada di dalam tahap awal krisis. Satu dekade setelah
meningkatnya prevalensi HIV/AIDS kematian akibat peyakit tersebut meningkat. Akibatnya
banyak anak-anak yatim, pendidikan dan kesehatan terganggu, pertumbuhan ekonomi
terhambat, dan tata kelola politik yang menantang.
Meskipun HIV/AIDS menjadi pembunuh terbesar di Afrika, penyakit lain tetap
muncul seperti Tuberkulosis dan Malaria. Tuberkulosis diderita oleh orang-orang yang positif
HIV dengan pertahanan kekebalan tubuh yang rendah dan multidrug resisten mengalami
peningkatan. Malaria, menyebar luas. Penyakit menular sudah terjadi dimasa kanak-kanak,
kecuali tetap melakukan imunisasi dasar.

Krisis kesehatan meningkat dengan kesulitan

ekonomi dan ketidakstabilan politik. Pertimbangkan bagaimana keadaan darurat kemanusiaan


di Republik Demokratik Kongo, Liberia, Sierra Leone, Sudan, dan Zimbabwe menjebak
populasi dalam lingkaran setan dengan kombinasi mematikan kekerasan, kelaparan, dan
penyakit.
Sub-Sahara Afrika merupakan wilayah yang mengalami krisis paling buruk. Tidak
hanya Sub-Sahara Afrika, negara-negara lain juga mengalami krisis kesehatan, seperti Rusia
dan negara-negara bekas Uni Soviet serta Eropa Timur. Untuk mengantisipasi dan
memperbaiki krisis kesehatan diperlukan sistem kesehatan yang kuat. Kekuatan sistem
kesehatan sangat tertanam dalam ekonomi politik suatu negara. Penurunan ekonomi atau
pembalikan mendalam membatasi kapasitas masyarakat untuk mengendalikan penyakit: GDP

per kapita bergerak mundur di 54 negara selama tahun 1990an. Konflik dan tata kelola yang
gagal menghancurkan infrastruktur manusia dan kepercayaan sosial sehingga menyebabkan
buruknya sistem kesehatan. Penyebab utama krisis ini adalah diabaikannya tenaga kerja yang
merupakan kunci utama penggerak sistem kesehatan.
Peluang Baru
Krisis kesehatan global dan kecemasan publik dapat memprovokasi aksi politik.
Perhatian publik mendorong komitmen politik yang kuat untuk kesehatan. Advokasi telah
mendorong kesehatan global ke dalam agenda politik yang tinggi. Sesi khusus UN General
Assembly dan Dewan Keamanan PBB telah memiliki bahasan untuk HIV / AIDS. Kepala G8 negara telah menetapkan prioritas untuk kesehatan global, termasuk Afrika. Perwujudan
komitmen dunia untuk mengurangi kemiskinan salah satunya adalah Millenium Development
Goals (MDGs) disahkan oleh UN Millennium Assembly.
Untuk mencapai tujuan MDGs, terdapat beberapa dukungan atau inisiatif yang
dilakukan oleh dunia, seperti Global Fund untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis, dan
Malaria, Aliansi Global Vaksin dan Imunisasi (GAVI), dan Presidents Emergency Plan for
AIDS Relief (PEPFAR). Inisiatif ini merupakan adalah cara-cara baru mereka melakukan
bisnis untuk peningkatan sumber daya yang mereka perintah. Anggaran kesehatan di berbagai
negara mengalami kenaikan. Hambatan akses pengobatan untuk masyarakat miskin telah
berkurang. Ancaman hukum terhadap negara-negara yang berusaha untuk memproduksi atau
mengimpor obat generik telah dijatuhkan.
Revolusi informasi memungkinkan untuk mengubah cara kita melakukan pekerjaan
dalam sektor kesehatan. Internet memberikan kesempatan bangkitnya kesehatan dalam jarak
jauh untuk memanfaatkan pengetahuan medis. Teknologi perencanaan kesehatan mengalami
kemajuan dengan cepat sehingga dapat menjadi sarana untuk pengendalian penyakit sambil
membangun infrastruktur kesehatan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, kita memiliki
sumber daya dan pengetahuan untuk mengatasi ancaman mematikan bagi kesetaraan
kesehatan global.
Krisis Tenaga Kesehatan
Pada abad ke-20, komitmen, kemanusiaan, profesionalisme, dan inovasi dari beberapa
generasi tenaga kesehatan mengalami kemajuan drastis dalam kesehatan global. Hal itu
merupakan dedikasi dari jutaan tenaga kesehatan, bekerja untuk mencegah penyakit,

