Anda di halaman 1dari 9

Penyebab Bintik-bintik Merah Pada Wajah

dan Tubuh Bayi Serta Cara Mengatasinya


Para ibu muda biasanya akan panik dan khawatir ketika mendapati bintikbintik merah atau bintil-bintil yang timbul di wajah dan tubuh bayi. Berbeda
dengan kondisi kulit orang dewasa yang tebal, kulit bayi yang masih relatif
tipis dan sensitif lebih rentan terhadap alergi, iritasi dan infeksi. Hal ini
dikarenakan secara struktural kelenjar minyak pada kulit bayi masih belum
berkembang secara sempurna.
Penyebab timbulnya bintik-bintik merah di wajah dan tubuh bayi ini sangat
kompleks dan bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor dari dalam
tubuh misalnya faktor keturunan, sementara faktor luar misalnya cuaca
yang panas, lingkungan yang lembab, banyak debu dan lain sebagainya.
Bintik-bintik merah disertai kulit yang tampak kemarahan ini bisa
menyebabkan rasa gatal yang tidak tertahankan. Karena bayi belum
mampu menyampaikan dengan kata-kata apa yang dirasakannya, maka
bayi akan rewel atau bahkan menangis tanpa henti.
Untuk mengetahui lebih lanjut, simak beberapa kemungkinan penyebab
bintik-bintik merah pada wajah dan bagian badan bayi lainnya, serta
bagaimana cara mengatasinya berikut ini:
1. Bakat alergi (faktor keturunan)
Penyebab:
Kasus alergi kulit cukup banyak terjadi pada bayi yang sangat rentan
terhadap reaksi alergi.
Apabila Anda dan pasangan memiliki riwayat alergi, maka resiko si kecil
menderita alergi sebesar 40-60 %. Tetapi jika hanya salah satu orang
tua saja yang memiliki alergi, kemungkinannya anak Anda memiliki
bakat alergi kecil yakni sebesar 25-40 %.
Penyakit alergi hanya mengenai anak yang memiliki bakat alergi yang
disebut atopik. Jika tidak ada riwayat alergi di keluarga, bayi Anda tetap
memiliki resiko terkena alergi sebesar 5-15 %.

Bayi yang alergi lebih rentan untuk memiliki masalah pada kulit, berupa
bintik-bintik merah, atau ruam, yang disertai rasa gatal. Pada reaksi
alergi yang tergolong berat, biasanya yang timbul tak hanya bintik-bintik
merah saja, melainkan dapat berupa bengkak pada kulit.
Bintik-bintik merah di tubuh bayi akibat alergi dapat disebabkan karena
bayi alergi terhadap jenis makanan tertentu, alergi terhadap debu,
tungau, alergi terhadap bahan-bahan tertentu dalam produk perawatan
bayi, dan lain sebagainya.
Cara mengatasi:
Cara paling efektif untuk mengatasi alergi adalah dengan menjauhkan
anak dari sumber pencetus alergi (alergen). Bila anak alergi terhadap
debu, tungau, maka sebaiknya, hindari bayi untuk terpapar zat-zat yang
bisa menyebabkannya alergi tersebut. Pastikan untuk selalu menjaga
kebersihan rumah agar bebas dari debu dan tungau.
Bila bayi alergi terhadap bahan-bahan tertentu dalam produk perawatan
bayi, sebaiknya segera hentikan penggunaannya, dan ganti dengan
produk perawatan lainnya yang bahannya lebih lembut dan aman bagi
kulit bayi. Untuk mengetahui apakah bayi alergi atau tidak terhadap
bahan-bahan tertentu dalam produk bayi yang digunakan, orangtua
perlu memperhatikan reaksi yang muncul pada kulit bayi setelah
pemakaian produk tersebut.
Bila bayi alergi terhadap makanan tertentu, orangtua perlu jeli untuk
mengetahui makanan apa saja yang bisa menimbulkan reaksi alergi
pada kulit bayi. Misalnya, bayi berusia 6 bulan ke atas sudah diberi
makanan padat. Orang tua harus benar-benar hati-hati dalam

