Bayi yang alergi lebih rentan untuk memiliki masalah pada kulit, berupa
bintik-bintik merah, atau ruam, yang disertai rasa gatal. Pada reaksi
alergi yang tergolong berat, biasanya yang timbul tak hanya bintik-bintik
merah saja, melainkan dapat berupa bengkak pada kulit.
Bintik-bintik merah di tubuh bayi akibat alergi dapat disebabkan karena
bayi alergi terhadap jenis makanan tertentu, alergi terhadap debu,
tungau, alergi terhadap bahan-bahan tertentu dalam produk perawatan
bayi, dan lain sebagainya.
Cara mengatasi:
Cara paling efektif untuk mengatasi alergi adalah dengan menjauhkan
anak dari sumber pencetus alergi (alergen). Bila anak alergi terhadap
debu, tungau, maka sebaiknya, hindari bayi untuk terpapar zat-zat yang
bisa menyebabkannya alergi tersebut. Pastikan untuk selalu menjaga
kebersihan rumah agar bebas dari debu dan tungau.
Bila bayi alergi terhadap bahan-bahan tertentu dalam produk perawatan
bayi, sebaiknya segera hentikan penggunaannya, dan ganti dengan
produk perawatan lainnya yang bahannya lebih lembut dan aman bagi
kulit bayi. Untuk mengetahui apakah bayi alergi atau tidak terhadap
bahan-bahan tertentu dalam produk bayi yang digunakan, orangtua
perlu memperhatikan reaksi yang muncul pada kulit bayi setelah
pemakaian produk tersebut.
Bila bayi alergi terhadap makanan tertentu, orangtua perlu jeli untuk
mengetahui makanan apa saja yang bisa menimbulkan reaksi alergi
pada kulit bayi. Misalnya, bayi berusia 6 bulan ke atas sudah diberi
makanan padat. Orang tua harus benar-benar hati-hati dalam
Penyebab:
Kemungkinan popok/diaper bayi yang selama ini digunakan kualitasnya
tidak baik atau ukurannya terlalu kecil untuk buah hati Anda. Ruam
popok yang tidak diatasi segera bisa menyebabkan kondisi semakin
parah seperti bintil-bintil kecil yang melepuh dan pecah. Jika sudah
pecah, maka bayi Anda akan semakin rentan terkena infeksi.
Cara mengatasi:
Anda bisa mengganti merek diapernya dengan yang memiliki kualitas
lebih bagus atau membeli popok yang ukurannya sesuai dengan
usianya. Cara pemakaiannya juga harus diperhatikan agar tidak terlalu
ketat sehingga kulit tidak tergesek.
6. Jerawat bayi
Penyebab:
Sisa hormon yang masih terbawa bayi sejak masih berada dalam
rahim.
Cara mengatasi:
Gangguan yang biasanya timbul di sekitar pipi, dagu, dan dahi biasanya
akan menghilang dengan sendirinya ketika bayi berusia di atas 3 bulan.
Rajinlah membersihkan wajah bayi dan keringkan dengan baik.
Usahakan untuk menggunakan handuk bayi yang berbahan lembut dan
jangan memencet jerawatnya karena dapat menimbulkan iritasi serta
infeksi yang cukup parah.
7. Eksim bayi
Penyebab:
Dikenal juga dengan nama eksim susu, tapi bukan berarti eksim ini
timbul karena ASI, lho! Perlu diketahui bahwa apapun itu, sisa ASI,
susu formula, makanan bayi yang dikonsumsi, atau air liur apabila
dibiarkan menempel di kulit bayi, dan tidak segera dibersihkan maka
berpeluang menghasilkan reaksi yang dapat menyebabkan timbulnya
iritasi kulit. Penyebab iritasi ini akan bereaksi terutama pada bayi yang
memang sudah memiliki bakat alergi.
Cara mengatasi:
Jika Anda mengetahui dengan persis bahwa bayi Anda memiliki bakat
alergi, sebaiknya segera jauhkan dari bahan pemicunya (alergennya).
Misalnya segera bersihkan wajah bayi sehabis kontak dengan ASI atau
susu formula. Rajinlah mengganti baju bayi jika ia sering mengeluarkan
air liur dari mulutnya yang terkadang membuat bajunya sampai basah.
8. Gigitan serangga
Penyebab:
Gigitan atau sengatan serangga misalnya nyamuk, dapat menyuntikkan
racun yang tersusun dari protein dan substansi lain yang memicu reaksi
alergi kepada bayi. Bintik merah yang disertai bengkak dan rasa gatal
adalah gejala yang sering ditemui.
Cara mengatasi:
Bintik merah ini sebenarnya tidak perlu diobati karena akan hilang
dengan sendirinya. Anda juga bisa mengoleskan minyak kayu putih,
minyak telon atau minyak tawon apabila diperlukan untuk menghindari
gigitan serangga berikutnya.
9. Debu rumah
Penyebab:
Debu yang berasal dari karpet dan boneka-boneka berbulu sering juga
menjadi pemicu alergi pada bayi dan anak-anak.
Cara mengatasi:
Rajin membersihkan rumah, mainan anak (terutama mainan dari kain
dan yang berbulu) dan menggunakan alat penghisap debu untuk
menyedot debu karpet. Penyedot debu membuat debu beterbangan,
oleh karenanya usahakan agar bayi tidak berada dekat Anda saat Anda
sedang membersihkan ruangan dengan penyedot debu. Apabila perlu,
gulung dan simpanlah karpet sampai bayi Anda tumbuh besar dan
berkurang kesensitifannya terhadap debu.
10. Kutu busuk di tempat tidur
Penyebab:
Kutu busuk yang menyelinap di sela-sela sprei dan tempat tidur
menggigit anak Anda. Gigitan kutu busuk umumnya mirip dengan bekas
gigitan nyamuk.
Cara mengatasi:
Alasi kasur dengan perlak atau kain pelindung kasur yang bersih yang
tidak dapat menjadi sumber kutu busuk atau ngengat. Cuci sprei,
sarung bantal, selimut dengan teratur.
Sesekali jemur bantal, guling dan kasur agar kutu busuk dan larva di
dalamnya terbunuh oleh panasnya cahaya matahari.
Berikan bayi Anda sarung tangan untuk mencegahnya menggaruk
kulitnya yang gatal untuk menghindari terjadinya infeksi. Lakukan
langkah-langkah pembasmian agar tempat tidur bayi bebas ngengat.
Sebaiknya bayi dan anak memiliki istirahat yang cukup. Bila kesadaran
menurun dan si kecil mengalamin kejang, segera bawa ke dokter. Pada
umumnya bintik-bintik merah akan menghilang dengan sendirinya
dalam beberapa hari.
Apabila kondisi kulit bayi Anda semakin parah dan Anda tidak dapat
menemukan penyebabnya, berkonsultasilah dengan dokter anak untuk
menemukan sumbernya. Untuk mengetahui apakah penyebabnya
memang alergi, dokter anak biasanya akan menyarankan tes darah atau
merujuk ke spesialis atau dokter ahli. Dokter ahli alergi akan melakukan
tes kulit dengan menyuntikkan bahan pencetus alergi yang dicurigainya ke
bayi Anda. Dari tes tersebut dokter akan bisa mengetahui zat-zat mana
saja yang bukan pencetus alergi, dan zat mana yang positif menyebabkan
alergi ke bayi.