memberikan kesehatan, dan menyediakan paket layanan minimum untuk ratusan juta orang di
negara miskin. Berkaca pada krisis kesehatan global saat ini, kita menghadapi krisis tenaga
kesehatan. Tidak ada petugas kesehatan yang cukup, mereka tidak memiliki keterampilan
yang tepat, kelelahan dan tertekan. Hal ini menyebabkan tiga kesalahan yaitu investasi
digantikan oleh kelalaian, pasar global untuk tenaga kesehatan hilang, dan HIV/AIDS
menambahkan beban baru meskipun sistem kesehatan mampu mengatasi.
Tiga ancaman HIV/AIDS untuk pelayanan kesehatan
1. Meningkatnya beban kerja dan tuntutan keterampilan pada petugas kesehatan.
2. Di banyak negara, tenaga kesehatan mengalami sakit dan sekarat. Merawat orang
sakit tidak hanya menuntut tapi berisiko, karena bahaya yang berhubungan dengan
pekerjaan kontaminasi.
3. Petugas kesehatan harus mengatasi stres psikososial yang menawarkan perawatan
paliatif akibat meningkatkan jumlah pasien sekarat dengan merawat keluarga mereka
sendiri yang sakit.
Percepatan Migrasi
Profesional kesehatan selalu mobile. Pasar global didominasi oleh orang-orang
dengan uang yang dapat digunakan untuk membayar. Mereka yang sudah memiliki petugas
kesehatan merekrut lebih, sementara mereka yang kekurangan pekerja bahkan beberapa
profesional kesehatan diambil. Pekerja terampil bergeser dari daerah miskin ke kaya dan dari
sektor publik ke swasta. Konsentrasi profesional kesehatan di kota-kota ini juga diakui, tetapi
migrasi regional dan internasional dengan asumsi dinamika baru. Dokter di Filipina melatih
diri mereka sebagai perawat untuk mengejar peluang yang menguntungkan dalam mengubah
pasar ekspor.
Hal ini telah terjadi di berbagai negara, menambah maldistribusi yang menyebabkan
ketidakseimbangan. Negara miskin hanya mengandalkan sebagian kecil dari para pekerja
kesehatan mereka telah dilatih. Pendekatan strategis bersama akan diperlukan untuk
mencapai solusi yang berkelanjutan bagi semua negara, kaya dan miskin.
Degradasi keterbelakang
Dibutuhkan waktu yang lama untuk membangun sumber daya manusia kesehatan,
tetapi hanya beberapa tahun untuk menjalankan mereka. Dua dekade sektor kesehatan
mengalai "mis-reforms" petugas kesehatan diperlakukan sebagai beban biaya, bukan aset.

Dalam penyesuaian kebijakan struktural, reformasi kesehatan yang dikenakan pada jumlah
staf dan gaji sementara investasi dalam pendidikan dan pelatihan yang lebih tinggi. Sumber
daya manusia menjadi lapangan terpencil bagi para pembuat kebijakan elit, akademisi,
sedangkan ilmuwan dipandang sebagai administrasi kepegawaian, tidak sebagai ilmu atau
kebijakan.
Perencanaan dan manajemen tenaga kerja kesehatan tidak efisien, sayangnya hal
tersebut menjadi masalah yang berlarut-larut. Di negara seluruh dunia mengalami kurangnya
distribusi, keseimbangan, motivasi, keterampilan, dan dukungan dari petugas kesehatan yang
umum. Lembaga donor dan kebijakan pemerintah tidak banyak membantu menyelesaikan
masalah. Banyak lembaga donor bernaggapan pengeluaran berulang pada sumber daya
manusia hanya sebagai beban fiskal, bukan sebagai investasi. Mempekerjakan petugas
kesehatan memiliki banyak manfaat melebihi yang mereka bayar. ketersediaan, keterampilan,
dan motivasi mereka tidak dapat dihidupkan dan dimatikan seperti air keran.
Perencanaan tenaga kerja yang baik memerlukan data yang baik dan lengkap. Namun
hal itu telah diabaikan, meninggalkan ketidakpastian yang besar tentang petugas kesehatan di
negara-negara miskin. Situasi berubah dengan cepat, hal yang tidak baik didapatkan oleh data
dan bukti, karena kesehatan adalah proses manusia. Jadi alat dasar tenaga kerja kesehatan
jarang dihargai oleh para pembuat kebijakan.
Banyak dedikasi yang dilakukan petugas kesehatan. Meskipun khawatiran tentang
keselamatan fisik, mata pencaharian ekonomi, dan stres psikologis, banyak pekerja yang
menampilkan dedikasi besar dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan. Dalam banyak
kasus, mereka menunjukkan kepemimpinan, kerajinan, dan inovasi meskipun dalam keadaan
yang sangat dibatasi.
Mengapa Petugas Kesehatan Sangat Penting?
Peran petugas kesehatan dalam menghadapi krisis kesehatan maupun dalam mencapai MDGs
bidang kesehatan adalah sangat penting. Jika diibaratkan petugas kesehatan seperti pasak
penjaga roda, kunci utama, dan poros bagi semua usaha yang dilakukan. Berikut ini terdapat
5 alasan lainnya yang menjelaskan mengapa petugas kesehatan penting.
1