memberikan makanan kepada bayi. Terlebih bila dalam keluarga


memang ada riwayat alergi, maka kemungkinan besar bayi juga akan
mengalami alergi.
Cara mengetahui apakah bayi alergi atau tidak terhadap suatu jenis
makanan tertentu yaitu dengan melihat gejala/tanda yang mungkin
timbul selama kurang lebih 3 hari setelah makanan tersebut masuk ke
dalam tubuh bayi.
Misalnya, Anda memberikan telur kepada bayi. Coba perhatikan gejalagejala alergi yang mungkin timbul selama 3 hari ke depan, bisa berupa
bintik-bintik merah di kulit, gatal-gatal atau gangguan pencernaan. Bila
memang ternyata bayi alergi terhadap telur, maka sebaiknya Anda
menunda memberikan telur kepada bayi. Tunggu sampai usia bayi
agak besar karena alergi telur biasanya akan hilang dengan sendirinya.
Begitu pula untuk jenis makanan yang lain. Orang tua harus mencoba
dan melihat reaksi yang timbul, lalu mencatat apa saja yang bisa
membuat bayi alergi.
Orang tua juga bisa melakukan semacam tes alergi terhadap anak ke
dokter untuk mengetahui alergen apa saja yang perlu dihindari bayi.
Pemberian obat-obatan biasanya tidak terlalu dianjurkan, karena bayi
dianggap masih terlalu kecil. Selain itu, masih banyak cara penanganan
lain yang lebih baik dan aman untuk dilakukan.
Untuk pengobatan oles pada kuli misalnya dengan pemberian krim
biasanya yang mengandung steroid rendah, tapi hal ini harus sesuai
dengan anjuran dokter. Berbeda dengan penyakit, alergi tidak dapat
disembuhkan dengan obat-obatan. Alergi hanya akan hilang bila
sumber pencetusnya disingkirkan atau dijauhi. Sebaiknya, optimalkan
pemberian ASI ekslusif karena ASI merupakan makanan terbaik untuk
bayi Anda yang cukup efektif mencegah dan meringankan alergi.
2. Faktor makanan
Penyebab:
Pada bayi, makanan yang paling sering menimbulkan alergi adalah
protein pada susu sapi. Hal ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuhnya

menyadari bahwa kandungan protein pada susu formula anak sebagai


zat yang berbahaya sehingga tubuh mencoba untuk melawannya.
Tanda yang harus Anda perhatikan adalah selain timbulnya bintik-bintik
merah, juga muntah dan terkadang disertai diare. Reaksi setiap anak
berbeda-beda. Bahan makanan lain yang juga sering menyebabkan
alergi pada bayi adalah telur, seafood dan kacang-kacangan.
Cara mengatasi:
Seperti yang sudah sedikit dijelaskan di atas, untuk mengetahui reaksi
alergi akibat suatu makanan tertentu, orang tua disarankan untuk
mengingat kembali makanan apa yang sebelumnya diberikan ke bayi.
Apabila Ibu masih memberikan ASI kepada buah hati, ada baiknya
untuk mengingat kembali makanan yang Ibu makan untuk diketahui
makanan atau minuman pencetus alerginya, karena kemungkinan
alergi bisa juga didapat melalui makanan yang ibu makan dan masuk
ke tubuh bayi lewat ASI.
Jika diakibatkan oleh zat-zat pada ASI, ibu yang alergi harus
menghentikan konsumsi makanan pencetus alerginya (alergen), agar
ASInya tidak menyebabkan masalah pada kulit bayi.
Apabila Anda tidak sanggup memberikan ASI karena sesuatu hal, dan
bayi Anda memiliki alergi pada susu formula, Anda bisa berkonsultasi
dengan dokter anak agar dapat mengetahui alternatif sumber kalsium
dan nutrisi penting lainnya yang dapat menggantikan bahan makanan
pencetus alergi tersebut.
Perlu diketahui juga, seiring dengan bertambahnya usia bayi, biasanya
reaksi alergi ini bisa berkurang dan mereda karena daya tahan tubuh
dan jaringan kulit anak akan semakin kuat jaringan membuat anak tidak
akan mudah terkena alergi lagi.
3. Biang keringat
Penyebab:
Bintik-bintik merah karena biang keringat atau keringat buntet pada
wajah dan tubuh bayi bisa terjadi karena adanya sumbatan pada poripori kulit bayi yang disebabkan sistem untuk mengatur suhu tubuhnya
belum berkembang secara sempurna. Hal ini mengakibatkan
pengeluaran keringat yang tidak lancar pada bayi, terlebih lagi karena

Indonesia yang memiliki suhu tropis menyebabkan bayi cepat merasa


kegerahan atau kepanasan.
Cara mengatasi:
Usahakan agar bayi tidak memakai baju yang berlapis-lapis dan pilih
pakaian dari bahan yang menyerap keringat seperti bahan katun.
Gunakan yang nyaman dipakai dan tidak terlalu sempit untuk
mengurangi panas.
Bersihkan wajah dan tubuh bayi dari keringat dengan cara menyekanya
dengan lap basah dan mengeringkannya dengan handuk bayi yang
lembut.
Pastikan kamar bayi Anda bersih dan memiliki sirkulasi udara yang
baik. Jika perlu, pilih deterjen yang tidak keras untuk mencuci pakaian
bayi dan usahakan agar pakaian bayi benar-benar bersih dari deterjen
ketika membilasnya.
Sebaiknya hindari pemberian pemutih, pewangi dan pelicin pakaian
yang berlebihan.
Gunakan lotion calamin untuk mendinginkan dan mengurangi rasa gatal
pada kulit bayi. Bila kondisi kulit bayi Anda semakin parah segera
hubungi dokter.
4. Terlambat mengganti popok, terutama ketika bayi buang air besar
Penyebab:
Tinja bayi bersifat lebih asam daripada air seni bayi. Bakteri dan amonia
pada tinja serta air seni bayi dapat menghasilkan zat yang bisa melukai
dan membuat iritasi, sehingga menimbulkan bintik-bintik atau
kemerahan pada kulit bayi.
Cara mengatasi:
Rajin mengganti popok atau diaper sangat disarankan. Segera ganti
popok bayi ketika basah dan selesai buang air besar. Berikan krim anti
ruam popok yang mengandung zinc atau gunakan baby oil untuk
melindungi kulit agar air seni tidak mudah meresap ke dalam kulit.
Bagian yang biasa tertutup oleh popok sebaiknya diangin-anginkan
agar kulit cukup kering atau tidak terlalu lembab.
5. Ruam popok karena kualitas popok tidak baik atau terlalu kecil

Penyebab:
Kemungkinan popok/diaper bayi yang selama ini digunakan kualitasnya
tidak baik atau ukurannya terlalu kecil untuk buah hati Anda. Ruam
popok yang tidak diatasi segera bisa menyebabkan kondisi semakin
parah seperti bintil-bintil kecil yang melepuh dan pecah. Jika sudah
pecah, maka bayi Anda akan semakin rentan terkena infeksi.
Cara mengatasi:
Anda bisa mengganti merek diapernya dengan yang memiliki kualitas
lebih bagus atau membeli popok yang ukurannya sesuai dengan
usianya. Cara pemakaiannya juga harus diperhatikan agar tidak terlalu
ketat sehingga kulit tidak tergesek.
6. Jerawat bayi
Penyebab:
Sisa hormon yang masih terbawa bayi sejak masih berada dalam
rahim.
Cara mengatasi:
Gangguan yang biasanya timbul di sekitar pipi, dagu, dan dahi biasanya
akan menghilang dengan sendirinya ketika bayi berusia di atas 3 bulan.
Rajinlah membersihkan wajah bayi dan keringkan dengan baik.
Usahakan untuk menggunakan handuk bayi yang berbahan lembut dan
jangan memencet jerawatnya karena dapat menimbulkan iritasi serta
infeksi yang cukup parah.
7. Eksim bayi
Penyebab:
Dikenal juga dengan nama eksim susu, tapi bukan berarti eksim ini
timbul karena ASI, lho! Perlu diketahui bahwa apapun itu, sisa ASI,
susu formula, makanan bayi yang dikonsumsi, atau air liur apabila
dibiarkan menempel di kulit bayi, dan tidak segera dibersihkan maka
berpeluang menghasilkan reaksi yang dapat menyebabkan timbulnya
iritasi kulit. Penyebab iritasi ini akan bereaksi terutama pada bayi yang
memang sudah memiliki bakat alergi.
Cara mengatasi:
Jika Anda mengetahui dengan persis bahwa bayi Anda memiliki bakat
alergi, sebaiknya segera jauhkan dari bahan pemicunya (alergennya).
Misalnya segera bersihkan wajah bayi sehabis kontak dengan ASI atau
susu formula. Rajinlah mengganti baju bayi jika ia sering mengeluarkan
air liur dari mulutnya yang terkadang membuat bajunya sampai basah.
8. Gigitan serangga