Sejarah membuktikan peran penting mereka

Transformasi tenaga kerja menjadi kelompok berbasis ilmu pengetahuan, terorganisir secara
resmi, terlatih dengan baik, dan profesi yang terkompensasi dengan baik, memfasilitasi
penggandaan harapan hidup di antara populasi istimewa di abad terakhir.
Keefektifan program pengendalian penyakit pada abad terakhir semua tercipta karena adanya
strategi sumber daya manusia yang sukses. Begitu juga dengan keberhasilan revolusi
kelangsungan hidup anak tahun 1980-an bergantung pada mobilisasi dari sumber daya
manusia.
Dalam setiap kasus mempercepat kemajuan kesehatan nasional,

strategi sumber daya

manusia yang inovatif memainkan peran penting baik pada negara berpendapatan tinggi
maupun rendah.
2

Mereka ujung tombak kinerja

Pekerja merupakan ujung tombak dari kinerja sistem kesehatan, baik kuratif maupun
preventif. Jumlah, kualitas, dan konfigurasi sumber daya manusia yaitu informal dan
komunitas pekerja, teknisi laboratorium, dan profesional membentuk output dan produktifitas
dari sistem kesehatan. Sebagian besar petugas kesehatan berkomitmen pada pelayanan sosial,
dan motivasi mereka dapat dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang lebih baik dengan
sumber daya yang terbatas.
Seringkali, mereka melayani jauh melampaui tugas yang semestinya. Mereka sendiri
memiliki kapasitas untuk berkomunikasi dengan pasien dan masyarakat, hal ini bermanfaat
untuk mengkatalisis transformasi kesehatan berbasis masyarakat. Partisipasi petugas
kesehatan sangat penting dalam reformasi sektor kesehatan. Dengan dukungan yang tepat
mereka dapat menjadi pemimpin dan mengimplementasikan inovasi. Namun sebaliknya jika
mereka tidak didukung dan diperlakukan secara buruk mereka akan menjadi hambatan yang
tak dapat teratasi. Ketika petugas kesehatan gagal, masyarakat dapat terbelit dalam masalah
kesehatan. Mereka harus diperlakukan seperti teman kerja dalam memberikan pelayanan
kesehatan, bukan sebagai pegawai semata.
3

Mereka mengelola semua sumber daya kesehatan lainnya

Petugas kesehatan adalah sumber daya utama dalam kesehatan karena mereka mengelola dan
sinkronisasi semua sumber daya kesehatan lainnya, termasuk pembiayaan, teknologi,

informasi, dan infrastruktur. Petugas kesehatan merekatkan semua input menjadi satu ke
dalam fungsi sistem kesehatan.
Perekatan dan Sistem Kesehatan

Teknologi dan Obatobatan

Pembiayaan

Tenaga
Kesehatan
Pengetahuan dan
Informasi

Infrastruktur

Terdapat laporan yang menyatakan bahwa vaksin dan obat berakhir masa penggunaannya
digudang, hal ini terjadi karena sedikitnya pekerja yang mengoperasikan teknologi. Tentu saja
petugas tidak dapat mengoperasikan secara efektif tanpa adanya fungsi sistem obat,
transportasi, dan dukungan lainnya. Input pelengkap harus disinkronkan ke dalam sistem
operasional untuk petugas kesehatan agar dapat mencapai potensi mereka.
Petugas kesehatan tidak dapat dianggap sesederhana input yang lain. Pelayanan kesehatan
adalah pelayanan yang sanagt bergantung dengan sumber daya manusia. Sebagai sumber
daya yang unik, tenaga d kesehatan adalah agen aktif dalam perubahan kesehatan. Mereka
membutuhkan waktu dan investasi untuk membangun kemampuan mereka. Mereka tidak
responsif terhadap pasar seperti komoditas lainnya. Sebagai manusia mereka memiliki
berbagai motivasi, antara lain dedikasi untuk memberi layanan, keinginan untuk memberikan
kontribusi kepada masyarakat, atau ingin mendahulukan kepentingan mereka sendiri.
4

Mereka menguasai sebagian besar anggaran kesehatan

Petugas kesehatan adalah sumber daya yang sangat mudah beradaptasi untuk menghasilkan
output kesehatan, mengurangi pemborosan, dan memanfaatkan potensi besar untuk
memperoleh efisiensi. Dalam semua sistem kesehatan, petugas kesehatan menguasai sebagian
besar dari anggaran kesehatan, dalam beberapa kasus lebih dari 75 persen. Kementerian
kesehatan Republik Dominika menghabiskan 67 persen dari anggaran kesehatan untuk
menggaji petugas kesehatan, dan Ekuador 72 persen.
5

Mereka adalah kendala utama atau kontributor untuk kemajuan

Petugas kesehatan adalah salah satu pokok "kendala yang mengikat" untuk mencapai MDGs
terkait kesehatan. Mengatasi kendala sumber daya manusia memang diperlukan tetapi itu saja
tidak cukup untuk mempercepat kemajuan menuju MDGs. Manajemen strategis sumber daya
manusia dapat menjadi katalis untuk mempercepat kemajuan kesehatan. Hampir semua
terobosan kesehatan utama di abad terakhir dipicu oleh mobilisasi petugas kesehatan.
Data Empiris Petugas Kesehatan dan Outcomes Kesehatan
Mempekerjakan lebih banyak petugas kesehatan memungkinkan untuk memberikan layanan
yang lebih baik. Densitas spesifik dari petugas kesehatan terkait dengan dua kunci indikator
kesehatan MDG yaitu imunisasi campak dan adanya petugas yang terlatih pada saat
persalinan. Analisis regresi berdasarkan densitas dan output kesehatan di seluruh dunia
menunjukkan bahwa kepadatan sekitar 1,5 petugas per 1.000 penduduk berhubungan dengan
80 persen cakupan imunisasi campak, dan 2,5 petugas per 1.000 berhubungan dengan 80
persen kelahiran dengan petugas yang terampil. Hubungan ini menunjukkan bahwa
kepadatan 2,5 petugas per 1.000 dapat dianggap sebagai ambang batas densitas petugas yang
diperlukan untuk mencapai cakupan yang memadai dari beberapa intervensi kesehatan yang
esensial dan inti pelayanan MDG terkait kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa semakin kompleks pelayanan kesehatan
yang harus diberikan makan akan membutuhkan densitas petugas yang lebih tinggi. Rasio ini,
tentu saja, hanya sugestif karena regresi tidak mengontrol input lain untuk kemajuan
kesehatan seperti perkembangan sosioekonomi atau vaksin dan obat baru. Hal yang lebih
penting adalah data mengabaikan petugas kesehatan tradisional, atau pekerja informal.
Jumlah densitas yang sama pada suatu negara dapat menghasilkan outcome kesehatan yang
berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, ekonomi, dan cara
negara memobilisasi serta menyebarkan petugas yang tidak diklasifikasikan sesuai atau di
bawah standar sistem internasional yang ada. Kepadatan 2,5 petugas per 1.000 adalah
pedoman yang sifatnya menyarankan, bukan patokan pasti.
Terdapat bukti lain yang menunjukan pentingnya densitas petugas dan pengaruhnya terhadap
kualitas outcome. Bukti ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan di rumahsakit dan panti
jompo di negara-negara berpenghasilan tinggi, seperti Kanada dan Amerika Serikat. Jumlah
dan kualitas

keperawatan diukur melalui jam asuhan keperawatan dan pendidikan dan

berbagai keterampilan staf keperawatan. Hasil penelitiannya adalah densitas petugas yang

lebih tinggi menghasilkan outcome kesehatan yang lebih baik dan kepuasan kerja yang luar
biasa ketika jumlah dan kualitas staff memadai.
Densitas petugas kesehatan dan penghasilan nasional suatu negara memiliki hubungan yang
sangat kuat. Negara-negara berpenghasilan tinggi memiliki lebih banyak dokter, perawat, dan
bidan per penduduk, sedangkan negara berpenghasilan rendah memiliki pekerja profesional
yang lebih sedikit. Beberapa negara kaya dengan tingkat densitas yang tinggi menjadi
importir utama untuk petugas kesehatan tambahan.
Anand dan Barnighausen melakukan analisis kualitatif lintas nasional mengenai densitas
sumber daya manusia dan status kesehatan pada 118 negara. Rendahnya angka kematian ibu,
bayi dan balita berhubungan dengan penghasilan yang tinggi, angka melek huruf pada
perempuan, dan kemiskinan yang rendah. Densitas sumber daya manusia (dokter, perawat,
dan bidan per 1.000 penduduk) signifikan penting dalam menentukan tiga ukuran outcome
kesehatan tersebut.
Ketika densitas petugas kesehatan meningkat, angka kematian ibu, bayi, dan balita turun.
Dampak densitas petugas pada kematian ibu sangatlah besar. Analisis menunjukkan bahwa
peningkatan 10 persen dalam densitas petugas kesehatan berkorelasi dengan sekitar
penurunan 5 persen pada angka kematian ibu, dan 2 persen pada angka kematian bayi dan
balita. Alasan dibalik lebih kuatnya efek terhadap penurunan angka kematian ibu adalah
tenaga medis yang sangat terlatih lebih penting untuk layanan obstetrik darurat hal ini
dilakukan demi mencegah kematian ibu daripada untuk tugas-tugas sederhana, seperti
imunisasi untuk bayi dan kesehatan anak.
Semakin Banyak Tenaga Kesehatan-Semakin Sedikit Kematian