Penyebab:
Gigitan atau sengatan serangga misalnya nyamuk, dapat menyuntikkan
racun yang tersusun dari protein dan substansi lain yang memicu reaksi
alergi kepada bayi. Bintik merah yang disertai bengkak dan rasa gatal
adalah gejala yang sering ditemui.
Cara mengatasi:
Bintik merah ini sebenarnya tidak perlu diobati karena akan hilang
dengan sendirinya. Anda juga bisa mengoleskan minyak kayu putih,
minyak telon atau minyak tawon apabila diperlukan untuk menghindari
gigitan serangga berikutnya.
9. Debu rumah
Penyebab:
Debu yang berasal dari karpet dan boneka-boneka berbulu sering juga
menjadi pemicu alergi pada bayi dan anak-anak.
Cara mengatasi:
Rajin membersihkan rumah, mainan anak (terutama mainan dari kain
dan yang berbulu) dan menggunakan alat penghisap debu untuk
menyedot debu karpet. Penyedot debu membuat debu beterbangan,
oleh karenanya usahakan agar bayi tidak berada dekat Anda saat Anda
sedang membersihkan ruangan dengan penyedot debu. Apabila perlu,
gulung dan simpanlah karpet sampai bayi Anda tumbuh besar dan
berkurang kesensitifannya terhadap debu.
10. Kutu busuk di tempat tidur
Penyebab:
Kutu busuk yang menyelinap di sela-sela sprei dan tempat tidur
menggigit anak Anda. Gigitan kutu busuk umumnya mirip dengan bekas
gigitan nyamuk.
Cara mengatasi:
Alasi kasur dengan perlak atau kain pelindung kasur yang bersih yang
tidak dapat menjadi sumber kutu busuk atau ngengat. Cuci sprei,
sarung bantal, selimut dengan teratur.
Sesekali jemur bantal, guling dan kasur agar kutu busuk dan larva di
dalamnya terbunuh oleh panasnya cahaya matahari.
Berikan bayi Anda sarung tangan untuk mencegahnya menggaruk
kulitnya yang gatal untuk menghindari terjadinya infeksi. Lakukan
langkah-langkah pembasmian agar tempat tidur bayi bebas ngengat.

Bila langkah ini tidak berhasil kemungkinan Anda harus membuang


kasur bayi Anda dan menggantinya dengan yang baru.
11. Virus
Penyebab:
Nama penyakit ini mungkin jarang terdengar, padahal Roseola infantum
merupakan penyakit menular yang cukup sering menyerang bayi dan
anak-anak yang masih sangat kecil.
Penyebabnya adalah virus jinak yang bisa menyebar melalui percikan
ludah penderita, misalnya saat pemeriksaan kesehatan atau imunisasi
di rumah sakit. Gejala yang timbul yaitu demam hingga 39,5 derajat
Celsius selama beberapa hari. Setelah demamnya hilang, mulai timbul
bintik-bintik merah yang tidak berubah menjadi bernanah dan tidak
gatal. Disertai rewel, kehilangan selera makan dan cepat mengantuk.
Terkadang terjadi salah diagnosis karena gejalanya mirip dengan
campak. Yang perlu diketahui, bedanya dengan campak adalah bintikbintik merah pada bayi dan anak kecil akibat virus roseola timbul
setelah demamnya turun (bisa terjadi 2-3 kali dalam usia anak),
sementara pada campak bintik-bintik merah muncul pada saat demam
sedang tinggi (terjadi 1 kali seumur hidup).
Gejalanya juga mirip dengan demam berdarah. Bedanya, anak yang
terkena demam berdarah setelah demamnya turun kondisi tubuhnya
tetap melemah, sementara anak yang terkena roseola infantum
keadaannya akan semakin membaik setelah demam turun.
Cara mengatasi:
Jangan khawatir karena penyakit yang disebabkan herpes virus tipe 6
dan 7 ini tidak berbahaya. Walaupun virus ini berasal dari keluarga
yang sama (herpes simplex viruses), virus herpes ini tidak
menyebabkan herpes di sekitar mulut dan alat kelamin.
Turunkan panasnya dengan obat penurun demam yang aman untuk
anak-anak bila diperlukan. Kompres anak Anda dengan lap bersih yang
dibasahi dengan air hangat. Jangan mandikan si kecil dengan air dingin
dan banyak-banyaklah memberikan cairan, bisa berupa ASI, air putih
atau oralit.

Sebaiknya bayi dan anak memiliki istirahat yang cukup. Bila kesadaran
menurun dan si kecil mengalamin kejang, segera bawa ke dokter. Pada
umumnya bintik-bintik merah akan menghilang dengan sendirinya
dalam beberapa hari.
Apabila kondisi kulit bayi Anda semakin parah dan Anda tidak dapat
menemukan penyebabnya, berkonsultasilah dengan dokter anak untuk
menemukan sumbernya. Untuk mengetahui apakah penyebabnya
memang alergi, dokter anak biasanya akan menyarankan tes darah atau
merujuk ke spesialis atau dokter ahli. Dokter ahli alergi akan melakukan
tes kulit dengan menyuntikkan bahan pencetus alergi yang dicurigainya ke
bayi Anda. Dari tes tersebut dokter akan bisa mengetahui zat-zat mana
saja yang bukan pencetus alergi, dan zat mana yang positif menyebabkan
alergi ke bayi.

Anda mungkin juga menyukai