Petugas Kesehatan sebagai Kepercayaan Kesehatan Global


Petugas kesehatan membantu orang-orang dalam memperoleh kesehatan mereka sendiri
dengan menghubungkan mereka dengan informasi, vaksin dan obat-obatan, kepedulian dan
layanan yang manusiawi. Melakukan fungsi-fungsi penting di seluruh dunia, mereka dapat
dikatakan sebagai "kepercayaan kesehatan global." Istilah "kepercayaan" menggarisbawahi
fakta bahwa petugas kesehatan adalah aset dasar manusia yang penting untuk menciptakan
kesehatan yang baik.
Tidak seperti dana, obat-obatan, atau infrastruktur, petugas kesehatan adalah teman kerja
yang aktif dan pemilik bersama di perusahaan pencipta kesehatan yang baik. Agar efektif
petugas kesehatan harus didistribusikan dengan baik, dimotivasi, terampil, dan didukung.
Siapakah Petugas Kesehatan itu?
Tidak ada standar definisi terkait siapa tenaga kesehatan. Diperkirakan bahwa setiap dokter
yang berkualitas secara formal atau perawat, termasuk pekerja dalam bidang kesehatan pada
tingkat keluarga, penyembuhinformal dan tradisional, dan berbagai petugas kesehatan
masyarakat tanpa kualifikasi profesional. Berbagai langkah kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan

tenaga

kesehatan

mempertimbangkan fakta penting ini.


Berapa Jumlah Petugas Kesehatan?

dan

meningkatkan

outcome

kesehatan

harus

Persediaan petugas kesehatan dunia pada waktu tertentu menggambarkan penjumlahan dari
beberapa pergerakan yang terdiri atas arus masuk dan arus keluar. Saat ini petugas yang
tersedia menampilkan berbagai atribut seperti distribusi geografis dan publik-swasta,
keseimbangan ketrampilan, komposisi gender, dan tim kerja. Atribut ini dilengkapi dengan
stategi perencanaan dan manajemen yang memberikan petugas insentif yang mendukung
lingkungan kerja menentukan keefisienan dan keefektifan dan keadilan pelayanan kesehatan
yang baik.
Keseluruhan persediaan petugas kesehatan ini diatur oleh arus masuk dan arus keluar baik di
tingkat nasional dan global. Arus masuk ditentukan oleh laju lulusan yang dihasilkan oleh
lembaga pendidikan dan program pelatihan pra-layanan atau ditambahkan melalui migrasi.
Arus keluar adalah karena pensiun, meninggal, atau migrasi keluar. Arus ini memiliki
dinamika waktu yang kuat. Arus keluar bisa sangat cepat terjadi misalnya, melalui kematian
dini akibat AIDS atau melalui migrasi keluar yang terjadi secara besar-besaran.
ARUS MASUK

Pendidikan dan
Migrasi masuk

Menciptakan
Kesehatan
Persediaan
Petugas
Kesehatan

Cakupan
Motivasi
Kompetens
i

Pensiun
Meninggal
Migrasi
Keluar
ARUS KELUAR

Arus masuk dapat memakan waktu, mahal, dan tergantung pada lembaga pendidikan yang
kuat. Hanya dengan mengimpor profesional maka dapat meningkatkan jumlah petugas tanpa
penundaan waktu yang signifikan atau investasi moneter. Mengisi pipa untuk memproduksi
profesional memerlukan waktu satu dekade atau lebih.
Peneliti memperkirakan terdapat 100 juta petugas kesehatan global. Ditambahkan dengan 24
juta petugas yang terdiri atas dokter, perawat, dan bidan setidaknya 75 juta lebih banyak

yang tak terhitung dari sektor informal tradisional, masyarakat, dan perserikatan petugas.
Menurut statistik yang dikumpulkan oleh WHO, dunia memiliki 9 juta dokter dan 15 juta
perawat dan bidan pada tahun 2000. jumlah ini memberikan densitas dunia rata-rata 1,6
dokter dan 2,5 perawat per 1.000 penduduk. Rasio perawat dokter adalah 1,6 sampai 1,0.
Berdasarkan hasil publikasi terakhir globalsurvey diperkirakan perkirakan terdapat 2,3 juta
dokter pada tahun 1971, Data pada tahun 200 menunjukan terdapat peningkatan jumlah
dokter sebesar 5 persen per tahun.
Pada perhitungan petugas kesehatan tersebut petugas kesehatan masyarakat, pembantu medis
dan keperawatan, petugas informal, praktisi tradisional, dan staf-non medis atau dengan kata
lain, seluruh kader pekerja informal dan masyarakat tidak termasuk dalam perhitungan. Oleh
karena itu harus hati-hati dalam menafsirkan data global pada petugas kesehatan.
Dimana Petugas Kesehatan Dunia?
Jika menteri kesehatan global melakukan survei dunia dan mengalokasikan 100 juta petugas
kesehatan di seluruh dunia sesuai dengan kebutuhan kesehatannya, dia tidak akan muncul
dengan distribusi yang ada saat ini. Lokasi geografis dan keterampilan mencerminkan sejarah
masa lalu dari kebijakan publik dan pelatihan, saat ini pasar global untuk tenaga kerja, dan
berbagai faktor politik dan ekonomi. Distribusi tenaga kerja global yang tidak merata
mencerminkan ketidakadilan bahkan lebih ditandai dari ketidaksetaraan status kesehatan.
Maldistribusi akan petugas kesehatan sangat terlihat jelas. Asia, dengan sekitar 50 persen
orang di dunia, memiliki 30 persen persediaan global dokter, perawat, dan bidan. Eropa dan
Amerika Utaramemiliki 20 persen orang di dunia, tapi hampir setengah dari jumlah tersebut
dokter dan 60 persen perawat. Untuk dokter dan perawat perbedaan pada setiap regional
sangatlah besar. Rata-rata densitasnya adalah 1 pekerja per 1.000 penduduk di sub-Sahara
Afrika, tetapi lebih dari 10 per 1.000 di Eropa dan Amerika Utara. Densitas setiap negara
sangatlah bervariasi.

Densitas Petugas Kesehatan per Wilayah Negara

Range dokter dimulai dari yang tertinggi terdapat di Italia yaitu 6 per 1.000, kemudian yang
terendah 0,02 per 1.000 di Rwanda. Finland memiliki densitas p.erawat dan bidan berkisar
dari 22 per 1.000 penduduk, sedangkan di Uganda 0,09 perawat dan bidan per 1.000. Atlas
dunia diwarnai oleh densitas petugas yang secara jelas menunjukan ketidaksetaraan global.
Banyak negara di sub-Sahara Afrika memiliki jumlah yang sama atau tenaga kesehatan yang
lebih sedikit daripada yang mereka punya pada 30 atau bahkan 40 tahun yang lalu. Di banyak
negara, menurunnya persediaan petugas bersamaan dengan bertambahnya kebutuhan
kesehatan dari populasi di tengah penyakit, kelaparan, dan krisis yang berhubungan dengan
konflik. Negara berkembang memiliki nasib lebih baik, meskipun terdapat kurang dari 10
persen dokter di "negara berkembang" pada tahun 1971, namun sebagian besar negara di
Asia, Amerika Latin, dan Timur Tengah telah terelihat posisi mereka relatif meningkat dalam
beberapa dekade terakhir
Akses terhadap pelayan kesehatan pada pedesaan, terpencil, dan marginal dibatasi oleh
petugas dan pola alokasi fasilitas yang umumnya mendukung pusat kota. Di Nikaragua, 50
persen dari tenaga kesehatan negara itu berada di ibu kota Managua. Di Ghana, lebih dari 85
persen dari dokter umum bekerja di daerah perkotaan, meskipun 66 persen penduduk tinggal
di daerah pedesaan. Di Bangladesh, pusat metropolitan memiliki sekitar 15 persen dari
penduduk negara itu, namun 35 persen dari dokter dan 30 persen perawat di posisi
pemerintahan. Di Meksiko diperkirakan 15 persen dari semua dokter yang menganggur,

setengah menganggur, atau tidak aktif, padahal daerah pedesaan

belum

terisi petugas

kesehatan.
Pada Thailand dan Afrika Selatan terdapat satu dokter untuk lima perawat, dimana dinegara
lain terdapat tiga dokter untuk setiap perawat. Masih terdapat negara yang mengalami
lingkungan kerja yang negatif sehingga membuat maldistribusi semakin memburuk dan
mengurangi produktifitas. Dalam hampir semua situasi informasi dan data pun sangatlah
terbatas, hal ini menghalangi untuk memahami situasi, perencanaan dan program.
Lima Kelompok Negara
Berdasarkan penelitian JLI (The Joint Learning Initiative) negara dibagi menurut kepadatan
petugas kesehatan dan kondisi kesehatan. Tergantung pada sejumlah faktor, yang mempunyai
variabel ekstrim. Pola yang dicari menujukkan lima kelompok utama negara yang sama. Pada
variabel yang ekstrim dapat terlihat negara yang mempunyai banyak petugas kesehatan dan
harapan hidup yang tinggi (seperti negara maju) dan negara dengan sedikit tenaga kesehatan
dan kesehatan yang buruk (seperti negara termiskin di Sub-Sahara Afrika). Tapi, diantara itu
terdapat banyak variasi dan beberapa hal yang tidak diduga.
Perbandingan dan pengelompokan ini dapat membantu untuk mempelajari dan mudah dalam
melintasi batas-batas nasional untuk membentuk solusi dan merancang sebuag strategi
nasional pada konteks global pada seuatu negara.
Gambar 1.8
Sumber daya Manusia dan Pengelompokkan

Tidak ada yang jelas pola antara negara maju dan sedang berkembang, pola global
menunjukkan adanya kesinambungan antara kepadatan pekerja dan mortalitas.
Perbedaan kriteria dapat digunakan untuk pengelompokkan negara menurut dukungan
sumber daya manusia seperti geografi dan pendapatan (GDP) atau ekonomi, politik dan
budaya. Karena laporan ini berfokus pada petugas kesehatan, negara maju mengelompokkan
berdasarkan sumber daya manusia dan statuts kesehatan. Dari gambar 1.9 menggambarkan
kriteria pengelompokkan pekerja secara acak yang dipilih dengan memotong tingkat 2.5 dan
5.0 pekerja per 1000. Batas bawah mendekati kepadatan minimum dengan cakupan 80% dari
pelayanan kesehatan utama yang berhubungan dengan imunisasi dan kesehatan ibu. Batas
atas melebihi kepadatan rata-rata global dari 4 pekerja per 1000. Di antara kelompok
kepadatan yang tinggi dan rendah, orang-orang dengan tingkat kematian tinggi atau rendah
juga dipisahkan. Menggunakan pemotongan tersebut dihasilkan lima kelompok dasar dari
186 negara : kepadatan rendah-tinggi kematian, kepadatan rendah, kepadatan sedang,
kepadatan tinggi dan kepadatan tinggi-kematian rendah.

Lima

Pengelompokkan
Kepadatan Rendah Kematian Tinggi

Kepadatan Rendah

Kepadatan Sedang

Kepadatan Tinggi

Kepadatan Tinggi Kematian Rendah

Deskripsi
Dari 45 negara dalam pengelompokan ini, 37
adalah di Sub-Saharan Africa, termasuk
Republik demokratis dari Congo, Mozambique
dan Sietta Leone. Negara non Afrika adalah
Afganistan dan Haiti.
Lebih dari 30 negara di Asia (India, Bangladesh
dan Vietnam) dan Amerika (Bolivia, Chile dan
Paraguay) walaupun beberapa terdapat di SubSaharan Afrika.
42 negara di kelompok ini banyak ditemukan di
pusat dan selatan Amerika dan bagian timur
Mediteranian. Negara yang dimaksud adalah
Brazil, Jamaica, Mexico dan Turki.
Umumnya dari 35 negara adalah Lithuania dan
Ukranin. Dalam kelompok ini ada dua negara
sosialis yaitu, Cuba dan Korea dan negara
pengekspor antara lain Cuba dan Philipina.
Cuba berada sangat dekat dengan kelompok
kepadatan tinggi-kematian rendah.
Banyak di negara Eropa Barat dan America
Utara, 34 negara dalam kelompok ini umumnya
anggota dari OECD termasuk Kanada, Spanyol
dan Jepang.

Harus diperhatikan bahwa tidak ada kejelasan antara pola negara maju dan sedang
berkembang. Walaupun pola global menunjukkan keterkaitan antara kepadatan pekerja dan

kematian. Perencanaan dan manajemen tenaga kerja harus diperbaiki dengan memperhatikan
keadaan unik setiap negara. Perhatian utama adalah negara yang sedang berjuang dalam
krisis ganda dari ancaman pertumbuhan kesehatan dan kematian meningkat karena lemahnya
sistem kesehatan yang tidak merespon kondisi buruk.
Tantangan
1. Terdapat kekurangan global besar pekerja.
Ketika ketidaktelitian data kualitatif terbatas, diperkirakan kekurangan global lebih
dari 4 juta pekerja. Sub-Sahara negara Afrika hampir tiga kali lipat menambah jumlah
pekerja mereka agar setara dengan setidaknya 1 juta agar mendekati pencapaian
MDGs untuk kesehatan
2. Hampir semua negara

mengalami

ketidakseimbangan

keterampilan,

menciptakan efisiensi besar. Di beberapa negara campuran keterampilan berlebihan


pada dokter dan spesialis. Di sebagian besar negara pekerja kesehatan masyarakat
berbasis populasi diabaikan. Beberapa negara harus merubah sistem kesehatan mereka
terhadap tenaga kerja yang lebih dekat mencerminkan kebutuhan kesehatan populasi
mereka dengan mengerahkan pekerja tambahan dan masyarakat.
3. Hampir semua negara mengalami maldistribusi dan migrasi yang tidak
direncanakan.
Perkotaan adalah masalah bagi semua negara. Dalam meningkatkan ekuitas negara
dibutuhkan untuk menarik tenaga kesehatan bagi masyarakat pedesaan dan marginal.
Di beberapa negara, terdapat maldistribution antara sektor publik dan swasta. Ekuitas
internasional sangat ditantang oleh sistem migrasi-sebagai menipisnya perawat dan
dokter melumpuhkan kesehatan internasional yang tidak direncanakan untuk negara
pengirim yang lebih miskin.
4. Hampir semua negara menjadi lumpuh dengan lingkungan kerja yang negatif.
Meningkatkan praktek-praktek yang baik untuk memperkuat insentif profesional,
insentif kerja, dan insentif finansial dan nonfinansial. Pekerja harus disediakan dengan
obat, peralatan, dan perlengkapan. Suara mereka harus didengar.
5. Kelemahan pengetahuan dasar melemahkan kemungkinan kefektifan yang lebih
besar.
Informasi pada pekerja jarang, data yang fragmentaris, penelitian yang terbatas.
Kurangnya informasi menghambat perencanaan, kebijakan, dan kekurangan dari
program ini harus diperbaiki.

BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Pada era sekarang, semua negara dihadapi oleh kejadian yang belum pernah terjadi
sebelumnya dan juga krisis kesehatan. Kelangsungan hidup manusia semakin terancam
karena bermunculannya penyakit pandemi global. Oleh karena itu, tenaga kesehatan menjadi
terlalu terbebani dan diperparah dengan jumlahnya yang sedikit serta banyak tenaga
kesehatan yang mencari kehidupan lebih baik dengan pindah ke negara-negara kaya.
Tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam melakukan setiap tindakan yang berkaitan
tentang

menyelamatkan

hidup

manusia

dan

menyembuhkan

penyakit

seseorang.

Mempekerjakan lebih banyak petugas kesehatan memungkinkan untuk memberikan layanan


yang lebih baik suatu negara dapat menghasilkan outcome kesehatan yang berbeda-beda.
Kemiskinan dan ketidaksetaraan adalah penyebab dari gejala krisis kesehatan. Banyaknya
penyakit yang berbahaya bermunculan seperti HIV/AIDS sebagai pandemi yang dianggap
sebagai bencana kesehatan dunia. Densitas petugas kesehatan berpengaruh terhadap
menurunnya angka kematian ibu, bayi, dan balita selain itu dampak densitas petugas pada
kematian ibu sangatlah besar.
Distribusi tenaga kerja global yang tidak merata mencerminkan ketidakadilan bahkan lebih
ditandai dari ketidaksetaraan status kesehatan. Maldistribusi terhadap petugas kesehatan
sangat terlihat jelas di beberapa negara yang maju, berkembang dan miskin. Lingkungan

kerja yang negatif akan membuat maldistribusi semakin memburuk dan mengurangi
produktifitas.
Terdapat lima pengelompokkan negara berdasarkan kepadatan rendah-tinggi kematian,
kepadatan rendah, kepadatan sedang, kepadatan tinggi dan kepadatan tinggi-kematian rendah.
Namun, dalam proses pendistribusian tenaga kesehatan masih mengalami tantangan
diantaranya masih terdapat kekuranag pasar global pekerja, keseimbangan keterampilan yang
kurang dan lingkungan kerja yang negatif.
B. Saran
1. Pendistribusian tenaga kesehatan yang baik dapat membantu menyelesaikan
permasalahan kesehatan diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan agar menghasilkan
outcome kesehatan yang baik.
2. Kerjasama dari berbagai sektor terutama sektor kesehatan dalam menciptakan
lingkungan kerja yang positif serta kondusif bagi petugas kesehatan.
3. Pelatihan dan pendidikan diperlukan untuk tenaga kesehatan agar memiliki
keterampilan yang profesional sesuai dengan profesinya
4. Kerjasama berbagai negara untuk melakukan pendistribusian tenaga kesehatan agar
tidak terjadi maldistribusi dinegara maju, berkembang dan miskin.
5. Pengelolaan keuangan yang baik di suatu negara yang di fokuskan untuk kesehatan.
6. Pembuatan kebijakan di bidang kesehatan untuk program pengendalian penyakit.
7. Setiap tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan sesuai dengan Standar
Pelayanan Minimal.

Sumber:
Joint Learning Initiative. 2004. Human Resources for Health Overcoming this Crisis. The
President and Fellows of Harvard College.

Anda mungkin juga menyukai